PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana
pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia atau lanjut usia
adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi.
Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami kemunduran dengan
sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki
masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang
70 tahun.
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap
ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan
penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti rambut yang mulai
memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta
kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut.
B. Karakteristik
Lansia yang tinggal di Rumah cenderung mempunyai banyak waktu luang dan
dihabiskannya dengan aktivitas bersih-bersih ataupun menjaga cucu, merawat tanaman,
memasak, berwirausaha, dll. Sedangkan Lansia yang tinggal di Panti Werda tetap dituntut
melakukan aktivitas keseharian secara mandiri yang sengaja dibuat menyerupai kondisi
di Rumah berupa mandi, berpakaian rapi, mencuci piring, mencuci baju, pergi ke toilet,
berpindah tempat, dapat mengontrol BAK dan BAB, serta dapat makan sendiri. Bahkan
beberapa program kegiatan rutin di Panti Werda lebih menunjang para Lansia untuk
hidup mandiri seperti senam bersama, saling berdiskusi / sharing, membuat barang-
barang pra-karya, gotong royong membersihkan lingkungan, hiburan bersama, dll.
Makanannya pun telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi dengan baik. Pengukuran tanda vital seperti pengukuran tekanan darah,
pengecekan gula darah, dan lainnya, menjadi salah satu rutinitas di Rumah jompo
(Watson, 2003).
C. Konsep Mandiri Lansia
1. Berbahagialah
Menganjurkan para Lansia untuk mensyukuri apa yang telah ada, bahwa menjadi tua
adalah keharusan dan bukan bertentangan dengan idealisme moderinisasi serta mau
menerima adanya perubahan fisik, perubahan kognitif, perubahan efektif, perubahan
dalam keluarga, perubahan pada teman hidup, perubahan pada pekerjaan, dan perubahan-
perubahan lainnya. Makna utama dalam “berbahagialah” adalah berpikiran terbuka dan
memilih untuk bahagia dalam menjalani sisa hidupnya dan menikmati segala sesuatu
pemberian Tuhan pada alam semesta.
2. Beraktivitaslah
Menganjurkan para Lansia untuk tetap melakukan aktivitas keseharian secara mandiri
seperti makan, mandi, perawatan diri, berpakaian, buang air besar, buang air kecil,
penggunaan toilet, berpindah tempat, bergerak maupun aktivitas naik-turun tangga.
Makna utama dalam “beraktivitaslah” adalah menggerakkan seluruh bagian fisik tubuh,
bisa juga dengan berolahraga rutin yang sesuai kemampuan tubuh.
3. Berjaga-jagalah
Menganjurkan para Lansia untuk tetap menjaga kesehatan dengan cara pola makan
teratur, menjaga jenis makanan tertentu sesuai kebutuhannya, tetap mengkonsumsi obat
secara rutin sesuai 210 kebutuhannya, menjaga perilaku bersih dan sehat, menjaga
sanitasi lingkungan yang sehat, tetap memelihara hygiens pribadi.
4. Bersosialisasi
Menganjurkan para Lansia untuk tetap menjalin hubungan sosial yang baik seperti
berkomunikasi dengan anak secara rutin, dengan menantu, dengan cucu, dengan orang
lain dalam lingkungan tempat tinggalnya, dengan organisasi setempat, dengan teman
sebaya, denga tenaga medis, dan lain-lain. Makna utama dalam “bersosialisasilah” adalah
komunikasi menyampaikan perasaan, pengalaman, cerita, keinginan atau segala sesuatu
yang muncul akibat stimulus indra pengdengaran, penciuman, penglihatan, dan perasa
kepada orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
5. Berdoalah
Menganjurkan para Lansia untuk berserah kepada Tuhan sebagai sumber pemberi
kehidupan, kesehatan dan segala sesuatunya yang terjalin dalam kegiatan rutin berdoa
maupun berkarya bagi Tuhan dalam berbagai kegiatan pelayanan kemanusiaan.
6. Dukungan Keluarga
a) Dukungan instrumental
Keluarga menyediakan alat mandi, makan, pakaian lansia dan lain-lain, bukan
berarti lansia menjadi tidak mandiri dengan disediakannya alat-alat tersebut, namun
bagaimana kemandirian lansia dalam menggunakan alat-alat tersebut.
b) Dukungan informatif
Dukungan informatif yang tepat akan meningkatkan kemandirian lansia dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari. Lingkungan tempat tinggal di daerah perkotaan,
memudahkan keluarga yang memiliki lansia untuk mencari informasi sebanyak-
banyaknya mengenai perubahan pada lansia baik melalui media cetak seperti koran
atau majalah maupun media elektronik seperti televisi dan internet serta fasilitas
kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan (Soejono, 2002).
c) Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan positif) atau
pujian dan dorongan agar lansia mandiri dalam aktivitas sehari-hari. Dukungan
penghargaan menyebabkan lansia merasa bahwa dirinya dianggap dan dihargai
sehingga akan menaikkan harga diri dan meningkatkan kemandirian lansia dalam
aktivitas (House, 2002).
d) Dukungan emosional
Dukungan emosional yang diberikan 96 berupa kepedulian anggota keluarga
terhadap kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari. Lansia tidak hanya
membutuhkan dukungan secara fisik saja tetapi hubungan emosional antar anggota
keluarga akan sangat mendukung lansia dalam mempertahankan kemandiriannya.
Dukungan emosional terutama didapatkan dari keluarga, bahwa kasih sayang dari
anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain, memberikan penghargaan
terhadap kehidupan keluarga terutama berkaitan dengan persepsi dan perhatian
terhadap kebutuhan sosio emosional para anggota keluarga (Sholehah, 2002).
D.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA