Anda di halaman 1dari 8

RESUME KEPERAWATAN GERONTIK

“ADL Pada Lansia dan Terapi Aktivitas Lansia”

OLEH :

Prettyssa Nandelto

183110266

3C

DOSEN PEMBIMBING :

Hj.Murniarti Mucthtar,SKM.M.Biomed

POLTEKKES KEMENKES PADANG

D-III KEPERAWATAN PADANG

2020
RESUME

A. ADL Pada Lansia


1. Pengertian ADL
Menurut Agung (2006), Activity of Daily Living adalah pengukuran terhadap
aktivitas yang dilakukan rutin oleh manusia setiap hari. Aktivitas tersebut antara
lain: memasak, berbelanja, merawat/mengurus rumah, mencuci, mengatur
keuangan, minum obat dan memanfaatkan sarana transportasi. Skala ADL terdiri
atas skala ADL dasar atau Basic Activity of Daily Living (BADLs), Instrumental
or Intermediate Activity of Daily Living (IADLs), dan Advanced Activity of
Daily Living (AADLs). Skala ADL dasar mengkaji kemampuan dasar seseorang
untuk merawat dirinya sendiri (self care), dan hanya mewakili rentang (range)
yang sempit dari kinerja (performance).
ADL adalah merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi
antara lain: ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi dan berpindah
tempat. Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan.
Dengan kata lain, besarnya bantuan yang diperlukan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari serta untuk menyusun rencana perawatan jangka panjang. Dalam
literatur terdapat pula istilah ADL instrumen, merupakan aktivitas yang lebih
kompleks namun mendasar bagi situasi kehidupan lansia dalam bersosialisasi.

Dalam Sugiarto (2005) macam – macam ADL, adalah :


1. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting,
mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air
kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas.
2. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau
benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan
telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL
saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya
meliputi berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang
memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL
dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas.

Pengkajian ADL umumnya mengikuti indeks pengukuran yang dikembangkan oleh


Barthel dan Kats. Indeks ini didasarkan pada hasil evaluasi terhadap tingkat
kemandirian atau keadaan sebaliknya yaitu tingkat ketergantungan secara fungsional.
Indeks terdiri atas 7 tingkat, sebagai hasil penilaian terhadap perihal melakukan
kegiatan mandi, berpakaian, ke toliet, beranjak, kontinensia dan makan.

2. Bentuk dan Sifat Bantuan ADL pada Lansia


Untuk menentukan bentuk dan sifat bantuan ADL yang akan diberikan kepada
lansia terlebih dahulu kita harus mengetahui tingkat ketergantungan lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari dengan melakukan pengkajian ADL yang
umumnya mengikuti index pengukuran yang dikembangkan oleh barthel dan
kaltz. Pengukuran kemandirian ADL lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara
kuantitatif dengan sistim skor yang sudah banyak dikemukakan oleh para ahli
seperti kaltz index , yang dimodifikasi dan fungsional. Untuk menilai ADL
diperlukan alat ukur yang andal. Suatu alat ukur yang dipakai secara luas.

3. Indikasi Lansia yang membutuhkan ADL


a. Immobility ( kurang bergerak )\
b. Instability ( mudah jatuh )
c. Incontinence ( beser BAB dan BAK )
d. Intellectual Impairment ( gangguan intelektual/dimensia )
e. Impairment of Hearing, Vision and Smell ( gangguan pendengaran,
penglihatan, dan penciuman )
f. Isolation
g. Impecunity ( kemiskinan )
h. Infection ( imfeksi )
i. Latrogenic ( menderita penyakit akibat pengaruh obat )
j. Insomnia ( susah tidur )
k. Immunodeficiency ( penurunan sistem kekebalan tubuh )
l. Impotent ( gangguan seksual )
m. Impaction ( kebutuhan BAB )
ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter yang
terkoordinasi dan aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang
dilakukan,
ADL dasar dipengaruhi oleh :
a. ROM sendi
b. Kekuatan otot
c. Tonus otot
d. Propioseptif
e. Persepti visual
f. Kognitif
g. Koordinasi
h. Keseimbangan

4. Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Tindakan Keperawatan


Penilaian dalam keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia.
Beberapa tindakan yang harus diikuti oleh perawat antara lain:
a. Mengkaji ulang tujuan klien dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan
c. Mengukur pencapaian tujuan
d. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan
e. Melakukan revisi atau modivikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu

Jenis evaluasi menurut Zieger, voughan-wrobel&erlen terbagi menjadi tiga jenis


yaitu :

a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan.
b. Evaluasi proses
Evaluasi ini berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
memberikan pelayanan keperawatan yang cocok, tanpa tekanan dan sesuai
wewenang.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi klien. Respon prilaku lansia
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

B. Terapi Aktivitas Kelompok Pada Lansia


1. Pengertian TAK
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan
yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama. Anggota
kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani
sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan,
ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan memengaruhi
dinamika kelompok.(Akemat dan Keliat, 2004).
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Sejalan
dengan hal tersebut, maka Lancester mengemukakan beberapa aktivitas digunakan
pada terapi aktivitas kelompok, yaitu menggambar, membaca puisi,
mendengarkan musik, mempersiapkan meja makan, dan kegiatan sehari-hari yang
lain. Wilson dan Kneisl (1992) menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok
adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman
seseorang serta meningkatkan respons sosial dan harga diri. Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi didalam kelompok, yaitu membaca puisi, seni, musik,
menari, dan literature.(Akemat dan keliat, 2004)

2. Jenis-jenis TAK
Jenis-jenis TAK pada lansia, antara lain (Hidayat, 2004):
a. Stimulasi Sensori
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar
yang mendengarkan maupun bagi pemusik yang menggubahnya. Kualitas dari
musik yang memiliki andil terhadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan
perhatian terletak pada struktur dan urutan matematis yang dimiliki, yang
mampu menuju pada ketidakberesan dalam kehidupan seseorang. Peran
sertanya nampak dalam suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat
menghasilkan integrasi pribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh.
Bagi penyanyi dalam sebuah kelompok, musik memberikan suatu komunikasi
yang intim dan emosional antara pemimpin dan anggota kelompok secara
individu, juga antara anggota itu sendiri, dan masih terjadi ketika hubungan
antarpribadi itu menjadi terbatas dan pecah. Musik dapat mempersatukan
suatu kelompok yang beraneka ragam menjadi suatu unit yang fungsional.
Fungsi musik sebagai ungkapan perhatian dapat dilihat ketika musik dialami
sebagai suatu pemberian dari orang-orang yang kelihatannya tidak memiliki
apa-apa.
b. Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada
tiap sesi. Dengan proses ini maka diharapkan respon klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktifitas berupa stimulus dan
persepsi. Stimulus yang disediakan: seperti baca majalah, menonton acara
televisi; stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses
persepsi klien yang mal adaptif atau destruktif, misalnya kemarahan dan
kebencian.
a) Orientasi Realita
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat
dengan klien, dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan
klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan
rencana ke depan. Aktifitas dapat berupa: orientasi orang, waktu, tempat,
benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.
b) Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa
latihan sosialisasi dalam kelompok.

3. Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut Tindakan Keperawatan


Penilaian dalam keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia.
Beberapa tindakan yang harus diikuti oleh perawat antara lain:
f. Mengkaji ulang tujuan klien dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan
g. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan
h. Mengukur pencapaian tujuan
i. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan
j. Melakukan revisi atau modivikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu

Jenis evaluasi menurut Zieger, voughan-wrobel&erlen terbagi menjadi tiga jenis


yaitu :

d. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan.
e. Evaluasi proses
Evaluasi ini berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
memberikan pelayanan keperawatan yang cocok, tanpa tekanan dan sesuai
wewenang.
f. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi klien. Respon prilaku lansia
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Hardywinoto dan Setiabudhi, T (2005). Panduan Gerontologi. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama

Kemensos RI.(2014). Pedoman Pendampingan dan Perawatan Sosial Lanut Usia di


rumah (home care). Jakarta : Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Sugiarto, Andi (2005). Penilaian Keseimbangan Dengan Aktifitas Kehidupan Sehari-


hari Pada Lansia Di Panti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan Menggunakan Berg
Balance Scale dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP

Ekasari, Mia Fatma, dkk.2018. Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia. Malang : Wineka
Media.

Anda mungkin juga menyukai