Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya. Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah Gizi dan Diet
yang berjudul “Penanganan Masalah Cacingan” tepat waktu. Makalah ini tidak akan selesai
tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, Maret 2019

Kelompok2

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………….........…...……1
Daftar isi……………………………………………………………………….........….2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Ascaris lumbricoides dan cacingan...........................................................4

B. Etiologi....................................................................................................................5

C. Patofisiologi............................................................................................................5

D. Cara Pencegahan....................................................................................................6

E. Tanda Dan Gejala...................................................................................................7

F. Pemeriksaan Fisik..................................................................................................8

G. Terapi Medis..........................................................................................................8

H. Penatalaksaan Medis.............................................................................................9

I. Pengobatan..........................................................................................................11

J. Jenis - Jenis Cacingan..........................................................................................12

K. Penyakit Cacingan...............................................................................................21

L. Nutrisi Sebagai Terapi Pada Penyakit Cacingan.................................................27

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................................28
B. Saran.....................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecacingan tersebar luas di seluruh dunia terjadi pada semua golongan sosial ekonomi
dan di beberapa wilayah tingkat infeksinya sangat tinggi. Enterobiasis sangat umum ditemukan
di AS, prevalensi infeksi cacing paling tinggi pada anak-anak usia sekolah, pada kelompok
tertentu bisa mencapai 50%. Kemudian diikuti anak prasekolah, dan prevalensi infeksi rendah
pada orang dewasa kecuali pada ibu yang mendapatkan infeksi dari anaknya. Infeksi sering
terjadi pada lebih dari satu anggota keluarga. Prevalensi tertinggi paling sering terjadi di asrama.

Kecacingan sendiri masih merupakan masalah utama kesehatan anak-anak Indonesia.


Yaitu 90 persen anak Indonesia mengidap cacingan. Rendahnya mutu sanitasi menjadi
penyebabnya. Pemiskinan fisik hingga IQ loss adalah beberapa akibatnya.

Meski sering dianggap angin lalu, penyakit akibat diserapnya makanan oleh cacing di
dalam tubuh sebaiknya tidak diremehkan. Dampaknya bagi si penderita ternyata tak kalah
berbahaya ketimbang penyakit lain. Apalagi, yang jadi korban kebanyakan adalah anak-anak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Cacingan ?

2. Bagaimana cara untuk mengetahui tanda dan gejala dari cacingan?

3. Bagaimana cara penanganan dari cacingan ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian cacingan dan klarifikasinya

2. Mengetahui tanda dan gejala dari cacingan

3. Mengetahui cara penanganan apabila terkena cacingan

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang dalam usus
halus. Adanya cacing didalam usus penderita akan mengadakan gangguan keseimbangan
fisiologi yang normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat sehingga mengganggu gerakan
peristaltik dan penyerapan makanan.
Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh dunia, lebih
banyak di temukan di daerah beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah tropik derajat
infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk. Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada anak-
anak berusia 5 – 10 tahun sebagai host (penjamu) yang juga menunjukkan beban cacing yang
lebih tinggi (Haryanti, E, 1993).
Cacing dapat mempertahankan posisinya didalam usus halus karena aktivitas otot-otot
ini. Jika otot-otot somatik di lumpuhkan dengan obat-obat antelmintik, cacing akan dikeluarkan
dengan pergerakan peristaltik normal. Tantular, K (1980) yang dikutip oleh Moersintowarti.
(1992) mengemukakan bahwa 20 ekor cacing Ascaris lumbricoides dewasa didalam usus
manusia mampu mengkonsumsi hidrat arang sebanyak 2,8 gram dan 0,7 gram protein setiap
hari.Dari hal tersebut dapat diperkirakan besarnya kerugian yang disebabkan oleh infestasi
cacing dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan keadaan kurang gizi
(malnutrisi).

B. ETIOLOGI
1) Umur
Umur balita terendah 1 tahun, tertinggi 4 tahun dengan rata-rata 2,76. Frekuensi
terbanyak pada umur 3 tahun yaitu senbanyak 49,1%.
2) Jenis Kelamin
Distribusi anak menurut jenis kelamin hampir berimbang walaupun lebih banyak anak
laki- laki dari pada perempuan.
3) Kebiasaan Mencuci Tangan

4
Mencuci tangan adalah aktifitas yang dilakukan sebelum makan, setelah bermain dan
setelah BAB, berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak hanya 3,7% yang terbiasa melakukan
kebiasaan mencucitangan.
4) Kebiasaan Memakai Alas Kaki
Kebiasaaan memakai alas kaki adalah kebiasaan anak memakai sandal atau sepatu setiap
bermain didalam dan diluar rumah. berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak hanya 1,9% yang
terbiasa memakai alas kaki.
5) Kebersihan Kuku Kebersihan kuku
Aktifitas yangdilakukan dengan memangkas dan memotong kuku satu minggu sekali dan
membersihkan sela-sela kuku setiap mencuci tangan. Berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak
sebanyak 88,9% memiliki kuku kotor.
6) Kebiasaan Bermain ditanah
Bermain ditanah adalah aktifitas fisik yang mengakibatkan tangan, kuku, kaki dan kulit
kontak langsungdengan tanah,berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak sebanyak 98,1% terbiasa
bermain ditanah.
7) Kepemilikkan Jamban
Kepemilikkan jamban tempat untuk BAB bagi keluarga yangmerupakan milik keluarga
yang memenuhi syarat kesehatan, berdasarkan hasil penelitian dari 54 keluarga sebanyak 94,4%
memiliki jamban.
8) Lantai Rumah
Lantai rumah mencakup bahan yang digunakan sebagai lantai rumah yang terbuat dari
bahan yang kedap air. Berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak sebanyak 87% yang lantai
rumahnya kedap air.
9) Ketersediaan Air Bersih
Mencakup kecukupan air yangmemenuhi syarat air bersih yaitu tidak berbau,berasa, dan
tidak berwarnauntuk kebutuhan hidup sehari-hari Berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak
100% mempunyai ketersediaan air bersih.

C. PATOFISIOLOGI
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides, jika tertelan telur
yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan melepaskan larva

5
infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam vena porta hati yang kemudian bersama
dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya melalui arteri pulmonalis ke paru-
paru dengan masa migrasi berlangsung selama sekitar 15 hari.
Dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanyak 2 kali,kemudian keluar dari
kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke bronkus, trakhea, laring dan
kemudian ke faring, berpindah ke osepagus dan tertelan melalui saliva atau merayap melalui
epiglottis masuk kedalam traktus digestivus. Terakhir larva sampai kedalam usus halus bagian
atas, larva berganti kulit lagi menjadi cacing dewasa. Umur cacing dewasa kira-kira satu tahun,
dan kemudian keluar secara spontan.
Siklus hidup cacing ascaris mempunyai masa yang cukup panjang, dua bulan sejak
infeksi pertama terjadi, seekor cacing betina mulai mampu mengeluarkan 200.000 – 250.000
butir telur setiap harinya, waktu yang diperlukan adalah 3 – 4 minggu untuk tumbuh menjadi
bentuk infektif.
MenurutMenurut penelitian stadium ini merupakan stadium larva, dimana telur tersebut
keluar bersama tinja manusia dan diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva I sampai
stadium III yang bersifat infektif. Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat
tetap hidupbertahun-tahun di tempat yang lembab. Didaerah hiperendemik, anak-anak terkena
infeksi secara terus-menerus sehingga jika beberapa cacing keluar, yanglain menjadi dewasa dan
menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang cukup besar dan dapat hidup selama beberapa tahun
maka larvanya dapat tersebar dimana- mana, menyebar melalui tanah, air, ataupun melalui
binatang. Maka bila makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif masuk
kedalam tubuh maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu berubah menjadi
cacing. Jadi larva cacing ascaris hanya dapat menginfeksi tubuh melalui makanan yang tidak
dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.

D. CARA PENCEGAHAN
1) Berikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menggunakan fasilitas jamban yang
memenuhi syarat kesehatan.
2) Sediakan fasilitas yang cukup memadai untuk pembuangan kotoran yang layak dan cegah
kontaminasi tanah pada daerah yang berdekatan langsung dengan rumah, terutama di tempat
anak bermain.

6
3) Di daerah pedesaan, buatlah jamban umum yang konstruksinya sedemikian rupa sehingga
dapat mencegah penyebaran telur Ascaris melalui aliran air, angin, dan lain-lain. Kompos
yang dibuat dari kotoran manusia untuk digunakan sebagai pupuk kemungkinan tidak
membunuh semua telur.
4) Dorong kebiasaan berperilaku higienis pada anak-anak, misalnya ajarkan mereka untuk
mencuci tangan sebelum makan dan menjamah makanan.
5) Di daerah endemis, jaga agar makanan selalu ditutup supaya tidak terkena debu dan kotoran.
Makanan yang telah jatuh ke lantai jangan dimakan kecuali telah dicuci atau dipanaskan.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan untuk  mencegah
terjadinya pencemaran/kontaminasi tinja terhadap tanah, air, makanan dan pakan ternak dengan
cara mencegah penggunaan air limbah untuk irigasi; anjurkan untuk memasak daging sapi atau
daging babi secara sempurna.
Lakukan diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita. Lakukan kewaspadaan enterik
pada institusi dimana penghuninya diketahui ada menderita infeksi T. solium untuk mencegah
terjadinya cysticercosis.Telur Taenia solium sudah infektif segera setelah keluar melalui tinja
penderita dan dapat menyebabkan penyakit yang berat pada manusia. Perlu dilakukan tindakan
tepat untuk mencegah reinfeksi dan untuk mencegah penularan kepada kontak.
Daging sapi atau daging babi yang dibekukan pada suhu di bawah minus 5oC (23oF)
selama lebih dari 4 hari dapat membunuh cysticerci. Radiasi dengan kekuatan 1 kGy sangat
efektif.
Pengawasan terhadap bangkai sapi atau bangkai babi hanya dapat mendeteksi sebagian
dari bangkai yang terinfeksi; untuk dapat mencegah penularan harus dilakukan tindakan secara
tegas untuk Membuang bangkai tersebut dengan cara yang aman, melakukan iradiasi atau
memproses daging tersebut untuk dijadikan produk yang masak.
Jauhkan ternak babi kontak dengan jamban dan kotoran manusia.

E. TANDA DAN  GEJALA
Lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit,,
prestasi kerja menurun, dan anemia merupakan manifestasi klinis yang sering terjadi. Di
samping itu juga terdapat eosinofilia (Menteri Kesehatan, 2006)

7
F. PEMERIKSAAN FISIK DAN DIAGNOSTIK
Gejala cacingan sering dikacaukan dengan penyakit-penyakit lain. Pada permulaan
mungkin ada batuk-batuk dan eosinofilia. Anak yang menderita cacingan biasanya lesu, tidak
bergairah dan kurang konsentrasi belajar.
Pada anak-anak yang menderita Ascariasis lumbricoides perutnya tampak buncit, perut
sering sakit, diare, dan nafsu makan kurang. Biasanya anak masih dapat beraktivitas walau sudah
mengalami penuruanan kemampuan belajar dan produktivitas. Pemeriksaan tinja sangat
diperlukan untuk ketepatan diagnosis yaitu dengan menemukan telur-telur cacing di dalam tinja
tersebut. Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan beratnya infeksi
(Menteri Kesehatan, 2006)
1)  Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan mikroskopis pada hapusan tinja dan dihitung dengan metode apus tebal
kato. Infeksi biseksual menyebabkan ekskresi telur fertil matang, sedangkan telur
infertil ditemukan pada individu yang terinfeksi hanya dengan cacing betina.
b. Ditemukan larva pada lambung atau saluran pernafasan pada penyakit paru.
c. Pada pemeriksaan darah ditemukan periferal eosinofilia.
2) Pemeriksaan foto
a. Foto thorak menunjukkan gambaran opak pada lapang pandang paru seperti pada
sindrom Loeffler.
b. Penyakit pada saluran empedu
1. Endoscopic retrogade cholangiopancreatography (ERCP) memiliki sensitifitas 90
% dalam membantu mendiagnosis biliary ascariasis.
2. Ultrasonography memiliki sensitivitas 50 % untuk membantu membuat
diagnosis biliary ascariasis.

G. TERAPI MEDIS
1) Pada anak dengan infeksi berat garam piperazin (sitrat, adipat, atau fosfat) diberikan secara
oral dengan dosis per hari 50-75 mg/kg selama 2 hari. Dosis tunggal lebih efektif dari pada
regimen 2, dalam mengurangi beban cacing pada anak yang terinfeksi. Karera piperazin
menyebabkan paralisis neuromuskuler parasit dan pengeluaran cacing relatif cepat , maka
obat ini adalah obat plihan untuk obstruksi usus atau saluran empedu (Berhman, 1999).

8
2) Obat ascariasis usus tanpa komplikasi dapat digunakan albendazole (400 mg P.O. sekali
untuk segala usia), mabendazole (10 mg P.O. untuk 3 hari atau 500 mg P.O. sekali untuk
segala usia).

H. Penatalaksanaaan Medis
1. Pengkajian
Identitas klien
a. Nama
b. Usia
c. Alamat
d. Jenis kelamin
e. Agama
f. Status
Dasar data pengkajian menurut Doenges (1999) adalah :
a) Aktivitas dan istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur
semalam karena diare. Merasa gelisah dan ansietas.
b) Sirkulasi
Tanda : tachikardia ( respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan
nyeri)
c) Nutrisi / cairan
Gejala : mual, muntah, dan anoreksia.
Tanda : hipoglikemia, pot belly, dehidrasi, BB turun
d) Eliminasi
Tanda : diare, penurunan haluaran urin.
e) Nyeri
Gejala : nyeri epigastrik, nyeri daerah pusat, kolik.
f) Integritas egoGejala : ansietas.
g) Keamanan
Tanda : kulit kemerahan, kering, panas, suhu meningkat

9
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder terhadap diare. (Carpenito,
2000: 104).
Tujuan  : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan kriteria tidak
ditemukannya tanda-tanda dehidrasi dan klien mampu memperlihatkan tanda-tanda
rehidrasi dan pemeliharaan hidrasi yang adekuat.
Intervensi :
a. Monitor intake dan out put cairan.
b. Observasi tanda-tanda dehidrasi (hipertermi, turgor kulit turun, membran mukosa
kering).
c. Berikan oral rehidrasi solution sedikit demi sedikit membantu hidrasi yang adekuat.
d. Observsasi tanda-tanda dehidrasi.
e. Observasi pemberian cairan intra vena.
2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan spasme otot polos sekunder akibat
migrasi parasit di lambung.
Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan hilang atau berkurang
dengan kriteria klien tidak menunjukkan kesakitan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat dan karakteristik nyeri.
b. Beri kompres hangat di perut.
c. Ajarkan metoda distraksi selama nyeri akut.
d. Atur posisi yang nyaman yang dapat mengurangi nyeri.
e. Kolaburasi untuk pemberian analgesik.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan muntah
(Carpenito, 2000: 260).
Tujuan : Nutrisi terpenuhi dengan kriteria klien menunjukkan nafsu makan meningkat,
berat badan sesuai usia.
Intervensi:
a. Beri diit makanan yang adekuat, nutrisi yang bergizi.
b. Timbang BB setiap hari.
c. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.

10
d. Pertahankan kebersihan mulut yang baik.
4) Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap dehidrasi
(Carpenito, 2000 ; 21)
Tujuan : Mempertahankan normotermi yang ditunjukkan dengan tidak terdapatnya tanda-
tanda dan gejala hipertermia, seperti tachicardia, kulit kemerahan, suhu dan tekanan
darah normal.
Intervensi :
a. Ajarkan klien dan keluarga pentingnya masukan adekuat.
b. Monitor intake dan output cairan
c. Monitor suhu dan tanda vital
d. Lakukan kompres.
5) Perubahan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal – epidermal
sekunder akibat cacing gelang (Carpenito, 2000 ; 300)
Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan integritas kulit teratasi
dengan kriteria tidak terjadi lecet dan kemerahan.
Intervensi :
a. Beri bedak antiseptik.
b. Anjurkan untuk menjaga kebersihan diri / personal hygiene.
c. Anjurkan untuk tidak menggaruk .
d. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang meresap keringat.
3. EVALUASI
a. Diare dapat teratasi
b. Nyeri berkurang
c. Kebutuhan nutrisi dalam tubuh dapat terpenuhi
d. Hipertermi dapat teratasi
e. Intake cairan tubuh dapat terpenuh

I. PENGOBATAN
Banyak anthelmintika memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua jenis cacing
saja. Hanya beberapa obat yang memiliki khasiat yang lebih terhadap lebih banyak jenis cacing

11
(broad spektrum) misalnya membendazol. Oleh karena itu  pengobatan harus selalu didasarkan
atas diagnosa jenis parasit dengan jalan penelitian mikroskopis.
Posmendikasi Banyak anthelmintika dalam dosis terapi hanya bersifat melumpuhkan
cacing, jadi tidak mematikannya. Guna mencegah jangan sampai parasit menjadi aktif lagi atau
sisa-sisa cacing mati vdapat menimbulkan reaksi alergi, maka harus dikeluarkan secepat
mungkin. Biasanya diberikan suatu laksans garam 2-4 sesudahnya. Minyak kastrotidak boleh
digunakan, karena banyak enthelmintika yang melarut didalamnya hingga resorpsi obat dan
toksisitasnya meningkat. Pencaharan tidak diperlukan oleh obat modern yang bersifat laksans
seperti piperasinatau berkhasiat vermisid, mematikan cacing seperti mebendazol, niklosamida
dan praziquantel. Bila terdapat anemia pasien  juga harus diobati dengan sediaan yang
mengandung besi.

J. JENIS-JENIS CACING
Dari sekian banyak jenis infeksi cacing yang dikenal, hanya sejumlah kecil yang sering
terjadi di Indonesia dan akan dibahas dibawah ini
1. Ascariasis

Adalah cacing gelang yang panjangnya 10-15 cm dan biasanya bermukin didalam usus
halus, dimana cacing betina mengeluarkan telurnya yang sangat banyak sampai 200.000 telur
sehari yang dikeluarkan dalam tinja. Penularan terjadi melalui makanan yang terinfeksi oleh telur
dan larvanya yang panjangnya kira-kira 0,25 mm yang berkembang dalam usus halus.

12
Larva ini menembus dinding usus, melalui hati untuk kemudian keparu-paru. Setelah
mencapai tenggorok, lalu larva ditelan untuk kemudian berkembang biak menjadi cacing dewasa
di usus halus. Dengan jumlah yang begitu banyak sehingga bisa menimbulkan penyumbatan,
juga komplikasi seperti ileus, appendicitis dan pancreatitis.

Pengobatannya.
Obat pilihan pertama adalah mebendazol, albendazol, dan pirantel. Sering kali kur harus
diulang dengan kur kedua karena semua cacing atau telurnya dapat dimusnahkan pada tahap
pertama.

2. Oxyuriasis

Jenin penyakit cacing yang bernama cacing kermi yang menimbulkan gatal disekitar


dubur (anus) dan kejang hebat pada anak-anak. Adakalanya infeksi ini mengakibatkan radang
umbai-usus buntu akut (appedencitis)
Pada wanita, biasanya cacing ini merambat genital dan seterusnya kerongga perut. Pada
anak kecil sering kali terjadi dengan jalan melalui telur yang melekat pada jari-jari sewaktu
menggarut daerah dubur yang dirasakan sangat gatal dengan demikian memungkinkan terjadi
infeksi sekunder. Penyebabnya adalah cacing betinya yang panjangnya 8-13 mm,keluar dari
dubur antara jam 8-9 malam untuk bertelur disekitar dubur. Infeksi cacing kermi adalah infeksi

13
cacing satu-satunya yang penularannya berlansung dari orang ke orang, sehingga semua anggota
keluarga harus serentak diobati pula, walaupun mereka tidak menunjukkan gejala apapun.
Soalnya karena cacing betina baru meletakkan telurnya antara 3-6 minggu setelah infeksi.

Pengobatannya.
Mabendazol, albendazol dan pirantel tidak mematikan telurnya, sehingga setelah dua
minggu cacing menetas harus dimatikan oleh kur yang kedua dan piparazin adalah obat pilihan
kedua

3. Taeniasis: praziquantel, niklosomida.

Cacing pita yang paling umum terdapat adalah Taenia solium dan T. Saginata yang
banyak terdapat pada masing-masing babi dan sapi, juga ikan. Penularannya terjadi karena
memakan daging yang dimasak belum cukup lama dan masih mengandung larva. Cacing dewasa
yang berkembang dalam usia, berbentuk seperti pita bersegmen. T. Saginata dapat mencapai
panjang 10 meter, sedangkan T. Salium lebih pendek, sampai 6 meter.
Taenia sukar sekali dibasmi karena kepalanya (scolex) yang relatif kecil di benangkan
dalam selaput lendir usus hingga tidak bersentuhan dengan obat. Bagian cacing (segmen,
proglotida) yang bersentuhan dan obat dengan telah dimatikan, dilepaskan dari scolex yang
kemudian membuat segmen-segmen baru (regenasi). Segmen dan telurnya dapat dikenali dalam
tinja, tetapi scolexnya pada umumnya sudah di cernakan oleh geta usus. Penularan terjadi bila
telur yang dikeluarkan dengan tinja,di makan oleh tuan rumah-antara (hewan) dan kemudian

14
berkembang menjadi larvae.larvae ini menembus didinding usus dan menyebar di pelbagai
jaringan tubuh a.l. jaringan sukhutan, otot dan malahan ke otot. Disitu larvae (usus dari T.
Solium) dapat berkembang menjadi cysticerci, ialah kista dengan ukuran 0,5-1 centimeter yang
mengandung scolex cacing dewasa . makan kistar ini melalui daging terinfeksi yang diamasak
kurang matang, dilambung parasit keluar dari kista nya dan dalam usus halus menjadi cacing
dewasa. Di agnosanya dilakukan dengan deteksi proglotida atau telaur dalam tinja. Kista yang
berada di dalam otak dapat dideteksi melalui CT atanmeri scan.
Gejala umumnya
Infeksi dengan cacing dewasa umumnya tak menimbullkan gejala (asimtomatis), jarang
sekali anemia, radang usus buntu atau radang pankreas

Pengobatan.
Obat pilihan pertama terhadap infeksi Teania adalah praziquantel  (10mg/kg single dose) atau
niklosamida (2 x 1g denganan selingan waktu 2 jam). Pemberian suatu laksan sesudahnya di
anggap tidak perlu.

4. Ancylostomiasis

Mebandazol dan albendazol. Ada dua jenis cacing tambang, yakni necator americanis
yang terdapat di  daerah tropis/subtropis dan panjangnya 1.k 10mm.cacing terowongan
(penyebab tunnel di sease) karena terdapat di daerah tambang dan terowongan di gunung

15
Penularannya terjadi oleh larva yang memasuki kulit kaki yang terluka dan menimbulkan reaksi
lokal. Setelah memasuki vena, larva menuju ke paru-paru dan bronchi, akhirnya kesaluran cerna.
Seperti Taenia cacing tambang juga mengaitkan diri pada mukosa usus dan menghisap darah
tuan-rumah hingga menimbulkan anemia yang cukup serius.

Pengobatannya 
Diarahkan kepada dua tujuan, yakni memperbaiki gambaran darah (makanan yang bergizi dan
senyawa besi) dan memberantas cacing. Mebendazol dan pirantel merupakan obat pilihan
pertama, yang sekaligus juga dapat membasmi cacing gelang bila terjadi infeksi campuran.

5. Strongyloidiasis: tiabendazol, ivermecting, albendazol.

Strongyloides stercoralis atau cacing benag sering kali terdapat di daerah tropis dan
subtropis. Penularannya lewat larva yang berbentuk benang kulit. Larva ini dapat dikenal dalam
tinja tetapi tidak mengandung telurnya. Berhubung terjadinya autoreinfeksi, maka cacing dapat
bertahan puluhan tahun lamanya di mukosa bagian atas usus halus. Ditempat itu cacing merusak
jaringan dan menimbulkan reaksi radang.
Gejalanya  yang khas adalah gatal hebat dibagian bokong bersifat sementara, juga gangguan
perut dan iritasi saluran pernapasan (batuk, enggap) akibat migrasi cacing.

Pengobatan

16
Tiabendazol dan invermectin merupakan obat pilihan pertama terhadap cacing
benang, albendazol juga efektif.

6. Trichiuriasis : Membendazol, pirantel, albendazol

Trichiuris trichiura atau cacing cambuk, umumnya terdapat pada beriklim panas dan
lembab. Dalam tubuh manusia biasanya cacing cambuk terdapat dalam coecum dan bermukiman
di mukosa ileum dan colon, dengan menimbulkan kerusakan dan peradangan, telurnya
dikeluarkan dalam tinja dan dapat dideteksi untuk keperluan diagnosa. Telurnya dapat
berkembang di tanah
Penularannya terjadi melalui makanan dan air yang terinfeksi.
Gejalanya,
pada anak kecil dapat mengakibatkan appendicitis akut akibat kehilangan darah juga dapat
timbul anemia

Pengobatan, efektif dengan mebendazol,  pirantel dan albendazol

7. Filariasis : dietilkarbamazin, hetrazan

17
Wucheria bancrofti atau cacing benang merupakan nematoda dari famili filaria, yang
menimbulkan penyakit kaki gajah, yang menimbulkan penyakit radang pembuluh limfa disusul
oleh penyumbatan cacing dewasa yang panjangnya 8-10 cm. Akibatnya adalah hipertrofi dari
jaringan sel, terutama dibagian kaki yang dapat membesar sampai diameter 30 cm, makanya
disebut kaki “gajah”
Penularannya ke manusia terjadi melalui nyamuk yang menyengat pada waktu malam.

Pengobatan
Obat utama terhadap infeksi adalah dietilkarbamazin, khususnya bila diberikan pada waktu dini,
kadangkala diperlukan pembedahan untuk memperbaiki penyaluran getah bening dan membuang
jaringan yang berlebihan.

8. Schistosomiasis :  praziquantel

18
Adalah merupakan caciing pipih yang tidak bersegmen. Cacing ini merupakan penyakit
yang ditularkan melalui sejenis keong pembawa larvanya. Setelah berkembang parasit ini,
menembus kulit manusia  dan memasuki peredaran darah. Di beberapa Negara Schistosomiasis
merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang disebarkan melalui mandi di air yang
terinfeksi.

Kandungan Obat dan efeknya

1) Mabendazol , yang sangat efektif terhadap cacing kermi, gelang, pita, cambuk dan tambang.
Efek sampingnya,  jarang terjadi dan beberapa gangguan saluran pencernaan seperti sakit
perut dan diare. Kehamilan  dan  laktasi : tidak boleh digunakan oleh ibu hamil karena
memiliki sifat terotagen yang potensial. Mengingat resorpsinya sangat ringan, laktasi tidak
perlu dihentikan, tidak dianjurkan bagi anak dibawah usia 2 tahun.
Dosisnya ; dewasa  dan anak sama yakni 1 tablet pada waktu selesai makan siang, dan
diulang nanti 14 hari kemudian
2) Abendazol
Berspektrum luas terhadap Ascaris, Oxyuris, Taenia, Ancylostoma, Strongyloides dan
Trichiuris, terutama dianjurkan pada echinococciosis (cacing pita anjing), resorpsinya dari
usus buruk , tetapi masih lebih baik dari pada mabendazol.

19
Efek sampingnya, berupa gangguan lambung-usus, demam, rontok rambut (selewat) dan
exanthema.
Wanita hamil tidak boleh menggunakan abendazol karena ternyata teratogen pada binatang
percobaan.
Dosisnya diatas 6 tahun 15mg/kg/hari dalam 2 doses dc, pada ascariasis, enterobiasis,
ancylostomiasis, trichuriasis, anak  dan dewasa single doses 400 mg d.c, pada
Strongyloidiasis 1 dd 400 mg d,c selama 3 hari.
3. Piperazin
Zat basa ini sangat efektif terhadap Oxyuris dan Ascaris berdasarkan perintangan penerusan-
inpuls neuromuskuler, hingga cacing dilumpuhkan kemudian dikeluakan dari tubuh oleh
gerakan  parristaltik usus.
Efek sampingnya, jarang terjadi (mual, muntah, reaksi alergi), pada over dosis
mengakibatkan gatal-gatal, kesemutan, rasa kantuk, pikiran kacau.
Hati-hati penggunaannya pada orang yang kena epilepsy, gangguan hati dan ginjal
Wanita hamil dapat diberikan pada wanita hamil
Dosisnya :
a) Untuk Ascaris 75 mg/kg berat badan atau dosis tunggal dari 3 gram selama 2 hari.
b) Untuk Oxyuris 65 mg/kg berat badan atau dosis tunggal 2,5 gram selama 7 hari
c) Untuk anak-anak terhadap ascaris ; 50 mg/berat bsdsn, yakni 1-2 tahun 1 grm, 3-5 tahun
2 grm, dan diatas 6 tahun 3 gram sekaligus. Terhadap oxyuris ; dosis sama, tetapi
selama 4-7 hari.
4. Dietilkarbamazin
Obat ini khusus untuk cacing benang. Khasiatnya, berdasarkan penurunan otot dan
kemudian melumpuhkan microfilaria dan mengubah permukaan membrane cacing sehingga
cacing dapat dimusnahkan oleh daya tangkis penderita.
Efek sampingnya, seperti sakit kepala, mual dan muntah. Walaupun sering terjadi tetapi
tidak serius dan biasanya hilang sendiri dalam waktu beberapa hari tanpa menggunakan obat
Kehamilan, obat ini dianggap aman untuk digunakan untuk ibu hamil.
Dosisnya :
3 dd 2mg/kg berat badan p.c , atau 150-500 mg seharinya untuk 14 hari

20
5. Pirantel
Berkhasiat terhadap ascaris, Oxyuris, dan cacing tambang.
Mekanisme kerjanya berdasarkan pelumpuhan cacing, dengan jalan menghambat penerusan
impuls neuro-muskuler (seperti piperazin) lalu parasit dikeluarkan oleh peristaltic usus tanpa
mengeluarkan laksans
Efek sampingnya, ringan dan berupa gangguan saluran cerna dan kadang kala sakit kepala.
Kehamilan, pirantel tidak dianjurkan penggunaannya oleh wanita hamil, maupun anak-anak
dibawah usia 2 tahun.
Dosisnya :
Pada cacing kermi  dan gelang sekaligus 2-3 tablet dari 250 mg, anak-anak ½-2 tablet sesuai
usia (10 mg/kg). pada cacing cambuk dosisnya sama selama 3 hari.

K. PENYAKIT CACINGAN
Di antara nematode usus tedapat sejumlah spesies yng di tularkan melalui tanah
disebut soil transmitted helminthes. Cacing yang terpenting bagi manusia
adalah Ascarislumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura,
Strongyloides steroralis dan beberapa spesies Trichosttrongylus.Nematoda usus lainnya yang
penting bagi manusia adalah Oxyuris vermicularisdan Trichinella spiralis.

1. Ascaris lumbricoides

21
a) Hospes dan Nama Penyakit : Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris
lumbricoides.Penyakit yang disebabkannya disebut askariasis.
b) Daur Hidup
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif
dalam waktu kurang lebih tiga minggu. Bentuk infektif tersebut apabila tertelan manusia,
menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau
saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru
menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian
naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva menuju faring, sehingga menuju
rangsangan pada faring. Penderiita batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan ke
dalam esopagus lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah enjadi cacing dewasa.
Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukaln waktu kurang lebih 2-3
bulan.
c) Cara Diagnosis
Cara menegakkan penyakit ini adalah dengan pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya
telur dalam tinja memastikan diagnosis askariasis. Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing
dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung melalui muntah.
d) Cara Penularan
Cara penularan penyakit cacing gelang adalah melalui telur matang yang tertelan. Dalam
usus halus telur akan menetes, dan keluar larva yang dapat menembus usus, mengikuti aliran
darah menuju jantung kanan lalu ke paru. Larva merangsang laring sehingga terjadi batuk dan
dapat masuk ke dalam saluran cerna melalui kerongkongan. Larva menjadi cacing dewasa di
dalam usus halus. Nggak bayangin kan teman-teman? betapa mengerikannya cacing ini.
e) Cara Pencegahan
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahpenyakit ini adalah sebagai berikut:
1) Mengadakan kemotrapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik ataupun daerah
yang rawanterhadap penyakit askariasis.
2) Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.
3) Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup cacing
misalnyamemakai jamban/WC.
4) Makan makanan yang dimasak saja.

22
5) Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang menggunakan tinja
sebagai pupuk.
f) Cara Pengobatan    
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan obat, misalnya piperasin, pirantel
pamoat 10mg, mebendazol 500mg atau albendazol 400mg.

2. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

a) Hospes dan Nama Penyakit


Hospes parasit ini adalah manusia ; cacing ini menyebabkan nekatoriasis dan
ankilostomiasis.
b) Daur Hidup
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat pada
mukosa dinding usus. Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam waktu 1-1,5
hari, keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu kurang lebih 3 hari larva rabditiform tumbuh
menjadi larva filariform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7-8 minggu di
tanah.
Telur cacing tambang yaang besarnya kurang lebih 60 x 40 mikron, berbentuk bujur dan
mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel. Larva rabditiform panjangnya
kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filariform panjangnya kurang lebih 600 mikron.
c) Daur hidupnya sebagai berikut :

23
Telur               larva rabditiform                   larva filariform              menembus kulit
kapiler darah          jantung kanan            paru           bronkus           trakea            
laring           usus halus.
Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit. Infeksi A. duodenale juga dapat terjadi
dengan menelan larva filariform.
d) Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Dalam tinja yang lama
mungkn ditemukan larva. Untuk membedakan spesies N. americanus dan A. duodenale dapat
dilakukan biakan.
e) Cara Penularan
Obat yang digunakan untuk memusnahkan cacing ini adalah mebendazol 2x/hari 100 mg
dan albendazol 400 mg dosis tunggal pada waktu makan, selama 3 hari.
f) Cara Pencegahan
Langkah pencegahan agar tidak terjadi infeksi cacing tambang:
1) Selalu memakai alas kaki.    
2) Mencuci bersih makanan.
3) Memasak sampai matang makanan,
4) Menggunakan disinfektan di toilet dan kamar mandi,
5) Selalu mencuci tangan sebelum memegang makanan agar terhindar dari infeksi cacing
tambang.
g) Cara Pengobatan
Pirantel pamoat 10 mg/ kg berat badan memberikan hasil cukup baik, bilamana
digunakan beberapa hari berturut-turut.

3. Oxyuris vermcularis

24
a) Hospes dan Nama Penyakit.
Manusia adalah satu  - satunya hospes dan penyakitnya disebut enterobiasis atau
oksiuriasis.
b) Daur Hidup
Di daerah perinium tersebut cacing-cacing ini bertelur dengan cara kontraksi
uterus,kemudian telur melekat di daerah tersebut. Telur dapat menjadi larva infektif pada tempat
tersebut, terutama pada temperatur optimal 23-26 ºC dalam waktu 6 jam. Telur resisten terhadap
desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari. Waktu
yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing
dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung kira-kira 2 minggu sampai 2
bulan.
Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang, atau bila larva dari telur yang
menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang
tertelan,telur menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali sebelum menjadi
dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum. Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri. Bila tidak
adareinfeksi,tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir. 
c) Diagnosis
Infeksi cacing dapat di duga pada anak yang menunjukan rasa gatal disekitar anus pada
waktu malam hari. Diagnosis di buat dengan menemukan telur dan cacing sewasa. Telur cacing
dapat diambil dengan alat Anal Swab Yng ditempelkan disekitar anus pada waktu pagi hari
sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok) . Anal Swab adalah suatu alat dari
batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya diletakkan Scotch Adhesive Tape.

25
Bila Adhesive ditemoelkan di daerah sekitar anus , telur cacing akan menemp pada perekatnya.
Kemudian Adesive Tape diletakkan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluol untuk
pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksanya dilakukan 3 hari berturut-turut .
d) Cara Penularan
Cara penularan Enterobius vermicularis dapat melalui tiga jalan :
1) Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infection) atau pada orang lain
sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau
pakaian dalam penderita.
2) Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif.
3) Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri, oleh
karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasikembali ke usus
penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa
e) Cara Pencegahan
1) Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
2) Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
3) Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
4) Membersihkan jamban setiap hari
5) Menghindari penggarukan daerah anus karena mencemari jari-jari tangan dan setiap
benda yang dipegang/disentuhnya
f) Cara Pengobatan
1) Pirantel pamoat 10 mg/kgBB dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
2) Mebendazol 100 mg dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
3) Albendazol 400 mg dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
g) Penanggulangan
1) Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan pilihan
yang dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lain-lain)
merupakan anti cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar infeksi yang
disebabkan parasit cacing.
2) Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan
albendazole 10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapat
mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah.

26
3) Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat
keberhasilan yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi
secara maksimal, tuntas dan paripurna.
L. Nutrisi Sebagai Terapi Pada Penyakit Cacingan
1. Wortel
Jika anda ingin membasmi cacing dalam perut anda juga bisa menggunakan ramuan
dari air perasan wortel, caranya :
a. campurkan air perasan wortel dengan santan kental masing-masing berukuran 1
cangkir
b. beri sedikit garam aduk sampai rata
c. kemudian minumkan pada anak yang menderita cacingan.
Ramuan ini bisa memberantas cacing yang menyerang anakanak maupun orang
dewasa

2. Kelapa
a. Bahan yang diperlukan
1) 1/4 butir kelapa
2) 1 buah wortel.
b. Cara membuat ramuan : Semua bahan diatas cucilah hingga bersih sebelum
diparut, campur parutan dengan segelas air matang. Peras, saring dan minumlah
sebelum tidur.
3. Bawang Putih
a. Bahan yang diperlukan
1) bawang putih 3 butir
2) gula merah secukupnya.
b. Cara membuat ramuan :
1) bawang putih juga efektif untuk mengobati cacing kremi.
2) gula merah dipotong dan semua bahan dicuci bersih.
3) Lalu rebus semuanya dengan 600cc air, hingga tersisa 300 cc.
4) Minum air rebusannya selagi hangat. Lakukan secara teratur 2 kali sehari.
4. Biji Pepaya (paling efektif)
a. Bahan yang diperlukan

27
1) 2 sendok makan biji papaya
2) Madu
b. Cara membuat ramuan :
1) Biji pepaya dikeringkan
2) kemudian ditumbuk hingga halus.
3) Seduh dengan setengah gelas air
4) tambahkan dengan sedikit madu.
5) Minum secara teratur sehari 2 kali selama 3 - 4 hari berturut-turut.
5. Daun pepaya (paling efektif)
a. Bahan yang diperlukan
1) 1 lembar daun pepaya.
b. Cara membuat ramuan :
1) Cucilah bahan hingga bersih.
2) Rebus semuanya dengan 600cc air, hingga tersisa 300 cc.
3) Minum air rebusannya selagi masih hangat.
4) Lakukan secara teratur 2 kali sehari selama 3 - 4 hari berturut-turut.

28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi yang
di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan cara
menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi daritubuh inangnya.
Jenis-jenis cacing yang dapat menginfeksi adalah

a) Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)

b) Cacing cambuk (Tricuris Trichiura)

c) Cacing tambang (Ancylostomiasis)

d) Cacing kremi (Enterobius Vermicularis)

Gejala umum jika terinfeksi cacing adalah timbulnya rasa mual, lemas, hilangnya nafsu makan, rasa
sakit di bagian perut, diare, dan turunnya berat badan karena penyerapan nutrisi yang tidak
mencukupi dari makanan. Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah tempat
dari usus ke organlain, sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat timbul gejala

29
demam, adanya benjolan di organ/jaringan tersebut, dapat timbul reaksi alergi terhadap larva
cacing, infeksi bakteri, kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena.

Penderita cacingan akan mengalami penurunan daya tahan tubuh serta metabolisme
jaringan otak. Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami kelemahan fisik dan
intelektualitas. Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing yang dikandungnya. Jika
anak-anak itu sudah terinfeksi cacing, biasanya akan menunjukkan gejala keterlambatan fisik,
mental dan seksual. Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi
penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya
infeksi penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.

Penularan cacing : cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman
yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang
banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar.

Pencegahan infeksi ini relative mudah, yaitu dengan pola hidup bersih dan sehat, menjaga
kesehatan diri dan lingkungan, mengkonsumsi obat cacing setiap 6 bulan sekali, dan konsultasi
kesehatan apabila ada gejala yang tidak beres di dalam tubuh kita dan keluarga kita.

B. Saran
Sebaiknya pengobatan diberikan kepada seluruh anggota keluarga untuk mencegah atau
mewaspadai terjadinya cacingan tersebut. Selama masa penanganan atau pengobatan hindari
penularan cacingan ke anggota keluarga lain dengan cara mencuci tangan dengan sabun setiap
habis ke toilet atau sebelum menyentuh makanan, hindari juga untuk menutup mulut
dengan tangan yang belum dicuci. Menjaga kebersihan diri adalah salah satu kunci
untuk mencegah timbulnya cacingan kembali.

30
DAFTAR PUSTAKA

Faust E.c., Beaver P.C and Jung RC, : Animal Agents and Vector of Human diasease 4th edition
(Lea& Febiger, Philadelphia, 1975).

Oswari, E.2009.Penyakit dan Penanggulangannya.Jakarta:Balai Penerbit FK UI

http://doktersehat.com/bahaya-cacingan-untuk-anak-dan-dewasa/

http://endangzaenia.blogspot.com/2017/07/makalah-penanggulangan-penyakit.html

31

Anda mungkin juga menyukai