Anda di halaman 1dari 9

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut
merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima orang lain
sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa
(UU No.18 tahun 2014).
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara negara
maju, meskipun masalah kesehatan jiwa tidak di anggap sebagai gangguan yang menyebabkan
kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan
individu dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak
produktif (Hawari,2009)
Untuk menjadi individu yang produktif dan mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar,
kita harus memiliki jiwa yang sehat. Individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi
fisik, mental, dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit), tidak dalam kondisi tertekan
sehingga dapat mengendalikan stres yang timbul. Kondisi ini akan memungkinkan individu
untuk hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan. Dalam
melakukan peran dan fungsinya seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus
memandang manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual sehingga pemilihan model
keperawatan dalam menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan paradigma keperawatan
jiwa.
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan
keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan
arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang fenomena dan
menunjukkan pemecahan masalah (Brockopp, 1999 : 73 ).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam lingkungan atau
stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif baik secara
mandiri maupun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang
dilakukan baik oleh perawat untuk  menolong seseorang dalam mempertahankan keseimbangan
melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor yang dialaminya (Videbeck,
2008 : 54). Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk memahami dan mempelajari
konseptual keperawatan jiwa dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai konsep dasar keperawatan jiwa

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a) Menjelaskan kembali pengertian kesehatan jiwa
b) Menjelaskan kembali ciri sehat jiwa dan rentang sehat jiwa
c) Memahami pengertian dan falsafah keperawatan jiwa dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa
d) Menerapkan model konsep keperawatan jiwa dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN KESEHATAN JIWA


1. Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan
yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. (WHO)
2. Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektuakl, emosional secara optimal
dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain. (UU Kesehatan
Jiwa No.3 Tahun 1996)
3. A mind that grows and adjust,is in control, and is free of serious of strees. ( Kondisi jiwa
seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam
pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.) ( Rosdahl, Textbook of Basic
Nursing, 1999 : 58)
4. Indicator of mental health include positive attitude toward self, growth, development, self
actualization, integration, autonomy, reality perception & environmental mastery.
( Indikator sehat jiwa meliputi sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang,
memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan
dan kecakapan dalam beradaptasi denga lingkungan. ) ( Stuart & Lala, Principle and
Practice Psychiatric Nursing, 1998 ) ( Yahoda )

B. CIRI-CIRI SEHAT JIWA (MENTAL)


Berikut ini akan dijelaskan ciri sehat jiwa dari menurut beberapa ahli diantaranya menurut:
1. Yahoda
Yahoda mencirikan sehat jiwa sebagai berikut:
a. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh, berkembang dan beraktualisasi
c. Menyadari adanya integrasi dan hubungan antara : Masa lalu dan sekarangMemiliki
otonomi dalam pengambilan keputusan dan tidak bergantung pada siapapun
d. Memiliki persepsi sesuai dengan kenyataan
e. Mampu menguasai lingkungan dan beradaptasi

2. WHO (World Health Organisation/Organisasi Kesehatan Dunia)


Pada tahun 1959 dalam sidang di Geneva, WHO telah berhasil merumuskan kriteria
sehat jiwa. WHO menyatakan bahwa, seseorang dikatakan mempunyai sehat jiwa, jika
memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Individu mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun
kenyataan itu buruk baginya.
b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
d. Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas dan depresi.
e. Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling
memuaskan.
f. Mampu menerima kekecewaan sebagai pelajaran yang akan datang
g. Mempunyai rasa kasih sayang.
Pada tahun 1984, WHO menambahkan dimensi agama sebagai salah satu dari 4 pilar
sehat jiwa yaitu : Kesehatan secara holistik yaitu sehat secara jasmani/ fisik (biologik);
sehat secara kejiwaan (psikiatrik/ psikologik); sehat secara sosial; dan sehat secara
spiritual (kerohanian/ agama). Berdasarkan keempat dimensi sehat tersebut,the American
Psychiatric Association mengadopsi menjadi paradigma pendekatan biopsycho-socio-
spiritual. Dimana dalam perkembangan kepribadian seseorang mempunyai 4 dimensi
holistik, yaitu agama, organobiologik, psiko-edukatif dan sosial budaya.

3. MASLOW:
Maslow mengatakan individu yang sehat jiwa memiliki ciri sebagai berikut:
a. Persepsi Realitas yang akurat.
b. Menerima diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
c. Spontan.
d. Sederhana dan wajar.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sesesorang dikatakan sehat jiwa jika:

1. Nyaman terhadap diri sendiri


a) Mampu mengatasi berbagai perasaan : rasa marah, rasa takut, cemas, iri, rasa
bersalah, rasa senang, cinta mencintai, dll.
b) Mampu mengatasi kekecewaaan dalam kehidupan.
c) Mempunyai Harga Diri yang wajar.
d) Menilai diri secara nyata, tidak merendahkan dan tidak pula berlebihan.
e) Merasa puas dengan kehidupan sehari-hari.

2. Nyaman berhubungan dengan orang lain.


a) Mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain.
b) Mempunyai hubungan pribadi yang tetap.
c) Mampu mempercayai orang lain.
d) Dapat menghargai pendapat orang yang berbeda.
e) Merasa menjadi bagian dari kelompok.
f) Tidak mengakali orang lain, dan tidak memberikan dirinya diakali orang lain.

3. Mampu memenuhi kebutuhan hidup


a) Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya.
b) Mampu mengambil keputusan.
c) Menerima tanggung jawab.
d) Merancang masa depan.
e) Menerima ide / pengalaman hidup.
f) Merasa puas dengan pekerjaannya.

C. RENTANG SEHAT JIWA


1. Dinamis bukan titik statis
2. Rentang di mulai dari sehat optimal dan mati
3. Ada tahap tahap
4. Adanya variasi tiap individu
5. Menggambarkan kemampuan adaptasi
6. Berfungsi secara efektif : sehat

Sehat Optimal Sakit Kronis - Mati

D. PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

1. Menurut Dorothy, Cecelia


Perawatan psikiatri / keperawatan jiwa : proses dimana perawat membantu individua tau
kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif, meningkatkan pola hubungan
antar pribadi yang lebih harmonis serta berperan lebih produktif di masyarakat (Dorothy,
Cecelia).

Pengertian diatas memfokuskan bantuan perawat pada konsep dir individu yang
terganggu pada klien gangguan mental. Sebagai contoh seseorang yang mengalami
kebingungan identitas seperti gay, banci, waria, merupakan gangguan pada self identity,
dimana terjadi gangguan identitas diri apakah ia seorang laki-laki atau perempuan.
Disamping itu banyak konsep diri yang lain seperti Body Image (gambaran diri), Self
Ideal (ideal diri), Role (peran), self esteem (harga diri).

2. Menurut American Nurses Associations (ANA)


Keperwatan jiwa adalah area khusus dalam praktekkeperawatan yang menggunakan ilmu
tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).

3. Menurut Kaplan Sadock


Proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku
yang akan mendukung integrasi. Pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga,
kelompok, organisasi atau komunitas.
Pengertian tersebut lebih memfokuskan pada upaya perawat dalam mendukung integrasi
seseorang. Ciri orang yang sehat jiwanya adalah adanya integrasi atau kesatuan yang utuh
antara berbagai aspek dalam dirinya sendiri. Misalnya adanya hubungan yang jelas antar
persepsi dengan emosi. Adanya integrasi antara dirinya dengan aturan atau norma yang
berlaku dalam budayanya.

4. Menurut Caroline dalam Basic Nursing, 1999.


Mental health nursing skill : ….care of clients with deviations in mental health, however
provides a challenging opportunity for nurses to use these ability fully, must be
emotionally available, able to listen, non punishing, supportive, understanding and
encouraging…..
( Keahlian perawatan kesehatan mental adalah merawat seseorang dengan penyimpanan
mental, dimana memberikan kesempatan kepada perawat umtik mengoptimalkan
kemampuannya, harus peka, memiliki kemampuan untuk mendengar, tidak hanya
menyalahkan, memberikan penguatan/dukungan, memahami dan memberikan
dorongan…)

Definisi tersebut lebih memfokuskan pada syarat-syarat keahlian (skill) seorang perawat
jiwa yaitu peka atau sensitive, kemampuan mendengar, memberi penguatan, memahami
dan memberikan dorongan.

5. Menurut Clinton & Nelson


Dalam perspektif keperawatan jiwa komunitas, Keperawatan jiwa adalah sebagai
berikut : …The primary role of mental health nurses is to meet the needs of the
consumer, and that do this effectively involves taking in emphatic and critical stance on
mental health policy and mental health care. (Clinton & Nelson, Mental Health Nursing
Practice, 1996 : 1 )

Definisi diatas lebih memfokuskan pada peran utama perawat kesehatan mental adalah
untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan pasien dan hal tersebut dilakukan secara efektif
melalui sikap empati (memahami apa yang di rasakan klien), sikap kritis dalam menelaah
kebijakan kesehatan dan perawatan kesehatan mental.

6. Menurut Stuart and Sundeen


Psychiatric nursing is an interpersonal process that promotes and maintains behavior
that contribute to integrated functioning. The patienta may be an individual, family,
group, organization, or community. The three domain of psychiatric nursing practice are
direct care, communication and management. ( Stuart Sundeen’s & Laraia, Psychiatric
Nursing, 1998:15)

Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan


mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien tersebut bisa
individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau masyarakat. Tiga area praktik keperawatan
mental yaitu perawatan langsung, komunikasi dan management.

E. FALSAFAH KEPERAWATAN JIWA

Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentamg hakikat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan. Falsafah
Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan. Keperawatan
memandang manusia sebagai mahluk holistic, sehingga pendekatan pemberian asuhan
keperawatan, dilakukan melalui pendekatan humanistik, dalam arti perawat sangat
menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta
menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia.

Keperawatan bersifat universal dalam arti dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat
tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan
status sosial ekonomi

Beberapa keyakinan mendasar yang digunakan dalam keperawatan jiwa antara lain sebagai
berikut (Depkes RI, 1998) :

1. Individu memiliki harkat dan martabat, sehingga setiap individu perlu dihargai.
2. Tujuan individu meliputi tumbuh, sehat, otonomi, dan aktualisasi diri.
3. Setiap individu mempunyai potensi untuk berubah.
4. Manusia adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan
sebagai manusia yang utuh.
5. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama.
6. Semua perilaku individu adalah bermakna.
7. Perilaku individu meliputi persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.
8. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi, yang dipengaruhi oleh kondisi
genetik, lingkungan, kondisi stres, dan sumber yang tersedia.
9. Sakit dapat menumbuhkan dan mengembangkan psikologis bagi individu.
10. Setiap orang mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama.
11. Kesehatan mental adalah komponen kritis dan penting dari pelayanan kesehatan yang
komprehensif.
12. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk
kesehatan fisik dan mentalnya.
13. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahteraan, memaksimalkan fungsi
(meminimalkan kecacatan/ketidakmampuan), dan meningkatkan aktualisasi diri.
14. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan pertumbuhan pada
individu.

Anda mungkin juga menyukai