PERKEMIHAN
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah
tentang ”Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan” sesuai waktu yang telah ditentukan. Shalawat
serta salam tetap tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat dan para
pengikutnya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan
oleh berbagai pihak, baik moril maupun materil. Dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran ataupun kritik
yang membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang
disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Masalah..................................................................................................2
A. Kesimpulan......................................................................................................41
B. Saran................................................................................................................41
iii
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................v
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan
homeostasis, yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerjasama
untuk mengatur suhu tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel lainnya.
Mengingat bahwa organisme hidup harus mengambil nutrisi danair, satu fungsi
homeostatis penting adalah eliminasi, atau kemampuan untuk mengeluarkan bahan
kimia dan cairan, sehingga dapat menjaga keseimbanganinternal. Sistem kemih
memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting. Kelangsungan hidup dan
berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan kosentrasi garam, asam,
dan elektrolit lain di lingkungan cairaninternal. Kelangsungan hidup sel juga bergantung
pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa metabolisme toksik dan dihasilkan
oleh sel pada saatmelakukan berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya. Traktus
urinarius merupakan system yang terdiri dari organ-organ danstruktur-struktur yang
menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh. Ginjal berperan penting mempertahankan
homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektrolit
dan air dan dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme. Sistem urin adalah
bagian penting dari tubuh manusia yang terutama bertanggung jawab untuk
menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu sepertikalium dan natrium, membantu
mengatur tekanan darah dan melepaskan produk limbah yang disebut urea dari darah.
Sistem kemih terdiri terutama pada ginjal, yang menyaring darah, sedangkan
ureter, yang bergerak urin dari ginjal ke kandung kemih, kandungkemih, yang
menyimpan urin, dan saluran kencing, urin keluar melalui tubuh. Peran dari sistem urin
dengan yang biasa bagi kebanyakan orang adalah bahwa ekskresi; melalui air seni,
manusia membebaskan diri dari air tambahandan bahan kimia dari aliran darah. Aspek
penting lain dari sistem urin adalahkemampuannya untuk membedakan antara senyawa
dalam darah yang bermanfaat untuk tubuh dan harus dijaga, seperti gula, dan senyawa
dalam darah yang beracun dan harus dihilangkan.
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
3,dilindungi oleh sangkar iga.Ginjal kanan biasanya sedikit lebih pendekdari ginjal
kiri,karena diatas ginjal kanan terdapat lobus hepatis dektera .Bentuk ginjal seperti
biji kacang panjangnya sekitar 11 cm,lebar 6 cm,tebal 3 cm serta beratnya 150 g
.
Gambar 1.2 bagian-bagian ginjal
Bagian Utama Ginjal dan FungsinyaUntuk mengenal belahan ginjal lebih jauh
a. Korteks(cortex)
Yang pertama ialah korteks, belahan terluar pada ginjal yang terletak antara
kapsul ginjal dan juga medula ginjal. Fungsi korteks pada ginjal ialah sebagai
pelindung ginjal itu sediri. Di dalam korteks terdapat jutaan nefron yang terdiri dari
tubuh malphigi. Sedangkan tubuh malphigi itu sendiri tersusun dari glomerulus yang
diselimuti oleh kapsula Bowman dan juga beberapa susukan yang terdiri dari tubulus
kontortus proksimal, tubulus kontortus distal dan tubulus kontortus kolektivus. Jutaan
nefron yang berada pada korteks ini menciptakan permukaan kapiler ginjal menjadi
lebih luas, dan ini mengakibatkan perembesan zat buang pada ginjal menjadi lebih
banyak.
b. Medula (medulla)
Bagian belahan ginjal dan fungsinya selanjutnya ialah medula atau sumsum
ginjal yang bentuknya renal pyramid. Medula ialah tempat berkumpulnya pembuluh
darah kapiler dan juga kapsula bowman. Di dalam belahan ginjal ini lah terdapat
proses reabsorbsi dan juga augmentasi yang dikerjakan oleh tubulus proksimal dan
5
juga tubulus destal. Selain itu ada lengkung henle yang menjadi belahan penghubung
antara tubulus proksimal dan tubulus destal.
Pelvis renalis atau rongga ginjal, yaitu belahan pada ureter yang melebar di
belahan proksimal dan terletak di belahan dalam sinus renalis yang menjadi
permukaan ureter. Pelvis sendiri ialah tempat penampungan urine dan selanjutnya
akan mengalirkan urine ke ureter. Setelah itu urine dari rongga ginjal akan menuju ke
kandung kemuh atau vesika urinaria yang dikirim dari ureter. Dan di dalam kandung
kemih, urine disimpan untuk sementara waktu sebelum karenanya urine dikeluarkan
dari tubuh melalui uretra.
Ginjal terdiri atas sekitar 1 juta unit fungsional nefron dan sejumlah kecil ductus
kolektivus.Duktus kolektivus mengangkut urine melalui pyramid ke pelvis renal
menyebabkan pyramid ini tampak bergaris garis.Tubulus di tunjang oleh sejumlah kecil
jaringan ikat,pembuluh limfe,serta syaraf
a. Nefron
Nefron merupakan unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdiri atas satu
juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Setiap
nefron terdiri dari Kapsula Bowman, yang mengitari rumbai kapiler glomerolus,
tubulus kontruktus proximal, lengkung henle dan tubulus konturtus distal, yang
mengosongkan diri ke duktus pengumpul. fungsi dasar nefron adalah untuk
membersihkan atau untuk menjernihkan plasma darah dari zat – zat yang tidak
dikehendaki ketika zat – zat tersebut mengalir melalui ginjal.
b. Korpuskulus ginjal
Korpuskulus ginjal terdiri dari kapsula bowman dan rumbai kapiler glomerolus.
Kapsula bowman merupakan suatu invaginasi dari tubulus proximal, terdapat ruang
yang mengandung kemih antara rumbai kapiler dan kapsula bowman dan ruang
6
yang mengandung kemih ini dekenal sebagai ruang bowman atau ruang kapsular –
kapsula bowman yang dilapisi oleh sel – sel epitel. Sel – sel epitel parietal berbentuk
gepeng dan berbentuk bagian terluar dari kapsula, sedangkan sel – sel epitel viseral
jauh lebih besar dan membentuk bagian dalam dari kapsula dan juga melapisi bagian
luar dari rumbai kapiler.
Membran basalis membentuk lapisan tengah dinding kapiler, terjepit diantara sel
– sel epitel padat pada satu sisi dan sel endotel pada sisi lain. Membran basalis
kapiler kontiniu dengan membran basalis tubulus. Sel – sel endotel membentuk
bagian terdalam dari rumbai kapiler. Sel – sel endotel, membran basalis dan sel – sel
viseralmerupakan tiga lapisan yang membentuk membran filtrasi glomerolus. Cairan
yang di filtrasikan melalui glomerolus kedalam kapsula bowman disebut dengan
filtrat glomerolus. Membran filtrasi glomerolus memungkinkan ultrafiltrasi darah
melalui pemisahan unsur – unsur darah dan molekul – molekul protein besar dari
bagian plasma lainnya dan mengalirkan bagian plasma tersebut sebagai kemih
primer kedalam ruang dari kapsula bowman.
Filtrat glomerolus memiliki komposisi yang hampir tepat sama dengan
komposisi cairan yang merembes dari ujung arteri kapiler kedalam cairan intestisial.
Filtrat tersebut tidak mengandung eritrosit dan hanya mengandung sekitar 0.03%
protein atau sekitar 1/200 protein diplasma.
Sel – sel mesangial adalah sel endotel yang membentuk suatu jalinan kontiniu
antara lengkung – lengkung kapiler glomerolus dan diduga berfungsi sebagai jalinan
penyokong dan bukan merupakan bagian dari membran filtrasi.
c. Aparatus jugstaglomerolus
Dari setiap nefron bagian pertama dari tubulus distal berasal dari medula
sehingga terletak pada sudut yang terbentuk antara anterior aferen dan eferen dari
glomerolus nefron yang bersangkutan. Pada posisi ini sel – sel jugstaglomerolus
didnding anteriol aferen mengandung glanural sekresi yang diduga mengeluarkan
renin. Renin adalah suatu enzim yang penting dalam pengaturan tekanan darah. Sel
– sel tubulus distal yang mengadakan kontaqk erat dengan sel – sel glanular tersebut
dikenel dengan nama makula densa.
Sel – sel jugstaglomerolus berfungsi sebagai baroreseptor (sensor tekanan ) yang
7
sensitif terhadap aliran darah yang melalui arteriola aferen. Penurunan tekanan
arteria akan merangsang peningkatan glanularitas sel – sel jugstaglomerolus dan
peningkatan sekresi renin. Sel – sel makula densa tubulus distal bertindak sebagai
kemoreseptor yang sensitif terhadap kadar natrium dan cairan tubulus. Peningkatan
kadar natrium dalam tubulus akan mempengaruhi makula densa sehingga akan
meningkatkan produksi renin. Selain itu, sistem saraf simpatis dan katekolamin
dapat mempengaruhi produksi renin.
d. Sisten renin – angiotensin
Pengeluaran renin dalam ginjal akan mempengaruhi pemgeluaran
angiotensinogen ( suatu glikoprotein yang diproduksi oleh hati ) menjadi
angiotensin I, kemudian dirubah menjadi angiotensin II oleh enzim konversi yang
ditemukan pada kapiler paru – paru.. angiotensin II meningkatkan tekanan darang
oleh efek vasokontriksi arteriola ferifer dan merengsang sekresi aldosteron.
Peningkatan aldosteroan akan merangsang reabsorpsi natrium dalam tubulus distal
dan duktus pengumpul. Peningkatan reabsorpsi natrium mengakibatkan peningkatan
reabsorpsi air, dengan demikian volume plasma akan meningkat.
Peningkatanvolume plasma akan berperan dalan peningkatan tekanan darah yang
selanjutnya akan mengurangi iskemia ginjal.
Gambar 1.3
Fungsi Ginjal
8
Perdarahan Ginjal
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan
arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi
arteri interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta.Arteri interlobularis yang berada
di tepi ginjal bercabang manjadi arteriole aferen glomerulus yang masuk ke
gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriole eferen
gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior (Barry,
201l).
Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan
bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Barry, 2011).
2. Ureter
Ureter adalah saluran yang fungsinya menyalurkan urine dari ginjal ke kandung
9
kemih melalui kontraksi peristalsis laposan otot polos,peristalsis berasal dari suatu
pemacu yang ada di kalik minor,gelombang peristalsis terjadi beberapa kali per
menit,dimana frekuensinya meningkat seiring volume urine yang di produksi.
Ureter Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya ±23-30 cm, diameter 3 mm. Ureter sebagian terletak pada
rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2) Lapisan tengah lapisan otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
10
4. Uretra
Merupakan saluran yang memanjang dari leher kandung kemih hingga
orifisium uretra ekternal. Uretra Pada laki-laki lebih panjang dari pada wanita.
Uretra berhubungan dengan system perkemihan dan reprodusi. Untuk laki-laki
panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :Uretra pars prostatika,Uretra pars
membranosa,Uretra pars spongiosa.
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra terletak
di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai
saluran ekskresi (Panahi, 2010).
12
Gambar 1.6
5. Urin
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
2) Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
4) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
6) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung daripada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).
2) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
13
5) Toksin.
Mikturisi
1) Rata-rata dalam satu hari l-2 liter tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.
3) Baunya tajam.
14
1) Hormon Antidiuretik
Jumlah air yang diminum sudah tentu mempengaruhi dalam hal proses
pembentukan urine karena apabila semakin banyak air yang diminum maka
semakin banyakpula hormon antidiuretik akan terhambat. Hal ini lah yang
akhirnya menyebabkan proses reabsorbsi terhambat yang akhirnya
menimbulkan jumlah urine yang ada bertambah.
3) Zat-zat Deuretik
Minuman kopi, teh, serta susu bersifat menghambat proses reabsorbsi ion
Na+ yang menyebabkan hormon antidiuretik akan berkurang dan membuat
volume urine meningkat.
4) Gejolak Emosi dan Stress
Apabila seseorang sedang mengalami emosi dan stress, tekanan darahnya
akan berlangsung lebih cepat sehingga semakin banyak darah yang menuju ke
ginjal, kemudian kandung kemih pun akan bereaksi yang pada akhirnya
membuat orang tersebut ingin buang air kecil.
Fungsi urin
Fungsi urine dalam tubuh adalah untuk membuang zat yang sifatnya beracun
bagi tubuh dan urine pun bisa menjadi sebuah penunjuk dehidrasi. Normalnya urine
bewarna bening seperti air namun untuk orang-orang yang mengalami dehidrasi
urine yang akan keluar dari dalam tubuhnya akan bewarna kuning.
Kelainan yang dapat menganggu system perkemihan
15
b. Palpasi
17
d) Minta pasien menarik napas dalam, raba adanya massa. Ginjal kiri normal
jarang dapat diraba.
Massa di pinggang kiri mungkin merupakan suatu splenomegali yang
mencolok atau ginjal kiri yang membesar. Curiga adanya splenomegali jika teraba
takik dibatas medial tapi melewati garis tengah, perkusi redup dan jari – jari anda
dapat meraba jauh ke batas medial dan lateral tetapi tidak diantara massa dan batas
iga. Pastikan temuan ini dengan evaluasi lebih lanjut. (Bickley, 2016)
c. Perkusi
perjalanan penyakitnya, untuk dapat mendapatkan diagnosis yang tepat perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Ginjal mempunyai banyak fungsi, diantaranya adalah filtrasi glomerulus,
reabsorbsi dan sekresi ditubulus, memekatkan dan mengencerkan urin , mengasamkan
urin, memproduksi dan mematabolisme hormone. Parameter yang paling penting untuk
menilai fungsi ginjal dan berkembangnya penyakit ginjal adalah laju filtrasi glomerulus
(LFG) dan kemampuan eksresi.
Mengukur Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
Laju filtrasi glomerulus tidak dapat diukur secara langsung. Tetapi bervariasi pada
beberapa orang dengan penyebaran yang luas dari nilai normalnya.
Penyebab variabilitas antar pasien antara lain:
a. Ukuran tubuh: LFG konvensional merujuk pada 1,73m2
b. Jenis kelamin: LFG sekitar 8% lebih tinggi pada pria
c. Ras
d. Usia: usia berhubungan dengan penurunan LFG, 0,75-1,0 mL/menit/1,73m2
pertahun
e. Kehamilan: LFG meningkat 50% pada trimester 1, kembali kearah normal 4-8
minggu setelah persalinan
f. Asupan protein: LFG lebih tinggi pada pasien dengan diit tinggi protein
g. Variasi diurnal: nilai LFG cederung lebih tinggi 10% pada waktu siang hari dari
pada malam hari
h. Terapi anti hipertensi: sekunder dari penurunan tekanan darah, efek yang
bervariasi tidak dapat diprediksi secara langsung
i. Status yang berhubungan dengan hiperfiltrasi: diabetes, obesitas, akromegali
Klirens Ginjal adalah istilah yang digunakan untuk menilai LFG, yaitu kecepatan
substansi indikator yang dapat dipindahkan dari plasma perunit konsentrasinya.
Rumus baku untuk menilai klirens
Cz = Uz x V
20
Pz
Cz = Klirens
Uz = konsentrasi zat marker dalam urin
V = Volume urin
Pz = Konsentrasi zat marker dalam plasma
Bila substansi z bebas difiltrasi dan hanya dieksresi dengan LFG, maka: LFG = Uz x
V/Pz. Jadi, konsentrasi diplasma merupakan indikator yang berbanding terbalik
dengan LFG, dan LFG dapat dinilai dari konsentrasi plasma.
Pengukuran LFG
Pengukuran LFG dapat menggunakan petanda eksogen, petanda radiokontras dan
petanda endogen: keratinin, urea, cystatin.
Pengukuran petanda endogen untuk mengukur LFG:
Kreatinin:
a. Pria: 28,2 – 0,172 x usia
b. Wanita: 21,9 – 0,115 x usia
Urinalisis
Persiapan spesimen
Bagaimana cara urin diambil adalah penting karena dapat mempengaruhi hasil.
72 jam sebelum sampel diperiksa, pasien tidak boleh menjalani latihan fisik yang
berat. Pada wanita pemeriksaan urinalisis tidak boleh dilakukan pada waktu haid.
Setelah mencuci tangan, pasien wanita harus membersihkan labia dan pria
membersihkan kulit glans. Genitalia eksterna kemudian dicuci dan keringkan
dengan kertas toilet. Urin yang diambil adalah urin porsi tengah, yaitu setelah urin
pertama dikeluarkan. Specimen harus diperiksa dalam waktu 30-60 menit setelah
berkemih.
Parameter fisik
a. Warna Urin
Dalam kondisi normal, warna urin kuning muda dan jernih, warnanya akan lebih
21
muda bila encer dan lebih gelap saat terkonsentrasi, misalnya setelah semalaman
dilakukan pembatasan minum.
b. Kekeruhan
Urin normal biasanya transparan. Urin dapat menjadi keruh karena adanya
peningkatan konsentrasi dari setiap partikel urin. Penyebab paling sering urin
menjadi keruh adalah infeksi saluran kemih dan kontaminasi yang disebabkan
oleh cairan vagina
c. Bau
Infeksi merupakan penyebab paling sering menimbulkan bau urin yang
abnormal, disebabkan produksi amoniak oleh bakteri. Kondisi patologis lainnya
yang menyebabkan bau spesifik untuk urin misalnya: maple syrup urin disease
(bau urin seperti sirup maple), fenil ketonuria ( bau pengap atau bau tikus),
isovaleric academia (bau kaki berkeringat), dan hypermethioninemia (bau
mentega tengik atau bau amis). Keton dapat tercium seperti bau buah buahan.
d. Osmolalitas dan berat jenis
Konsentrasi gula yang tinggi secara signifikan meningkatkan osmolalitas urin
(10g/L glukosa setara dengan 55,5 mOsmol/L)
Parameter Kimia
a. PH urin
PH urin mencerminkan tingkat keasaman urin. PH urin berkisar 4,5 – 8,0,
tergantung keseimbangan asam – basa sistemik. Dalam praktek rutin, PH sering
diukur dengan alat dipstik. Dengan metode ini, penyimpangan yang disignifikan
dari PH diamati untuk nilai kurang dari 5,5 dan lebih besar dari 7,5.
b. Hemoglobin
Adanya hemoglobin menghasilkan bintik bintik hijau, yang disebabkan oleh
eritrosit utuh, atau pola homogeny difus warna hijau sebagai tanda adanya
hematuria disebabkan oleh jumlah eritrosit yang banyak menutupi seluruh
permukaan pada atau akibat lisis eritrosit, yang terjadi karena PH urin alkali
dan/atau kepadatannya relative rendah.
c. Glukosa
22
Pada pasien dengan fungsi ginjal normal, glukosuria umumnya tidak muncul
sampai pada glukosa plasma diatas 180mg/dl.
d. Protein
3 pendekatan pemeriksaan dengan metode berbeda dapat digunakan untuk
evaluasi proteinuria:
e. Dipstik
Hal ini didasarkan pada prinsip kesalahan protein: adanya protein dalam buffer
menyebabkan perubahan PH yang sebanding dengan konsentrasi protein itu
sendiri.
f. Ekskresi protein urin 24 jam
Metode ini digunakan secara universal, rata rata variasi proteinuria dipengaruhi
oleh irama sirkadian dan merupakan metode yang paling akurat untuk memantau
proteinuria selama pengobatan. Selama pengumpuln urin, urin dapat
terkontaminasi dan kesalahan preanalitik dapat terjadi (misalnya, salah
pengumpulan dan salah menghitung volume urin).
g. Rasio protein – kreatinin urin sewaktu
Sebuah tinjauan pustaka menunjukkan cukup bukti adanya korelasi kuat antara
rasio protein – kreatinin dalam sampel urin acak dan ekskresi protein 24-jam.
Bila kita mendapatkan hasil rasio protein – kreatinin normal cukup untuk
menyingkirkan adanya proteinuria patologi ( tidak perlu pemeriksaan protein
urin 24 jam) sedangkan bila rasio protein – kreatinin lebih besar dari nilai cut-
off, merupakan indikasi untuk kuantitas protein urin 24 jam.
h. Leukosit esterase
Dipstik mengevaluasi keberadaan leukosit berdasarkan aktifitas indoxyl esterase
yang terlepas dari neutrophil dan makrofag yang lisis. Hal ini menjelaskan
mengapa, dalam urin dengan PH alkali dan/atau kepadatan relatif rendah, yang
dapat menyebabkan lisisnya leukosit menghasilkan leukosit esterase positif
tetapi pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan leukosit. Sebaliknya, bila
kepadatan relatif tinggi akan mengurangi sensitivitas dipstik ini karena
mencegah lisisnya leukosit.
i. Nitrit
23
Tes dipstick ini menunjukkan adanya bakteri yang memiliki kemampuan untuk
mengurangi nitrat mejadi nitrit karena aktifitas nitrat reduktase.
j. Sedimen Urin
k. Eritrosit
Eritrosit dalam urin disebut juga hematuria.
l. Leukosit
Infeksi saluran kemih dan kontaminasi urin dari cairan vagina merupakan
kondisi yang paling sering terkait dengan leukosituria (dan bakteriuria). Namun
leukosit ini juga dapat ditemukan pada pasien dengan nefritis interstitial akut
atau kronik, glomerulonephritis, dan kelainan urologi.
m. Sel tubulus ginjal
Ditemukannya sel tubulus diurin merupakan tanda kerusakan tubulus ginjal
n. Sel uroepitelial
Sel sel ini berasal dari eksfoliasi uroepitelium saluran kemih mulai dari kalises
ginjal sampai kandung kemih pada wanita dan uretra proksimal pada pria. Sel
yang kecil berasal dari lapisan dalam sedangkan sel yang lebih besar berasal dari
lapisan superfisial.
o. Sel skuamosa
Tidak jarang sel skuamosa ditemukan dalam jumlah besar dalam kaitannya
dengan leukosit dan bakteri, menunjukkan kontaminasi urin dari cairan genital,
terjadi terutama pada wanita dengan vaginitis.
p. Lipid
Lipiduria merupakan ciri khas penyakit glumelural terkait dengan proteinuria,
biasanya ditandai dalam penampilan klinis nefrotik.
q. Cast
Dari sudut pandang diagnostik, penting untuk mengingat bahwa partikel apa
saja yang terkandung dalam cast adalah berasal dari ginjal.
r. Kristal
Kristal urin dapat diklasifikasikan sebagai umum, patologi dan Kristal yang
disebabkan oleh obat. Pengendapan Kristal akibat obat dipengaruhi oleh
beberapa factor seperti dosis obat, pemberian obat secara intavena yang terlalu
24
gadolinium. Struktur solid (hepar, lien, pancreas, ginjal, kelenjar adrenal, uterus,
ovarium, dan prostat) menjadi lebih besar pada imaging pasca kontras dengan
MRI. Magnetic Resonance Angiography (MRA) adalah pemeriksaan yang
ditunjukkan untuk mengevaluasi mutu dan anatomi pembuluh darah, terutama
bila terdapat dugaan stenosis arteri renalis.
e. Radionuklir
f. Metode pemeriksaan ini mengevaluasi perfusi ginjal dan anatomi dan mengukur
fungsi ginjal. Indikasi radionuklir untuk ginjal adalah:
1) Menentukan LFG dan aliran plasma efektif ginjal bahkan pada gangguan
fungsi
2) Mengukur fungsi ginjal masing masing
3) Mendiagnosis hipertensi renovaskular
4) Evaluasi transplant ginjal; aliran anastomosis, obstruksi, ekstravasasi urin
5) Membedakan hidronefrosis obstruktif dari non obstruktif dengan renogram
furosemide dimana pada tipe obstruksi terjadi kelambatan eksresi
g. Renogram
Metode ini memberi informasi aliran darah, uptake ginjal, dam eksresi.
h. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal dapat memberikan gambaran dasar klasifikasi dan pengertian
penyakit ginjal baik primer maupun sekunder.
Manfaat biopsy ginjal
1) Menegakkan diagnosis baik kelainan primer atau sistemik
2) Menentukan prognosis
3) Menentukan opsi pengobatan
4) Mengetahui patofisiologi penyakit ginjal
Indikasi Biopsi
4 kelompok yang merupakan indikasi utama biopsi:
- Sindrom nefrotik
- Penyakit ginjal akibat penyakit sistemik
- Gagal ginjal akut
- Transplantasi ginjal
26
Status pasien:
USG ginjal
Tekanan diastolic < 95 mmHg
Kultur urin : steril
Status hematologi:
- aspirin/OAINS (NSAID) dihentikan 5 hari sebelum biopsi
- hitung trombosit >100.000
- PT < 1,2 x kontrol
- APTT , 1,2 x kontrol ( bila memanjang singkirkan antikoagulan lupus)
- waktu perdarahan : < 10 menit
Komplikasi
Fistula arteriovena
Komplikasi lain : fistula peritoneal/kalises, hematotoraks, perforasi kolon
atau page kidney dimana terjadi tamponade ginjal
Kematian biasanya terjad karena perdarahan pada kasus risiko tinggi
terutama pada gagal ginjal akut.
2) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis ISK yaitu urinalisis dengan
dipstick dan mikroskopis serta kultur urine. Urine normal biasanya
mengandung lekosit dalam jumlah sedikit (<5/lpb (400x), bila jumlahnya
lebih banyak (sebagian dengan kriteria > 5 lpb dan sebagian lain > 10/ lpb)
berarti ada inflamasi pada traktus urinarius. Kriteria untuk menegakan
diagnosis ISK dengan menggunakan bacteriuria adalah sebagaimana di
bawah ini.
28
a. Bakteriuria asimtomatis.
Perempuan:
- Biakan urine 2 x dalam waktu berbeda ≥ 105/ cfu/ ml dengan
kuman sama atau
- Biakan urine 1 x ≥ 105/ cfu/ ml dengan tes nitrit positip.
Laki – Laki:
- Biakan urine 2 x dalam waktu berbeda ≥ 104/ cfu/ ml dengan
kuman sama atau
- Biakan urine 1 x ≥ 104/ cfu/ ml dengan tes nitrit positip.
b. Bacteriuria simtomatis pada perempuan dan laki – laki (uretritis,
sistitis, pielonefritis)
1) Sindroma pyuria – dysuria
3
Biakan urine 1 x > 10 / cfu/ ml disertai piuria > 20 lekosit/
mm3.
2) Akut, infeksi tanpa penyulit
4
Biakan urine 1 x > 10 / cfu/ ml disertai piuria > 20 lekosit/
mm3.
3) Kronis, infeksi dengan penyulit
5
Biakan urine 1 x > 10 / cfu/ ml disertai piuria > 20 lekosit/
mm3.
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen, urografi intravena, ultrasonografi abdomen,
sistoskopi, CT scan abdomen, voiding cytourethrography.
b. Proteinuria
Proteinuria didefinisikan sebagai adanya ekskresi protein di urin >150 mg per
jam atau ekskresi albumin > 30 mg per 24 jam (albumin excretion ratio / AER > 30
mg / 24 jam) atau diperkirakan sama dengan albumin creatinineration (ACR) > 30
mg /g (>3mg / mmol). Terminologi proteinuria merujuk pada peningkatan ekskresi
albumin, protein spesifik lain, atau protein total. Albuminuria merujuk pada
peningkatan ekskresi albumin dalam urin.
29
Protein dengan kadar tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal lebih lanjut
dan menyebabkan percepatan progresivitas penyakit ginjal. Proteinuria juga
merupakan faktor risiko yang kuat dan independen untuk penyakit kardiovaskuler
dan kematian, terumata pada pasien usia tua, diabetes, hipertensi, dan penyakit
ginjal kronis.
Sebagian besar penyakit glomerulus primer yang dihubungkan dengan
proteinuria (misal glomerulonefritis membranous) dan penyakit ginjal sekunder
(misal nefrotik diabetikum), sering terdapat pada pria daripada wanita. Sehingga
proteiuria persisten terdapat 2 kali lipat pada pria daripada wanita.
1) Pemeriksaan Fisik
Adanya tanda- tanda edema perifer dan asites yang memberi arti adanya
kelebihan cairan atau albumin serum yang rendah. Pada kasus proteinuria
transien, tanda dari pemeriksaan fisik mungkin ditemukan demam (suhu >38,0),
nyeri pinggang bagian dari infeksi pielonefritis, perdarahan urologi, proteiuria
ortostatik yang bersifat sementara.
Pada kasus proteinuria persisten, tanda – tanda dari pemeriksaan fisik
mungkkin bervariasi sesuai dengan penyebabnya. Adapun pemeriksaan klinis
terkait proteiura persisten lebih rinci sebagai berikut :
- Jika ada demam maka ptroteinuria persisten mungkin merupakan tanda dari
nefritis interstitial, penyakit Fabry,HUS, atau TTP.
- Jika ada edema (dalam bentuk efusi pleura, asites,atau edema perifer) munkin
proteinuria persisten ini merupakan tanda penyakit ginjal (tipe minimal
change, focal segmental) glomerulosklerosis, nefropati membranosa,
glomerulonefritismemeranoproliferative, IgA nefropati, SLE, paska infeksi
glomerulonefritis,amiloidosis, light and heavy chain deposition
diseases,fibrillary and immunotactoid glomerulopathy, light chain cast
nephropathy,HUS,TTP.
- Hipertensi sendiri dapat menyababkan proteinuria atau mungkin merupakan
tanda dari penyebab lain, termasuk HUS, TTP, skleroderma krisis ginjal,
penyakit glomerulus, IgA nefropati, SLE, glomerulonefritis paska infeksi,
amiloidosis.
30
2) Pemeriksaan Penunjang
Proteinuria dapat dihitung dengan beberapa cara: Metode Semi Kuantitatif dan
Kuantitatif
a. Metode semi kuntitatif
- Pemeriksaan urin dipstik disamping menghitung proteinuria dapat juga
memberi informasi untik parameter lain seperti darah urin, glukosa,keton,
Ph, gravitasi, lekosit esterase, dan tetrabromophenol blue, menyebabkan
warna yang bebeda tergantung konsentrasi albumin.
- Pemeriksaan Asam Sulfosalisilat ( Sullfosalicylic acid / SSA)
Tidak seperti pemeriksaan urin dipstik rutin , yang hanya dapat mendeteksi
albumin, SSA dapat mendeteksi semua protein, tetapi lebih sensitif terhadap
protein seperti Bence Jones. Pemeriksaan SSA positif pada dipstik yang
negatif mengindikasikan proteinuria non albumin, seperti adanya
immunoglobulin rantai ringan. Hasil pemeriksaan SSA berupa skala 0-+4,
mirip dengan pemeriksaan dipstik rutin.
- Pemeriksaan albumin
Pemeriksaan menggunakan strip yang lebih sensitif untuk albumin. Strip
yang dilengkapi dengan pemeriksaan immuno assay dapat mendeteksi
konsentrasi albumin sampai dengan 30 mg/ 24 jam, di mana dengan dipstik
biasa hanya sampai 300 mg/ 24 jam.
b. Metode Kuantitatif
- Analisa spot urine
Analisa spot urine untuk rasio protein terhadap kreatinin (UPCR) dan rasio
albumin terhadap kreatinin (UACR) lebih disukai daripada mengumpulkan
31
c. Hematuri
Hematuria makroskopis (gross hematuria) adalah urin berwarna merah darah
yang dibuktikan dengan adanya 2500 sel eritrosit dalam 1 ml urin atau 1 liter urin
mengandung lebih dari lcc darah. Hematuria mikroskopik menurut (The American
Urological Association) adalah urin yang mengandung sel eritrosit> 3 sel atau lebih
per bidang berdaya tinggi (per high-power field) berdasar pemeriksaan mikroskop
dan dapat dilakukan minimal 2 kali periksa berbeda hari.
Untuk doperhatikan bahwa bila dijumpai urin berwarna merah, hal tersebut
tidak selalu dikarenakan sel darah merah. Warna merah atau kemerahan Warna
coklat dapat diakibatkan oleh: Hemoglobin atau mioglobin dalam urin, Porfiria,
makanan (misalnya, bit, rhubarb, kadang-kadang pewarna makanan), Obat-obatan
(phenazopyridine, Pyridium, diphenylhydantoin, metildopa Aldomet, dan lain lain)
Faktor risiko melewatkan hematuria:
a. Usia> 40 tahun,
b. Riwayat risiko,
c. Pemaparan bahan kimia atau pewarna (benzena atau amina aromatik),
d. Riwayat gross hematuria sebelumnya,
e. Riwayat risiko urologi,
f. Riwayat infeksi saluran kemih,
32
f) Pada kasus pasien pria, jika perlu periksa colok dubur maka pemeriksaan
prostatnya. Jika dianggap ada dugaan kuat tentang hematuria terkait dengan
pembesaran prostat.
33
f) Kontaminasi darah dari jalan peranakan pada wanita baik dari proses menstruasi,
perdarahan vagina saat berkemih urin tercampui darah tersebut. Maka dari itu,
spesimen harus diperoleh dengan kateterisasi untuk menghindari kontaminasi
oleh sumber darah nonurin.
d. Batu Ginjal
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak
zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk
di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di
saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli
karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel uretra.
1) Pemeriksaan Fisik
a. Eliminasi :
34
2) Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa : berwarna kuning, coklat, berdarah,menunjukan adanya sel darah
merah, sel darah putih terdapat Kristal dan serpihan, bakteri, pus, PH urine
asam.
b. Urine ( 24 jam ) : kreatinin, asam urat, kalsium,fosfat,protein dan elektrolit
meningkat
c. Kultur urine : menunjukan adanya infeksi saluran kemih
d. Darah lengkap :
- Sel darah putih menigkat
- Sel darah merah normal
e. Foto rontgen : mununjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
f. IVP : untuk mengetahui urolithiasis seperti adanya penyebab nyeri
abdominal atau panggul
g. USG ginjal : untuk meenentukan perubahan obstruksi, lokasi batu
e. Ginjal Kronis
Penyakit ginjal kronis adalah sindroma klinis karena penurunan fungsi ginjal
secara bertahap sebagai akibat kerusakan ginjal dengan atau tanpa penurunan Laju
Filtrasi Glomerulus (GFR). Dapat berupa kelainan patologi, komposisi darah atau
urine, atau kelainan radiologi.
Gejala yang timbul pada PGK erat hubungannya dengan penurunan fungsi
ginjal, yaitu :
a. Kegagalan fungsi ekresi, penurunan LFG, gangguan reabsorsi dan sekresi
tubulus. Akibatnya akan terjadi penumpukan toksin uremik dan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit serta asam-basa tubuh
b. Kegagalan fungsi hormonal
Penurunan eritropoetin
Penurunan vitamin D3 aktif
Gangguan sekresi renin
a. Ensefalopati uremik
b. Perikardiris atau pleiritis
c. Neuropati perifer progresif
d. ODK progresif
e. Hiperkalemia yang tak dapat dikendalikan dengan pengobatan
medikamentosa
f. Sindroma overload
g. Infeksi yang mengancam jiwa
h. Keadaan sosial
a. Pemeriksaan Klinis
Saat pertama kali mendapatkan seorang pasien dengan penurunan fungsi
ginjal ,maka Assesment nya adalah menetukan apakah penurunan fungsi ginjal
tersebut akut atau kronik. Diantaranya adalah :
1. Oliguria, yang baru terjadi mengarahkan pada kemungkinan diagnosis AKI
2. Tanyakan adanya Uremia, kelelahan, mual, muntah, tidak nafsu makan
yang menunjukkan adanya riwayat penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus,
Penyakit pembuluh darah dan juga Pasien yang berusia lanjut
b. Pemeriksaan Penunjang
1. USG Ginjal
2. Pemeriksaan Urinalisis AKI Pra Renal & Renal
41
g. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah salah satu jenis penyakit ginjal di mana terjadi
peradangan pada glomerulus. Glomerulus merupakan bagian ginjal yang berfungsi
sebagai penyaring dan membuang cairan serta elektrolit berlebih, juga zat sisa
(sampah) dari aliran darah. Kerusakan pada glomelurus akan menyebabkan
terbuangnya darah serta protein melalui urine.
1) Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelemahan (malaise)
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus otot
b. Sirkulasi
Tanda : hipertensi, pucat,edema.
c. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (oliguri)
Tanda : Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
d. Makanan atau cairan
Gejala : edema, anoreksia, mual, muntah
Tanda : penurunan keluaran urine
e. Pernafasan
Gejala : nafas pendek
42
2) Pemeriksaan Penunjang
Hasil yang didapat Pada laboratorium :
a. Hb menurun ( 8-11 )
b. Ureum dan serum kreatinin meningkat.
- Ureum
Laki-laki : 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8 mg/24jam
Wanita : 7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam
- Serum kreatinin
Laki-laki : 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl
Wanita : 44-106 mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl
c. Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g)
d. Pada rontgen: IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus
koligentes)
e. Urinalisis (BJ. Urine meningkat : 1,015-1,025 , albumin Å, Eritrosit Å,
leukosit Å)
f. Pemeriksaan darah
- LED meningkat.
- Kadar HB menurun.
- Albumin serum menurun (++).
- Ureum & kreatinin meningkat.
- Titer anti streptolisin meningkat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih)
Antomi system perkemihan terdiri dari :
1. Ginjal
2. Uretra
3. Kandung kemih
4. Uretha
B. Saran
1. Perawat
2. Masyarakat
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, Lynn. (2016). Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta : EGC.
Nuari, Nian Afrian. (2017). Gangguan Pada System Perkemihan & Penatalaksanaan
Keperawatan. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Tjokroprawiro, Askandar, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.