PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
sebelumnya; (3) penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu
(misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya); dan (4)
penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit paru
yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebab atau
kejadian tersebut (Doeengoes, 2000).
Dampak yang diakibatkan meliputi masa rawat yang lebih panjang, biaya
rawat yang lebih besar serta sering timbulnya komplikasi berat sehingga
menimbulkan penurunan kualitas hidup. Lansia sering tidak khas yang
menyebabkan keterlambatan diagnosis, belum lagi meningkatnya resistensi
mikroba terhadap antibiotika. Adapun peran kita sebagai seorang perawat
dalam mencegah ataupun menangani gangguan yang terjadi pada sistem
pernapasan lansia adalah memberikan pendidikan kesehatan pada lansia untuk
mencegah terjadinya gangguan yang lebih kronis dan memberikan tindakan
keperawatan sesuai wewenang kita sebagai seorang perawat sesuai indikasi
yang diderita oleh lansia (Geffen, 2006).
B. Tujuan Penulisan
Tujuannya adalah :
1. Mengetahui konsep dasar proses penuaan
2. Mengetahui perubahan fisiologis pada proses penuaan
3. Memahami perubahan anatomi dan fisiologis sistem pernapasan pada
lansia.
4. Mengetahui masalah-masalah pada perubahan sistem pernapasan pada
lansia.
5. Memenuhi tugas mata kuliah “ Keperawatan Gerontik ”.
2
D. Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
menggambarkan asuhan keperawatan pada lansia dengan studi literature yang
diperoleh dari buku-buku perpustakaan, jurnal internet dan hasil dari diskusi
kelompok yang disajikan dalam bentuk makalah.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua
orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa di hindari siapapun. Usia
tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu periode dimana
seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan
atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat (Miller, 2016).
Jadi dapat disimpulkan bahwa lansia adalah suatu periode penutup dalam
hidup seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 60 tahun atau
lebih yang secara fisik masih potensial maupun tidak potensial.
Proses menua merupakan suatu proses yang alami dan menjadi bagian dari
proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu. Manusia tidak akan secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari
bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua (Suddarth dan Brunner, 2002).
4
B. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki beberapa karakteristik karakteristik lansia dibagi menjadi
3, yaitu :
a. Lansia yang berusia 60 tahun keatas (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU
No.13 tentang Kesehatan).
b. Lansia dengan kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat
sampai sakit, dari kebutuhan bio psiko sosial sampai spiritual hingga
kondisi maladatif,
c. Lansia dengan lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
2. Sistem Pendengaran
Pada lansia terjadi presbiacusis atau hilangnya kemampuan pendengaran
sekitar 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
3. Sistem Penglihatan
Lansia mengalami penurunan daya akomodasi mata (presbyopia),
hilangnya respon terhadap sinar, penurunan adaptasi terang gelap dan
lensa mata sudah mulai menguning.
4. Sistem Respirasi
Terjadinya penurunan refleks batuk, pengeluaran lendir, debu, iritan
saluran napas berkurang dan terjadi peningkatan infeksi saluran nafas.
5. Muskuloskeletal
Pada lansia terjadi penurunan massa dan kekuatan otot, dehidrasi pada
diskus intervetrebralis (penurunan panjang) dan degenerative pada sendi.
5
Kekuatan otot, daya tahan, dan koordinasi dipengaruhi oleh perubahan
usia dimulai sekitar 40tahun, kekuatan otot menurun secara bertahap,
menghasilkan penurunan kseseluruhan 30% dan samapi 80% pada usia 80 tahun
dengan penurunan kekuatan otot pada ekstremitas bawah (Miller, 2012).
6
1. Perubahan Anatomi Sistem Pernafasan
Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai
hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi tel, jaringan atau
organ yang bersangkutan. Yang mengalami perubahan adalah :
a. Dinding dada : tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang - tulang
rawan mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada.
Sudut epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil.
b. Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan akibat atrofi.
c. Saluran nafas : akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis
bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin-cincin
tulang rawan bronkus mengalami perkapuran.
d. Struktur jaringan parenkim paru : bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus
membesar secara progresip, terjadi emfisema senilis. Struktur kolagen
dan elastin dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang sehingga
menyebabkan elastisitas jaringan parenkim pam mengurang. Penurunan
elastisitas jaringan parenkim paru pada usia lanjut dapat karena menurunnya
tegangan perrnukaan akibat pengurangan daerah permukaan alveolus.
7
Sistem pernapasan adalah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas dalam
jaringan atau “pernafasan dalam” dan yang terjadi di dalam paru-paru yaitu
“pernapasan luar”. Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil oksigen
(O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida
(CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ
respiratorik juga berfungsi dalam produksi dalam produksi wicara dan berperan
dalam keseimbangan asam basa,pertahanan tubuh melawan benda asing,dan
pengaturan hormonal tekanan darah (Brunner, 2002)
8
Faring adalah rongga yg menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring ada
tiga area : nasal, oral, dan laring nasofaring,orofaring dan laringofaring.
Laring
Laring adalah unit organ terakhir pada jalan napas bagian atas.
Fungsi : memisahkan makanan & udara,suara, dan timbulnya batuk.
· Paru-paru (Pulmo)
9
E. Perubahan-Perubahan Fisiologis Sistem Pernafasan
Perubahan fisiologis (fungsi) pada sistem pernafasan yang terjadi antara lain :
1. Gerak pernafasan: adanya perubahan hentuk, ukuran dada, maupun volume
rongga dada akan merubah mekanika pernafasan, amplitudo
pernafasan menjadi dangkal, timbul keluhan sesak nafas. Kelemahan
otot pernafasan menimbulkan penurunan kekuatan gerak nafas, lebih-
Iebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
2. Distribusi gas. Perubahan struktur anatomik saluran nafas akan
menimbulkan penumpukan Warn dalam alveolus (air trapping) ataupun
gangguan pendistribusian udara nafas dalam cabang-cabang bronkus.
3. Volume dan kapasitas paru menurun. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor: (1) kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim parts
menurun, (3) resintensi saluran nafas (menurun sedikit). Secara umum
dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru.
4. Gangguan transport gas.
Pada usia lanjut terjadi penurunan Pa02 secara bertahap, yang
penyebabnya terutama disebabkan (adanya ketidakseimbangan ventilasi –
perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan 0 2 oleh darah dari alveoli
(difusi) dan transport 02 ke jaringan-jaringan berkurang, terutama terjadi
pada saat melakukan olah raga. Penurunan pengambilan 02 maksimal
disebabkan antara lain karena : (1) berbagai perubahan pada jaringan
paru yang menghambat difusi gas, dan (2) karena berkurangnya aliran
darah ke paru akibat turunnya curah jantung.
5. Gangguan perubahan ventilasi pain.
Pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya
penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral
ataupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap
rangsangan berupa penurunan Pa02, peninggian PaCO2, perubahan pH
darah arteri dan sebagainya.
10
F. Faktor-faktor yang Memperburuk Fungsi Paru
1. Faktor merokok
Merokok akan memperburuk fungsi paru, yaitu terjadi penyempitan saluran
nafas. Pada tingkat awal, saluran nafas akan mengalami obstruksi clan
terjadi penurunan nilai VEP1 yang besarnya tergantung pada beratnya
penyakit paru tad. Pada tingkat lanjut dapat terjadi obstruksi yang
iereversibel, timbul penyakit paru obstruktif menahun (PPOM).
2. Obesitas
Kelebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru seseorang. Pala
obesitas, biasanya terjadi penimbunan lemak pada leher, dada dan
(finding perut, akan dapat mengganggu compliance dinding dada, berakibat
penurunan volume paru atau terjadi keterbatasan gerakan pernafasan
(restriksi) dan timbul gangguan fungsi paru tipe restriktif.
3. Imobilitas
Imobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat otot-
otot berkontraksi, sehingga kapasitas vital. paksa atau volume paru akan
"relatif' berkurang. Imobilitas karena kelelahan otot-otot pernafasan pada
usia lanjut dapat memperburuk fungsi paru (ventilasi paru). Faktor-faktor
lain yang menimbulkan imobilitas (paru), misalnya efusi pleura,
pneumotoraks, tumor paru dan sebagainya (Mangunegoro, 1992). Perbaikan
fungsi paru dapat dilakukan dengan menjalankan olah raga secara intensif
4. Operasi
Tidak semua operasi (pembedahan) mempengaruhi faal paru. Dari
pengalaman para ahli diketahui bahwa yang pasti memberikan
pengaruh faal paru adalah : (1) pembedahan toraks (jantung dan paru); (2)
pembedahan abdomen bagian atas; dan (3) anestesi atau jenis obat anestesi
tertentu. Peruhahan fungsi paru yang timbul, meliputi perubahan proses
11
ventilasi, distribusi gas, difusi gas serta perfusi darah kapiler paru. Adanya
perubahan patofisiologik paru pasca bedah mudah menimbulkan komplikasi
paru: atelektasis, infeksi atau sepsis dan selanjutnya mudah terjadi kematian,
karena timbulnya gagal nafas.
12
e. Perubahan degenerative
Perubahan degeneratif merupakan perubahan yang tidak dapat
dielakkaan terjadinya pada individu-individu yang mengalami proses
penuaan. Penyakit paru yang timbul akibat proses (perubahan)
degeneratif tadi, misalnya terjadinya bronkitis kronis, emfisema paru,
penyakit paru obstruktif menahun, karsinoma paru yang terjadinya pada
usia lanjut dan sebagainya.
f. Perubahan atau kejadian lainnya
Ada pengaruh-pengaruh lain yang terjadi sebelum atau selama usia
lanjut yang dapat mempengaruhi dirinya sehingga dapat memudahkan
penyakit paru tertentu pada usia lanjut, misalnya :
Kebiasaan merokok masa lalu dan sekarang
Merokok yang berlangsung lama dapat menimbulkan perubahan-
perubahan struktur pada saluran nafas, juga dapat menurunkan fungsi
sistem pertahanan tubuh yang diperankan oleh paru dan saluran nafas,
sehingga memudahkan timbulnya infeksi pada paru dan saluran nafas.
Merokok selain dapat memberikan perubahan- perubahan pada saluran nafas,
dapat pula memudahkan timbulnya keganasan paru, PPOM, bronkitis
kronis dan sebagainya.
g. Pengaruh atau akibat kekurangan gizi
Pada usia lanjut telah diketahui terjadi penurunan daya tahan
tubuh, terutama respons imun seluler. Ini merupakan konsekuensi lanjut
atas terjadinya involusi kelenjar timus pada usia lanjut. Proses
involusi kelenjar timus menyebabkan jumlah hormon timus yang
beredar dalam peredaran darah menurun, berakibat proses pemasakan
limfosit T berkurang dan limfosit T yang beredar dalam peredaran darah juga
berkurang. Imunitas humoral pada usia lanjut juga terdapat perubahan yang
berarti, bahkan terdapat peninggian kadar autoantibodi. IgA dan IgG
terdapat peningkatan, sedangkan IgM mengalami penurunan.
13
H. Pencegahan Penyakit Paru pada Usia Lanjut
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus Pemicu
Gangguan Pernafasan (Kelompok 5)
A. Pengkajian
Data Umum
1. Biodata
Nama Kepala Keluarga : Tn.I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 67 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sumberporong, Lawang
Keluhan utama : Pada saat pengkajian Tn. I mengeluh batuk berdarah, cepat lelah,
letih, keringat dimalam hari.
Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan pasien
ditemukan tanda dan gejala penyakit tuberculosis paru, kemudian dilakukan
pemeriksaan, hasil tuberculin test positif (+), segera dilakukan penatalaksanaan
untuk menangani penyakit TB.
15
B. Riwayat Perkembangan
1. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
a. Kejadian Kesakitan Saat Ini
Tn. I menderita penyakit TB Paru ½ tahun yang lalu, kemudian sudah
minum obat OAT selama 6 bulan, namun Tn. I tidak pernah cek kesehatan
lagi apakah kuman TB sudah benar-benar hilang atau tidak.
b. Kejadian Kecacatan
Tidak ada yang menderita cacat fisik.
c. Kejadian Sakit Satu Tahun Terakhir
Tn.I menderita penyakit TB Paru sejak ½ tahun yang lalu.
C. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
a. Perumahan
Jenis rumah permanen dengan luas bangunan 40 m2. Status rumah milik
pribadi dengan atap rumah menggunakan asbes. Ventilasi rumah dengan
luas < 10% luas lantai dengan pencahayaan kurang, yaitu cahaya tidak
dapat masuk ke rumah pada siang hari sehingga tampak
gelap dan lembab. Penerangan di rumah menggunakan listrik. Lantai di
rumah menggunakan ubin. Kondisi kebersihan rumah secara
keseluruhan kotor. Bagian-bagian rumah terdapat ruang tamu, ruang
tidur, dapur, dan kamar mandi yang bergabung dengan WC.
16
D. Pola Pemenuhan Aktivitas Sehari - Hari
a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Menurut Tn.I pengadaan makanan sehari-hari dalam makan sangat sulit karna
serin kali merasakan mual hanya makan dipaksakan 3 sendok makan yang bisa
ditrima perut.
b. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Dalam keluarga Tn.I, mempunyai kebiasaan tidur pada siang hari. Selama ini
tidak ada yang mengalami kesulitan tidur.
c. Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri
Pemeliharaan kebersihan diri dalam anggota keluarga yaitu mandi 2x/hari,
sikat gigi 3x/hari, cuci rambut1x/hari. Keluarga mandi dengan menggunakan
sabun, sikat gigi menggunakan pasta gigi, dan cuci rambut menggunakan
shampo.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : cukup
2. Kesadaran : composmentis
3. BB/TB ` : 40 kg/ 175cm
4. TTV : TD : 130/80 mmHg,
5. Nadi : 8 8x/mnt,
6. RR : 26 X/mnt,
7. Suhu :36°C
8. Kepala : Rambut bersih, warna hitam beruban, rontok, wajah pucat.
9. Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih
10. Hidung : Pernafasan cuping hidung
11. Mulut : mukosa bibir kering, gigi norrmal
12. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan bendungan vena
jugularis
13. Dada : ada tarikan intercostae, suara paru ronchi, tedrapat retraksi
dinding dada, suara nafas irregular
14. Perut : bulat datar, bising usus 12 x/ menit, hepar dan lien tak teraba.,
suara perut timpani.
17
15. Ekstrimitas : tidak ada odema pada ekstrimitas baik ekstrimitas bagian
atas maupun ekstrimitas bagian bawah.
F. Asuhan Keperawatan
Analisa Data
No Data Fokus Masalah Kemungkinan
Keperawatan Etiologi
1 Data Subjektif : Bersihan jalan nafas Berkaitan dengan
- Tn. I mengatakan saat ini tidak efektif Secret kental / secret
sedang batuk-batuk. darah
- Tn. I mengatakan sudah
lama batuk-batuk sekitar 3
minggu berdahak, bercampur
darah dan sesak.
Data Objektif :
- Kesadaran compos mentis
- Tanda-tanda vital: TD
130/80 mmHg, Nadi 88
x/menit, Pernafasan 26x/menit,
irreguler, bunyi nafas sedikit
ronchi, Suhu 360C
Data Subjektif:
2. -Tn. I mengataan tidak nafsu Perubahan nutrisi Berkaitan dengan
makan kurang dari intake yang tidak ade
- Tn. I mengattakan suka kebutuhan kuat
merasakan mual tapi tidak
muntah.
Data Objektif:
- Pasien tampak kurus,
- pasien sulit untuk makan karna
terlihat sering merasakan mual
18
- porsi makan pasien hanya 2-3
sendok makan
- Berat Badan: 40 kg
- Tinggi Badan: 175 cm
Data Subjektif :
- Tn. I mengatakan riwayat
3. sakit TB Paru sejak ½ tahun Ketidaktahuan Berkaitan dengan
yang lalu, namun masih menjadi tentang penyakit kurangnya informasi
perokok aktif mengatakan dalam
1 hari menghabiskan rokok 12
batang/hari.
- Tn. I mengatakan tidak
pernah periksa ke Puskesmas
lagi sejak obatnya habis 6
bulan.
- Tn. I mengatakan baru
membeli obat di warung kalau
batuknya dirasa agak parah.
- Tn. I mengatakan tidak
pernah membuka jendela
karena sudah ada kipas angin.
Data Objektif :
- pasien perokok aktif
- kondisi rumah sempit,
pencahayaan redup, udara
lembab, gelap, dan kotor.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Berkaitan dengan Secret kental /
secret darah
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d Berkaitan dengan intake yang
tidak ade kuat
19
3. Ketidaktahuan tentang penyakit b/d Berkaitan dengan kurangnya
informasi
H. Intervensi Keperawatan
TUJUAN DAN KRITERIA
DX INTERVENSI KEPERAWATAN
HASIL
1 Setelah dilakukan tindakanMANDIRI
keperawatan selama 3x24 jam,
1. Mengkaji fungsi respirasi antara lain suara,
diharapkan : jumlah, irama, dan kedalaman nafas, serta
Pasien menyatakan bahwacatatan pula mengenai penggunaan otot nafas
batuk berkurang atau hilang,tambahan
tidak ada sesak dan secretRasionalnya : adanya perubahan fungsi
berkurang. respirasi dan penggunaan otot tambahan
Suara nafas normal (vesikular) menandakan kondisi penyakit yang masih
Tanda-tanda Vital : dalam kondisi penanganan penuh
Tekanan Darah : 100/60 2. Mencatat
– kemampuan untuk mengeluarkan
130/80 mmHg secret atau batuk secara efektif
RR : normal (12-20 X/menit), Rasional : ketidak mampuan mengeluarkan
Suhu normal (36-370C), secret menjadikan timbulnya penumpukan
Tidak ada dipsnue berlebihan pada saluaran penafasan
3. Mengatur posisi tidur semi/ high fowler.
Membantu pasien untuk berlatih batuk secara
efektif dan menarik nafas dalam
Rasional : posisi semi atau high fowler
memberikan kesempatan paru-paru
berkembang secara maksimal akibat
diagfagma turun kebawah. Batuk efektif
mempermudah ekspetorasi mucus.
4. Membersihkan secret dari mulut dan trakea,
suction jika memungkinkan
Rasional ; pasien dalam kondisi sesak
cenderung bernafas melalui mulut yang jika
20
tidak di tindak lanjuti akan mengakibatkan
stomatitis.
Kolaborasi
Memberikan O2 udara inspirasi yang
lembab.
Rasional: berfungsi meningkatkan kadar
tekanan parsial O2 dan saturasi O2 dalam
darah.
Memberikan pengobatan atas indikasi:
a. Agen mukolitik
Missal: Acetilcystein
b. Bronkodilator:
c. Kortokosteroid (prednison)
Rasional:berfungsi untuk mengencerkan
dahak dan meningkatkan atau memperlebar
saluran udara
2 Setelah dilakukan tindakanMANDIRI
keperawatan selama 3x24 jam,
Mendokumentasikan status nutrisi pasien
diharapkan : serta mencatat tugor kulit, berat badab saat
Diharapkan perasaan mualini, tingkat kehilangan berat badan, integritas
berkurang atau hilang mukosa mulut, tonus perut
Pasien mengatakan nafsuRasional: menjadi data focus merencanakan
makan meningkat tindakan selanjutnya
Berat badan pasien tidak
Memberikan oral care sebelumdan sesudah
mengalami penurunan drasticpenatalaksanaan respiration
(stabil) Rasional: meningkatkan kenyamanan daerah
Pasien terlihat dapatmulut sehingga akan meningkatkan perasaan
menghabiskan porsi makannafsu makan
yang disediakan Anjurkan makan sedikit tapi sering
Hasil analisis laboratoriumRasional: meningkatkan intake makanan dan
menyatakan proteinnutrisi pasien, terutama kdar protein tinggi
darah/albumin darah dalamyang dapat meningkatkan mekanisme tubuh
21
rentang normal dalam proses penyembuhan.
Kolaborasi:
1. Menganjurkan kepada ahli gizi untuk
menentukan komposisi diet
Rasional: menentukan kebutuhan nutrisi yang
tepat bagi pasien
2. Monitor pemeriksaan laboratorium: serum
protein, dan albumin
Rasioanl: mengontrol ketidak efektifan
tindakan terutama dengan kadar protein
darah.
3 Setelah dilakukan tindakanMANDIRI
keperawatan selama 3x24 jam,
1. Beri penyuluhan kepada pasien dan keluarga
diharapkan : tentang penyakit TBC
Pasien mengerti prosesRasional: dengan pengetahuan maka penyakit
terjadinya penyakit TBC dapat di cegah.
Pasien dapat menciptakan
lingkungan yang sehat di dalam
keluarganya
Pasien mengerti penyakit TBC
Pasien mengerti pencegahan
penyakit TBC.
L. Implementasi Keperawatan
1. Mengidentifikasi pengetahuan tentang TB paru
Respon: Tn.I mengatakan TB paru adalah penyakit batuk
2. Memberi penjelasan pada Tn.I tentang TB paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
3. Mengidentifikasi pengetahuan tentang penyebab TB Paru
Respon: Tn.I mengatakan penyebabnya karena merokok.
4. Memberi penjelasan pada Tn.I tentang penyebab TB paru
22
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
5. Mengidentifikasi pengetahuan tentang tanda dan gejala TB Paru
Respon: Tn.I mengatakan tanda dan gejala TB paru adalah sesak nafas dan
batuk-batuk.
6. Memberi penjelasan pada Tn.I tentang tanda dan gejala
TB Paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
7. Mengidentifikasi pengetahuan tentang cara mengetahui seseorang
terkena TB Paru
Respon: Tn.I mengatakan cara mengetahui seseorang terkena TB paru yaitu
dengan cara berobat ke Puskesmas.
8. Memberi penjelasan pada Tn.I tentang cara mengetahui
seseorang terkena TB Paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
9. Mengidentifikasi pengetahuan tentang cara pencegahan agar tidak
menular kepada orang lain
Respon: Tn.I mengatakan cara mencegah agar tidak menular kepada orang
lain yaitu jangan minum pada gelas yang sama, nanti bisa menular penyakit
TB paru.
10. Mengidentifikasi pengetahuan tentang obat-obatan TB Paru dan efek
sampingnya
Respon:Tn.I mengatakan tidak nafsu makan dan air kencingnya berwarna
kuning saat minum obat OAT.
11. Mengidentifikasi pengetahuan tentang akibat bila minum obat tidak teratur
atau terputus
Respon: Tn.I mengatakan akibat bila tidak minum obat tidak teratur atau
terputus yaitu nanti bisa kambuh lagi dan makin parah penyakitnya.
J. Evaluasi Keperawatan
S O A P
Tn.I mengatakan Tn. I dapat menyimakMasalah Lanjutkan
sudah mengetahui penjelasan yang diberikanteratasi intervensi
23
masalah TB paru, dengan penuh perhatian. sebagian
dan akan periksa Tn. I dapat menjelaskan
dahak ke kembali tentang TB paru baik
Puskesmas mengenai tanda dan gejala,
penyebab, maupun akibat
penyakit TB paru, serta Tn. I
akan memeriksakan dahak
kembali untuk mengetahi
apakah Tn. I terkena TB paru
lagi atau tidak.
Tn. I mengatakan akan
membuka jendela kamar setiap
pagi dan akan meningkatan
penerangan di kamarnya agar
matahari dapat masuk
ke dalam kamar.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang usianya mengalami perubahan biologis, fisik,
kejiwaan dan sosial (UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan). Lansia adalah
mereka yang berusia 60 tahun keatas.
24
Manusia tidak akan secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi,
anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua.
Pada usia lanjut terjadi penularan analomi - fisiologi paru dan saluran nafas,
antara lain berupa pengurangan elastic recoil paru; kecepatan arus ekspirasi,
tekanan oksigen acted serta respons pusat reflek pernafasan terhadap rangsangan
oksigen arteri atau hiperkapnia. Hal-hal tersebut berpengaruh pada mekanisme
perthanan tubuh terhadap timbulnya penyakit paru.
Untuk mencegab melanjunya penurunan fungsi paru, antara lain dapat diatasi
dengan melakukan olah raga atau latihan fisik yang teratur, selain meningkatkan
taraf kesehatan usia lanjut. Laju penurunan fungsi paru dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal paru secara berkala.
B. Saran
Untuk Lansia Menghindari Faktor Resiko :
1. Anjurkan klien untuk tidak merokok
2. Anjurkan klien untuk cukup istirahat
3. Anjurkan klien untuk menghindari alergen
4. Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas
5. Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup
Untuk Keluarga Memberikan Dukungan :
1. Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian pada klien
2. Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi klien
3. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
25
DAFTAR PUSTAKA
Miller, C.A. 2016. Nursing for wellness in older adults: theory and practice.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.
Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC.
26
Perry , Potter. 2009. Keperawatan pada Lansia Sistem Respirasi, edisi 2. Jakarta :
EGC
27