Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomi-fisiologi dan dapat timbul


pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup lansia di
Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status gizi,
tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin
meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Dengan pertambahan umur, ditambah dengan adanya faktor-faktor lingkungan
yang lain, terjadilah perubahan anatomik-fisiologik tubuh. Pada tingkat awal
perubahan itu mungkin merupakan homeostasis martial, kemudian bisa
timbul homeostasis abnormal atau reaksi adaptasi dan paling akhir terjadi
kematian sel. Salah satu organ tubuh yang mengalami perubahan anatomik-
fisiologik akibat bertambahnya usia seseorang adalah sistem pernafasan.
Rongga thoraks tersusun atas susunan tulang iga yang membatasi/rib cage
(sebagai “dinding”) dan diafragma (sebagai “lantai”).
Mediastinum membagi dua rongga pleura. Tiap paru terletak di dalam satu
rongga pleura, yang dilapisi dengan membran serosa disebut pleura. Pleura
parietal menutupi permukaan dalam dinding thoraks dan meluas hingga
diafragma dan mediastinum. Pleura viseralis menutupi permukaan luar paru
dan meluas hingga fisura antara lobus. Membran pleura mensekresi cairan
pleura dalam jumlah sedikit, yang menciptakan kelembaban dan mantel licin
untuk lubrikasi saat bernafas. Paru terbagi atas beberapa lobus yang terpisah
dengan jelas. Paru kanan terdiri dari tiga lobus : lobus superior, media dan
inferior. Paru kiri hanya memiliki dua lobus: lobus superior, dan inferior.
Dasar setiap paru terletak di atas permukaan diafragma (Doengoes, 2000).
Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul
pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-penyakit
yang diderita kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan penyakit yang
diderita sejak umur muda; (2) akibat gejala sisa penyakit yang pernah diderita

1
sebelumnya; (3) penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu
(misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya); dan (4)
penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit paru
yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti pola penyebab atau
kejadian tersebut (Doeengoes, 2000).
Dampak yang diakibatkan meliputi masa rawat yang lebih panjang, biaya
rawat yang lebih besar serta sering timbulnya komplikasi berat sehingga
menimbulkan penurunan kualitas hidup. Lansia sering tidak khas yang
menyebabkan keterlambatan diagnosis, belum lagi meningkatnya resistensi
mikroba terhadap antibiotika. Adapun peran kita sebagai seorang perawat
dalam mencegah ataupun menangani gangguan yang terjadi pada sistem
pernapasan lansia adalah memberikan pendidikan kesehatan pada lansia untuk
mencegah terjadinya gangguan yang lebih kronis dan memberikan tindakan
keperawatan sesuai wewenang kita sebagai seorang perawat sesuai indikasi
yang diderita oleh lansia (Geffen, 2006).

B. Tujuan Penulisan
Tujuannya adalah :
1. Mengetahui konsep dasar proses penuaan
2. Mengetahui perubahan fisiologis pada proses penuaan
3. Memahami perubahan anatomi dan fisiologis sistem pernapasan pada
lansia.
4. Mengetahui masalah-masalah pada perubahan sistem pernapasan pada
lansia.
5. Memenuhi tugas mata kuliah “ Keperawatan Gerontik ”.

C. Ruang Lingkup Penulisan


Penyusunan ini membahas tentang asuhan keperawatan sistem pernapasan
pada lansia.

2
D. Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
menggambarkan asuhan keperawatan pada lansia dengan studi literature yang
diperoleh dari buku-buku perpustakaan, jurnal internet dan hasil dari diskusi
kelompok yang disajikan dalam bentuk makalah.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua
orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa di hindari siapapun. Usia
tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu periode dimana
seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan
atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat (Miller, 2016).

Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998, Depkes (2001) yang


dimaksud dengan usia lanjut adalah seorang laki – laki atau perempuan yang
berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan
(potensial) maupun karena sesuatu hal yang tidak mampu berperan aktif dalam
pembangunan (tidak potensial).

Wheeler, mengungkapkan usia tua tidak hanya dilihat dari perhitungan


kronologis atau berdasarkakan kalender saja, tetapi juga menurut kondisi
kesehatan seseorang ( health age ). Sehingga umur sesungguh nya dari seseorang
merupakan gabungan dari ketiga - tiganya (Miller, 2016).

Jadi dapat disimpulkan bahwa lansia adalah suatu periode penutup dalam
hidup seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 60 tahun atau
lebih yang secara fisik masih potensial maupun tidak potensial.

Proses menua merupakan suatu proses yang alami dan menjadi bagian dari
proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
individu. Manusia tidak akan secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari
bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua (Suddarth dan Brunner, 2002).

World Health Organization (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 3


yaitu : Lansia (elderly) 60 -74 tahun, lansia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat
tua (very old) diatas 90 tahun.

4
B. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki beberapa karakteristik karakteristik lansia dibagi menjadi
3, yaitu :

a. Lansia yang berusia 60 tahun keatas (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU
No.13 tentang Kesehatan).
b. Lansia dengan kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat
sampai sakit, dari kebutuhan bio psiko sosial sampai spiritual hingga
kondisi maladatif,
c. Lansia dengan lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

C. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia


Terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada lansia (Potter and Perry,
2009) antara lain :
1. Sistem kulit
Pada periode lansia (ageing), lansia mengalami hilangnya elastisitas kulit,
perubahan pigmentasi, atrofi kelenjar, penipisan rambut dan pertumbuhan
kuku yang lambat.

2. Sistem Pendengaran
Pada lansia terjadi presbiacusis atau hilangnya kemampuan pendengaran
sekitar 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.

3. Sistem Penglihatan
Lansia mengalami penurunan daya akomodasi mata (presbyopia),
hilangnya respon terhadap sinar, penurunan adaptasi terang gelap dan
lensa mata sudah mulai menguning.

4. Sistem Respirasi
Terjadinya penurunan refleks batuk, pengeluaran lendir, debu, iritan
saluran napas berkurang dan terjadi peningkatan infeksi saluran nafas.

5. Muskuloskeletal
Pada lansia terjadi penurunan massa dan kekuatan otot, dehidrasi pada
diskus intervetrebralis (penurunan panjang) dan degenerative pada sendi.

5
Kekuatan otot, daya tahan, dan koordinasi dipengaruhi oleh perubahan
usia dimulai sekitar 40tahun, kekuatan otot menurun secara bertahap,
menghasilkan penurunan kseseluruhan 30% dan samapi 80% pada usia 80 tahun
dengan penurunan kekuatan otot pada ekstremitas bawah (Miller, 2012).

Kekuatan otot yang berkurang dikaitkan dengan hilangnya massa otot


yang berkaitan dengan usia (Miller, 2012).

Lansia yang menpunyai keluhan kesehatan umumnya mengalami


kelelahan, penyusutan tulang dan otot, rematik, serta penurunan kesehatan dan
nyeri pada sendi. Selain itu, terjadi penurunan mobilitas, menurunnya orientasi
terhadap satu ruang, dan bergerak semakin lambat.

D. Perubahan Anatomi Fis iologi Sistem Pernafasan pada Usia


Lanjut
Menurut Lueckenotte, A.G. (2000) pada  orang orang sehat, peruhahan
anatomik fisiologik tersebut merupakan bagian dari proses menua, Usia Ianjut bukanlah
merupakan penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan yang
ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap stres
atau pengaruh lingkungan. Proses menua melandasi berbagai kondisi yang terjadi
pada usia lanjut.

Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah


disebabkan oleh proses menua dan bukan disebabkan oleh peayakit yang
menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang harus dipenuhi :

1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal,


artinya umum terjadi pada setiap orang.
2. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan
fungsi sel dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam
sel dan bukan oleh faktor luar.
3. Proses menua terjadi secant progresif, berkelanjutan, berangsur Iambat dan
tidak dapat berbalik lagi.
4. Proses menua bersifat proses kemunduran/kerusakan (injury).

6
1. Perubahan Anatomi Sistem Pernafasan
Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai
hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi tel, jaringan atau
organ yang bersangkutan. Yang mengalami perubahan adalah :
a. Dinding dada : tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang - tulang
rawan mengalami osifikasi, terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada.
Sudut epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil.
b. Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan akibat atrofi.
c. Saluran nafas : akibat kelemahan otot, berkurangnya jaringan elastis
bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin-cincin
tulang rawan bronkus mengalami perkapuran.
d. Struktur jaringan parenkim paru : bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus
membesar secara progresip, terjadi emfisema senilis. Struktur kolagen
dan elastin dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang sehingga
menyebabkan elastisitas jaringan parenkim pam mengurang. Penurunan
elastisitas jaringan parenkim paru pada usia lanjut dapat karena menurunnya
tegangan perrnukaan akibat pengurangan daerah permukaan alveolus.

Manusia membutuhkan suply oksigen secara terus-menerus untuk proses


respirasi sel, dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun
produk dari proses tersebut. Pertukatan gas antara oksigen dengan karbondioksida
dilakukan agar proses respirasi sel terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan
untuk proses respirasi sel ini berasal dari atmosfer, yang menyediakan kandungan
gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang ada. Oksigen masuk kedalam
tubuh melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di luar. Pada manusia,
alveolus yang terdapat di paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk tempat
pertukaran gas.
Sistem pernapasan adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang
dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel  dan karbondioksida (CO²) yang
dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Sistem
pernapasan adalah proses keluar dan masuknya udara ke dalam dan keluar paru.

7
Sistem pernapasan adalah proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas dalam
jaringan atau “pernafasan dalam” dan yang terjadi di dalam paru-paru yaitu
“pernapasan luar”. Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil oksigen
(O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida
(CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ
respiratorik juga berfungsi dalam produksi dalam produksi wicara dan berperan
dalam keseimbangan asam basa,pertahanan tubuh melawan benda asing,dan
pengaturan hormonal tekanan darah (Brunner, 2002)

3.      Struktur Organ Sistem Pernapasan


a.       Berdasar anatomi:
Saluran nafas bagian atas terdiri dari : rongga hidung, faring dan laring.
Saluran nafas bagian bawah; trachea, bronchi, bronchioli dan
percabangannya sampai alveoli.
b.      Berdasar fungsionalnya:
Area konduksi: sepanjang saluran nafas berakhir sampai bronchioli
terminalis, tempat lewatnya udara pernapasan, membersihkan, melembabkan &
menyamakan udara dengan suhu tubuh hidung, faring, trakhea, bronkus,
bronkiolus terminalis.
Area fungsional atau respirasi: mulai bronchioli respiratory sampai alveoli,
proses pertukaran udara dengan darah.

Organ Saluran Pernapasan Bagian Atas :


Hidung
fungsi : penyaring, pelembab, dan penghangat udara yang dihirup.
Sinus Paranasalis
sinus paranasalis adalah rongga dalam tulang tengkorak yang terletak di dekat
hidung dan mata.
fungsi : memperingan tulang tengkorak, memproduksi mukosa serosa dan
memberikan resonansi suara.
Faring

8
Faring adalah rongga yg menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring ada
tiga area : nasal, oral, dan laring nasofaring,orofaring dan laringofaring.
Laring
Laring adalah unit organ terakhir pada jalan napas bagian atas.
Fungsi : memisahkan makanan & udara,suara, dan timbulnya batuk.

Organ Saluran Pernapasan Bagian Bawah :


·         Tenggorokan (Trakea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di


leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku,
dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-
silia ini berfungsi menyaring benda- benda asing yang masuk ke saluran
pernapasan.

·         Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki)

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan


dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya
tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih
besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.

·         Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping


dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster)
yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2
lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput
bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura
visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan
tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis) (Perry & Potter, 2009).

9
E. Perubahan-Perubahan Fisiologis Sistem Pernafasan
Perubahan fisiologis (fungsi) pada sistem pernafasan yang terjadi antara lain :
1. Gerak pernafasan: adanya perubahan hentuk, ukuran dada, maupun volume
rongga dada akan merubah mekanika pernafasan, amplitudo
pernafasan menjadi dangkal, timbul keluhan sesak nafas. Kelemahan
otot pernafasan menimbulkan penurunan kekuatan gerak nafas, lebih-
Iebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
2. Distribusi gas. Perubahan struktur anatomik saluran nafas akan
menimbulkan penumpukan Warn dalam alveolus (air trapping) ataupun
gangguan pendistribusian udara nafas dalam cabang-cabang bronkus.
3. Volume dan kapasitas paru menurun. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor: (1) kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim parts
menurun, (3) resintensi saluran nafas (menurun sedikit). Secara umum
dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru.
4. Gangguan transport gas.
Pada usia lanjut terjadi penurunan Pa02 secara bertahap, yang
penyebabnya terutama disebabkan (adanya ketidakseimbangan ventilasi –
perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan 0 2 oleh darah dari alveoli
(difusi) dan transport 02 ke jaringan-jaringan berkurang, terutama terjadi
pada saat melakukan olah raga. Penurunan pengambilan 02 maksimal
disebabkan antara lain karena : (1) berbagai perubahan pada jaringan
paru yang menghambat difusi gas, dan (2) karena berkurangnya aliran
darah ke paru akibat turunnya curah jantung.
5. Gangguan perubahan ventilasi pain.
Pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya
penurunan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral
ataupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap
rangsangan berupa penurunan Pa02, peninggian PaCO2, perubahan pH
darah arteri dan sebagainya.

10
F. Faktor-faktor yang Memperburuk Fungsi Paru

Selain penurunan fungsi paru akibat proses penuaan, terdapat beberapa


faktor yang dapat memperburuk fungsi paru. Faktor-faktor yang memperburuk
fungsi paru antara lain :

1. Faktor merokok
Merokok akan memperburuk fungsi paru, yaitu terjadi penyempitan saluran
nafas. Pada tingkat awal, saluran nafas akan mengalami obstruksi clan
terjadi penurunan nilai VEP1 yang besarnya tergantung pada beratnya
penyakit paru tad. Pada tingkat lanjut dapat terjadi obstruksi yang
iereversibel, timbul penyakit paru obstruktif menahun (PPOM).
2. Obesitas
Kelebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru seseorang. Pala
obesitas, biasanya terjadi penimbunan lemak pada leher, dada dan
(finding perut, akan dapat mengganggu compliance dinding dada, berakibat
penurunan volume paru atau terjadi keterbatasan gerakan pernafasan
(restriksi) dan timbul gangguan fungsi paru tipe restriktif.
3. Imobilitas
Imobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat otot-
otot berkontraksi, sehingga kapasitas vital. paksa atau volume paru akan
"relatif' berkurang. Imobilitas karena kelelahan otot-otot pernafasan pada
usia lanjut dapat memperburuk fungsi paru (ventilasi paru). Faktor-faktor
lain yang menimbulkan imobilitas (paru), misalnya efusi pleura,
pneumotoraks, tumor paru dan sebagainya (Mangunegoro, 1992). Perbaikan
fungsi paru dapat dilakukan dengan menjalankan olah raga secara intensif
4. Operasi
Tidak semua operasi (pembedahan) mempengaruhi faal paru. Dari
pengalaman para ahli diketahui bahwa yang pasti memberikan
pengaruh faal paru adalah : (1) pembedahan toraks (jantung dan paru); (2)
pembedahan abdomen bagian atas; dan (3) anestesi atau jenis obat anestesi
tertentu. Peruhahan fungsi paru yang timbul, meliputi perubahan proses

11
ventilasi, distribusi gas, difusi gas serta perfusi darah kapiler paru. Adanya
perubahan patofisiologik paru pasca bedah mudah menimbulkan komplikasi
paru: atelektasis, infeksi atau sepsis dan selanjutnya mudah terjadi kematian,
karena timbulnya gagal nafas.

G. Patogenesis Penyakit Paru pada Usia Lanjut

Mekanisme timbulnya penyakit yang menyertai usia lanjut dapat dijelaskan


atau dapat dikaitkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan-perubahan tersebut. adalah :

a. Perubahan anatomis - fisiologis


Dengan adanya perubahan anatomis – fisiologis sistem pernafasan
ditambah adanya faktor-faktor lainnya dapat memudahkan timbulnya
beberapa macam penyakit paru: bronkitis kronis, emfisema pa ru, PPOM,
TB paru, kanker paru dan sebagainya.
b. Perubahan daya tahan tubuh
Pada usia lanjut terjadi penurunan daya tahan tubuh, antara lain karena
lemahnya fungsi limfosit B dan T, sehingga penderita rentan terhadap
kuman-kuman pathogen virus, protozoa, bakteri atau jamur.
c. Perubahan metabolik tubuh
Pada orang usia lanjut sering terjadi peruban metabolik tuhuh, dan paru
dapat ikut mengalami peruban penyebab tersering adalah penyakit-
penyakit metabolik yang bersifat sistemik: diabetes mellitus, uremia, artritis
rematoid dan sebagainya. Fakator usia peranannya tidak jelas, tetapi
lamanya menderita penyakit sistemik mempunyai andil untuk timbulnya
kelainan paru tadi.
d. Perubahan respons terhadap obat
Pada orang usia lanjut, bisa terjadi bahwa penggunaan obat-ohat tertentu
akan nemnemberikansan respons atau perubahan pada paru dan saluran
nafas, yang mungkin perubahan-perubahan tadi tidak terjadi pada usia
muda. Contoh, yaitu penyakit paru akibat idiosinkrasi terhadap obat yang
sering digunakan dalam pengobatan penyakit yang sedang dideritanya
yang mana proses tadi jarang terjadi pada usia muda.

12
e. Perubahan degenerative
Perubahan degeneratif merupakan perubahan yang tidak dapat
dielakkaan terjadinya pada individu-individu yang mengalami proses
penuaan. Penyakit paru yang timbul akibat proses (perubahan)
degeneratif tadi, misalnya terjadinya bronkitis kronis, emfisema paru,
penyakit paru obstruktif menahun, karsinoma paru yang terjadinya pada
usia lanjut dan sebagainya.
f. Perubahan atau kejadian lainnya
Ada pengaruh-pengaruh lain yang terjadi sebelum atau selama usia
lanjut yang dapat mempengaruhi dirinya sehingga dapat memudahkan
penyakit paru tertentu pada usia lanjut, misalnya :
Kebiasaan merokok masa lalu dan sekarang
Merokok yang berlangsung lama dapat menimbulkan perubahan-
perubahan struktur pada saluran nafas, juga dapat menurunkan fungsi
sistem pertahanan tubuh yang diperankan oleh paru dan saluran nafas,
sehingga memudahkan timbulnya infeksi pada paru dan saluran nafas.
Merokok selain dapat memberikan perubahan- perubahan pada saluran nafas,
dapat pula memudahkan timbulnya keganasan paru, PPOM, bronkitis
kronis dan sebagainya.
g. Pengaruh atau akibat kekurangan gizi
Pada usia lanjut telah diketahui terjadi penurunan daya tahan
tubuh, terutama respons imun seluler. Ini merupakan konsekuensi lanjut
atas terjadinya involusi kelenjar timus pada usia lanjut. Proses
involusi kelenjar timus menyebabkan jumlah hormon timus yang
beredar dalam peredaran darah menurun, berakibat proses pemasakan
limfosit T berkurang dan limfosit T yang beredar dalam peredaran darah juga
berkurang. Imunitas humoral pada usia lanjut juga terdapat perubahan yang
berarti, bahkan terdapat peninggian kadar autoantibodi. IgA dan IgG
terdapat peningkatan, sedangkan IgM mengalami penurunan.

13
H. Pencegahan Penyakit Paru pada Usia Lanjut

Proses penuaan pada seseorang tidak bisa dihindari. Perubahan struktur


anatomik maupun fisiologik alami juga tidak dapat dihindari, Pencegahan terhadap
timbulnya penyakit-penyakit paru pada usia lanjut dilakukan pada prinsipnya dengan
meningkatkan daya tahan tubuhnya dengan memperbaiki keadaan gizi,
menghilangkan hal-hal yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, misalnya
menghentikan kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya.

Pencegahan terhadap timbulnya beberapa macam penyakit dilakukan


dengan Fara yang lazim.

1. Usaha pencegahan infeksi paru/saluran nafas


Usaha untuk mencegahnya dilakukan dengan jalan menghambat
mengurangi atau meniadakan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
infeksi. Hal positif yang dapat dilakukan misalnya dengan melakukan vaksinasi
dengan vaksin pneumokok untuk menghindari timbulnya pneumoni, tetapi
sayangnya pada usia lanjut vaksinasi ini kurang berefek.Usaha mencegah
timbulnya TB paru.
Yang bisa dilakukan ialah menghindari kontak person dengan penderita
TB paru atau mengbindari Fara-cara penularan lainnya.
2. Usaha pencegahan timbulnya PPOM atau karsinoma paru.
Sejak usia muda, bagi orang-orang yang beresiko tinggi terhadap timbulnya
kelainan paru (PPOM dan karsinoma paru), perlu dilakukan pemantauan secara
berkala: (1) pemeriksaan foto rontgen toraks, dan (2) pemeriksaan faal paru,
paling tidak setahua sekali. Sangat dianjurkan bagi mereka yang beresiko
tinggi tadi (perokok berat dan laki-laki) menghindari atau segera berhenti
merokok.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAPASAN

Kasus Pemicu
Gangguan Pernafasan (Kelompok 5)

Seorang laki-laki berusia 67 tahun tinggal bersama keluarga. Klien


mengeluh nafas agak sesak, batuk berdahak, lemah dan banyak
mengeluarkan keringat. Hasil pengkajian klien mengatakan batuk lebih
dari 3 minggu, selama dirumah klien pernah batuk bercampur darah, mual
dan tidak nafsu makan. Hasil pemeriksaan frekuensi nafas 26 x/menit,
frekuensi nadi 88 x/menit, tekanan darah 130/80 mmHg.

(dari pengkajian sampai evaluasi kelompok menambahkan data masukan hasil


diskusi sebagai penambahan data dalam kasus pemicu yang diberikan.

A.  Pengkajian
Data Umum
1.      Biodata
Nama Kepala Keluarga                 : Tn.I
Jenis Kelamin                                : Laki-laki
Umur                                             : 67 Tahun
Agama                                           : Islam
Pendidikan Terakhir                      : SMA
Pekerjaan                                        : Wiraswasta
Alamat                                           : Sumberporong, Lawang
Keluhan utama : Pada saat pengkajian Tn. I mengeluh batuk berdarah, cepat lelah,
letih, keringat dimalam hari.
Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan pasien
ditemukan tanda dan gejala penyakit tuberculosis paru, kemudian dilakukan
pemeriksaan, hasil tuberculin test positif (+), segera dilakukan penatalaksanaan
untuk menangani penyakit TB.

15
B.     Riwayat Perkembangan
1.       Riwayat Kesehatan Sebelumnya
a. Kejadian Kesakitan Saat Ini
Tn. I menderita penyakit TB Paru ½ tahun yang lalu, kemudian sudah
minum obat OAT selama 6 bulan, namun Tn. I tidak pernah cek kesehatan
lagi apakah kuman TB sudah benar-benar hilang atau tidak.
b. Kejadian Kecacatan
Tidak ada yang menderita cacat fisik.
c. Kejadian Sakit Satu Tahun Terakhir
Tn.I menderita penyakit TB Paru sejak ½ tahun yang lalu.

C.    Pengkajian Lingkungan
1.      Karakteristik Rumah
a. Perumahan
Jenis rumah permanen dengan  luas bangunan 40 m2. Status rumah milik
pribadi dengan atap rumah menggunakan asbes. Ventilasi rumah dengan
luas < 10% luas lantai dengan pencahayaan kurang, yaitu cahaya tidak
dapat masuk ke rumah pada siang hari sehingga tampak
gelap dan lembab. Penerangan di rumah menggunakan listrik. Lantai di
rumah menggunakan ubin.  Kondisi  kebersihan  rumah  secara 
keseluruhan  kotor.  Bagian-bagian  rumah terdapat ruang tamu, ruang
tidur, dapur, dan kamar mandi yang bergabung dengan WC.

b. Fasilitas Sosial dan Fasilitas Kesehatan


Terdapat fasilitas kesehatan di lingkungan rumah yaitu
puskesmas, posyandu,  balai pengobatan mandiri, dokter praktek, dan
bidan/mantri praktek. Fasilitas kesehatan tersebut dapat terjangkau
keluarga dengan berjalan kaki atau naik kendaraan bermotor.

16
D. Pola Pemenuhan Aktivitas Sehari - Hari
a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Menurut Tn.I pengadaan makanan sehari-hari dalam makan sangat sulit karna
serin kali merasakan mual hanya makan dipaksakan 3 sendok makan yang bisa
ditrima perut.
b. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Dalam keluarga Tn.I, mempunyai kebiasaan tidur pada siang hari.  Selama ini
tidak ada yang mengalami kesulitan tidur.
c. Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri
Pemeliharaan kebersihan diri dalam anggota keluarga yaitu mandi 2x/hari,
sikat gigi 3x/hari, cuci rambut1x/hari. Keluarga mandi dengan menggunakan
sabun, sikat gigi menggunakan pasta gigi, dan cuci rambut menggunakan
shampo.           

E.    Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum           : cukup
2. Kesadaran                   : composmentis
3. BB/TB             `          : 40 kg/ 175cm
4. TTV                            : TD : 130/80  mmHg,
5. Nadi : 8 8x/mnt,
6. RR : 26 X/mnt,
7. Suhu :36°C
8. Kepala : Rambut bersih, warna hitam beruban, rontok, wajah pucat.
9. Mata     : Conjungtiva merah muda, sklera putih
10. Hidung : Pernafasan cuping hidung
11. Mulut  : mukosa bibir kering, gigi norrmal
12. Leher    : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan bendungan vena
jugularis
13. Dada    : ada tarikan intercostae, suara paru ronchi, tedrapat retraksi
dinding dada, suara nafas irregular
14. Perut     : bulat datar, bising usus 12 x/ menit, hepar dan lien tak teraba.,
suara perut timpani.

17
15. Ekstrimitas :   tidak ada odema pada ekstrimitas baik ekstrimitas bagian
atas maupun ekstrimitas bagian bawah.

F.    Asuhan Keperawatan
Analisa Data
No Data Fokus Masalah Kemungkinan
Keperawatan Etiologi
1 Data Subjektif : Bersihan jalan nafas Berkaitan dengan
-   Tn. I mengatakan saat ini tidak efektif Secret kental / secret
sedang  batuk-batuk. darah
- Tn. I mengatakan sudah
lama batuk-batuk sekitar 3
minggu berdahak, bercampur
darah dan sesak.
Data Objektif :
-  Kesadaran compos mentis
-  Tanda-tanda  vital:  TD
130/80  mmHg,  Nadi 88
x/menit,  Pernafasan 26x/menit, 
irreguler, bunyi nafas  sedikit 
ronchi, Suhu 360C

Data Subjektif:
2. -Tn. I mengataan tidak nafsu Perubahan nutrisi Berkaitan dengan
makan kurang dari intake yang tidak ade
- Tn. I mengattakan suka kebutuhan kuat
merasakan mual tapi tidak
muntah.
Data Objektif:
-  Pasien tampak kurus,
- pasien sulit untuk makan karna
terlihat sering merasakan mual

18
- porsi makan pasien hanya 2-3
sendok makan
-  Berat Badan: 40 kg
-  Tinggi Badan: 175 cm

Data Subjektif :
- Tn. I mengatakan riwayat
3. sakit TB Paru sejak ½ tahun Ketidaktahuan Berkaitan dengan
yang lalu, namun masih menjadi tentang penyakit kurangnya informasi
perokok aktif mengatakan dalam
1 hari menghabiskan rokok 12
batang/hari.
- Tn. I mengatakan tidak
pernah periksa ke Puskesmas
lagi sejak obatnya habis 6
bulan.
- Tn. I mengatakan baru
membeli obat di warung kalau
batuknya dirasa agak parah.
- Tn. I mengatakan tidak
pernah membuka jendela
karena sudah ada kipas angin.
Data Objektif :
- pasien perokok aktif
- kondisi rumah sempit,
pencahayaan redup, udara
lembab, gelap, dan kotor.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Berkaitan dengan Secret kental /
secret darah
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d Berkaitan dengan intake yang
tidak ade kuat

19
3. Ketidaktahuan tentang penyakit b/d Berkaitan dengan kurangnya
informasi

H. Intervensi Keperawatan
TUJUAN DAN KRITERIA
DX INTERVENSI KEPERAWATAN
HASIL
1 Setelah dilakukan tindakanMANDIRI
keperawatan selama 3x24 jam,
1.    Mengkaji fungsi respirasi antara lain suara,
diharapkan : jumlah, irama, dan kedalaman nafas, serta
    Pasien menyatakan bahwacatatan pula mengenai penggunaan otot nafas
batuk berkurang atau hilang,tambahan
tidak ada sesak dan secretRasionalnya : adanya perubahan fungsi
berkurang. respirasi dan penggunaan otot tambahan
    Suara nafas normal (vesikular) menandakan kondisi penyakit yang masih
    Tanda-tanda Vital : dalam kondisi penanganan penuh
Tekanan Darah : 100/60 2.    Mencatat
– kemampuan untuk mengeluarkan
130/80 mmHg secret atau batuk secara efektif
RR : normal (12-20 X/menit), Rasional : ketidak mampuan mengeluarkan
Suhu normal (36-370C), secret menjadikan timbulnya penumpukan
    Tidak ada dipsnue berlebihan pada saluaran penafasan
3.    Mengatur posisi tidur semi/ high fowler.
Membantu pasien untuk berlatih batuk secara
efektif dan menarik nafas dalam
Rasional : posisi semi atau high fowler
memberikan kesempatan paru-paru
berkembang secara maksimal akibat
diagfagma turun kebawah. Batuk efektif
mempermudah ekspetorasi mucus.
4.    Membersihkan secret dari mulut dan trakea,
suction jika memungkinkan
Rasional ; pasien dalam kondisi sesak
cenderung bernafas melalui mulut yang jika

20
tidak di tindak lanjuti akan mengakibatkan
stomatitis.
Kolaborasi
      Memberikan O2 udara inspirasi yang
lembab.
Rasional: berfungsi meningkatkan kadar
tekanan parsial O2 dan saturasi O2 dalam
darah.
      Memberikan pengobatan atas indikasi:
a.    Agen mukolitik
   Missal: Acetilcystein
b.    Bronkodilator:
c.    Kortokosteroid (prednison)
Rasional:berfungsi untuk mengencerkan
dahak dan meningkatkan atau memperlebar
saluran udara
2 Setelah dilakukan tindakanMANDIRI
keperawatan selama 3x24 jam,
    Mendokumentasikan status nutrisi pasien
diharapkan : serta mencatat tugor kulit, berat badab saat
    Diharapkan perasaan mualini, tingkat kehilangan berat badan, integritas
berkurang atau hilang mukosa mulut, tonus perut
    Pasien mengatakan nafsuRasional: menjadi data focus merencanakan
makan meningkat tindakan selanjutnya
    Berat badan pasien tidak
    Memberikan oral care sebelumdan sesudah
mengalami penurunan drasticpenatalaksanaan respiration
(stabil) Rasional: meningkatkan kenyamanan daerah
    Pasien terlihat dapatmulut sehingga akan meningkatkan perasaan
menghabiskan porsi makannafsu makan
yang disediakan     Anjurkan makan sedikit tapi sering
    Hasil analisis laboratoriumRasional: meningkatkan intake makanan dan
menyatakan proteinnutrisi pasien, terutama kdar protein tinggi
darah/albumin darah dalamyang dapat meningkatkan mekanisme tubuh

21
rentang normal dalam proses penyembuhan.
Kolaborasi:
1.    Menganjurkan kepada ahli gizi untuk
menentukan komposisi diet
Rasional: menentukan kebutuhan nutrisi yang
tepat bagi pasien
2.    Monitor pemeriksaan laboratorium: serum
protein, dan albumin
Rasioanl: mengontrol ketidak efektifan
tindakan terutama dengan kadar protein
darah.
3 Setelah dilakukan tindakanMANDIRI
keperawatan selama 3x24 jam,
1.   Beri penyuluhan kepada pasien dan keluarga
diharapkan : tentang penyakit TBC  
    Pasien mengerti prosesRasional: dengan pengetahuan maka penyakit
terjadinya penyakit TBC dapat di cegah.
    Pasien dapat menciptakan
lingkungan yang sehat di dalam
keluarganya
    Pasien mengerti penyakit TBC
     Pasien mengerti pencegahan
penyakit TBC.

L. Implementasi Keperawatan
1. Mengidentifikasi pengetahuan tentang TB paru
Respon: Tn.I mengatakan TB paru adalah penyakit batuk
2. Memberi penjelasan pada Tn.I tentang TB paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
3. Mengidentifikasi pengetahuan tentang penyebab TB Paru
Respon: Tn.I mengatakan penyebabnya karena merokok.
4. Memberi penjelasan pada Tn.I tentang penyebab TB paru

22
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
5. Mengidentifikasi pengetahuan tentang tanda dan gejala TB Paru
Respon: Tn.I mengatakan tanda dan gejala TB paru adalah sesak nafas dan
batuk-batuk.
6. Memberi penjelasan pada Tn.I tentang tanda dan gejala
TB Paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
7. Mengidentifikasi pengetahuan tentang cara mengetahui seseorang
terkena TB Paru
Respon: Tn.I mengatakan cara mengetahui seseorang terkena TB paru yaitu
dengan cara berobat ke Puskesmas.
8. Memberi penjelasan pada Tn.I tentang cara mengetahui
seseorang terkena TB Paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
9. Mengidentifikasi pengetahuan tentang cara pencegahan agar tidak
menular kepada orang lain
Respon: Tn.I mengatakan cara mencegah agar tidak menular kepada orang
lain yaitu jangan minum pada gelas yang sama, nanti bisa menular penyakit
TB paru.
10. Mengidentifikasi pengetahuan tentang obat-obatan TB Paru dan efek
sampingnya
Respon:Tn.I mengatakan tidak nafsu makan dan air kencingnya berwarna
kuning saat minum obat OAT.
11. Mengidentifikasi pengetahuan tentang akibat bila minum obat tidak teratur
atau terputus
Respon: Tn.I mengatakan akibat bila tidak minum obat tidak teratur atau
terputus yaitu nanti bisa kambuh lagi dan makin parah penyakitnya.

J. Evaluasi Keperawatan
S O A P
Tn.I mengatakan        Tn. I dapat menyimakMasalah Lanjutkan
sudah mengetahui penjelasan yang diberikanteratasi intervensi

23
masalah TB paru, dengan penuh perhatian. sebagian
dan akan periksa        Tn. I dapat menjelaskan
dahak ke kembali tentang TB paru baik
Puskesmas mengenai tanda dan gejala,
penyebab, maupun akibat
penyakit TB paru, serta Tn. I
akan memeriksakan dahak
kembali untuk mengetahi
apakah Tn. I terkena TB paru
lagi atau tidak.
        Tn. I mengatakan akan
membuka jendela kamar setiap
pagi dan akan meningkatan
penerangan di kamarnya agar
matahari dapat masuk
ke dalam kamar.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang usianya mengalami perubahan biologis, fisik,
kejiwaan dan sosial (UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan). Lansia adalah
mereka yang berusia 60 tahun keatas.

Menua merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan menurunnya


daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
Proses menua merupakan suatu proses yang alami dan menjadi bagian dari proses
kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu.

24
Manusia tidak akan secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi,
anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua.

Pada usia lanjut terjadi penularan analomi - fisiologi paru dan saluran nafas,
antara lain berupa pengurangan elastic recoil paru; kecepatan arus ekspirasi,
tekanan oksigen acted serta respons pusat reflek pernafasan terhadap rangsangan
oksigen arteri atau hiperkapnia. Hal-hal tersebut berpengaruh pada mekanisme
perthanan tubuh terhadap timbulnya penyakit paru.

Untuk mencegab melanjunya penurunan fungsi paru, antara lain dapat diatasi
dengan melakukan olah raga atau latihan fisik yang teratur, selain meningkatkan
taraf kesehatan usia lanjut. Laju penurunan fungsi paru dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal paru secara berkala.

Lansia sering tidak khas yang menyebabkan keterlambatan diagnosis, belum


lagi meningkatnya resistensi mikroba terhadap antibiotika. Adapun peran kita
sebagai seorang perawat dalam mencegah ataupun menangani gangguan yang
terjadi pada sistem pernapasan lansia adalah memberikan pendidikan kesehatan
pada lansia untuk mencegah terjadinya gangguan yang lebih kronis dan
memberikan tindakan keperawatan sesuai wewenang kita sebagai seorang perawat
sesuai indikasi yang diderita oleh lansia.

B. Saran
Untuk Lansia Menghindari Faktor Resiko :
1. Anjurkan klien untuk tidak merokok
2. Anjurkan klien untuk cukup istirahat
3. Anjurkan klien untuk menghindari alergen
4. Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas
5. Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup
Untuk Keluarga Memberikan Dukungan :
1. Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian pada klien
2. Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi klien
3. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang kondusif

25
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Geffen, C. 2006. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta :


EGC..

Lueckenotte, A.G. 2000. Gerontologic nursing. St. Louis Mosby, INC.

Miller, C.A. 2016. Nursing for wellness in older adults: theory and practice.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.

Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC.

26
Perry , Potter. 2009. Keperawatan pada Lansia Sistem Respirasi, edisi 2. Jakarta :
EGC

27

Anda mungkin juga menyukai