Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

TENTANG ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) LANSIA

Disusun Oleh :

Triana Retno saputri

P133742020090

43/3B

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLORA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994).
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk menyebabkan peningkatan jumlah
lansia dari tahun ke tahun. Peningkatan jumah lansia akan menyebabkan berbagai
masalah kesehatan seperti meningkatnya penyakit degenerative dan penurunan
produktivitas lansia sehingga dapat menyebabkan penurunan kemandirian. Kemandirian
pada lansia dinilai dari kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas sehari-hari (activity
of daily living).
Activity of Daily Living (ADL) adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan
seseorang untuk melakukan ADL secara mandiri, yang meliputi mandi, makan, toileting,
kontinen, berpakaian, dan berpindah. Sesuai dengan konsep prosesmenua, bahwa
terjadinya proses penuaan pada lansia merupakan siklus kehidupan yang ditandai dengan
penurunan fungsi dan kemunduran fisik dapat menyebabkan lansia menjadi tergantung
pada orang lain.
Sesuai dengan konsep proses menua, bahwa terjadinya proses penuaan pada
lansia merupakan siklus kehidupan yang ditandai dengan penurunan fungsi dan
kemunduran fisik pada lansia, termasuk dalam memenuhi kebutuhan Activity Daily
Living. Timbulnya tingkat kemandirian dalam melakukan Activity Daily Living. pada
lansia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab seperti umur, kesehatan fisiologis,
fungsi kognitif, fungsi psikososial,status mental, ritme biologi, tingkat stress, dan
pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian, lansia yang termasuk dalam mandiri total 60,6%, tergantung
paling ringan 12,1%, tergantung ringan 6,1%, tergantung sedang 12,1% tergantung berat
3,0% dan tergantung total 6,1% dinilai dengan menggunakan indeks katz. Bagi lansia
diharapkan untuk tetap melakukan aktifitas sehari-hari agar bagian tubuh bisa bergerak
dan tidak ada gangguan imobilitas, tetap mengontrol kesehatan ke posyandu, puskesmas
atau pelayanan kesehatan lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ADL?
2. Apa saja macam-macam ADL
3. Bagaimana cara pengukuran ADL?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi ADL?
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari ADL
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam ADL
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengukuran ADL
4. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi ADL
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian ADL
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADLmerupakan aktivitas
pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian
(berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito &  Setiabudi, 2005). Sedangkan
menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL  adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien
lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari .
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang
untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan
tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan
masyarakat (Sugiarto,2005)
Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum, toileting,
mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telfon, menulis, mengelola uang dan
sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk,
transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain)
(Sugiarto,2005).

2. Macam – Macam ADL
a. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi,
berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil
dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan
mobilitas (Sugiarto,2005)
b. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda
penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon,
menulis, mengetik, mengelola uang kertasADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu
ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi
berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan
kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam
kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
c. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
d. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu
luang.

3. Cara Pengukuran ADL
ADL mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategi atau
domain seperti berpakaian, makan minum, toileting/higieni pribadi, mandi, berpakaian,
transfer, mobilitas, komunikasi, vokasional, rekreasi,instrumental ADL dasar, sering
disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat
dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang
memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini.
Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya
bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Pengukuran kemandirian ADL akan
lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif denagn sistem skor yang sudah banyak
dikemukakan oleh berbagai penulis ADLdasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan
dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan &
minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan
buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)

Tabel 2.1.Beberapa Indeks Kemandirian ADL


Skala Deskripsi & jenis Kehandalan, Waktu & Komentar
skala kesahihan & pelaksanaan
sensivitas
Indeks barthel Skala ordinal dengan Sangat <10 Skala ADLyang
skor handal & menit,sangat sudah diterima
0(totaldependent)- sangat sahih, ssuai untuk secara luas,
100(totalindependent) dan cukup skrining, kehandalan dan
: 10 item :makan, sensitif. penilaian kesahihan
mandi, berhias, formal, sangat baik.
berpakaian, kontrol pemantauan
kandung kencing,dan &
pemeliharaan
kontrol anus, terapi.
toileting, transfer
kursi/tempat tidur,
mobilitas dan naik
tangga.

Indeks Katz Penilaian dikotomi Kehandalan < 10 menit, Skala ADLyang


dengan & kesahihan sangat sesuai sudah diterima
urutandependensiyan cukup; untuk secara luas,
g hierarkis : mandi, kisaran ADL skrining, kehandalan dan
berpakaian, toileting, sangat penilaian kesahihan
transfer, kontinensi, terbatas (6 formal, cukup, menilai
dan makan.Penilaian item) pemantauan keterampilan
dari A (mandiri pada & dasar, tetapi
keenam item) sampai pemeliharaan tidak menilai
G (dependentpada terapi. berjalan & naik
keenam item). tangga
FIM(Functiona Skala ordinal dengan Kehandalan < 20 menit, Skala ADLyang
l Independence 18 item, 7 level & kesahihan sangat sesuai sudah diterima
Measure) dengan skor berkisar baik, sensitif untuk secara luas.
antara 18-126; area dan dapat skrining, Pelatihan untuk
yang dievaluasi; mendeteksi penilaian petugas pengisi
perawatan diri, perubahan formal, lebih lama
kontrol stingfer, kecil dengan pemantauan karena item
transfer, lokomosi, 7 level. & banyak.
komunikasi, dan pemeliharaan
kognitif sosial. terapi serta
evaluasi
program.
Sumber : Sugiarto,2005.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa indeks barthel handal, sahih, dan cukup sensitif,
pelaksanaannya mudah, cepat (dalam waktu kurang dari 10 menit), dari pengamatan
langsung atau dari catatan medik penderita, lingkupnya cukup mewakili ADL dasar dan
mobilitas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi,
berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam
kategori ADLdasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas
(Sugiarto,2005).

a. Indeks Barthel (IB)


Indeks Barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan
mobilitas. Mao dkk mengungkapkan bahwa IB dapat digunakan sebagai kriteria dalam
menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan, terutama pada pasien pasca stroke.

Tabel 2.2.Indeks Barthel


No. Item yang dinilai Dibantu Mandiri
1. Makan(bila makanan harus dipotong-potong 5 10
dulu/dibantu)
2. transfer dari kursi roda ke tempat tidur dan 5-10 15
kembali (termasuk duduk di bed)
3. Higieni personal (cuci muka, menyisir, bercukur 0 5
jenggot, gosok gigi)
4. Naik & turun kloset/ WC (melepas/memakai 5 10
pakaian, cawik, menyiram WC)
5. Mandi 0 5
6. Berjalan di permukaaan datar 10 15
(atau bila tidak dapat berjalan, dapat mengayuh 0 5
kursi roda sendiri)
7. Naik & turun tangga 5 10
8. Berpakaian(termasuk memakai tali sepatu, 5 10
menutup resleting)
9. Mengontrol anus 5 10
10. Mengontrol kandung kemih 5 10

Sumber : Sugiarto,2005.
IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial. Item-item
dalam IB dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan oleh pasien. IB merupakan skala yang diambil dari catatan medik penderita,
pengamatan langsung atau dicatat sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan dalam waktu
kurang dari 10 menit (Sugiarto,2005).
IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang
berkisar antara 0-100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih
mandiri.
Tabel 2.3.Penilaian Skor IB
Penulis Interpretasi
Shah dkk 0-20 Dependen Total
21-60 Dependen Berat
61-90 Dependen Sedang
91-99 Dependen Ringan
100     Independen/Mandiri

Lazar dkk 10-19 Dependen Perawatan


20-59 Perawatan diri, dibantu
60-79 Kursi roda, dibantu
80-89 Kursi roda, independen/mandiri
90-99 Ambulatori, dibantu
100     Independen/Mandiri

Granger 0-20 Dependen Total
21-40 Dependen Berat
41-60 Dependen Sedang
61-90 Dependen Ringan
91-100 Mandiri

Sumber : Sugiarto,2005.

IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi. Shah
melaporkan koefisien konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang menunjukkan
kehandalan intra dan inter-rater yang sangat baik. Wartski dan Green menguji 41 pasien
dengan interval 3 minggu, ternyata hasilnya sangat konsisten. Ada 35 pasien yang
skornya turun 10 poin. Collin dkk meneliti konsistensi laporan sendiri dan laporan
perawat, didasarkan pengamatan klinis, pemeriksaaan dari perawat dan pemeriksaan dari
fisioterapis. Ternyata koefisien konkordasi (kesesuaian) dari Kendall menunjukkan angka
0,93 yang berarti pengamatan berulang dari orang yang berbeda akan menghasilkan
kesesuaian yang sangat memadai (Sugiarto,2005).
Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73 dan
0,77 dengan kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB juga
terbukti baik. Pada penelitian dengan stroke, persentase meninggal dalam 6 bulan masuk
rumah sakit turun secara bermakna bila skor IB tinggi saat masuk rumah sakit
(Sugiarto,2005).
Intepretasi yang paling banyak digunakan adalah menurut Shah dkk karena telah
dikenal luas dan cukup rinci untuk mengetahui tingkat kemandirian seseorang dalam
melakukan ADL (Sugiarto,2005).

b. Indeks KATZ
Untuk memulai program rehabilitasi medic pada penderita lansia, sebagi tenaga
professional harus mengetahui kondisi lansia saat ini, baik penyakit yang menyertai
maupun kemampuan fungsional yang mampu dilakukan.  Hal ini sebagai awal titik tolak
untuk melihat perubahan dan kemajuan setatus kesehatan lansia yang dapat dipengaruhi
oleh keadaan fisik, pisikik, dan social.  Banyak instrument untuk menilai kemampuan
seseorang lansia, salah satu diantaranya adalah yang ditemukan oleh Katz, yang telah
menetapkan Fungsional Assessment Instrument untuk menggolongkan kemandirian
merawat diri pada lansia.  Index Katz merupan instrument yang cukup sederhana dan
mudah di terapkan, selain dapat digunakan untuk menilai kemampuan fungsional AKS
(Aktifitas Kehidupan Sehari-hari) dapat juga meramalkan prognosis dari berbagai macam
penyakit pada golongan lansia (Boedhi-Darmojo,2009)
        Index Katz meliputi kemampuan mandiri klien untuk mandi, berpakaian, toileting
berpndah tempat, mempertahankan inkontinensia, dan makan.   Kemandirian berarti
tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif.  Ini didasarkan pada status
actual dan bukan pada kemampuan.  Dalam tiga puluh lima tahun sejak instrument
dikembangkan, instrument telah di modifikasi dan disederhanakan dan dikembangkan,
instrument talah dimodifikasi dan disederhanakan dan pendekatan yang berbeda untuk
penilaian telah digunakan.  Secara konsisten instrument ini ditujukan dan digunakan
dalam mengevaluasi setatus social lansia di populasi. Meskipun tidak ada keandalan
laporan formal dam validitas ditemukan dalam literarur, alat ini digunakan secara luas
untuk mengukur kemampuan fungsional lansia di lingkungan klinis dan rumah (Wallace
dan Shekely,2008)
        Index ini membentuk suatu kerangka kerja untuk mengkaji kehidupan hidup mandiri
klien atau bila ditemukan terjadi penurunan fungsi akan disusun titik focus
perbaikan.  Skala yang ditetapkan pada katz index terdiri dari tuju skala A sampai dengan
G.  Skala yang di tetapkan oleh Katz Index dalam ADL terdiri dari dua katagori yaitu
kemandirian tinggi (Index A,B,C,D) Dan kemandirian rendah (Index E,F,G)
(Kobayashi,2009) 
        Index Katz merupakan suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian yang
didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri.  Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasikan
kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang
tepat (Maryam, dkk, 2011)
Penilaian Index Katz menurut Maryam, R. Siti. Dkk 2011

Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan,
kontinen (BAB atau
BAK),berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua hal
kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D Kemandiriani, dalam semua hal
keculi mandi, berpakaian dan satu
fungsi tamabahan
E Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada keenam fungsi
tersebut

 Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi


aktif, kecuali seperti secara spesifik diperlihatkan di bawah ini.
 Ini didasarkan pada status aktual dan bukan pada kemampuan.
 Seorang klien yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap sebagai
tidak melakukan fungsi, meskipun ia dianggap mampu.

a. Mandi (Spon, Pancuran, atau Bak)

Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi seperti punggung atau ekstremitas
yang tidak mampul atau mandi sendiri sepenuhnya.

Tergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar
dart bak mandi, tidak mandi sendiri.
b. Berpakaian

Mandiri: mengambii baju dari kloset/loker dan laci ; berpakaian, melepaskan


pakaian, mengikat; mengatur pengikat; melepas ikatan sepatu.

Tergantung: tidak memakai baju sendiri atau sebagian masih tidak menggunakan
pakaian.

c. Ke Kamar Kecil

Mandiri: ke kamar kecil; masuk dan keluar dari kamar kecil; merapikan baju;
membersihkan organ-organ ekskresi; (dapat mengatur bedpan sendiri yang diguna -
kan hanya malam hari dan dapat atau takdapat menggunakan dukungan mekanis)

Tergantung: menggunakan bedpan atau pispot atau menerima bantuan dalam


masuk dan menggunakan toilet

d. Berpindah

Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur secara mandiri, berpindah duduk dan
bangkit dari kursi secara mandiri (dapat atau tidak dapat menggunakan dukungan
mekanis)

Tergantung: bantuan dalam berpindah naik atau turun dari tempat tidur dan/atau
kursi; tidak melakukan satu atau lebih perpindahan

e. Kontinen

Mandiri: berkemih dan defekasi seluruhnya dikontrol sendiri

Tergantung: inkontinensia parsial atau total pada perkemihan atau defekasi;


kontrol total atau parsial dengan enema, kateter, atau penggunaan urinal dan/atau
bedpan teratur

f. Makan

Mandiri: mengambil makanan dari piring atau keseksamaan memasukannnya ke


mulut, (memotong-motong daging dan menyiapkan makanan, seperti mengolesi
roti dengan mentega, tidak dimasukan dalam evaluasi)

Tergantung: bantuan dalam hal makan (lihat di atas); tidak makan sama sekali,
atau makan per parentral
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL.

ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter/sukarela/disadari


yang terkoordinasi dan aspek propioseptif/indera internal yg bertugas mengatur
keseimbangan ketika tubuh bergerak. sebagai umpan balik gerakan yang dilakukan.
ADL dasar dipengaruhi oleh :

1.    ROM sendi
2.    Kekuatan otot
3.    Tonus otot
4.    Propioseptif (indera internal yg bertugas mengatur keseimbangan ketika tubuh
bergerak.)
5.    Persepti visual
6.    Kognitif, (aktifitas mental yg berawal dari pengetahun)
7.    Koordinasi
8.    Keseimbangan (Sugiarto,2005)

Menurut Hadiwinoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunanActivities Daily


Living adalah:

1)    Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga.


2)    Kapasitas mental.
3)    Status mental seperti kesedihan dan depresi.
4)    Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh.
5)    Dukungan anggota keluarga.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki seseorang
untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan
tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga
dan masyarakat (Sugiarto,2005).
B. Saran
Adapun saran bagi pembaca khususnya mahasiswa/i keperawatan, hendaknya dapat
menguasai ADL lansia dan dapat mengetahui factor yang dapat mempengaruhi ADL
lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Hardywinoto, Setiabudi. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia.

Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Stress, Cemas, Dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru

Hidayat. 2007. Metodologi Penelitian keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta:


Salemba Medika
Indriyati. 2009. Hubungan Tingkat Activity Daily Living (ADL) Dengan Tingkat Depresi
Pada Pasien Stroke Di Bangsal Anggrek 1 Rs.Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta :
UMS.
Iskandar J.2004. Panduan Praktis Pencegahan & Pengobatan Stroke. Jakarta: PT.Bhuana
Ilmu Populer

Kaplan, Saddock. 2003. Sinopsis Psikiatry, Ilmu Pngetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.


Jakarta: Binarupa Aksara

Kapplan, Sadock, BJ. 2005. Comprehensive Textbook Of Psychiatry,6th Ed. USA :


Lippincott.

Mickey,Stanley. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.Jakarta : EGC

 Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-


Hari Pada Lansia Dip Anti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan Menggunakan Berg
Balance Scale Dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP.

Wahyudi,N. 2008. Keperawatan Geontik & Geriatric.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai