Anda di halaman 1dari 17

KONSEP ADL (ACTIVITY DAILY LIVING)

1. Pengertian ADL

ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan

aktivitas pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan,

berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito & Setiabudi,

2005).

Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas

perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan

tuntutan hidup sehari-hari .

ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional yang harus dimiliki

seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-

harinya dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai

pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,2005)

Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum, toileting,
mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telfon, menulis, mengelola uang
dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk,
transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain)
(Sugiarto,2005).

2. Macam – Macam ADL

1) ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki

seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting,

mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang

air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan

kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005)

2) ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda

penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan


telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas ADL dasar, sering disebut ADL

saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya

meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang

memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL

dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas

(Sugiarto,2005)

3) ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan

sekolah.

4) ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu

luang.

3. Cara Pengukuran ADL

ADL mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi menjadi sub kategi

atau domain seperti berpakaian, makan minum, toileting/higieni pribadi, mandi,

berpakaian, transfer, mobilitas, komunikasi, vokasional, rekreasi, instrumental ADL

dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang

untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias.

Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam

kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas

(Sugiarto,2005)

Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau

besarnya bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Pengukuran

kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif denagn

sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh berbagai penulis ADL dasar, sering

disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk
merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias. Ada

juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori

ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan mobilitas

(Sugiarto,2005)

Tabel 2.1.Beberapa Indeks Kemandirian ADL

Skala Deskripsi & Kehandalan, Waktu & Komentar


jenis skala kesahihan & pelaksanaan
sensivitas
Indeks barthel Skala ordinal Sangat handal <10 Skala ADL
dengan skor & sangat sahih, menit,sangat yang sudah
0(total dan cukup ssuai untuk diterima
dependent)- sensitif. skrining, secara luas,
100(total penilaian kehandalan
independent) : formal, dan
10 item pemantauan kesahihan
:makan, & sangat baik.
mandi, pemeliharaan
berhias, terapi.
berpakaian,
kontrol
kandung
kencing,dan

kontrol anus,
toileting,
transfer
kursi/tempat
tidur, mobilitas
dan naik
tangga.

Indeks Katz Penilaian Kehandalan & < 10 menit, Skala ADL


dikotomi kesahihan sangat yang sudah
dengan urutan cukup; kisaran sesuai untuk diterima
dependensi ADL sangat skrining, secara luas,
yang hierarkis terbatas (6 penilaian kehandalan
: mandi, item) formal, dan
berpakaian, pemantauan kesahihan
toileting, & cukup,
transfer, pemeliharaan menilai
kontinensi, terapi. keterampilan
dan makan. dasar, tetapi
Penilaian dari tidak menilai
A (mandiri berjalan &
pada keenam naik tangga
item) sampai
G (dependent
pada keenam
item).
FIM Skala ordinal Kehandalan & < 20 menit, Skala ADL
(Functional dengan 18 kesahihan baik, sangat yang sudah
Independence item, 7 level sensitif dan sesuai untuk diterima
Measure) dengan skor dapat skrining, secara luas.
berkisar antara mendeteksi penilaian Pelatihan
18-126; area perubahan kecil formal, untuk
yang dengan 7 level. pemantauan petugas
dievaluasi; & pengisi lebih
perawatan diri, pemeliharaan lama karena
kontrol terapi serta item banyak.
stingfer, evaluasi
transfer, program.
lokomosi,
komunikasi,
dan kognitif
sosial.

Sumber : Sugiarto,2005.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa indeks barthel handal, sahih, dan cukup

sensitif, pelaksanaannya mudah, cepat (dalam waktu kurang dari 10 menit), dari

pengamatan langsung atau dari catatan medik penderita, lingkupnya cukup mewakili

ADL dasar dan mobilitas ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan dasar

yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan &

minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air

besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga

disertakan kemampuan mobilitas (Sugiarto,2005).

4. Indeks Barthel( IB)

Indeks Barthel mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan

mobilitas. Mao dkk mengungkapkan bahwa IB dapat digunakan sebagai kriteria dalam

menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan

keseimbangan, terutama pada pasien pasca stroke.


Tabel 2.2.Indeks Barthel

No. Item yang dinilai Dibantu Mandiri

1. Makan(bila makanan harus dipotong-potong 5 10


dulu=dibantu)
2. transfer dari kursi roda ke tempat tidur dan 5-10 15
kembali (termasuk duduk di bed)
3. Higieni personal (cuci muka, menyisir, 0 5
bercukur jenggot, gosok gigi)
4. Naik & turun kloset/ WC (melepas/memakai 5 10
pakaian, cawik, menyiram WC)
5. Mandi 0 5

6. Berjalan di permukaaan datar 10 15


(atau bila tidak dapat berjalan, dapat 0 5
mengayuh kursi roda sendiri)
7. Naik & turun tangga 5 10

8. Berpakaian(termasuk memakai tali sepatu, 5 10


menutup resleting)
9. Mengontrol anus 5 10

10. Mengontrol kandung kemih 5 10

Sumber : Sugiarto,2005.

IB tidak mengukur ADL instrumental, komunikasi dan psikososial. Item-item

dalam IB dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat pelayanan keperawatan yang

dibutuhkan oleh pasien. IB merupakan skala yang diambil dari catatan medik

penderita, pengamatan langsung atau dicatat sendiri oleh pasien. Dapat dikerjakan

dalam waktu kurang dari 10 menit (Sugiarto,2005).

IB versi 10 item terdiri dari 10 item dan mempunyai skor keseluruhan yang

berkisar antara 0-100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukkan lebih

mandiri.

Tabel 2.3.Penilaian Skor IB

Penulis Interpretasi
Shah dkk 0-20 Dependen Total
21-60 Dependen Berat
61-90 Dependen Sedang
91-99 Dependen Ringan
100 Independen/Mandiri

Lazar dkk 10-19 Dependen Perawatan


20-59 Perawatan diri, dibantu
60-79 Kursi roda, dibantu
80-89 Kursi roda,
independen/mandiri
90-99 Ambulatori, dibantu
100 Independen/Mandiri

Granger 0-20 Dependen Total


21-40 Dependen Berat
41-60 Dependen Sedang
61-90 Dependen Ringan
91-100 Mandiri

Sumber : Sugiarto,2005.

IB sudah dikenal secara luas, memiliki kehadalan dan kesahian yang tinggi.

Shah melaporkan koefisien konsisten internal alfa 0,87 sampai 0,92 yang

menunjukkan kehandalan intra dan inter-rater yang sangat baik. Wartski dan Green

menguji 41 pasien dengan interval 3 minggu, ternyata hasilnya sangat konsisten. Ada

35 pasien yang skornya turun 10 poin. Collin dkk meneliti konsistensi laporan sendiri

dan laporan perawat, didasarkan pengamatan klinis, pemeriksaaan dari perawat dan

pemeriksaan dari fisioterapis. Ternyata koefisien konkordasi (kesesuaian) dari Kendall

menunjukkan angka 0,93 yang berarti pengamatan berulang dari orang yang berbeda

akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai (Sugiarto,2005).

Wade melaporkan kesahian IB yang dibuktikan dengan angka korelasi 0,73

dan 0,77 dengan kemampuan motorik dari 976 pasien stroke. Kesahihan prediktif IB

juga terbukti baik. Pada penelitian dengan stroke, persentase meninggal dalam 6

bulan masuk rumah sakit turun secara bermakna bila skor IB tinggi saat masuk rumah

sakit (Sugiarto,2005).
Intepretasi yang paling banyak digunakan adalah menurut Shah dkk karena

telah dikenal luas dan cukup rinci untuk mengetahui tingkat kemandirian seseorang

dalam melakukan ADL (Sugiarto,2005).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL.

ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi gerakan volunter yang

terkoordinasi dan aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang dilakukan.

ADL dasar dipengaruhi oleh :

1. ROM sendi

2. Kekuatan otot

3. Tonus otot

4. Propioseptif

5. Persepti visual

6. Kognitif

7. Koordinasi

8. Keseimbangan (Sugiarto,2005)

Menurut Hadiwynoto (2005) faktor yang mempengaruhi penurunan Activities

Daily Living adalah:

1) Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga

2) Kapasitas mental

3) Status mental seperti kesedihan dan depresi

4) Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh

5) Dukungan anggota keluarga


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2007. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika

American Psychiatric. 2004. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders Fouth
Edition. Washington DC: American Psychiatric Association

Amir. 2005. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Depresi Pasca Stroke. Jakarta: Cermin Dunia
Kedokteran

Auryn.2007. Mengenal Dan Memahami Stroke. Yogyakarta: Ar Ruzz Media

Bethesda Stroke. 2005. Stroke Depression. Portugal : Journal of Psychiatry Neuroscience


Vol.31(6)

BJ, Sadock VA. 2009. Comprehensive Textbook Of Psychiatry, 7th ed, Philadelphia:
Williams & Wilkins

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Volume 1.Jakarta:EGC
Carod-Artal FJ. 2010. Depresi Pasca Stroke : Bias Prediksi Bantu Pencegahan?
Cerebrovas Dis 28. http://www.medscape.com/viewarticle/727042.Diakses tanggal 01
November 2011, jam 18.30 WIB.

Dharmady, Agus. 2009. Stroke dan Depresi Pasca Stroke Majalah Kedokteran Damianus
Vol.8 No.1. Jakarta : FK Unika Atma Jaya

Dyah, Elok. 2010. gejala-gejala terjadinya stroke harus diwaspadai.


http://www.google.com/2010/01/06/issu_tentang_terjadinya_stroke/. Diakses tanggal
24-10 -2011, jam 20.00 WIB

Faisal, Idrus. 2007. Depresi Pada Penyakit Parkinson Cermin Dunia Kedokteran No.156.
Makassar : FK Hasanuddin

Farida, Ida. 2009. Mengantisipasi Stroke. Yogjakarta: Buku Biru.

Ginsberg, Lionel. 2007. Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga

Hardywinoto, Setiabudi. 2005. Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia.

Hawari, Dadang. 2006. Manajemen Stress, Cemas, Dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru

Hidayat. 2003. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika


Hidayat, A. Aziz A . 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika
Hidayat. 2007. Metodologi Penelitian keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya :
Health Books Publishing
Indriyati. 2009. Hubungan Tingkat Activity Daily Living (ADL) Dengan Tingkat Depresi Pada
Pasien Stroke Di Bangsal Anggrek 1 Rs.Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta : UMS.
Intansari.2002.Perubahan Tingkat Depresi Setelah Electroconvulsive Therapy (ECT) Di
RSUP DR Sardjito Berita Kedokteran Masyarakat XVII(2).Yogyakarta : UGM
Iskandar J.2004. Panduan Praktis Pencegahan & Pengobatan Stroke. Jakarta: PT.Bhuana
Ilmu Populer

Kaplan, Saddock. 2003. Sinopsis Psikiatry, Ilmu Pngetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.
Jakarta: Binarupa Aksara

Kapplan, Sadock, BJ. 2005. Comprehensive Textbook Of Psychiatry,6th Ed. USA :


Lippincott.

Lumbantobing. 2004. Neurogeriatri. Jakarta:FKUI

Mardi Susanto. 2008. Tatalaksana Depresi Pasca Stroke Majalah Kedokteran Indonesia
Volum: 58, nomor: 3, Maret. Jakarta : Departemen Psikiatry RS Persahabatan

Mickey,Stanley. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.Jakarta : EGC

Misbach J. 2007. Stroke Aspek Diagnosis Patofisiologi Dan Manajemen. Jakarta: FKUI

Nasir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia


Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika
Paolucci, Steffano. 2008. Epidemiologi Dan Pengobatan Depresi Pasca Stroke
Neuropsychiatr Disorder. Roma : Fondazione Santa Lucia
Pengkajian
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan aktivitas dan
latihan adalah sebagai berikut:
1. Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi
gangguan kebutuhan aktivitas dan latihan.
2. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
Pengkajian ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
aktivitas.
3. Kemampuan fungsi motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan dan kaki baik
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan,
atau spastic.
4. Kemampuan aktivitas
Pengkajian ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring,
duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
5. Kemampuan rentang gerak
Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan,
panggul, dan kaki.
6. Perubahan intoleransi aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan
pada system pernafasan, antara lain: suara nafas, analisa gas darah,
gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti
panas, dan nyeri saat respirasi. Sedangkan yang berhubungan dengan
perubahan system kardiovaskuler, seperti nadi dan tekanan darah,
gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta perubahan tanda
vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
7. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Kekuatan otot dapat dikaji secara bilateral atau tidak.
8. Perubahan fisiologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya
gangguan aktivitas dan iaktivitas, antara lain perubahan perilaku,
peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-
lain.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


MENURUT NANDA
1. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan kehilangan integritas
struktur tulang akibat fraktur, dan nyeri.
2. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik (neglected fraktur tibia
fibula dekstra)
3. Kurangnya perawatan diri (self care deficit) : toileting, bathing,
dressing/grooming, feeding berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, dan kelemahan.

III. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN


1 Gangguan NOC : NIC :
aktivitas fisik v Mobility Level Exercise
Definisi : v Self care : ADLs therapy :
Keterbatasan dalam v Transfer ambulation
kebebasan untuk performance § Monitoring
pergerakan fisik Kriteria Hasil : vital sign
tertentu pada v Klien meningkat sebelum/sesudah
bagian tubuh atau dalam aktivitas fisik latihan dan lihat
satu atau lebih v Mengerti tujuan respon pasien
ekstremitas dari peningkatan saat latihan
Batasan aktivitas § Ajarkan pasien
karakteristik: v Memverbalisasikan atau tenaga
- Postur tubuh perasaan dalam kesehatan lain
yang tidak stabil meningkatkan tentang teknik
selama melakukan kekuatan dan ambulasi
kegiatan rutin kemampuan § Kaji
harian berpindah kemampuan
- Keterbatasan v Memperagakan pasien dalam
kemampuan untuk penggunaan alat mobilisasi
melakukan Bantu untuk § Latih pasien
keterampilan mobilisasi (walker) dalam
motorik kasar pemenuhan
- Keterbatasan kebutuhan ADLs
kemampuan untuk secara mandiri
melakukan sesuai
keterampilan kemampuan
motorik halus § Dampingi dan
- Keterbatasan Bantu pasien saat
ROM mobilisasi dan
- Usaha yang bantu penuhi
kuat untuk kebutuhan ADLs
perubahan gerak ps.
Faktor yang § Berikan alat
berhubungan : Bantu jika klien
- Kurang memerlukan.
pengetahuan § Ajarkan pasien
tentang kegunaan bagaimana
pergerakan fisik merubah posisi
- Tidak dan berikan
nyaman, nyeri bantuan jika
- Kerusakan diperlukan
muskuloskeletal
dan neuromuskuler
- Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan
stamina
2 Nyeri akut NOC : NIC :
v Pain Level, Pain
Definisi : v Pain control, Management
Sensori yang tidak v Comfort level § Lakukan
menyenangkan dan Kriteria Hasil : pengkajian nyeri
pengalaman v Mampu secara
emosional yang mengontrol nyeri komprehensif
muncul secara (tahu penyebab nyeri, termasuk lokasi,
aktual atau mampu karakteristik,
potensial kerusakan menggunakan tehnik durasi, frekuensi,
jaringan atau nonfarmakologi kualitas dan
menggambarkan untuk mengurangi faktor presipitasi
adanya kerusakan nyeri, mencari § Observasi
(Asosiasi Studi bantuan) reaksi nonverbal
Nyeri v Melaporkan bahwa dari
Internasional): nyeri berkurang ketidaknyamanan
serangan mendadak dengan menggunakan § Gunakan
atau pelan manajemen nyeri teknik
intensitasnya dari v Mampu mengenali komunikasi
ringan sampai berat nyeri (skala, terapeutik untuk
yang dapat intensitas, frekuensi mengetahui
diantisipasi dengan dan tanda nyeri) pengalaman
akhir yang dapat v Menyatakan rasa nyeri pasien
diprediksi dan nyaman setelah nyeri § Evaluasi
dengan durasi berkurang pengalaman
kurang dari 6 bulan. v Tanda vital dalam nyeri masa
rentang normal lampau
Batasan § Evaluasi
karakteristik : bersama pasien
- Laporan dan tim
secara verbal atau kesehatan lain
non verbal tentang
- Fakta dari ketidakefektifan
observasi
- Gerakan kontrol nyeri
melindungi masa lampau
- Tingkah § Bantu pasien
laku berhati-hati dan keluarga
- Gangguan untuk mencari
tidur (mata sayu, dan menemukan
tampak capek, sulit dukungan
atau gerakan kacau, § Kurangi faktor
menyeringai) presipitasi nyeri
- Fokus § Ajarkan
menyempit tentang teknik
(penurunan non farmakologi
persepsi waktu, § Evaluasi
kerusakan proses keefektifan
berpikir, penurunan kontrol nyeri
interaksi dengan § Tingkatkan
orang dan istirahat
lingkungan) § Kolaborasikan
- Perubahan dengan dokter
dalam nafsu makan jika ada keluhan
dan minum dan tindakan
nyeri tidak
Faktor yang berhasil
berhubungan : § Monitor
Agen injuri penerimaan
(biologi, kimia, pasien tentang
fisik, psikologis) manajemen nyeri
3. Kurangnya NOC: NIC:
perawatan Perawatan diri ADL Self-care
diri(self care Kriteria hasil: assistance
deficit) v Klien secara § Monitor
mandiri mampu kemampuan
makan, berganti klien dalam
pakaian, toileting, melakukan ADL
mandi, merawat diri, secara mandiri.
menjaga kebersihan § Monitor
diri dan menjaga kebutuhan klien
kebersihan mulut akan alat bantu
dalam
melakukan ADL.
§ Sediakan
peralatan-
peralatan pribadi
yang dibutuhkan
klien (seperti
deodoran, pasta
gigi, dan sabun
mandi).
§ Bantu klien
dalam
melakukan ADL
sampai klien
mampu
melakukannya
dengan mandiri.
§ Dorong klien
untuk melakukan
aktivitas sehari-
hari sesuai
dengan tingkat
kemampuannya.
§ Dorong klien
untuk mandiri,
tetapi bantu klien
bila klien tidak
bisa
melakukannya
sendiri.
§ Ajari keluarga
untuk
mendorong
kemandirian
klien, dan hanya
membantu jika
klien tidak
mampu
melakukannya
sendiri.
§ Lakukan
perawatan diri
secara rutin.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep & Proses Keperawatan,buku 1. Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume
3. Jakarta: EGC.
Johnson, Marion, Maas, Meridean, and Moorhead, Sue. 2000. Nursing
Outcomes Classification (NOC) second edition. USA: Mosby.
McCloskey, Joanne and Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention
Classification second edition. USA: Mosby.
North American Nursing Diagnosis Association. NANDA nursing diagnoses:
definitions and classification 2007-2008. Philadelphia: The association.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai