Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar


1) Pengertian Aktivitas Sehari-hari (Activity Of Daily Living)

Aktivitas sehari-hari (activity of daily living) adalah keterampilan dasar dan


tugaas okupasional yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara
mandiri yang dikerjakan seserang sahari-harinya dengan tujuan untuk
memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan
masyarakat (Sugiarto, 2005).

Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) adalah aktivitas yang biasanya


dilakukan dalam sepanjang hari normal yang mencakup ambulasi, makan,
berpakaian, mandi, dan berhias. Kondisi ini yang mengakibatkan kebutuhan untuk
bantuan dalam AKS dapat bersifat akut, kronis, temporer, penmanen, atau
rehabilitative (Perry dan Potter, 2005).

2) Macam-Macam Aktivitas Sehari-Hari


Menurut Sugiarto (2005), aktivitas kehidupan sehari-hari ADL) ada 2
yaituaktivitas sehari-hari dasar dan aktivitas sehari-hari instrumental.
a) Aktivitas sehari-hari dasaryaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya, meliputi minum, toileting, mandi, dan
berhias.
b) Sedangkan aktivitas sehari-hari instrumental meliputi aktivitas yang kompleks
seperti memasak, mencuci, mengetik, menggunakan telepon, dan mengelola
uang.
3) Manfaat Aktivitas Sehari-Hari
Manfaat dari aktivitas kehidupanschari-hari (ADL dapat dirasakan secars
fisiologis, psikologis, dan sosial :
a. Manfaat Fisiologis

` 1) Dampak langsung

a. Mengatur kadar gula darah


b. Merangsang adrenalin dan noradrenalin
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur

2) Dampak jangka panjang dapat meningkatkan:

a) Daya tahan aerobik/kardiovaskular


b) Kekuatan otot rangka
c) Kelenturan
d) Keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan (jatuh)
e) Kelincahan gerak

b. Manfaat Psikologis

1) Dampak langsung dapat membantu:

a) Memberi perasaan santai


b) Mengurangi ketegangan dan kecemasan
c) Meningkatkan perasaan senang

2) Dampak jangka panjang dapat meningkatkan

a) Kesegaran jasmani dan rohani secara utuh kesehatan jiwa


b) Fungsi kognitif
c) Penampilan dan fungsi motorik
d) Keterampilan
e) Manfaat Sosial

c. Manfaat Sosial

1) Dampak langsung dapat membantu

a) Pemberdayaan usia lanjut


b) Peningkatan integritas sosial dan kultur

2) Dampak jangka panjang meningkatkan

a) Keterpaduan
b) Hubungan kesetiakawanan
c) Jaringan kerjasama sosial budaya
d) Pertahanan peran dan pembentukan peran baru
e) Kegiatan antar generasi
4) Penilaian Aktivitas Sehari-Hari
Menurut Maryam (2008) penilaian dengan menggunakan indeks kemandirian
Katz yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien
dalam hal makan, mandi, toileting, kontinen (BAB/BAK), berpindah kekamar
mandi dan berpakaian. Pengkajian juga dilakukan dengan instrument tertentu
untuk membuat penilaian secara objektif. Instrument yang biasa digunakan
adalah barthel indeks. Alat ini digunakan untuk menentukan hasil tindakan dan
prognosis pada lansia penyakit kronis, lingkup pengkajian meliputi keadekuatan
enam fungsi, yaitu mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan,
yang hasilnya untuk mendeteksi tingkat fungsional klien (mandiri/dilakukan
sendiri atau tergantung). Penilaian juga dapat dilakukan dengan menggunakan
tabel penilaian dari Abdul Muhith.

Penilaian dalam melakukan aktivitas sehari-hari sebagai berikut :

1. Indeks katz(Nassrullah, 2016)


a. Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, kekamar kecil,
berpakaian, dan mandi.
b. Kemandiian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
c. Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
d. Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan.
e. Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan
satu fungsi tambahan.
f. Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil,
berpindah, dan satu fungsi tambahan.
g. Ketergantungan pada semua fungsi tersebut
Adapun penilaian hasil dari pelaksanaan aktivitas sehari-hari tercantum
dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Penilaian Hasil dari Pelaksanaan Aktivitas Sehari-hari

Penilaian Kriteria
6 Mandiri total Mandiri dalam mandi, berpakaian,

pergi ke toilet,berpindah, kontinen


dan makan.
5 Tergantung paling Mandiri pada semua fungsi diatas,

kecuali salah satu dari fungsi di


atas.
4 Tergantung ringan Mandiri pada semua fungsi diatas,

kecuali mandi dan satu dari fungsi


lainnya.
3 Tergantung sedang Mandiri pada semua fungsi diatas,

kecuali mandi, berpakaian, dan


satu dari fungsi lainnya.
2 Tergantung berat Mandiri pada semua fungsi diatas,

kecuali mandi, berpakaian, pergi ke


toilet, dan satu dari fungsi lainnya.

2. Barthel Indeks
Tabel 2.2 Barthel Indeks

No Kriteria Dengan bantuan Mandiri


1 Makan 5 10
2 Aktivitas ke toilet 5 10
3 Berpindah kekursi 5 15
4 Kebersihan diri mencuci muka, 0- 5
menyisir rambut, dan
5 Mandi 0 5
6 Berjalan dipermukaan datar 1 25
7 Naik turun tangga 50 10
8 Berpakaian 5 10
9 Mengontrol defekasi 5 10
10 Mengontrol berkemih 5 10
Total 100

Penilaian :
0-20 : ketergantungan
21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung
91-99 : ketergantungan berat
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri

3. Penilaian menurut Muhith (2016)


Tabel 2.3 Definisi Activity Of Daily Living
Activity of Pengertian Tindakan mandiri Tindakan yang
daily living bergantung
Makan Kemampuan Mengambil makanan bantuan dalam hal

untuk dari piring dan mengambil makanan

menyiapkan menyuapinya sendiri dari piring dan


makanan yang menyuapi, tidak
sederhana untuk makan sama sekali dan
dirinya, meliputi makan parenteral atau
kemampuan melalui
nasogastroentestinal
untuk
tube (NGT)
menyendokkan
nasi dalam piring,

memilih lauk,

Berpakaian kemandirian
Kemampuan Mengambil baju dari Tidak dapat memakai
untuk lemari, memakai baju sendiri dan hanya

mengenakan pakaian, melepaskan sebagian


pakaian dari pakaian, mengancing

gantungan baju atau mengikat pakaian


atau setelah
mandi,

mengambil baju
Berpindah Kemampuan Berpindah dari tempat Bantu dalam
bepergian tidur, bangkit dari kursi naik/turun dari tempat
sendiri tidur/kursi, tidak

melakukan
Kekamar Kemampuan Masuk dan keluar dari Menerima bantuan

Kecil mengatur hajat kamar kecil kemudian untukmasuk ke kamar


besar dan kecil, membersihkan genetalia kecil dan
seperti masuk dan sendiri menggunakan pispot
keluar wc,
mencopot serta
merapikan

pakaian serta
Mandi Kemampuan Bantuan hanya pada Bantuan mandi lebih

untuk satu bagian mandi dari satu bagian tubuh,


menyiram bantuan masuk dan
(sepertipunggung/ektre
tempat
mitas yang tidak keluar dari bak mandi,
tertentu,
mampu) atau mandi
serta tidak mandi
menyabuni sendiri sepenuhnya
sendiri
serta

Kontinen menggosok
Apakah BAB dan BAK Inkontinensi
dalam
seluruhnya dikontrol parsial/total
melakukan sendiri menggunakan kateter
hajat dan pispot, enema dan
kecil/besar pembalut/diaper
klien
mengalami
kesulitan/da
pat
Sumber : Abdul Muhith, 2016

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Dalam Nasrullah (2016) dan Aspiani (2014), Pengkajian yang di lakukan untuk
asuhan keperawtan kebutuhan aktivitas sehari-hari dengan demensia sebagai berikut :
a. Anamnesa

1) Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang,
status sipik, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang berobat
(menurut klien dan keluarga)
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenal keadaan klien saat ini, mulai
tmbulnya keluhan yang dirasakan sampai saat di lakukan pengkajian

4) Riwayat kesehatan Dahulu


Riwayat kesehatan seperti adanya masalah psikososial
5) Riwayat Kesehatn Keluarga
Dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan psikologi seperti
yang dialami klien.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah psikososial Demensia
bisanya lemah
2) Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis
3) Tanda-Tanda Vital
Priksa suhu, nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan
4) Pemeriksaan Review Of System (ROS)
Dilakukan dengan memeriksa pernafasan, sistem sirkulasi, sistem persyarafan,
sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletas.

c. Pola Fungsi Kesehatan

Yang perlu dikaji adalah aktifitas apa saja yang dilakukan, meliputi :
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Klien mengalami gangguan persepsi, klien mengalami gangguan dalam
memelihara dan menangani masalah kesehatannya.
2) Pola nutrisi
Klien dapat mengalami makan berlebih / kurang karena kadang lupa sudah
makan atau belum.

3) Pola eliminasi

4) Pola tidur dan istirahat

Biasanya klien mengalami insomnia

5) Pola aktivitas dan istirahat


Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari karena
penurunan minat. Pengkajian klien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-
hari dapat menggunakan indeks KATZ.

Pengkajian juga dilakukan dengan instrument tertentu untuk membuat


penilaian secara objektif. Instrument yang biasa digunakan adalah barthel
indeks.

d. Pola Hubungan Dan Peran

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota


keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, dan
masalah keuangan.

e. Pola Sensori dan Kognitif

Untuk mengetahui status mental klien dapat dilakukan pengkajian


menggunakan Tabel Short Portable Mental Status Quesionare (SPMSQ).

f. Pola Persepsi Dan Konsep Diri

Klien biasanya mengalami gangguan persepsi, tidak mengalami gangguan konsep


diri.

g. Pola Seksual dan Reproduksi


Klien mengalami penurunan minat terhadap pemenuhan kebutuhan
seksual.

h. Pola Penanggulangan stress dan koping

Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam


menangani stres yang dialami.

1) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan


Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) 2017,


diagnosa yang muncul pada kasus gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari yang
berkaitan dengan demensia adalah:

2) Defisit Perawatan Diri


Definisi: tidak mampu melakukan atau menyelesiaakan aktivitas perawatan diri.
1) Penyebab
a) Gangguan muskuloskeletal
b) Gangguan neuromuskuler
c) Kelemahan
d) Gangguan psikologis dan/ atau psikotik
e) Penurunan motivasi/minat

2) Gejala dan tanda mayor


Secara subjektif
a) Menolak perawtan diri secara
objektif
a) Tidak mampu mandi /mengenakan pakaian/ makan/ke toilet/ berhias
secara mandiri.
b) Minat melakukan perawatan diri kurang.
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakan adalah rencana yang disusun oleh perawat untuk
kepentingan keperawatan (Handayaningsih, 2009)
Berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 2018
rencana keperawatan pada diagnosa defisit perawatan diri sebagai berikut

Tabel 2.4 Intervensi Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri


Rencana
keperawatan
Tujuan dan kriteria Intervens Intervensi pendukung
i
Dukungan Setelah dilakukan Observasi - Dukungan
tindakan keperawatan emosiona
perawatan diri : diharapkan perawatan - Identifikasi usia dan budaya l
diri : mandi pasien dapat dalam membantu - Dukungan
mandi Definisi: terpenuhi dengan kriteria kebersihan diri pengambila
memfasilitasi hasil : - Identifikasi jenis bantuan n keputusan
pemenuhan kebutuhan 1. Perawatan diri : yang di butuhkan - Dukungan
kebersihan diri aktivitas kehidupan - Monitor kebersihan tubuh tanggung jawab
sehari- hari (ADL) - Monitiror itegritas kulit pada diri sendiri
mampu untuk - Kontrak perilaku
melakukan aktivitas Terapeutik positif
perawatan fisik - Manajemen
- Sediakan peralatan mandi demensia
secara mandiri atau
(mis. Sabun, sikat gigi, - Manajemen energi
dengan alat bantu
shampo, pelembab kulit)
2. Perawatan diri
mandi: mampu - Sediakan lingkungan yang - Manajemen
untuk membersihkan aman nyaman lingkungan-
diri secara mandiri - Fasilitasi menggosok gigi, Manajemen
dengan atau tanpa sesuai kebutuhan nutrisi
alat bantu - Pertahankan kebiasaan - Manajemen
3 . Membersihkan dan kebersihan diri nyeri
mengeringkan tubuh - Berikan bantuan sesui - Pemberian
dan mengeringkan tingaat kemandirian makanan
tubuh Edukasi - Pencegahan
jatuh
- Jelaskan manfaat mandi - Penentuan
dan dampak tidak mandi tujuan
terhadap kesehatan bersama
- Ajarkan kepada keluarga - Pengaturan
cara memandikan pasien, posisi
jika perlu - Perawatan
kaki
- Perawatan
kuku
- Perawatan
lensa
kontak
- Perawatan
mata
- Perawatan
mulut
- Perawatan
perineum
- Perawatan
rambut
Dukunganperawatan Setelah dilakukan Observasi - Perawatan telinga
diri : tindakan keperawatan - Promosi citra tubuh
diharapkan perawatan diri: - Identifikasi usia dan budaya - Promosi harga diri
berpakaian Definisi: berpakaian pasien dapat dalam membantu - Promosi komunikasi
memfasilitasi terpenuhi dengan kriteria berpakaian/berhias : defisit
pemenuhan kebutuhan hasil : pendengaran
berpakaian dan 1. Mampu Terapeutik
- Promosi komunikasi
berhias mempertahankan : defisit visual
kebersihan pribadi - Sediakan pakaian pada
- Promosi latihan fisik
dan penampilan tempat yang mudah dan
terjangkau - Reduksi ansietas
yang rapi secara
- Terapi menelan
mandiri dengan alat
bantu - Sediakan pakaian pribadi,
2. Mengungkapkan sesuai kebutuhan
kepuasan dalam - Fasilitasi mengenakan
berpakaian menata pakaian, jika perlu
rambut - Fasilitasi berhias
3. Dapat memilih (mis.Menyisir rambut,
pakaian dan merapikan kumis/jenggot)
mengambilnya dari - Jaga privasi selama
lemari atau laci berpakaian
baju - Tawarkan untuk laundry
4. Menggunakan jika perlu
pakaian secara - Beri pujian terhadap
rapih dan bersih kemampuan berpakaian
5. Menunjukkan secara mandiri
rambut yang rapi
dan bersih Edukasi

- Informasikan pakaian yang


tersedia untuk dipilih, jika
perlu
- Ajarkan mengenakan
pakaian, jika perlu

Dukungan perawatan Setelah dilakukan Observasi


diri : BAB/BAK tindakan keperawatan
diharapkan perawatan - Identifikasi kebiasaan
Definisi: diri : BAB/BAK pasien BAK/BAB sesuai usia
memfasilitasi dapat terpenuhi dengan - Monitor integritas
pemenuhan kebutuhan kriteria hasil : kulit pasien
buang air kecil 1. Perawatan diri :
(BAK) dan buang air aktivitas kehidupan Terapeutik
besar (BAB) sehari-hari (ADL)
mampu melakukan - Buka pakaian yang
aktivitas perawatan
fisik secara manndiri diperlukanuntuk
atau dengan alat bantu memudahkan eliminasi
2. Membersihkan - Dukungan penggunaan
diri setelah eliminasi
toilet/commode/pispot/
urinal secara konsisten
- Jaga privasi selama
eliminasi
- Ganti pakaian pasien
setelah eliminasi, jika
perlu
- Bersihkan alat bantu
BAK/BAB setelah
digunakan
- Latih BAK/BAB sesuai
jadwal,jika perlu
- Sediakan alat bantu (mis.
Kateter eksternal, urinal),
jika pelu

Edukasi

- Anjurkan BAK/BAB
- secara rutin
- Anjurkan kekamar
mandi/toilet, jika perlu

Dukungan perawatan Setelah dilakukan Observasi


dirimakan/minum tindakan keperawatan
Definisi : diharapkan perawatan - Identifikasi diet yang
Memfasilitasi diri : makan pasien dianjurkan
pemenuhan kebutuhan dapat terpenuhi dengan - Monitor kemampuan
makan/minum kriteria hasil : menelan
1. Perawatan diri - Monitor status hidrasi
: aktivitas pasien, jika perlu
kehidupan
sehari- hari Terapeutik
(ADL) mampu
untuk - Ciptakan lingkungan
melakukan menyenangkan selama
aktivitas makan
perawatan - Atur posisi nyaman
fisik atau untuk makan/minum
dengan alat - Lakukan oral hygiene
bantu secara
mandiri sebelum makan, jika
perlu
2. Perawatan diri
: makan : - Letakkan makanan di sisi
kemampuan mata yang sehat
untuk - Sediakan sedotan untuk
meyiapkan dan minum, sesuai kebutuhan
memakan - Siapkan makanan dengan
makanan dan suhu yang meningkatkan
cairan secara nafsu makan
mandiri dengan - Sediakan makanan dan
atau tanpa minuman yang disukai
alat bantu - Berikan bantuan saat
makan/minum sesuai
tingkat kemandirian, jika
perlu
- Motivasi untuk makan di
ruang makan, jika
tersedia

Edukasi

- Jelaskan posisi makanan


pada pasien yang
mengalami gangguan
penglihatan
menggunakan arah jarum
jam ( nis. Sayur di jam 12,
rendang di jam 3)

Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian obat (mis.
Analgesik,
antiemetik), sesuai
indikasi

Sumber : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 2018

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau perencanaan keperawatan adalah pengembangan strategi desin
untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnisis keperawatan. (Budiono & Sumirah 2015)

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang anda buat pada tahap
perencanaan. . (Budiono & Sumirah 2015.

C. Konsep Dasar Demensia


1. Pengertian Lansia
a. Definisi Lansia
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi kehidupan
manusia. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya,
misalnya kemunduran fisik, yang ditandai dengan kulit yang mengendur,
rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin buruk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang
tidak proporsional (Nasrullah, 2016).
b. Batasan Lanjut Usia
Batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari pendapat
berbagai ahli yang dikutip dari Nasrullah (2016) :

1). Menurut WHO :


a) Usia pertengahan (middle age): 45-59 tahun.
b) Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun.
c) Lanjut usia (old) : 75-90 tahun.
d) Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun.
3) Menurut prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (alm), Guru Besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodesasi biologis
perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :
a) Usia 0-1 tahun (masa bayi).
b) Usia 1-6 tahun (masa prasekolah).
c) Usia 6-10 tahun (masa sekolah).
d) Usia 10-20 tahun (masa pubertas).
e) Usia 40-65 tahun (masa setengah umur, prasenium
f) Usia 60 tahun ke atas (masa lanjut usia, senium).

2. Pengertian Demensia
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari (RenyYuli
Aspiani, 2014)
Demensia merupakan proses yang membahayakan dan berlangsung lambat,
yang mengakibatkan hilangnya fungsi kognitif secara progresif (Kozier, 2011).
Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian
beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial
(Nugroho, 2008).

4. Etiologi
Menurut Dede Nasrullah,2016 penyebab dari demensia adalah:
a. Degenerasi neuronnal atau ganggua multifokal.
b. Penyakit vaskuler atau keadaan lanjut usia pada orang tua.
c. Faktor usia

Penyebab demensia yang reversibel sangat penting diketahui karena


pengobatan yang baik pada penderita dapat kembali menjalankan kehidupan
sehari-hari yang normal. Untuk meningkatkan berbagai keadaan tersebut telah
di buat suatu jembatan “jembatan keledai” sebagai berikut:
1) Drugs (obat): obat sedative, obat pemenang minor atau mayor, obat
anti konvulsan, obat anti hipertensi, obat anti aritmia.
2) Emotional (gangguan emosi, misal depresi)
3) Metabolic dan endokrin seperti: diabetes militus, hipoglikemia,
angguan ginjal, gangguan hepar, gangguan tiroid, gangguan elektrolit.
4) Eye dan Ear (disfungsi mata dan telinga).
5) Nutritional: kekurangan vit B6(pellagra), kekurangan vit B1(sindrom
wernicke), kekurangan vit B12(anemia pernisiosa), kekurangan asam
folat.
6) Tumor dan Trauma
7) Infeksi seperti: Ensefalitis oleh virus contoh: herpes simplek.
8) Bakteri contoh: pneumococcus, TBC, parasit, fungus, abses otak,
neurosifilis
9) Arterosklerosis (komplikasi penyakit aterosklerosis misal: infark
miokard, gagal jantung, dan alkohol).
Keadaan yang secara potensial reversible atau yang bisa di

hentikan seperti:
a) Intoksikasi (obat termasuk alkohol)
b) Infeksi susunan saraf pusat
c) Gangguan metabolik
d) Gangguan vaskuler (demensia multi-infark)
e) Lesi desak ruang
f) Hematoma subdural akut atau kronis
g) Metastase neoplasma
h) Hidrosefalus yang bertekanan normal
i) Depresi (pseudo-demensia depresif)

Penyebab dari demensia Non-Reversible:

1) Penyakit degeneratif, seperti: penyakit Alzhemer, penyakit pick, penyakit


huntingon, kelumpuhan supranuklear progresif, penyakit parkinson.
2) Penyakit vaskuler, seperti: penyakit sorebrovaskuler oklusif (dimensia
multi-infark), penyakit binswanger, embolisme serebral, arteritis,
anoksia sekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat intoksikasi
karbon monoksida.
3) Demensia traumatic, seperti: perlakuan kranio-serebral, dimensia
pugilistika.
4) Infeksi, seperti: sindrom defisiensi imun depatan (AIDS), infeksi
opportunistic, demensia pasca ensefalitis.

5. Patofisiologi
Beberapa ahli memisahkan demensia yang terjadi sebelum usia 65 tahun
(demensia prasenilis) dan yang terjadi pada usia 65 tahun(demensia senilis).
Perbedaan ini dari asumsi penyebab yang berbeda. Degenerasi neuronal yang
jarang pada orang muda dan penyakit vasikuler atau keadaan usia lanjut usia
pada orang tua. Meskipun ekspresi penyakit dapat berbeda pada usia yang
berbeda, kelainan utama pada pasien demensia dari semua usia adalah sama dan
perbedaan berdasarkan kenyataan.
Sebagai besar penyakit yang menyebabkan dimensia adalah degenerasi
neuronal yang luas atau gangguan multi vokal. Gejala awal tergantung dimana
proses demensia mulai terjadi, tetapi lokasi dan jumlah neuron yang hilang
diperlukan untuk menimbulkan demensia sulit ditetapkan. Pada penyakit
Alzheimer yang merupakan penyebab demensia paling sering, demensia akibat
hilangnya jaringan kortikal terutama pada lobus temporalis, parientalis dan
frontalis,.
Hal ini sebagai kasus bertambahnya jarak antara garis dan pembersihan
vertikel. Tanda holistik adalah adanya beberapa kekacauan neurofibrinalis dan
plak senilis. Plak dan kekacauan ditemukan dalam otak orang tua yang normal
tetapi meningkat jumlah penyakit Alzheimer, terutama jawab terhadap
gangguan ingatan yang mungkin sebagian diperantarai oleh berkurangnya
aktivitas kolinergik. Aktivitas neurotransmitter termasuk norepinefrin,
serotonin, dopamin, glutamat, somatostatin juga menurun. Perubahan-perubahan
ini disertai dengan berkurangnya aliran darah serebral dan menurunnya
metabolisme oksigen dan glukosa.

D. Karakteristik Demensia
Menurut John,(1994) dalam buku Reny Yuli Aspiani,(2014) bahwa lansia yang
mengalami demensia juga akan mengalami keadaan yang sama seperti orang depresi
yaitu akan mengalami defisit aktivitas kehidupan sehari-hari(AKS), gejala yang sering
menyertai demensia adalah:
a. Gejala awal:
1) Kinerja mental menurun
2) Mudah lupa
3) Gagal dalam tugas
b. Gejala lanjut
1) Gangguan kognitif
2) Ganguan afektif
3) Gangguan perilaku
c. Gejala umum
1) Mudah lupa
2) Aktivitas sehari-hari terganggu
3) Cepat marah
4) Kurang konsemtrasi

E. Klasifikasi Demensia
Menurut Reny Yuli Aspiani,2014 klasifikasi demensia di bagi berbagai
macam, yaitu:
a. Demensia senilis
Kekurangan peredaran darah ke otak serta pengurangan
metabolisme dan O2 yang menyertainya merupakan penyebab kelainan
anatomis di otak. Pada banayk orang terdapat kelainan aterosklerosis
seperti yang terdapat pada demensia senilis, tetapi tidak di temukan gejala
demensia. Otak mengecil terdapat suatu otrofi umum, terutama pada
daerah frontal. Yang penting ialah jumlah sel berkurang. Kadang-kadang
ada kelainan otak yang jelas tetapi orang itu tidak psikotik, sebaliknya
pada orang yang sudah jelas demensia kadang-kadang ada sedikit kelainan
pada otak jadi tidak selalu ada korelasi antara besarnya kelainan histologi
dan beratnya gangguan intelegensi.
1) Gejala:
a) Biasanya sudah umur 60 tahun baru timbul gejala yang jelas
untuk membuat diagnose demensia senilis. Penyakit jasmani
atau gangguan emosi yang hebat dapat mempercepat
kemunduran mental.
b) Gangguan ingatan jangka pendek, lupa tentang hal-hal yang
berupa terjadi merupakan gejala dini juga kekurangan ide-ide
dan gaya pemikiran abstrak. Yang menjadi egosentrik dan
egoistic, lekas tersinggung dan marah-marah. Kadang-kadang
timbul aktivitas seksual yang berlebih atau yang tidak pantas,
sesuatu tanda kontrol berkurang atau usaha untuk konpensasi
psikologis.
c) Ia mungkin jadi korban penjahat karena ia mudah di ajak,
contohnya dalam hal penipuan dan seks.
d) Ingatan jangka pendek makin lama makin keras terganggu,
maka makin lama makin banyak ia lupa, sehingga penderita
hidup dalam alam pikiran sewaktu ia masih muda atau masih
kecil.
e) Gejala jasmani: kulit menjadi tipis, keriput, dan atrofis, BB,
atrofi pada otot, jalannya menjadi tidak stabil, suara kasar,
tremor pada tangan dan kepala
f) Gejala psikologis: sering hanya terdapat tanda kemunduran
mental umum (demensia simplek) tetapi tidak jarang juga
terjadi kebingungan dan dilirium atau depresi atau serta
agitasi. Adanya yang terjadi paranoid pada presbiofrenia
terutama dapat gangguan ingatan serta konvabulasi dan dapat
di anggap sebagai salah satu jenis demensia senilis dan
beberapa gejala yang menonjol dan sedikit lebih cepat.
2) Prognosa
Tidak baik, jalannya progresif Demensia makin lama makin
berat sehingga akhirnya penderita hidup secara vegetatif saja
walaupun demikian penderita dapat hidup selama 10 tahun atau
lebih setelah gejala-gejala menjadi nyata.
3) Diagnosa
Perlu di bedakan dari Arterosklerosa otak tapi kedua hal ini
tidak jarang terjadi bersama-sama. Pada Melankolia Involusi tidak
dapat tanda-tanda demensia. Kadang-kadang sindroma otak organis
sebab uremia,anemia, payah jantung atau penyakit paru-paru dapat
serupa dengan psikosa senilis.
4) Pengobatan
Pertahankan perasaan aman dan harga diri, perhatikanlah dan
coba memuaskan kebutuhan rasa kasih sayang,rasa masuk hitungan,
tercapainya sesuatu dan rasa penuh dibenarkan serta di hargai.
Kamarnya jangan gelap gulita dan taruhlah barang-barang yang
sudah ia kenal sejak dulu untuk mempermudah orientasinya.

b. Demensia Presenilis
Seperti namanya maka gangguan ini gejala utamanya ialah seperti
sebelum masa senile akan di bicarakan 2 macam demensia presenilis
yaitu:
1) Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer ini biasanya timbul antara usia 50-60
tahun, yang di sebabkan oleh adanya degenerasi kortek yang difus
pada otak di lapisan luar, terutama di daerah frontal dan temporal.
Atrofi otak ini dapat di lihat pada Pneumoensefalogam, sistem
Ventrikel membesar serta banyak hawa di ruang Subarachnoid.
Penyakit ini di mulai pelan sekali, tidak ada ciri yang khas
pada gangguan intelegensi atau pada kelainan perilaku. Terdapat
disorientasi, gangguan ingatan, emosi yang lebih, kekeliruan dalam
berhitung, dan pembicaraan sehari-hari dapat terjadi afasi,
perseverasi mengulang-ulang perkataan, pembicaraan logoklonia
pengulangan tiap suku kata akhir secara tidak teratur, dan bila sudah
berat maka penderita tidak dapat dimengerti lagi, Ada yang jadi
gelisah dan hiperaktif. Terkadang sepintas timbul aproksia
(kehilangan kecakapan yang di peroleh sebelumnya untuk
melakukan pekerjaan atau gerakan yang memerlukan keterampilan),
Hemiplegia atau pra plegia, parase pada muka dan spasme pada
ektremitas juga sering terjadi sehingga pada stadium akhir timbul
kontraktur. Pada pase ini sudah sangat dement dan tidak diadakan
kotak dengannya lagi. Bisanya penyakit ini berlangsung selama 5-10
tahun.
2) Penyakit Pick
Secara patologis penyakit ini adalah Atrofi dan Gliosis di
daerah-daerah asosiatif, daerah motorik, sensorik, dan daerah
proyeksi secara relative dan banyak berubah. Yang terganggu adalah
daerah krotek yang secara filogenetik lebih mudah dan yang penting
buat fungsi asosiasi yang lebih tinggi. Sebab itu yang terganggu
adalah pembicaraan dan proses berfikir.
Penyakit ini mungkin Herediter di perkirakan terdapat faktor
menjadi pencetus dari sel-sel ganglion yang tertentu yaitu: genetik
paling muda. Lobus Frontalis menjadi demikian atrofis sehingga
kadang keliatan seperti di tekan oleh suatu lingkaran. Biasanya
terjadi pada umur 45-60 tahun, yang termuda pernah di beritakan
umur 31 tahun.
Penyakit pick terdapat dua kali lebih banyak pada kaum
wanita dari pada kaum pria. Gejala: ingatan berkurang, kesukaran
dalam pemikiran dan konsentrasi, kurang sepontanitas, emosi
menjadi tumpul. Penderita menjadi acuh tak acuh, kadang-kadang
tidak dapat menyesuaikan diri serta menyelesaikan masalah dalam
situasi yang baru. Dalam waktu 1 tahun sudah terjadi Demensia
yang jelas. Ada yang efor, ada yang jadi susah dan curiga. Sering
terdapat gejala fokal seperti afasia, aproksia, aleksia, tetapi gejala ini
sering diselubungi oleh Demensia umum. Ciri Afasia yang penting
pada penyakit ini ialah terjadinya secara pelan-pelan (tidak
mendadak seperti pada gangguan pembuluh darah otak), terdapat
Logorrhea yang spontan (tidak ada pada afasia sebab gangguan
pembuluh darah). Tidak jarang ada Echolalia dan Reaksi Stereotip.
Pada fase lanjut Demensia menjadi hebat,terdapat
inkontinensia kemampuan buat bicara hilang dan Demensia yang
berat. Biasanya penderita meninggal dalam waktu 4-6 tahun karena
suatu penyakit infeksi tambahan. Sampai sekarang tidak ada
pengobatan terdapat kasus Demensia presenilis. Dapat di
rencanakan bantuan yang simptomik dalam lingkungan yang
memadai. Biar gelisah dapat di pertimbangkan pemberian obat
psikotropik.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan(NANDA, 2015) :
a) CT scan, MRI, EEG
b) PET (Positron Emissiom Tomography)
Pada penderita, hasil PET ditemukan, penurunan aliran darah,
metabolisme O2, glukosa didaerah serebral.
c) SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) kelainan ini
berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kognitif.

Uji skala depresi dan fungsi kognitif seperti MMSE (mini-mental state
examination). Pemeriksaan kognitif awal bisa menggunakan MMSE Folstein
dengan skor/angka maksimal 30. Jika mempunyai skor di bawah 24, pasien
patut di curigai mengalami demensia, pengaruh pendidikan berperan pada
tingginya nilai skor, apabil seseorang berpendidikan tingginya pada nilai
skor, apabila sesorang dengan nilai dengan gejala alzheimer pasien tersebut
mempunyai nilai skor lebih tinggi 24. Sebaliknya Sebaliknya, pasien yang
berpendidikan rendah dapat menunjukkan nilai skornya kurang dari 24,
tetapi pasien tidak menderita demensia alzheimer.

G. Penatalaksana
Penatalaksana awal meliputi pengobatan setiap penyebab Demensia yang
Revesibel atau keadaan bingung yang saling tumpang tindih. Sekitar 10%
pasien dengan Demensia menderita Peseudodemensia yang disebabkan oleh
penyakit Psikiatrik yang dapat diobati dan 10% yang menderita penyebab
penunjang yang dapat dimodifikasi seperti Alkoholisme atau Hypertensi.
Pasien Demensia ringan dapat melanjutkan aktifitas dirumah yang relatif
normal tetapi jarang ditempat kerja. Ketika gangguan menjadi lebih dalam
pasien membutuhkan banyak bantuan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Beberapa pasien yang terganggu agak berat dapat hidup sendiri jika mereka
dapat dukungn dari masyarakat termasuk kunjungan setiap hari dari keluarga
atau teman. Kunjungan teratur oleh perawat masyarakat pemberian makanan
dan bantuan dari tetangga. Beberapa individu Demensia ringan menjadi
terganggu orientasinya yang bingung jika di pindahkan ke lingkungan yang
tidak bisa seperti Rumah Sakit (Dede Nasrullah,2016)

Anda mungkin juga menyukai