Oleh :
GURUH ARIE SANDI SAPUTRA
NIM : 1714401049
i
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
Laporan Tugas Akhir, April 2020
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Penulisan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka menyelesaikan program studi
diploma tiga keperawatan. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunanan tugas akhir ini,
sengatlah sulit untuk menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis menyamapaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:
Penulis
iii
BIODATA PENULIS
RIWAYAT PENDIDIKAN
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
LaporanTugasAkhir
Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas
Sehari-hari Pada lansia Demensia Di Unit Pelayanan Tingkat
Daerah Pelayanan Sosial Lanjut UsiaTresna Werdha Natar
Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2020
Penulis
Guruh Arie Sandi Saputra/ NIM.1714401049
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
v
LEMBAR PENGESAHAN
Penulis :
GURUH ARIE SANDI SAPUTRA / NIM. 1714401049
Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji Laporan Tugas Akhir
Prodi D III Keperawatan Tanjungkarang Tahun akademik 2019/2020
Anggota Penguji 1
vi
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR.......................................................................i
ABSTRAK.......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
BIODATA PENULIS.....................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................v
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................vi
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN......................................................vii
DAFTAR ISI...................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................4
D. Manfaat.................................................................................................4
E. Ruang Lingkup.....................................................................................5
BAB V
A. Kesimpulan...........................................................................................85
B. Saran.....................................................................................................86
viii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................80
LAMPIRAN....................................................................................................81
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Daftar Table 2.1 Hasil Penatalaksana aktivitas-hari.........................................9
Daftar Table 2.2 Brathel indeks........................................................................9
Daftar Table 2.3 definisi activity of daily living...............................................10
Daftar Table 2.4 Pengkajian kemampuan intelektual.......................................14
Daftar Table 2.5 Diagnosa keperawatan menurut SIKI 2018...........................15
Daftar Table 2.6 Perencanaan Keperawatan Menurut SIKI 2018....................17
Daftar Table 4.1 Pengkajian lansia ..................................................................61
Daftar Table 4.2 Brathel indeks........................................................................63
Daftar Table 4.3 Diagnosa keperawatan Tn.S..................................................64
Daftar Table 4.4 Rencana keperawatan Tn.S....................................................65
Daftar Table 4.5 Implementasi dan Evaluasi Tn.S...........................................71
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pathway demensia........................................................................26
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
sindroma klinis yang meliputi hilngnya fungsi intelektual dan memori yang
sedemikian berat sehingga menyebabkan difungsi hidup sehari-hari. (Aspiani,
2016). ADL (activity of daily living) adalah merupakan aktivitas pokok bagi
perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian
(berdandan), mandi, dan berpindah tempat. (S.Tamher-Noorkasiani, 2012).
Lanjut usia (lansia) meupakan tahap akhir pada setiap siklus
kehidupan manusia. Menurut WHO (2010), batasan lansia adalah seseorng
yang berusia 60 tahun atau lebih. Dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia, yang termask lansia adalah seseorang yang telah
berusia 60 tahun atau lebih. Berdasarkan hasil susenas tahun 2013, jumlah
lansia d Indonesia mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05 peren dari
seluruh penduduk indonesia (BPS, 2013).
Berdasarkan hasil sensus Nasional tahun 2014, jumlah Lansia di
Indonesia mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03% dari seluruh
penduduk Indonesia. Data tersebut menunjukan peningkatan jika di
bandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yaitu 18,1 juta orang
atau 7,6% dari total jumlah penduduk. (Kemenkes, 2016).
ADL (activity of daily living) didefinisikan sebagai kemandirian
seorang dalam melakan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari yang
dilakukan oleh manusia secara rutin dan universal. Aktivitas sehari-hari
dilakukan antara lain ke toilet, makan ,berpakaian (berdandan), mandi
berpindah tempat. Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahannkan
derajat kesehatan pada lansia pada taraf setinggi-tingginya. Pada pelaksanaan
pengkajian kebutuhan aktivitas sehari-hari . Perawat menggunakan Barthel
Index atau Skala Brathel untuk menilai tingkat ketergantungan. Brathel Index
adalah Skala ordinal yang digunakan untuk mengukur kinerja dalam aktivitas
sehari-hari ADL (activity of daily living). dilakukan pengkajian
menggunakan Brathel Index terjadi ketika ada hambatan kemampuan lansia
dalam melaksanakan fungsi kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil
penelitian status fungsional merupakan indikator adanya penyakit pada
lansia .Pengkajian status fungsional dinilai penting untuk mengetahui tingkat
2
ketergantungan. Bantuan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Ediawati,
2013).
Hasil penelitian Ria (2018), intervensi yang dilakukan pada lansia
demensia yang mengalami gangguan aktivitas sehari-hari dengan
menggunakan brathel index dan index katz mendapatkan hasil yang berbeda
yaitu pada lansia yang berumur 80 tahun mengalami kesulitan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari nya dan pada lansia yang berumur
70 tahun setelah dilakukan intervensi keperawatan hasilnya berhasil.
Berdasarkan penelitian di Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar,
Lampung Selatan, yang merupakan panti sosial dibawah UPTD (Unit
Pelaksanaan Teknis Daerah) yang memiliki 14 wisma dengan jumlah wisma
85 lansia di panti. 11 wisma sehat yang di tempati oleh 58 (68%) lansia yang
dapat melakukan aktifitas secara mandiri, seperti mandi dan makan. 3 wisma
isolasi yang di tempati oleh 27 (32%) lansia yang hampir semua aktivitasnya
memerlukan bantuan. Hipertensi 15 lansia (17%), gastritis 10 lansia (11%),
asam urat 6 lansia (7%), katarak 1 lansia (1%), kusta 2 lansia (2%), dan asam
4 lansia (4%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan kondisi
fisik maupun psikologi yang mengalami kemunduran, maka banyak lansia
yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari (Activity
Daily Living-ADL). Hasil di UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah) Panti
Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha, Natar, Lampung selatan di Ruang perawat
wanita I terdapat 11 lansia diantaranya, 5 lansia mengalami demensia,
terdapat 3 lansia yang tergnggu dalam memenuhi aktivitas sehari- hari, seperti
mandi, makan, berpakaian, dan toilet. Berdasarkan uraian tersebut tertarik
untuk melakukan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-
hari pada pasien lansia dengan di UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah)
Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha, Natar, Lampung Selatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pengambilan rumusan
masalahBagaimana Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas
3
Sehari-hari pada lansia demensia di UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah)
Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha, Natar, Lampung selatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari pada lansia dimensia di UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis
Daerah) Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha, Natar, Lampung
selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
pada lansia demensia di UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah)
Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha, Natar, Lampung selatan.
b. Melakukan diagnosa keperawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
pada lansia demensia di UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah)
Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha, Natar, Lampung selatan.
c. Melakukan intervensi keperawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
pada lansia demensia di UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah)
Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha, Natar, Lampung selatan.
d. Melakukan keperawatan pemenuhan kebutuhan dengan melakukan
keperawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari pada lansia demensia
di UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah) Panti Sosial Lanjut Usia
Tresna Werdha, Natar, Lampung Selatan.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
pada lansia demensia di UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah) Panti
Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha, Natar, Lampung Selatan.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari pada pasien lansia dengan
Demensia di UPTD PSLU Tresna Werdha, Natar, Lampung Selatan.
4
b. Sebagai bahan masukan dan referensi mahasiswa yang akan melakukan
asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari pada
pasien lansia dengan Demensia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan informasi terbaru mengenai asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari.
b. Bagi Panti
Diharapkan perawat di UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah) Panti
Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha, Natar, Lampung Selatan dapat
memodifikasi asuhan keperawatan pada lansia Demensia dengan
gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari dengan berkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian terapi farmakologi.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan adalah di bidang ilmu keperawatan gerontik,
dengan menggunakan asuhan keperawatan gerontik. Subjek asuhan yang
dipilih adalah satu orang lansia yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan aktivitas sehari-hari dengan masalah Demensia. Asuhan ini akan
dilakukan dalam waktu 6 hari, di Unit Pelayanan Tingkat daerah Pelayanan
Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung Selatan. Waktu
pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu 24-29 Februari 2020. Melalui
beberapa prosedur seperti perizinan, informed consent dengan lansia yang
bersedia menjadi sampel asuhan, serta pemberian asuhan keperawtan mulai
dari pengkajian hingga evaluasi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
3. Manfaat Aktivitas Sehari-Hari
Manfaat dari aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) dapat dirasakan secara
fisiologis, psikologis, dan sosial:
a. Manfaat Fisiologis
1) Dampak langsung
a) Mengatur kadar gula darah
b) Merangsang adrenalin dan noradrenalin
c) Meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur
2) Dampak jangka panjang dapat meningkatkan:
a) Daya tahan aerobik/kardiovaskular
b) Kekuatan otot rangka
c) Kelenturan
d) Keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan (jatuh)
e) Kelincahan gerak
b. Manfaat Psikologis
a. Dampak langsung dapat membantu:
a) Memberi perasaan santai
b) Mengurangi ketegangan dan kecemasan
c) Meningkatkan perasaan senang
b. Dampak jangka panjang dapat meningkatkan
a) Kesegaran jasmani dan rohani secara utuh kesehatan jiwa
b) Fungsi kognitif
c) Penampilan dan fungsi motorik
d) Keterampilan
e) Manfaat Sosial
c. Manfaat Sosial
1) Dampak langsung dapat membantu
a) Pemberdayaan usia lanjut
b) Peningkatan integritas sosial dan kultur
2) Dampak jangka panjang meningkatkan
7
a) Keterpaduan
b) Hubungan kesetiakawanan
c) Jaringan kerjasama sosial budaya
d) Pertahanan peran dan pembentukan peran baru
e) Kegiatan antar generasi
8
Adapun penilaian hasil dari pelaksanaan aktivitas sehari-hari tercantum dalam
tabel berikut:
Tabel 2.1 Penilaian Hasil dari Pelaksanaan Aktivitas Sehari-hari
No Penilaian Kriteria
1 Mandiri total Mandiri dalam mandi, berpakaian,
pergi ke toilet,berpindah, kontinen dan makan.
Penilaian :
0-20 : ketergantungan
21-61 : ketergantungan berat/sangat tergantung
91-99 : ketergantungan berat
91.99.1 : ketergantungan ringan
100 : mandiri
Tabel 2.3 Definisi Activity Of Daily Living
9
Activity of daily Pengertian Tindakan mandiri Tindakan yang bergantung
living
(ADL)
Makan Kemampuan Mengambil bantuan dalam hal
untuk makanan mengambil makanan
menyiapkan makanan yang dari piring dari piring dan
sederhana untuk dirinya, dan menyuapi, tidak
meliputi kemampuan menyuapinya makan sama sekali dan
untuk menyendokkan nasi sendiri makan parenteral atau
dalam piring, melalui
memilih lauk, kemandirian nasogastroentestinal tube
untuk (NGT)
menghabiskan makanan
serta
kebersihan piring
atau gelas, serta kerapihan
meletakkan peralatan makan.
10
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam Nasrullah, (2016) dan Aspiani, (2014), Pengkajian yang di
lakukan untuk asuhan keperawtan kebutuhan aktivitas sehari-hari dengan
demensia sebagai berikut :
a. Anamnesa
1) Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa/latar belakang, status sipik, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Keluhan utama
Keluhan utama atau sebab utama yang menyebabkan klien datang
berobat (menurut klien dan keluarga). Gejala utama adalah
kesdaran menurun.
3) Pemeriksaan fisik
Kesadaran menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi
menurun, takikardia, febris, BB menurun karena nafsu makan yang
menurun dan tidak mau makan, defisit perawatan diri
4) Spiritual
Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinannya masih kuat.
Tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya
sesuai dengan agama dan kepercayaan.
5) Status mental
Penapilan klien tidak rapi dan tidak mampu merawat dirinya
sendiri. Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren. Aktivitas motorik,
perubahan motorik dapat dimanifestasikan adanya peningkatan
kegiatan motorik, gelisah, implusif, manerisme, otomatis, steriotipi.
6) Alam perasaan
Klien nampak ketakutan dan putus asa.
7) Afek dan emosi
Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak
dengan perasaan tertentu karena jika langsung mengalami perasaan
11
tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini menimbulkan
perubahan afek yang digunakan klien untuk melindungi dirinya,
karena afek yang telah berubah memampukan klien mengingkari
dampak emosional yang menyakitkan dari lingkungan eksternal.
Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai
karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan
afek adalah tumpul, datar, tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen.
8) Interaksi selama wawancara
Sikap klien terhadap pemeriksaan kurang kooperatif, kontak mata
kurang.
9) Persepsi
Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional
terhadap suatu obyek. Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu
atau lebih panca indera yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan,
sedang dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang
paling sering ditemukan adalah halusinasi.
10) Proses berpikir
Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern,
tindakannya cenderung berdasarkan penilaian pribadi klien
terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang umum
diterima. Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan
penilaian subyektif yang dikaitkan dengan orang, benda atau
kejadian yang tidak logis (Pemikiran autistik). Klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar
perubahan proses pikir yang dapat dimanifestasikan dengan
pemikian primitif, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi
(waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola
pikir abstrak sehingga tampak klien regresi dan pola pikir yang
sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan neologisme.
12
b. Tingkat kesadaran
Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan
orang:
1) Memori : Gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian
beberapa tahun yang lalu)
2) Tingkat konsentrasi : Klien tidak mampu berkonsentrasi.
3) Kemampuan penilaian : Gangguan berat dalam pemilihan
keputusan.
c. Kebutuhan klien Sehari-hari :
1) Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau
duduk dan gelisah. Kadang-kadang terbangun tengah malam dan
sukar tidur kembali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang
malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.
2) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya
hanya sedikit, karena putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas
terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat badan.
3) Eleminasi
4) Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang- kadang lebih
sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang
dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.
d. Mekanisme koping
Apabila klien merasa tidak berhasil, kegagalan maka ia akan
menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan
mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidakmampuan
mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer
terbentuknya pola tingkah laku patologis. Koping mekanisme yang
digunakan seseorang dalam keadaan delerium adalah mengurangi
kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-
ngomel) dan menutup diri.
13
Tabel : 2.4 Pengkajian Kemampuan Intelektual
Jumlah 4 6
Interpretasi
1. Diagnosa Keperawatan
14
Menurut buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI,
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI); Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi I 2016), diagnosa yang muncul pada kasus gangguan
pemenuhan aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan demensia adalah:
15
berduka, peristiwa
gangguan tidur)
10. Distraksi
lingkungan Objektif :
Tidak
mampu
melakukan
kemampuan
yang
dipelajari
sebelumnya
2. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
2018 rencana keperawatan pada diagnosa defisit perawatan diri sebagai
berikut :
Tabel 2.6 Perencanaan Keperawatan
16
5. Fasilitasi kemandirian , bantu parental
jika tidak mampu melakukan
perawatan diri 15. Manajemen elektrolit
Terapeutik
2. Dukung penggunaan
toilet/commode/pispot/urinal
secara konsisten
17
jadwal ,jika perlu
Edukasi
2. Anjurkan kekamar
mandi/toilet , jka perlu
Dukungan perawatan:
berpakaian
Observasi
1. Identifikasi usia dan budaya
dalam membantu
berpakaian/berhias
Terapeutik
1. Sediakan pakaian pada tempat
yang mudah dijangkau
3. Fasilitasi menegnakan
pakaian ,jika perlu
Edukasi
Informasikan pakaian yang
tersedia untuk dipilih, jika perlu
Gangguan memori Latihan memori 1. Dukungan emosional
Tujuan: Observasi
setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi indikasi dilakukan 2. Dukungan kepatuhan
maka gangguan memori latihan otogenik program pengobatan
meningkat kriteria :
1. Verbalisasi kemampuan Terapeutik 3. Manajemen cairan
mempelajari hal baru 1. Siapkan limgkungan yang
meningkat tenang dan nyaman 4. Manajemen delerium
18
meningkat secara internal elektrolit
Terapeutik
1. Perkenalkan nama saat
interaksi
19
kelompok orientasi
Edukasi
1. Anjurkan perawatan diri
secara mandiri
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau perencanaan keperawatan adalah pengembangan
strategi desin untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-
masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnisis keperawatan. (Budiono
& Sumirah 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
anda buat pada tahap perencanaan. (Budiono & Sumirah 2015).
C. Konsep Dasar Demensia
1. Pengertian Demensia
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan
tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari.
(Aspiani, 2014).
20
Demensia adalah sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari-hari. Demensia merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang
secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari (Nasrullah, Dede
2016)
2. Klasifikasi Demensia
Menurut Reny Yuli Aspiani, 2014 klasifikasi demensia di bagi berbagai
macam, yaitu:
a. Demensia senilis
Kekurangan peredaran darah ke otak serta pengurangan
metabolisme dan O2 yang menyertainya merupakan penyebab kelainan
anatomis di otak. Pada banayk orang terdapat kelainan aterosklerosis
seperti yang terdapat pada demensia senilis, tetapi tidak di temukan
gejala demensia. Otak mengecil terdapat suatu otrofi umum, terutama
pada daerah frontal. Yang penting ialah jumlah sel berkurang. Kadang-
kadang ada kelainan otak yang jelas tetapi orang itu tidak psikotik,
sebaliknya pada orang yang sudah jelas demensia kadang-kadang ada
sedikit kelainan pada otak jadi tidak selalu ada korelasi antara besarnya
kelainan histologi dan beratnya gangguan intelegensi.
b. Gejala:
1) Biasanya sudah umur 60 tahun baru timbul gejala yang jelas untuk
membuat diagnose demensia senilis. Penyakit jasmani atau
gangguan emosi yang hebat dapat mempercepat kemunduran mental.
2) Gangguan ingatan jangka pendek, lupa tentang hal-hal yang berupa
terjadi merupakan gejala dini juga kekurangan ide-ide dan gaya
pemikiran abstrak. Yang menjadi egosentrik dan egoistic, lekas
tersinggung dan marah-marah. Kadang-kadang timbul aktivitas
seksual yang berlebih atau yang tidak pantas, sesuatu tanda kontrol
berkurang atau usaha untuk konpensasi psikologis.
21
3) Ia mungkin jadi korban penjahat karena ia mudah di ajak, contohnya
dalam hal penipuan dan seks.
4) Ingatan jangka pendek makin lama makin keras terganggu, maka
makin lama makin banyak ia lupa, sehingga penderita hidup dalam
alam pikiran sewaktu ia masih muda atau masih kecil.
5) Gejala jasmani: kulit menjadi tipis, keriput, dan atrofis, BB, atrofi
pada otot, jalannya menjadi tidak stabil, suara kasar, tremor pada
tangan dan kepala
6) Gejala psikologis: sering hanya terdapat tanda kemunduran mental
umum (demensia simplek) tetapi tidak jarang juga terjadi
kebingungan dan dilirium atau depresi atau serta agitasi. Adanya
yang terjadi paranoid pada presbiofrenia terutama dapat gangguan
ingatan serta konvabulasi dan dapat di anggap sebagai salah satu
jenis demensia senilis dan beberapa gejala yang menonjol dan sedikit
lebih cepat.
c. Prognosa
Tidak baik, jalannya progresif Demensia makin lama makin berat
sehingga akhirnya penderita hidup secara vegetatif saja walaupun
demikian penderita dapat hidup selama 10 tahun atau lebih setelah
gejala-gejala menjadi nyata.
d. Diagnosa
Perlu di bedakan dari Arterosklerosa otak tapi kedua hal ini tidak jarang
terjadi bersama-sama. Pada Melankolia Involusi tidak dapat tanda-tanda
demensia. Kadang-kadang sindroma otak organis sebab uremia,anemia,
payah jantung atau penyakit paru-paru dapat serupa dengan psikosa
senilis.
e. Pengobatan
Pertahankan perasaan aman dan harga diri, perhatikanlah dan coba
memuaskan kebutuhan rasa kasih sayang,rasa masuk hitungan,
tercapainya sesuatu dan rasa penuh dibenarkan serta di hargai.
22
Kamarnya jangan gelap gulita dan taruhlah barang-barang yang sudah
ia kenal sejak dulu untuk mempermudah orientasinya.
f. Demensia Presenilis
Seperti namanya maka gangguan ini gejala utamanya ialah seperti
sebelum masa senile akan di bicarakan 2 macam demensia presenilis
yaitu:
1) Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer ini biasanya timbul antara usia 50-60
tahun, yang di sebabkan oleh adanya degenerasi kortek yang difus
pada otak di lapisan luar, terutama di daerah frontal dan temporal.
Atrofi otak ini dapat di lihat pada Pneumoensefalogam, sistem
Ventrikel membesar serta banyak hawa di ruang Subarachnoid.
Penyakit ini di mulai pelan sekali, tidak ada ciri yang khas pada
gangguan intelegensi atau pada kelainan perilaku. Terdapat
disorientasi, gangguan ingatan, emosi yang lebih, kekeliruan dalam
berhitung, dan pembicaraan sehari-hari dapat terjadi afasi,
perseverasi mengulang-ulang perkataan, pembicaraan logoklonia
pengulangan tiap suku kata akhir secara tidak teratur, dan bila sudah
berat maka penderita tidak dapat dimengerti lagi, Ada yang jadi
gelisah dan hiperaktif. Terkadang sepintas timbul aproksia
(kehilangan kecakapan yang di peroleh sebelumnya untuk
melakukan pekerjaan atau gerakan yang memerlukan keterampilan),
Hemiplegia atau pra plegia, parase pada muka dan spasme pada
ektremitas juga sering terjadi sehingga pada stadium akhir timbul
kontraktur. Bisanya penyakit ini berlangsung selama
5-10 tahun.
2) Penyakit Pick
Secara patologis penyakit ini adalah Atrofi dan Gliosis di
daerah-daerah asosiatif, daerah motorik, sensorik, dan daerah
proyeksi secara relative dan banyak berubah. Yang terganggu adalah
daerah krotek yang secara filogenetik lebih mudah dan yang penting
23
buat fungsi asosiasi yang lebih tinggi. Sebab itu yang terganggu
adalah pembicaraan dan proses berfikir.
Penyakit ini mungkin Herediter di perkirakan terdapat faktor
menjadi pencetus dari sel-sel ganglion yang tertentu yaitu: genetik
paling muda. Lobus Frontalis menjadi demikian atrofis sehingga
kadang keliatan seperti di tekan oleh suatu lingkaran. Biasanya
terjadi pada umur 45-60 tahun, yang termuda pernah di beritakan
umur 31 tahun.
Pada fase lanjut Demensia menjadi hebat,terdapat
inkontinensia kemampuan buat bicara hilang dan Demensia yang
berat. Biasanya penderita meninggal dalam waktu 4-6 tahun karena
suatu penyakit infeksi tambahan. Sampai sekarang tidak ada
pengobatan terdapat kasus Demensia presenilis. Dapat di rencanakan
bantuan yang simptomik dalam lingkungan yang memadai. Biar
gelisah dapat di pertimbangkan pemberian obat psikotropik.
1. Etiologi
Menurut Dede Nasrullah, 2016, penyebab dari demensia adalah:
a. Degenerasi neuronnal atau ganggua multifokal.
b. Penyakit vaskuler atau keadaan lanjut usia pada orang tua.
c. Faktor usia
Penyebab demensia yang reversibel sangat penting diketahui
karena pengobatan yang baik pada penderita dapat kembali menjalankan
kehidupan sehari-hari yang normal. Untuk meningkatkan berbagai keadaan
tersebut telah di buat suatu jembatan “jembatan keledai” sebagai berikut:
1) Drugs (obat): obat sedative, obat pemenang minor atau mayor, obat anti
konvulsan, obat anti hipertensi, obat anti aritmia.
2) Emotional (gangguan emosi, misal depresi)
3) Metabolic dan endokrin seperti: diabetes militus, hipoglikemia,
angguan ginjal, gangguan hepar, gangguan tiroid, gangguan elektrolit.
24
4) Eye dan Ear (disfungsi mata dan telinga).
5) Nutritional: kekurangan vit B6(pellagra), kekurangan vit B1(sindrom
wernicke), kekurangan vit B12(anemia pernisiosa), kekurangan asam
folat.
6) Tumor dan Trauma
7) Infeksi seperti: Ensefalitis oleh virus contoh: herpes simplek.
8) Bakteri contoh: pneumococcus, TBC, parasit, fungus, abses otak,
neurosifilis
9) Arterosklerosis (komplikasi penyakit aterosklerosis misal: infark
miokard, gagal jantung, dan alkohol).
4. Patofisiologi
Beberapa ahli memisahkan demensia yang terjadi sebelum usia 65
tahun (demensia prasenilis) dan yang terjadi pada usia 65 tahun(demensia
senilis). Perbedaan ini dari asumsi penyebab yang berbeda. Degenerasi
neuronal yang jarang pada orang muda dan penyakit vasikuler atau
keadaan usia lanjut usia pada orang tua.
Sebagai besar penyakit yang menyebabkan dimensia adalah
degenerasi neuronal yang luas atau gangguan multi vokal. Gejala awal
tergantung dimana proses demensia mulai terjadi, tetapi lokasi dan jumlah
25
neuron yang hilang diperlukan untuk menimbulkan demensia sulit
ditetapkan. Pada penyakit Alzheimer yang merupakan penyebab demensia
paling sering, demensia akibat hilangnya jaringan kortikal terutama pada
lobus temporalis, parientalis dan frontalis.
Hal ini sebagai kasus bertambahnya jarak antara garis dan
pembersihan vertikel. Tanda holistik adalah adanya beberapa kekacauan
neurofibrinalis dan plak senilis. Plak dan kekacauan ditemukan dalam otak
orang tua yang normal tetapi meningkat jumlah penyakit Alzheimer,
terutama jawab terhadap gangguan ingatan yang mungkin sebagian
diperantarai oleh berkurangnya aktivitas kolinergik. Aktivitas
neurotransmitter termasuk norepinefrin, serotonin, dopamin, glutamat,
somatostatin juga menurun. Perubahan-perubahan ini disertai dengan
berkurangnya aliran darah serebral dan menurunnya metabolisme oksigen
dan glukosa.
26
1) Mudah lupa
2) Aktivitas sehari-hari terganggu
3) Cepat marah
4) Kurang konsemtrasi
6. Penatalaksanaan
Penatalaksana awal meliputi pengobatan setiap penyebab Demensia
yang Revesibel atau keadaan bingung yang saling tumpang tindih.
Sekitar 10% pasien dengan Demensia menderita Peseudodemensia yang
disebabkan oleh penyakit Psikiatrik yang dapat diobati dan 10% yang
menderita penyebab penunjang yang dapat dimodifikasi seperti
Alkoholisme atau Hypertensi. Pasien demensia ringan dapat melanjutkan
aktifitas dirumah yang relatif normal tetapi jarang ditempat kerja. Ketika
gangguan menjadi lebih dalam pasien membutuhkan banyak bantuan
dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Beberapa pasien yang terganggu
agak berat dapat hidup sendiri jika mereka dapat dukungn dari
masyarakat termasuk kunjungan setiap hari dari keluarga atau teman.
Kunjungan teratur oleh perawat masyarakat pemberian makanan dan
bantuan dari tetangga. Beberapa individu Demensia ringan menjadi
terganggu orientasinya yang bingung jika di pindahkan ke lingkungan
yang tidak bisa seperti Rumah Sakit (Dede Nasrullah,2016)
7. PATHWAY DEMENSIA
Demensia
27
MK : DEFISIT Disorientase,
PERAWATAN Rasa
bingung Perubahan
DIRI bermusuhan,
kemampuan
kehilangan
mengawasi
kontrol sosial,
keadaan komplek,
prilaku tidak
dan berfikir
MK : RESIKO abstrak, emosi
labil, pelupa, MK :
CEDERA HAMBATAN
apatis, loss deep
memory KOMUNIKAS
I VERBAL
MK :
GANGGUAN
PROSES
BERFIKIR MK :
HAMBATAN
INTERAKSI
SOSIAL
Gambar 2.1
D. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga
tahap ini berbeda baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia
tua berarti bukan kemunduran fisik, yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memeutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh
yang tidak proposional (Nasrullah, 2016).
28
a. Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia (45-59
tahun).
2) Lanjut usia (eldery) antara (60-74 tahun).
3) Lanjut usia (old) antara (75dan 90 tahun).
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
29
oleh hasil penelitian, dan teori itu ditunjukkan dengan adanya teori
membelah sel dalam kultur dengan umur spesies mutasi somatic
(teori errorcatastrophe). Hal penting lainnya yang perlu
diperhatikan dtor alam mengalisa faktor penyebab terjadi proses
menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadianya
mutasi somatik..
2) Teori Error
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh penumpukan
berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan menusia akibat
kesalahan tersebut akan berakibat kerusakan metabolisme yang dapat
mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
3) Teori Kolagen
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan
kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
b. Teori Psikososial
1) Activity Theory
Penuaan mengakibatkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
2) Dissaggment Theory
Putusnya hubungan dengan luar seperti dengan masyarakat,
hubungan denganindividu lain.
3) Theory Strafikasi Usia
Karena orang digolongkan dalam usia tua dan mempercepat proses
penuaan.
4) Theory Kebutuhan Manusia
Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan
tidak semua orang mencapau kebutuhanyang sempurna.
5) Jung Theory
Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
6) Course Of Human Life Theory
30
Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat
maksimum.
c. Teori Sosiologi
Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara
lain:
1) Teori interaksi sosial
Teori ini menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu asas dasar hal-hal yang dihargai masya-rakat.
Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial
merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan
kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok sosial exchange theory
antara lain:
a) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya men- capai
tujuan masing-masing.
b) Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang me- merlukan
biaya dan waktu.
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor
mengeluarkan biaya.
2) Teori aktivitas atau kegiatan:
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan banyak ikut-ikutan serta dalam
kegiatan sosial.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melaku- kan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
c) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
31
dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman hidup
seseorang pada suatu saat merupakan gam- barannya kelak pada saat
ia menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku
dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah
lanjut usia.
32
2) Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress.
3) Saraf panca-indra mengecil.
4) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman
danperasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
6) Defisit memori.
c. Sistem Pendengaran
1) Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaranpada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
diatas 65 tahun.
2) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3) Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkat
keratin.
4) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan/stress.
5) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau
rendah, bisa terus-menerus atau intermiten).
6) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau
berputar).
d. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar
menghilang.
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap.
33
5) Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi
presbiopa, seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi
berkurangnya elastisitas lensa.
6) Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang.
7) Daya membedakan warna menurun, terutama pada warna biru da
hijau pada skala.
e. Sistem Kardiovaskuler
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Elastisitas dinding aorta menurun.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan
volume menurun (frekuensi denyut jantung maksimal= 200 - umur).
4) Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun).
5) Kehilangan elastasitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjdi 65 mmhg (mengakibatkan pusing mendadak).
6) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan.
7) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer
meningkat. Sistole normal ±170mmhg, ±95mmhg.
34
3) Keterbatasan reflex menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
g. Sistem Pernafasan
1) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan
kekuatan, dan menjadi kaku.
2) Aktivitas silia menurun .
3) Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan
kedalam bernafas menurun.
4) Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah
berkurang.
5) Berkurangnya elastisitas bronkus.
6) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmhg.
7) Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
8) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang .
9) Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
10) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan
menurun seiring bertambahnya usia.
h. Sistem Pencernaan
1) Kehilangan gigi, penyebab utama periondotal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi
dan gizi yang buruk.
2) Indra pengecap menurun. Adanya iritasi selaput lendir yang kronis,
atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap
di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3) Esophagus melebar.
4) Rasa lapar menurun, asam lambung, motilitas dan waktu
pengosongan lambung menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absopsi melemah (daya absorbs menurun, terutama
karbohidrat)
35
7) Hati semakin mengecil dan tempat penyimpangan menurun aliran
darah berkurang.
i. Sistem reproduksi
Wanita:
1) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil.
2) Ovari menciut, uterus mengalami atrofi.
3) Atrofi payudara.
4) Atrovi vulva.
5) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi peru- bahan warna.
Pria:
1) Testis masilh dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur
2) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi
kesehatannya baik, yaitu:
a) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
b) Hubungan seksual secara teratur membantu memper- tahankan
kemampuan seksual.
c) Tidak perlu cemas karena proses alamiah.
d) Sebanyak +75% pria usia di atas 65 tahun mengalami pembesaran
prostat.
j. Sistem Genitourinaria
1) Ginjal
Merupakan alat unuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit)
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepat- nya di glomerulus).
Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% sehingga fungsi tubu- lus berkurang. Akibatnya,
36
kemampuan mengosentrai urine menurun, berat jenis urine menurun,
proteinuria (biasanya+1), BUN (blood urea nitrogen) meningkatnya
sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat
Keseimbangan elektrolit dan asam lebih mudah tergange. bila
dibandingkan dengan usia muda. Renal Plasma Flo (RPF) dan
Glomerular Filtration Rate (GFR) menurun secara linier sejak usia
30 tahun (Cox Jr, d 1985). Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal
berkurang.
2) Vesika urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun, sampai 200 m atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria lanjut
usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan
retensi urine meningkat.
3) Pembesaran prostat Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas
65 tahun.
4) Atrofi vulva Vagina
Seseorang yang semakin menua, kebutuhan hubungan
seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan fungsi
seksualnya seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual
cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmatinya berjalan terus sampai tua.
k. Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia
yang memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat
penting dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan dan
metabolisme organ tubuh. Yang termasuk hormon kelamin adalah:
Estrogen, progesteron, dan testosteron yang memelihara reproduksi dan
gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
1) Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat penting
dalam pengaturan gula darah).
37
2) Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin
3) Produksi hampir semua hormon menurun.
4) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
5) Hipofisis: Pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah dan hanya
di dalam pembuluh darah: Berkurangnya produksi ACTH, TSH,
FSH dan LH.
6) Aktivitas tiroid, BMR (Basal Metabolic Rate) dan daya pertukaran
zat menurun.
7) Produksi aldosteron menurun.
8) Sekresi hormon kelmin, misalnya: Progesterone, estrogen, dan
testoteron menurun.
l. Sistem Integumen
1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (Karena
kehilangan proses keranitasi serta perubahan uku- ran dan bentuk sel
epidermis).
3) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak
merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik- bintik atau
noda cokelat.
4) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut
halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
5) Respon terhadap trauma menurun.
6) Mekanisme proteksi kulit menurun:
a) Produksi serum menurun.
b) Produksi vitamin D menurun.
c) Pigmentasi kulit terganggu.
7) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
8) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
9) Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dar vaskularisasi.
10) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
11) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
38
12) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
13) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
14) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat beringat.
m. Sistem Muskuloskoletal
1) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat
pada area tulang tersebut.
4) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak
dan aus.
5) Kifosis.
6) Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
7) Gangguan gaya berjalan.
8) Kekakuan jaringan penghubung.
9) Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang).
10) Persendian membesar dan menjadi kaku.
11) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
12) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan
menjadi lamban, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada
otot cukup rumit dan sulit dipahami).
13) Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril di- gantikan
oleh lemak, kolagen dan jaringan parut).
14) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
15) Otot polos tidak begitu berpengaruh.
3) Perubahan Mental
Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak
bila memiliki sesuatu. Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang
ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur
39
panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat. Mengharapkan tetap diberi
peran dalam masyarakat. Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta
ingin tetap berwibawa. Jika meninggal pun mereka ingin meninggal secara
terhormat dan masuk surga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Keturunan (hereditas).
e. Lingkungan.
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Lebih
sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan
mungkin karena faktor lain, misalnya penyakit.
a. Kenangan (memori)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu
dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek atau
seketika (0 - 10 menit), kenangan buruk (bisa ke arah dimensia).
b. Intelegentia Quotion (IQ)
IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataa. verbal.
Penampilan, persepsi, dan keterampilan psikomotor berkurang. Terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan faktor waktu.
4) Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produkvitasnya dan identitasnya
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun
(purnatugas), seseorang akan mengalami keh langan, antara lain:
a. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang).
b. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan semua fasilitas).
c. Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan dan
40
e. Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit).
f. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup
meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya peng- obatan bertambah.
g. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.
h. Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
i. Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan ketulian.
5) Perubahan Spritual
a. Perkembangan spritual pada usia 70 tahun menurut (Folwer, 1978),
universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berpikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan
keadilan (Wahyudi Nugroho, 2012).
41
BAB III
METODE
53
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan
keperawatan, serta evaluasi tindakan yang di lakukan.
54
b) Tangan Anda harus dalam keadaan kering, hangat, dan kuku
pendek.
c) Semua bagian nyeri dilakukan palpasi yang paling akhir.
3) Perkusi
Adalah pemeriksaan yang dapat Anda lakukan dengan mengetuk,
dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah
permukaan tubuh dengan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan
untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan konsistensi
jaringan. Contoh suara-suara yang dihasilkan: sonor, redup, pekak,
hipersonor/timpani.
4) Auskultasi
Merupakan pemeriksaan yang dapat Anda lakukan dengan
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop.
3. Sumber Data
a. Data primer
Pada pengumpulan data laporan tugas akhir ini, di lakukan pengambilan
data melalui lansia itu sendiri dengan melakukan anamnesis atau
wawancara secara langsung.
b. Data sekunder
Data yang di peroleh dari pihak petugas Unit Pelayanan Tingkat Daerah
Panti Sosial Lanjut Usia Tresna Werdha Natar Provinsi Lampung. Data
yang di peroleh dengan melakukan wawancara terhadap pihak petugas
Unit Pelayanan Tingkat Daerah Panti Sosial Lanjut Usia Tresna
Werdha Natar Provinsi Lampung, data kesehatan lansia yang ada di
panti dan hasil pemeriksaan personal hygiene yang dilakukan pada saat
pengkajian.
55
E. Penyajian Data
Penulisan pada penyajian data dalam laporan tugas akhir yaitu menggunakan:
1. Narasi
Penyajian secara narasi yaitu penyajian data hasil laporan tugas akhir akan
ditulis dalam bentuk kalimat. Misalnya, menjelaskan hasil pengkajian
lansia sebelum di lakukan tindakan asuhan keperawatan dan menulis hasil
setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan terhadap masalah
keperawatan gangguan penurunan daya ingat di alami lansia, penyajian
dalam bentuk teks hanya di gunakan penulis untuk memberi informasi
melalui kalimat agar mudah di pahami dan di ingat (Notoatmodjo, 2018)
2. Tabel
Tabel untuk menjelaskan hasil menggunakan angka-angka yang akan di
masukkan kedalam tabel salah satunya contoh akan di gunakan adalah
untuk pengkajian pada lansia, tentunya akan mengkaji fungsi kognitif
lansia sebelum di berikan tindakan keperawatan, di mana tabel diperlukan
dalam penilaian fungsi kognitif lansia. Menuliskan hasil laporan dalam
bentuk tabel yaitu berisi hasil respon lansia sebelum dan sesudah di
berikan asuhan keperawatan sebagai perbandingan respons lansia
(Notoatmodjo, 2018)
F. Prinsip Etik
Prinsip etik yang di gunakan penulis dalam membuat asuhan
keperawatan fokus tindakan keperawatan ini adalah prinsip etik keperawatan
dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok atau
keluarga dan masyarakat. Menurut Kurniadi,Anwar (2018), prinsip etik yang
di gunakan antara lain:
1. Autonomy/Freedom
Autonomy atau otonomi sama dengan sebutan freedom yang artinya
punya kebebasan. Dalam hal ini perawat harus memberikan kebebasan/hak
individu untuk mengambil keputusan sesuai dengan alasan/tujuan dan
kewenangannyaberdasarkan kemampuannya. Perawat hanya memberikan
56
beberapa alternatif dalam pengambilan keputusan sedangkan pasien yang
memiliki hak untuk mengambil dan menentukan keputusan yang dirasakan
terbaik dan mampu dilakukan oleh pasien dan keluarganya.
2. Beneficence
Prinsip benerficence mencakup aspek-aspek yang berguna atau
bermanfaat memenuhi kebutuhan kesehatan pasien. Kewajiban perawat
untuk mengambil tindakan/keputusanyang paling berguna bagi klien.
Perawat akan mempertimbangkan setiap tindakan yang dilakukan tidak
merugikan dan harus mendapatkan persetujuan/izin dari pasien, yang
menguntungkan atau menyejahterakan pasien. Perawat lebih
mempertimbangkan manfaat yang lebih besar daripada risikonya.
3. Non-maleficience
Perawat harus memahami dan membedakan sikap dan tindakan
yang sifatnya non-maleficience atau yang menjadi penyebab cedera atau
kerugian bagi pasien, sehingga dapat dengan tepat menerapkan dalam
praktik klinik kenyataan dilapangan. Kewajiban perawat untuk tidak
melakukan kesalahan dan tindakan yang membahayakan atau mencederai
pasien. Dalam akreditasi rumah sakit adalah mencegah pasien jatuh dari
tempat tidur.
4. Justice
Kewajiban perawat untuk berbuat adil dalam melayani pasien.
Addil bukan berarti harus sama durasi waktunya saat menemui/visit
pasien, tetapi adil dalam bidang pelayanan keperawatan adalah
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kondisi ketergantungan
pasien, tidak membedakan suku, agama, ras, dan faktor demografi pasien
lainnya. Keadilan bermakna memberikan kontribusi pelayanan
keperawatan yang berarti bagi pasien dalam mengatasi kesehatannya.
5. Fidelity
Fidelity atau taat pada janji, berarti perawat akan taat atau menepati
janji bila melakukan kontrak kerja dengan pasien. Perawat yang
profesional akan membuat rencana asuhan keperawatan yang lengkap dan
57
sistematis. Rencana asuhan keperawatan akan didiskusikan dengan pasien
dan keluarganya. Inilah yang disebut kontrak perawat dengan pasien.
Fidelity akan selalu diingat oleh pasien, sehingga setiap perubahan ada
modifikasi tindakan asuhan keperawatan harus didiskusikan dengan pasien
dan keluarganya.
6. Accountability
Akuntabilitas yang di lakukan merupakan satu aturan profesional.
Untuk mempertanggung jawabkan hasil pekerjan, dimana tindakan yang di
lakukan merupakan satu aturan profesional. Oleh karena itu pertanggung
jawabkan atas hasil asuhan keperawatam mengarah langsung kepada
praktisi itu sendiri.
7. Confidentialty
Pemahaman seorang perawat yang memiliki kewajiban untuk
menjaga dan menjamin semua data/informasi yang berhubungan dengan
status atau penyakit pasien harus dirahasiakan. Kesalahan melindungi
informasi pasien merupakan privasi yang akan merugikan nama baik
pasien dan keluarganya.
8. Veracity (kejujuran)
Veracity atau kejujuran adalah prinsip moral dilema etik yang
mengharuskan perawat berkata jujur atas apa yang dialami oleh pasien.
Kadang-kadang perawat takut berkata jujur atas apa yang dialami oleh
pasien. Kadang-kadang perawat takut berkata jujur karena pasien masih
ada perhubungan persaudaraan, ada hubungan atasan-bawahan, atau
karena faktor kedekatan lainnya. Selain itu etika dalam penelitian di
gunakan penulis karena dalam pelaksanaan sebuah penelitian khususnya
keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika
penelitian harus di perhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam
kegiatan ini.
Dalam asuhan keperawatan fokus tindakan keperawatan ini
sebelumnya penulis mendatangi klien untuk meminta kesediaan menjadi
partisipan. Penulis juga harus melalui beberapa tahap pengurusan perizian
58
dan setelah mendapat persetujuan barulang di laksanakan penelitian
dengan memperhatikan etika-etika penelitian yaitu:
a. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dan responden penelitian dengan memberikan lembaran persetujan
imformed consent tersebut di berikan sebelum penelitian di lakukan
dengan memberikan persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka
mereka harus mendatangani lembar persetujuan. Jika reponden tidak
bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien (Hidayat A,
2008)
b. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan di sajikan
(Hidayat A, 2008).
c. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitiaan, baik informasi manapun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang telah di kumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
di laporkan pada hasil riset (Hidayat A, 2008)
59
BAB IV
HASIL ASUHAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Panti Tresna Werdha Natar, Lampung Selatan merupakan panti sosial di bawah
naungan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Sosial Tresna Werdha natar
memiliki 14 wisma dengan jumlah lansia 78 lansia dipanti, lansia disini
menderita rematik 38 (44,7%) lansia, Hipertensi 15 (17,6%) lansia, Gasritis 10
(11,8%) lansia, Gout artritis 6 (7%) lansia, Demensia 6 (7%) lansia, Katarak 1
(1,1%) lansia, Stroke 2 (2,3%) lansia. Data tersebut lansia yang menderita
Demensia membutuhkan pemenuhan Aktivitas - sehari, mencegah terjadinya
dampak yang ditimbulkan dengan cara membantu dan memberikan motivasi
kepada lansia dalam meningkatkan Defisit Perawatan Diri (UPTD PSLU
Tresna Werdha, 2020).
B. Hasil
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya mengumpulan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencangkup tiga kegiatan, yaitu
60
pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah keperawatan. Hasil
pengkajian dari penulis adalah sebagai berikut
Tabel 4.1 pengkajian lansia
61
yang baru bertemu
Hasil Pengkajian Lansia
9. Pemeriksaan fisik head to toe:
- Kepala: bentuk kepala simetris
- Rambut: rambut klien tipis, pendek, berwarna putih,
lembab, tidak ada lesi pada kulit kepala tidak ada
kerontokan
- Mata: pergerakan bola mata simetris, konjungtiva
tidak anemis, seklera tidak ikterik, tidak mengalami
gangguan penglihatan, tidak ada edema di sekitar
mata (area preorbital) serta dan terdapat kantung
mata
- Hidung: tidak ada sekresi, tidak ada polio atau tidak
ada hambatan dalam bernafas
- Mulut: mulut klien tercium bau yang tidak sedap,
membran mukosa kering tidak terlihat adanya
stomatitis
- Gigi: gigi terlihat kotor, terdapat karies gigi dan gigi
berwarna kuning, gigi klien sudah tidak lengkap
hilang 8
- Telinga: posisi kedua telinga simetris dan tidak ada
benjolan pada telinga serta klien mengalami sedikit
gangguan pendengaran
- Kulit: terlihat tidak ada lesi, warna kulit coklat, kulit
terlihat kering
- Kuku tangan dan kaki: sedikit panjang dan kotor
- Genetalia dan rektum: tidak ada kelainan pada
genetalia, tidak ada hemoroid
- Ekstremitas atas dan bawah: Tn. S mengatakan
memiliki keluhan di bagian ekstremitas bawah, kaki
sering merasa nyeri. Menggunakan alat bantu
berjalan
- Kekuatan otot:
5 5
3 3
62
kesehatan
Skor :7
63
2. Diagnosa keperawatan
Menentukan diagnosa keperawatan adalah dengan menganalisa data
yang sudah di dapatkan dari pengkajian. Berdasarkan data yang di
dapatkan masalah keperawatan yang di rumuskan yaitu:
Tabel 4.3 diagnosa keperawatan Tn. S
NO Lansia A
1 Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif
Mandi,berpakaian,makan di tandai dengan:
DS:
- Lansia mengatakan “aktivitas sehari-hari yaitu tidur,mandi,makan”
- Lansia mengatakan “saya hanya duduk di tempat tidur saja”
- Lansia M mengatakan “makan 3x sehari”
- Lansia mengatakan “saya di bantu prawat saat mandi,makan, dan ke toilet”
DO:
- TD: 110/80 mmHg
- Nadi: 76x/menit
- Suhu: 36,0⁰C
- RR: 20x/menit
- Lansia tampak di bantu sebagian dalam melakukan aktivitas
(makan,mandi,berpakaian,toileting)
- Gigi lansia tampak kotor dan kuning
- Kuku lansia tampak panjang
- Lansia tidak bisa melakukan aktivitas hanya duduk di tempat tidur saja
2 Gangguan memori berhubungan dengan proses penuaan di tandai dengan:
DS:
- Lansia mengatakan “sudah tua dan mudah lupa”
- Lansia mengatakan sulitan untuk mengingat waktu dengan baik”
- Lansia mengatakan “lupa nama perawat yang baru saja berkenalan”
- Lansia mengatakan “tidak tahu nama teman-teman satu wisma”
DO:
- Lansia A tidak dapat menyebutkan tanggal,bulan dan tahun dengan benar
- Lansia A tidak ingat nama teman-teman yang ada di wisma
- Lansia A tidak ingat nama orang yang baru saja di temuinya
64
- Klien tampak berjalan menggunakan alat bantu (kruk)
- Klien terdapat cidera di pergelangan kaki kiri dan lutut
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan berfokus pada satu masalah keperawatan di
mana rencana asuhan keperawatan ini di lakukan selama 3 hari pada
lansia, di uraikan sebagai berikut:
Tabel 4.4 rencana keperawatan Tn. S
NO Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung
Keperawatan
1. Defisit Observasi 1. Dukungan Emosional
perawatan diri 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas 2. Dukungan
b.d gangguan perawatan diri sesuai usia PengambilanKeputusan
neuromuskular 2. Monitor tingkat kemandirian 3. Dukungan Tanggung
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu Jawab pada Diri Sendiri
kebersihan diri, berpakaian, 4. Kontrak Perilaku Positif
berhias, dan makan 5. Manajemen Demensia
4. Terapeutik 6. Manajemen Energi
5. Sediakan lingkungan vang 7. Manajemen Lingkungan
terapeutik (mis. suasana hangat, 8. Manajemen Nutrisi
rileks, privasi) 2. Siapkan 9. Manajemen Nyeri
keperluan pribadi (mis. parfum, 10. Pemberian Makanan
sikat gigi, dan sabun mandi) 11. Pencegahan Jatuh
6. Dampingi dalam melakukan 12. Penentuan Tujuan
perawatan diri sampai mandiri Bersama
7. Fasilitasi untuk menerima 13. Pengaturan Posisi
keadaan ketergantungan 14. Perawatan Kaki
8. Fasilitasi kemandirian, bantu jika 15. Perawatan Kuku
tidak mampu melakukan 16. Perawatan Lensa Kontak
perawatn diri 17. Perawatan Mata
9. Jadwalkan rutinitas perawatan 18. Perawatan Mulut
diri 19. Perawatan Perineum
20. Perawatan Rambut
21. Perawatan Telinga
22. Promosi Citra Tubuh
Edukasi 23. Promosi Harga Diri
1. Anjurkan melakukan perawatan 24. Promosi Komunikasi:
diri secara konsisten sesuai Defisit Pendengaran
kemampuan 25. Promosi Komunikasi:
Defisit Visual
26. Promosi Latihan Fisik
27. Reduksi Ansietas
28. Terapi Menelan
65
1. Siapkan limgkungan yang tenang 5. Manajemen demensia
dan nyaman 6. Manajemen
2. Kenakan pasien pakaian yang elektroensefalografi
nyaman dan tidak membatasi 7. Manajemen elektrolit
No Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung
Keperawatan
Pergerakan 1. Manajemen lingkungan
3. Bacakan pernyataan (skrip) yang 2. Manajemen medikasi
disiapkan, berhenti sejenak minta 3. Pemantauan cairan
mengulang secara internal 4. Pemantauan elektrolit
4. Gunakan pernyataan yang 5. Pemantauan neurologis
menimbulkan perasaan senang, 6. Pemetaan otak
tenang, atau rasa melayang pada 7. Perawatan jantung
bagian tertentu. 8. Reduksi ansietas
9. Stimulus kognitif
Edukasi 10. Surveilens
1. Jelaskan tujuan dan prosedur 11. Transcutaneous Electical
latihan otogenik 12. Terapi mileu
2. Anjurkan duduk di kursi atau 13. Terapi oksigen
berbaring dalam posisi telentang 14. Terapi reminisens
3. Anjurkan mengulangi pernyataan Terapi validasi
kepada diri sendiri untuk
mendapatkan perasaan lebih
dalam pada bagian tubuh yang
dituju
4. Anjurkan latihan selama 15-20
menit
5. Anjurkan tetap rileks selama 15-
20 menit
6. Anjurkan berlatih tiga kali sehari
Orientasi realita
Observasi
1. Monitor perubahan orientasi
2. Monitor perubahan kognitif
Terapeutik
1. Perkenalkan nama saat interaksi
2. Orientasikan orang, tempat dan
waktu adirkan realita (mis. Beri
penjelasan alternatif, hindari
perdebatan)
3. Sediakan lingkungan dan
rutinitas secara konsisten
4. Atur stimulus sensorik dan
lingkungan (mis. kunjungan,
pemandangan, suara,
pencahayaan, bau dan sentuhan)
5. Gunakan simbol dalam
mengorientasikan lingkungan
(mis. tanda, gambar, warna)
6. Libatkan dalam terapi kelompok
orientasi
7. Berikan waktu istirahat dan tidur
yang cukup, sesuai kebutuhan
66
8. Fasilitasi akss informasi (mis.
Televisi, surat kabar, radio), jika
perlu
67
berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin
Dx.1 24 S:
24 1.Menyiapkan kebutuhan Februari - Klien mengatakan
Februari alat-alat kebersihan diri 2020 mandi 1x sehari
2020 mandi (sabun, Pukul - Klien mengatakan
08.00 sampo,sikat gigi, pasta 08.10 tidak memiliki alat
gigi), berpakaian (pakaian mandi yang lengkap
dalam, baju, celana) dan seperti shampo dan
makan (sendok dan plato) pasta gigi
- Klien mengatakan
2. Menyiapkan jadwal perawat tidak
08.20 kebutuhan akan memandikan klien
kebersihan klien dan 08.30 karena tidak ada air
berikan bantuan sesuai - Klien mengatakan
dengan kebutuhan seperti mandi hanya
perawatan menggunakan sabun
rambut,kuku,mandi,makan - Klien mengatakan
,sikat gigi tidak menggosok gigi
karna tidak memiliki
3. Memperhatikan adanya pasta gigi
08.35
08.45 tanda-tanda non verbal - Klien mengatakan
68
yang fisiologis ganti baju setelah
mandi
09.10
4. Melakukan pengawasan - Klien mengatakan
namun berikan kesempatan 09.15 malas memotong kuku
untuk melakukan sebanyak - Klien mengatakan
mungkin sesuai makan 3x sehari
kemampuan dengan porsi yang
disediakan.
09.30
- Klien mengatakan
5. Memberikan klien banyak 09.40 ketika mau makan
waktu untuk melakukan disiapkan oleh perawat
09.55
tugas
10.00 O:
6. Membantu untuk - TD: 110/80 mmHg
mengenakan pakaian yang - Nadi: 76/menit
10.10 rapih - Suhu: 36,0⁰C
- RR: 20x/menit
10.15
7. Mendiskusikan dengan - Klien tidak memiliki
klien tentang pentingnya shampo dan pasta gigi
menjaga kebersihan diri - Klien tampak di bantu
menjelaskan kepada klien semua dalam
prosedur dan tujuan melakukan aktivitas
tindakan perawatan - Gigi klien tampak
kuning dan mulut bau
tidak sedap
- Kuku klien tampak
panjang dan kotor
- Makan berantakan
A:
masalah defisit
perawatan diri:
mandi,berpakaian,makan
klien belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi
1. Indentifikasi
kebutuhan alat-alat
kebersihan diri
mandi, berpakaian
dan makan
2. Identifikasi
kebutuhan akan
kebersihan dan
berikan bantuan
sesuai dengan
kebutuhan
3. Perhatikan adanya
tanda-tanda non
verbal yang fisiologis
4. Lakukan pengawasan
namun berikan
kesempatan untuk
melakukan sebanyak
69
mugkin sesuai
kemampuan
5. Beri banyak waktu
untuk melakukan
tugas
6. Bantu untuk
mengenakan pakaian
yang rapi
7. Diskusi dengan klien
tentang pentingnya
menjaga kebersihan
diri
Dx. 2 24 S:
24 Februari - Klien mengatakan
Februari 2020 sudah tua dan mudah
2020 Pukul lupa
Pukul 10.30 - Klien mengatakan sulit
10.20 1. Memperkenalkan nama untuk mengingat
saat memulai interaksi waktu dengan baik
10.40 10.55 - Klien mengatakan lupa
nama perawat yang
baru saja berkenalan
2. Memberikan pertanyaan - Klien mengatakan sulit
11.05 tentang masalah memori 11.20 untuk mengingat suatu
yang dialami klien kejadian yang telah
terjadi
- Klien mengatan tidak
3. Memberikan stimulasi ingat nama teman-
memori dengan teman satu wisma
11.35 mengulang pikiran yang 11.45
terakhir kali diucapkan
O:
- Klien tidak dapat
4. Memfasilitasi mengingat menyebutkan tanggal,
11.50 kembali pengalaman masa 12.00 bulan, dan tahun
lalu dengan benar
- Klien tidak ingat nama
teman- teman yang ada
5. Memberikan stimulasi di wisma.
12.20
memori pada peristiwa - Klien tidak ingat
12.10
yang baru terjadi dengan nama orang
yang baru saja bertemu
6. Orintasikan orang, tempat dengan beliau
dan waktu - Klien tampak sulit
untuk mengingat
kejadian yang telah
terjadi.
A:
Masalah gangguan
memori belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi:
70
1. Perkenalkan nama saat
memulai interaksi
2. Identifikasi masalah
memori yang dialami
3. Stimulasi memori
dengan mengulang
pikiran yang terakhir
kali diucapkan
4. Fasilitasi mengingat
kembali pengalaman
masa lalu
5. Stimulasi
menggunakan memori
pada peristiwa yang
baru terjadi
6. Orientasikan orang,
tempat dan waktu
Dx. 3 24 S:
24 Februari - Klien mengatakan
Februari 2020 aktivitas sehari hari
2020 1. Mengkaji faktor Pukul dibantu oleh perawat
pukul lingkungan yang 13.30 atau petugas wisma
13.20 meningkatkan risiko jatuh - Klien mengatakan
tidak dapat melakukan
aktivitas mandiri
13.40 2. Memonitor kemampuan 13.50 seperti mengambil
berpindah dari tempat makanan ke dapur
tidur ke alat bantu berjalan dengan jarak yang
(walker) dan sebaliknya lumayan jauh
- Klien mengatakan saat
berjalan terasa nyeri di
kedua ektermitas
bawah
14.00 3. Mengorientasikan ruangan 14.05 - Klien mengatakan
pada pasien tidak kuat untuk
berjalan
14.10 4. menganjurkan memanggil 14.20 - Klien mengatak kaki
perawat jika nya terasa seperti
membutuhkan bantuan kesemutan
untuk berpindah
O:
14.30 - Klien tampak kesulitan
14.25 5. menganjurkan untuk melakukan
menggunakan alas kaki aktivitas sehari harinya
yang tidak licin. seperti mengambil
jatah makan didapur
- Aktivitas sehari hari
klien selalu dibantu
oleh perawat atau
petugas panti
- Klien tampak memijat
mijat kedua kaki nya
- Klien tampak meringis
71
saat bergerak karena
nyeri, skala nyeri 4 (0-
10) seperti kesemutan.
- Kekuatan otot
extermitas atas kanan 5
dan kiri 5, extermitas
bawah kanan 3 dan kiri
3.
A:
Masalah resiko jatuh
belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi:
1. Kaji faktor lingkungan
yang meningkatkan
risiko jatuh
2. Monitor kemampuan
berpindah dari tempat
tidur ke alat bantu
berjalan (walker) dan
sebaliknya
3. Orientasikan ruangan
pada pasien
4. Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
5. Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak licin.
72
yang fisiologis disiapkan oleh
perawat/ petugas
4. Melakukan pengawasan wisma
08.45 namun berikan kesempatan 09.00 - Klien mengatakan
untuk melakukan sebanyak menggosok gigi
mungkin sesuai 2x/hari dengan
kemampuan bantuan perawat/
pengasuh.
09.10 5. Memberi banyak waktu - Klien mengatakan
untuk melakukan tugas 09.20 saya belum makan
O:
- TD: 120/90 mmHg
- Nadi: 74/menit
09.30 6. Membantu untuk - Suhu: 35,7⁰C
mengenakan pakaian yang 09.45 - RR: 20x/menit
raoi - Klien tampak tidak
ganti pakaian
09.55 - Klien tampak bingung
7. .Mendiskusikan dengan 10.05 dan diam saja ketika di
klien tentang pentingnya tanya mengenai
menjaga kebersihan diri kebersihan diri
10.10 menjelaskan kepada klien - Rambut klien terlihat
prosedur dan tujuan 10.15 tidak rapih
tindakan perawatan - Kulit klien tampak
kering
- Klien tampak sudah
makan, pengasuh
mengatakan lansia
sudah makan
- Klien mampu
menyebutkan 3 dari 4
alat mandi
A:
Masalah Defisit
perawatan diri:
mandi,berpakaian,makan
,kebersihan kuku teratasi
sebagian
P:
lanjutkan intervensi
1. Identifikasi kebutuhan
akan kebersihan
2. Perhatikan adanya
tanda-tanda non verbal
yang fisiologis
3. Lakukan pengawasan
namun berikan
kesempatan untuk
melakukan sebanyak
mugkin sesuai
kemampuan
4. Beri banyak waktu
73
untuk melakukan tugas
5. Diskusi dengan klien
tentang pentingnya
menjaga kebersihan
diri
Dx. 2 S:
25 25 - Klien mengatakan
Februari 1. Memperkenalkan nama Februari sudah tau nama
2020 saat memulai interaksi 2020 perawat yang
pukul Pukul mengelola nya
10.20 10.30 - Klien mengatakan
sudah mulai mengingat
salah satu teman di
10.40 10.55 wisma
2. Menanyakan masalah - Klien mengatakan
memori yang dialami senang karna sudah
dapat mengulang dan
11.05 11.20 memahami informasi
yang di sampaikan
3. Memberikan stimulasi oleh perawat
memori dengan - Klien mengatakan
mengulang pikiran yang senang ketika perawat
11.35 terakhir kali diucapkan menemui nya
11.45 - Klien mengatakan
4. Memfasilitasi mengingat sering lupa
kembali pengalaman masa
lalu O:
11.50 - Klien sudah dapat
12.00 menyebutkan nama
perawat yang
5. Memberikan stimulasi merawatnya
12.10 menggunakan memori - Klien mulai dapat
pada peristiwa yang baru 12.20 mengingat dan
terjadi mengenal teman di
6. Orientasikan orang, dan wisma nya
waktu - Klien tampak senang
dan nyaman ketika
ditemani perawat
- Klien tampak mulai
mempraktekkan hal-
hal baru yang di
ajarkan oleh perawat
seperti berkenalan
dengan teman di
wismanya.
A:
Masalah gangguan
memori teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi:
1. Perkenalkan nama saat
memulai interaksi
74
2. Identifikasi masalah
memori yang dialami
3. Stimulasi memori
dengan mengulang
pikiran yang terakhir
kali diucapkan
4. Fasilitasi mengingat
kembali pengalaman
masa lalu
5. Stimulasi
menggunakan memori
pada peristiwa yang
baru terjadi
Dx. 3 S:
25 25 - Klien mengatakan
Februari 1. Mengkaji faktor lingkungan Februari aktivitas sehari hari
2020 yang meningkatkan risiko 2020 dibantu oleh perawat
pukul jatuh Pukul - Klien mengatakan
13.20 13.30 sudah mulai mampu
berpindah dari tempat
13.40 2. Memonitor kemampuan 13.50 tidur ke kursi dengan
berpindah dari tempat tidur bantuan walker
ke alat bantu berjalan - Klien mengatakan
(walker) dan sebaliknya nyeri yang dirasakan
sedikit berkurang
dengan menggunakan
tehnik relaksasi.
14.00 3. Mengorientasikan ruangan 14.05 - Klien mengatakan
pada pasien berjalan menggunakan
bantuan walker
14.10 4. Menganjurkan memanggil 14.20 - Klien mengatakan
perawat jika membutuhkan sudah mulai tahu
bantuan untuk berpindah dengan kondisin
disekitarnya
- Klien mengatakan
selalu menggunakan
14.25 5. Menganjurkan 14.30 alas kaki.
menggunakan alas kaki - Klien mengatakan
yang tidak licin. selalu meminta
bantuan kepada
perawat atau petugas
panti ketika akan
melakukan aktivitas.
O:
- Klien tampak
menggunakan bantuan
walker untuk pindah
dari tempat tidur ke
kursi.
- Aktivitas sehari hari
klien selalu dibantu
75
oleh perawat/ petugas
wisma
- Klien tampak sedikit
nyaman
- Klien tampak meringis
skala nyeri 3 (0-10)
- Kekuatan otot
extermitas atas kanan 5
dan kiri 5, extermitas
bawah kanan 3 dan kiri
3.
- Klien tampak
menggunakan alas
kaki yang tidak licin.
A:
Masalah resiko jatuh
teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi:
1. Kaji faktor lingkungan
yang meningkatkan
risiko jatuh
2. Monitor kemampuan
berpindah dari tempat
tidur ke alat bantu
berjalan (walker) dan
sebaliknya
3. Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan.
Dx. 1
26 26 S:
Februari 1. Menyiapkan kebutuhan Februari - Klien mengatakan
2020 akan kebersihan dan 2020 mandi 2x sehari
Pukul berikan bantuan sesuai 08.15 dengan menggunakan
08.00 dengan kebutuhan seperti shampo dan sabun.
perawatan - Klien mengatakan
rambut,kuku,mandi,makan ganti baju setiap habis
,sikat gigi mandi
- Klien menggosok gigi
2. Memperhatikan adanya 2x/ hari
08.20 tanda-tanda non verbal 08.30 - Klien mengatakan jika
yang fisiologis memotong kuku
meminta bantu dengan
perawat
3. Melakukan pengawasan - Klien mengatakan
08.45 namun berikan kesempatan 08.50 keramas 1x sehari
untuk melakukan sebanyak - Klien mengatakan jika
mungkin sesuai mandi menggunakn
sabun,sikat gigi,odol,
76
kemampuan shampo
- Klien mengatakan
makan 3x sehari
09.10 09.20 - Klien mengatakan
ketika makan dibantu
4. Memberi banyak waktu disiapkan oleh
untuk melakukan tugas perawat.
09.30 09.45
5. Mendiskusikan dengan O:
klien tentang pentingnya - TD: 120/90 mmHg
menjaga kebersihan diri - Nadi: 74/menit
menjelaskan kepada klien - Suhu: 35,7⁰C
prosedur dan tujuan - RR: 20x/menit
tindakan perawatan - Klien mengganti
pakaian sehari satu kali
- Rambut klien terlihat
rapih
- Gigi klien tampak
bersih dan mulut klien
tidak mengeluarkan
bau yang tidak sedap
- Kulit klien tampak
lembab dan bersih
- Klien tampak sudah
makan, pengasuh
mengatakan lansia
sudah makan
- Klien mampu
menyebutkan alat
mandi seperti sabun,
shampo, sikat gigi, dan
pasta gigi.
- Kuku klien tampak
pendek dan bersih.
A:
Masalah Defisit
perawatan diri:
mandi,berpakaian,makan
,teratasi sebagian
P:
lanjutkan intervensi
1. Evaluasi kebutuhan
alat-alat kebersihan
diri mandi, berpakaian
dan makan
2. Perhatikan adanya
tanda-tanda non verbal
yang fisiologis
3. Lakukan pengawasan
namun berikan
kesempatan untuk
melakukan sebanyak
mugkin sesuai
kemampuan
77
4. Diskusi dengan klien
tentang pentingnya
menjaga kebersihan
diri
Dx. 2 26 S:
26 Februari - Klien mengatakan
Februari 2020 sudah tau nama
2020 1. Memperkenalkan nama pukul perawat yang
pukul saat memulai interaksi 10.30 mengelolanya
10.20 - Klien mengatakan
lebih merasa nyaman
10.40 10.55 - Klien mengatakan
sudah lebih aktif
2. Menanyakan masalah berkomunikasi dengan
memori yang dialami teman di wisma
11.05 11.20 meskipun dengan
bantuan perawat.
3. Memberikan stimulasi - Klien mengatakan
memori dengan sudah mulai mengingat
mengulang pikiran yang 2-3 orang teman di
terakhir kali diucapkan wisma
11.35 11.45
O:
4. Memfasilitasi mengingat - Klien sudah dapat
kembali pengalaman masa mengingat 2- 3 orang
lalu teman di wisma nya
11.50 12.00 - Klien tampak aktif
berkomunikasi dengan
5. Memberikan stimulasi teman di wisma
menggunakan memori meskipun dengan
pada peristiwa yang baru bantuan perawat
terjadi - Klien tampak senang
dan nyaman ketika
ditemui perawat
- Klien dapat
mengulangi informasi
yang diberikan oleh
perawat.
A:
Masalah gangguan
memori teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi:
1. Perkenalkan nama saat
memulai interaksi
2. Identifikasi masalah
memori yang dialami
3. Stimulasi memori
dengan mengulang
pikiran yang terakhir
kali diucapkan
4. Fasilitasi mengingat
78
kembali pengalaman
masa lalu
5. Stimulasi
menggunakan memori
pada peristiwa yang
baru terjadi
Dx. 3 S:
26 26 - Klien mengatakan
Februari 1. Mengkaji faktor Februari aktivitas sehari hari
2020 lingkungan yang 2020 dibantu dengan
pukul meningkatkan risiko jatuh Pukul menggunakan walker
13.20 13.30 - Klien mengatakan
nyeri yang dirasakan
13.40 2. Monitor kemampuan 13.50 sedikit berkurang
berpindah dari tempat dengan menggunakan
tidur ke alat bantu berjalan tehnik relaksasi.
(walker) dan sebaliknya - Klien mengatakan
selalu menggunakan
alas kaki.
3. Menganjurkan memanggil - Klien mengatakan
14.00 perawat jika 14.10 sudah terbiasa
membutuhkan bantuan. menggunakan walker
dan sudah merasa
nyaman dengan
lingkungan sekitarnya
O:
- Klien menggunakan
alat bantu walker
untuk memenuhi
aktivitas sehari hari
seperti pindah dari
kursi ke tempat tidur
maupun sebalik nya,
makan, dll.
- Aktivitas sehari hari
klien selalu dibantu
oleh perawat
- Klien tampak rileks
- Klien tampak meringis
skala nyeri 2 (0-10)
- Kekuatan otot
extermitas atas kanan 5
dan kiri 5, extermitas
bawah kanan 3 dan kiri
3.
- Klien patuh
menggunakan alas
kaki yang tidak licin.
A:
Masalah resiko jatuh
teratasi sebagian
79
P:
Lanjutkan intervensi:
1. Evaluasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan risiko
jatuh
2. Monitor kemampuan
berpindah dari tempat
tidur ke alat bantu
berjalan (walker) dan
sebaliknya
3. Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan.
C. Pembahasan
Penulis akan membahas proses pemberian asuhan keperawatan yang telah
dilakukan pada tanggal 24 Februari 2020 hingga 26 Februari 2020 tentang
“Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan aktivitas sehari-hari Pada
Klien demensia di Unit Pelaksanaan Teknik Dinas Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Tresna Werdha Natar Lampung Selatan Tahun 2020’’. Pembahasan ini
berfokus pada kebutuhan dasar manusia di dalam asuhan keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses sistematika dan
pengumpulan data, verifikasi, dan komunikasi data tentang pasien,
untuk mendapatkan seluruh data dan menentukan suhan keperawatan
untuk meningkatkan kesehatan, memproteks kesehatan dan
mengembalikan kesehatan, pengkajian yang di lakukan dari metode
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
a. Umur
80
Usia subjek asuhan pada pengumpulan data ini adalah lebih dari 60
tahun yaitu termasuk dalam kategori usia lansia. Subjek asuhan
lansia S berusia 75 tahun dengan demensia, yaitu demensia sedang.
Sebagaimana pada usia ini subjek asuhan sudah mengalami
penyakit degeneratif salah satunya yaitu demensia. Menurut teori
Wahyudi Nugroho, 2018 di jelaskan bahwa penyakit pada usia >60
tahun salah satunya beresiko terkena penyakit demensia. Demensia
pada lansia berbeda-beda tidak bergantung dengan umur, maka
untuk penilaian kriteria demensia menggunakan pemeriksaan tes
fungsi kognitif dengan mengajukan pertanyaan yang telah di
tetapkan dengan hasil nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang
biasanya indikasi adanya kerusakaan kognitif yang memerlukan
penyelidikan lanjut untuk itu maka kriteria demensia di bagi
menjadi tiga yaitu ringan (21-30), sedang: (11-20), dan berat: ≤10.
Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable
penting yang akan mengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap kognitif.
Usia lansia sering kali menderita gangguan multipel yang muncul
dengan gejala tidak jelas, menurut buku fundamental keperawatan
semakin bertambahnya umur lansia maka mengalami perubahan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene di
karenakan kondisi hidupnya yang semakin menurun seperti
penurunan kemampuan fungsional. Kemampuan fungsional adalah
kemampuan gerak dan fungsi baik kemampuan mobilitas meliputi
penurunan kemampuan mobilitas di tempat tidur, berpindah,
berjalan/ ambulas. Kemunduran kemampuan perawatan diri
meliputi penurunan aktivitas makan, mandi, berpakaian, defekasi,
berkemih, merawat rambut, gigi dan kuku.
b. Keluhan utama
Pada pengumpulan data ini di dapatkan keluhan utama yaitu:
Pada lansia S di temukan keluhan utama yaitu Gangguan Memori
81
Dari hasil pengamatan kondisi pada lansia tersebut timbul di
karenakan lansia mengalami penurunan kognitif sehingga
menyebabkan lansia kehilangan motivasi dan minat dalam
melakukan aktivitas sehari- hari serta keterbatasan sumber yang
tersedia dalam melakukan aktivitasnya secara mandiri. Dalam teori
kushariyadi (2008) di jelaskan bahwa penderita penyakit demensia
biasanya mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang
secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
c. Riwayat kesehatan
Pengkajian Tn. S dilakukan pada tanggal 24 Februari 2020.
Riwayat kesehatan sekarang di dapatkan subjek tidak memiliki
masalah kesehatan yang serius hanya saja klien mengatakan kedua
kaki bagian bawah sering terasa nyeri. Jika sedang melakukan
aktivitas atau berdiri terlalu lama dan menyebabkan kelelahan.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dalam pengumpulan data ini menggambarkan
keadaan umum klien yang di nilai dari keadaan fisik klien melalui
pemeriksaan dari pemeriksaan tanda-tanda vital sampai dengan
pemeriksaan head to toe dan pemeriksaan anggota gerak dengan
menggunakan alat spigmanometer, stetoskop dan thermometer,
serta dengan menggunakan teknik pengkajian wawancara atau
anamnesis dan observasi, maka di dapatkan hasil pemeriksaan klien
sebagai berikut:
Pada Tn.S hasill pemeriksaan didapat TD: 110/80 mmHg,
Nadi: 76 x/mnt, suhu: 36,0 C, pernafasan: 20x/mnt, BB: 35kg, TB:
140 cm, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, sistem
persepsi sensori baik, suara nafas vasikuler, capillary refil 2x/detik,
Kekuatan otot ekstremitas atas kanan 5 dan kiri 5, ektsremitas
bawah kanan 3 dan kiri 3, Tn.S kesulitan mengingat nama orang
yang baru ditemuinya dan malas melakukan aktivitas. Tn.S
aktivitas dibantu sebagian dalam pemenuhan kenutuhan aktivitas
82
sehari-hari nya. Berkemabangnya demensia diperlukan lebih
banyak pengawasan. Ketika gangguan menjadi lebih dalam pasien
membutuhkan banyak bantuan dengan aktivitas kehidupan sehari-
harinya. Aktivitas sehari-hari snagat penting untuk mengetahui
tingkat ketergantungan, bila lansia tidak dapat melakukan aktivitas
kehidupan sehari-harisecara mandiri diperlukan perawat pembantu
(Nasrullah, 2016).
2. Diagnosa Keperawatan
Pada subjek asuhan di temukan masalah keperawatan sebagai
berikut:
Pada klien di temukan 3 masalah keperawatan yaitu defisit perawatan
diri, gangguan memori, resiko jatuh. Dalam asuhan keperawatan ini
penulis berfokus pada satu diagnosa yaitu drfisit perawatan diri,
dengan etiologi proses degenaratif pada penyakit demensia terutama
di sebabkan oleh faktor genetik yang menyebabkan kekusutan neuro
fibrilar yang difus dan plak senilis sehingga terjadi atrofi otak dan
degenerasi neuron irreversible kemudian mengalami penurunan
kognitif dan daya ingat. Defisit perawatan diri merupakan ketidak
mampuan seseorang dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri (SDKI, 2017).
Defisit perawatan diri merupakan penurunan kemampuan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari seperti tidak mampu untuk
makan,tidak mampu membersihkan bagian-bagian tubuh tertentu,
gangguan kemampuan untuk memakai atau mengganti pakaian.
3. Intervensi keperawatan
Pada pengumpulan data ini rencana keperawatan pada subjek asuhan
di lakukan dengan mengacu pada teori yang ada di bab 2 yang
mengacu pada intervensi Siki (2018), di mana di dalam intervensi siki
tersebut ada 10 standar yang harus di lakukan, namun intervensi yang
di susun untuk kedua pasien mengacu pada teori dari SIKI ini
memiliki enam standar yang sama untuk klien yaitu:
83
a. Mengkaji kesulitan klien dalam perawatan diri, seperti keterbatasan
gerak, penurunan kognitif,identifikasi kebutuhan akan kebersihan
diri dan berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan
(mandi,perawatan kulit)
b. Memperhatikan adanya tanda-tanda non verbal yang fisiologis
c. Melakukan pengawasan namun berikan kesempatan untuk
melakukan sebanyak mungkin sesuai kemampuan
d. Memberi banyak waktu untuk melakukan tugas
e. Membantu untuk mengenakan pakaian yang rapi
f. mendiskusikan dengan klien tentang pentingnya menjaga
kebersihan diri menjelaskan kepada klien prosedur dan tujuan
tindakan perawatan.
Di karenakan perencanaannya yang sama, tindakan yang sama dan
sesuai, jadi penulis menerapkan saja perencanaan pada teori di atas.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi dari rencana tindakan defisit perawatan diri pada Tn. S
dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 24 Februari 2020 sampai
dengan 26 Februari 2020. Implementasi diawali dengan mengukur
tekanan darah, nadi dan pernafasan pasien sebelum pengkajian.
Kemudian mengkaji kelemahan pasien dari kebersihan diri atau
mandi, mendiskusikan urutan atau tindakan mandi dan gosok
gigi,membantu lansia dalam perawatan potong kuku, sebelum di
potong kuku kaki dan tangan lansia di rendam dalam air hangat
selama 10 menit, saat di lakukan tindakan klien mengalami kesulitan
dalam menyebutkan alat perlengkapan untuk membershikan diri di
karenakan lansia mengalami penurunan kognitif, dalam melaksanaan
84
intervensi perawat menggunakan metode pertanyaan berulang
sehingga memudahkan lansia untuk mengevaluasi dengan tujuan
untuk mengetahui keefektifan asuhan keperawatan yang di berikan
dalam menyelesaikan masalah defisit perawatan diri pada klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama tiga hari pada klien
dengan tindakan keperawatan sesuai SOP dan semua tindakan bisa
terpenuhi dengan tindakan keperawatan yang diharapkan perawat,
penulis mengevaluasi keadaan lansia setiap hari. Di dapatkan hasil
dimana klien masih di temukan masalah pada defisit perawatan diri:
berpakaian, dan lansia tampak bingung. Dan di mana pada klien di
temukan sedikit masalah fisik sehingga dengan waktu dan intervensi
yang ditetapkan masalah belum bisa teratasi dalam waktu 3 hari.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengumpulan data dapat di buat kesimpulan secara
umum sebagai berikut:
1. Pengumpulan data ini telah mengidentifikasi yang sama dari
karakteristik, keluhan utama, riwayat penyakit dan tanda tanda fisik.
Dengan hasil pengumpulan data: umur klien 75 tahun dengan
pengkajian terhadap masalah gangguan pemenuhan kebutuhan
kognitif pada klien di lakukan secara komprehensif dan di peroleh
hasil yaitu keluhan utama perubahan proses pikir atau gangguan
kognitif ringan. Jenis kelamin: kelien berjenis kelamin laki-laki. Dari
pengumpulan data ini menunjukkan bahwa dari karakteristik, keluhan
utama, riwayat penyakit, dan tanda-tanda fisik mempunyai kesamaan
dengan teori yang sudah penulis paparkan.
85
2. Masalah yang di temukan klien yaitu: di temukan 3 masalah
keperawatan yaitu defisit perawatan diri, gangguan memori, resiko
jatuh. Penulis hanya fokus dengan satu diagnosa keperawatan yaitu
defisit perawatan diri dengan etiologi proses penuaan pada penyakit
demensia
3. Intervensi keperawatan telah di lakukan secara komprehensif dengan
memfokuskan pada satu masalah keperawatan yaitu gangguan
perawatan diri dengan 6 standar yang telah di tetapkan dalam
intervensi siki pada lansia Demensia di UPTD PSLU Tresna Werdha
Natar Kab. Lampung Selatan
4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi dari rencana tindakan defisit perawatan diri pada Tn. A
dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 24 Februari 2020 sampai
dengan 26 Februari 2020. Implementasi diawali dengan mengukur
tekanan darah, nadi dan pernafasan pasien sebelum pengkajian.
Kemudian mengkaji kelemahan pasien dari kebersihan diri atau
mandi, mendiskusikan urutan atau tindakan mandi dan gosok
gigi,membantu lansia dalam perawatan potong kuku, sebelum di
potong kuku kaki dan tangan lansia di rendam dalam air hangat
selama 10 menit, saat di lakukan tindakan klien mengalami kesulitan
dalam menyebutkan alat perlengkapan untuk membershikan diri di
karenakan lansia mengalami penurunan kognitif, dalam melaksanaan
intervensi perawat menggunakan metode pertanyaan berulang
sehingga memudahkan lansia untuk mengevaluasi dengan tujuan
untuk mengetahui keefektifan asuhan keperawatan yang di berikan
dalam menyelesaikan masalah defisit perawatan diri pada klien.
5. Evaluasi Keperawatan
86
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama tiga hari pada klien
dengan tindakan keperawatan sesuai SOP dan semua tindakan bisa
terpenuhi dengan tindakan keperawatan yang diharapkan perawat,
penulis mengevaluasi keadaan lansia setiap hari. Di dapatkan hasil
dimana klien masih di temukan masalah pada defisit perawatan diri:
berpakaian, dan lansia tampak bingung. Dan di mana pada klien di
temukan sedikit masalah fisik sehingga dengan waktu dan intervensi
yang ditetapkan masalah belum bisa teratasi dalam waktu 3 hari.
B. Saran
Dengan adanya uraian di atas maka penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Instansi Poltekkes Tanjungkarang
Hasil pengumpulan data ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan
bahan pembelajaran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
menambah wawasan peserta didik tentang asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari pada klien
demensia dengan masalah keperawatan defisit perawatan diri
2. Saran bagi panti
a. Bagi panti di harapkan adanya laporan tugas akhir ini dapat
meningkatkan asuhan keperawatan sesuia standar operasional
prosedur pada masalah defisit perawatan diri.
b. Di harapkan perawat di UPTD Panti Tresna Werdha Natar
Lampung Selatan dapat memodifikasi asuhan keperawataan
gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari pada klien
demensia rasa yang lebih intensif dengan metode asuhan
keperawatan yang lebih baik seperti penggunaan metode papan
flip chart atau gambar untuk membantu memberikan asuhan
keperawatan pada lansia demensia yang mengalami gangguan
pendengaran.
c. Di harapkan panti Tresna Werdha Natar Lampung Selatan
membuat jadwal aktivitas perawatan diri dengan cara setiap wisma
87
terdapat jam alarem atau spiker suara untuk mengingat atau
menandakaan waktu untuk kegiatan terjadwalkan. supaya lansia
tetap melakukan aktivitas perawatan diri sehingga tidak terjadi
defisit perawatan diri
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Hasil pengumpulan data ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
penulis selanjutnya tentang asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
kebutuhan Aktivitas sehari-hari pada klien demensia dengaan jumlah
subjek yang lebih banyak, kriteria yang lebih spesifik dan waktu
asuhan keperawatan yang lebih panjang serta menggunakan desain
metode penulisan yang lebih baik lagi. Pentingnya mengembangkan
berbagai improvisasi teori-teori keperawatan dan bisa di lakukan
pengumpulan data ini dengan menggunakan sampel yang lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reni Yuli. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2.
Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
88
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Me (Lumonon, Bidjuni & Hamel, 2015) Todologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
89
90
91
92
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DI PANTI
PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
POLTEKKES TANJUNGKARANG
Nama Mahasiswa :
Tempat Praktek :
Tanggal Praktek :
Tanggal Pengkajian :
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum Pasien
Nama :
No Register panti :
Jenis kelamin :
Umur :
Agama :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan terakhir :
Tanggal masuk :
93
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
5. Riwayat Alergi (Makanan/Obat/Lainnya):
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
7. Pemeriksaan Vital:
BB: ......... kg TD: ............mmHg Nadi: .........x/mnt
TB: ......... cm Suhu: ..........◦C RR: ...........x/mnt
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
b. Status Gizi:
c. Sistem Persepsi Sensori
Baik Tidak Penggunaan alat bantu
1) Pendengaran ....... ......... Ya/Tidak
2) Penglihatan ....... ......... Ya/Tidak
3) Pengecapan ....... ......... Ya/Tidak
4) Penciuman ....... ......... Ya/Tidak
5) Perabaan ....... ......... Ya/Tidak
94
Orientasi Orang: ..........................................................................................
95
........................................................................................................................
........................................................................................................................
96
15. Pengkajian Khusus
a. Kemampuan Kognitif
b. Kondisi depresi
97
c. Kemampuan ADL (aktivitas sehari-hari)
N AKTIVITAS KEMANDIRIAN
O Mandiri Sebagian Tergantung
(2) (1) (0)
1 Memelihara kebersihan diri (mandiri, gosok
gigi, cuci rambut, potong kuku, cukur kumis)
2 Memelihara kebersihan lingkungan (tempat
tidur, lemari, kursi, meja)
3 Membuang air kecil dan air besar di kamar
mandi (membersihkan,mengeringkan)
4 Mengkonsumsi makanan minuman yang telah
disediakan
5 Mengelola keuangan untuk kebutuhan sehari-
hari
6 Mengkonsumsi obat sesuai aturan
7 Mengambil keputusan sendiri
8 Melakukan aktifitas di waktu luang(olahraga,
pengajian, hobi, rekreasi)
9 Menggunakan sarana transportasi umum
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan
kepercayaan
Ket: 0-10: tergantung 11-15: sebagian 16-20: mandiri
Pengkaji,
( )
98
ANALISIS DATA
DO:
2 DS:
DO:
3 DS:
99
DO:
B. DIAGNOSIS/MASALAH KEPERAWATAN
1. Masalah keperawatan ................................................................................
C. RENCANA KEPERAWATAN
100
3
D. IMPLEMENTASIDAN EVALUASI
101
102
103