Anda di halaman 1dari 12

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher
rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah rahim yang
menempel pada puncak vagina (Diananda, 2008). Kanker ini biasanya
paling sering terjadi pada wanita yang berumur 35 tahun, tetapi bukti
statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita
yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015).
Menurut Mitayani (2011) kanker serviks adalah perubahan sel-sel
serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi
tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction. Kanker
serviks in terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai 45 tahun, tetapi
dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun.

B. Etiologi
Kanker serviks biasanya disebebakan oleh virus HPV (Human
Papilloma Virus). HPV merupakan virus DNA yang menginfeksi sel-sel
epitel (kulit dan mukosa). Virus ini berasal dari jenis Papovaviridae dan
Genus Papillomavirus.
Infeksi HPV biasanya terjadi pada wanita yang telah melakukan
hubungan seksual. Hanya sebagian kecil infeksi ini dapat menetap dan
menimbulkan tanda gejala menjadi prankanker (Wijaya, 2014). Selain dari
infeksi HPV terdapat beberapa faktor risiko kanker serviks yang
meningkatkan peluang berkembangnya kanker serviks, diantaranya
adalah :
1. Jumlah Pasangan Seksual
Ada lebih dari 100 jenis virus HPV yang dapat ditularkan memlaui
hubungan seksual. Dengan demikian, kanker serviks sangat berkaitan
dengan jumlah pasangan dalam berhubungan seksual. Walaupun kanker
serviks merupakan penyakit yang menyerang wanita, tetapi laki-laki juga
berperan penting dalam penularan virus HPV. Laki-laki yang pernah
melakukan hubungan seksual dengan wanita yang memiliki riwayat
kanker serviks, maka akan berisko tinggi dalam proses penularan virus
HPV ini.
2. Umur
Perempuan dengan usia 20-50 tahun akan sangat rawan untuk mengidap
penyakit kanker serviks ini karena masih tergolong kedalam usia produktif
atau usia subur. Wanita yang juga masih melakukan hubungan seksual
dapat menjadi salah satu faktor resiko untuk terkena kanker serviks,
dikarenakan semakin bertambahnya usia maka akan terjadi perubahan
anatomi (retraksi) dan hispatologi (metaplasia).
3. Aktivitas Seksual Pertama Kali (Secara Dini)
Prevalensi tertinggi kanker serviks sekitar 20% terutama saat wanita
melakukan hubungan seksual di saat masih dini sekitar usia 16 tahun.
Hubungan seksual dini dapat meningkatkan risiko terserangnya
kankerserviks dua kali lipat dengan wanita yang usia 20 tahun ke atas
(matang secara sistem reproduksi).
4. Frekuensi Kehamilan
Frekuensi kehamilan sama dengan seringnya bergonta-ganti pasangan
seksual, dalam kasus ini juga dapat meningkatkan resiko wanita untuk
terserang kanker serviks. Oleh karena itu, wanita yang sering melahirkan
akan lebih besar meningkatkan resiko untuk terkena kanker serviks. Pada
saat melahirkan secara normal, janin akan melewati serviks dan
menimbulkan trauma pada serviks yang bisa memicu aktifnya sel kanker.
Semakin sering janin melewati serviks, maka akan semakin tinggi pula
risiko terjadinya kanker serviks.
5. Merokok
Merokok juga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya
kanker serviks jenis karsinoma skuamosa. Pada penelitian menyatakan
bahwa orang dengan merokok dapat meningkatkan risiko terserangnya
kanker serviks, dikarenakan zat nikotin serta racun yang lainnya yang
terdapat pada rokok masuk kedalam darah melalui asap rokok dan dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya cervical neoplasma atau
tumbuhnya sel-sel abnormal pada leher rahim. Cervical neoplasma adalah
kondisi awal berkembangnya kanker serviks didalam tubuh seseorang.
6. Penggunaan KB Jangka Panjang
Penggunaan pil KB dalam jangka lama yakni lebih dari 5 tahun juga akan
meningkatkan risiko terserangnya kanker serviks.
7. Kekebalan Tubuh
Seseorang yang telah terinfeksi HIV dan hasil dari Pap Smear yang
abnormal, seseorang yang menderita gizi buruk dan melakukan diet ketat,
serta wanita yang rendah mengonsumsi vitamin A, C dan E setiap hari
akan menyebabkan menurunnya sistem kekebalan pada tubuh, sehingga
orang tersebut sangat mudah untuk terinfeksi oleh berbagai virus termasuk
virus HPV.
8. Ras
Ras juga salah satunya yang menjadi faktor terjadinya kanker serviks.
Pada ras Afrika - Amerika kejadian kanker serviks lebih tinggi dari ras
Amerika - Hispanik. Sementara Asia - Amerika memiliki tingkat kejadian
yang sama dengan warga amerika. Selain faktor-faktor diatas, ada
beberapa faktor lain yang diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya
kanker serviks, antanya adalah :
a. Faktor Alamiah
Faktor secara alami yang dimaksud adalah terjadinya kanker serviks
pada wanita yang berusia diatas 40 tahun. Semakin tua usia seseorang
maka semakin rentan pula untuk terkena kanker serviks.
b. Faktor Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang tidak boleh di sepelekan. Masalah
kebersihan sangat terkait erat dengan mulut rahim. Salah satu akibat
yang timbul akibat jarang menjaga kebersihan vagina adalah
keputihan. Jika dibiarkan, keputihan akan bisa berakibat terjadinya
kanker serviks.
c. Penyakit Menular Seksual (IMS)
Penyakit ini merupakan penyakit yang ditularkan akibat hubungan
seksual secara bebas. Jika dibiarkan, penyakit ini juga akan memicu
terjadinya kanker serviks.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal , kanker
serviks stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan
penyakit ini pada umumnya dirasakan oleh penderita kanker stadium
lanjut. Gejala-gejala umum yang terjadi pada penderita kanker ini adalah :
a. Ada bercak atau perdarahan setelah berhubungan seksual,
b. Ada bercak atau perdarahan di luar masa haid,
c. Ada bercak atau perdarahan pada masa menopause,
d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari
biasanya, atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun
sudah diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya
adalah:
a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact
bleeding)
b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal
c. Pendarahan diluar siklus menstruasi
d. Penurunan berat badan yang drastis
e. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan
menderita keluhan nyeri punggung
f. Hambatan dalam berkemih
D. Klasifikasi Stadium Kanker Serviks
Menurut Tanto (2015), Klasifikasi stadium TNM (Tumor Node
Metastases) dan FIGO (The Internasional Federation of Gynecology and
obstetrics) sebagai berikut:
Klasifikasi Klasifikasi Keterangan
TNM FIGO
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ditemukan adanya tumor primer
Tisb Carsinoma in situ (karsinoma prainvasif)
T1 I Karsinoma serviks yang terbatas pada uterus
(ekstensi sampai ke korpus tidak dihiraukan)
T1ac IA Karsinoma yang didiagnosis hanya secara
mikroskopik. Invasi stroma dengan kedalaman
maksimal 5.0 mm yang diukur dari dasar epitel dan
penyebaran secara horiziontal sebesar ≤ 7.0 mm.
Keterlibatan ruang vaskular, vena atau limpatik
tidak mempengaruhi klasifikasi.
T1a1 IA1 Invasi stroma dengan kedalaman ≤ 3.0 mm dan
penyebaran horiziontal ≤ 7.0 mm.
T1a2 IA2 Invasi stroma dengan kedalam > 3.0 mm tetapi ≤
5.0 mm dengan penyebaran ≤ 7.0 mm.
T1b IB Lesi tampak secara klinis terbatas pada serviks atau
lesi mikroskopik > T1a/IA2.
T1b1 IB1 Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T1b2 IB2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2 II Karsinoma serviks dengan invasi yang melewati
uterus tetapi tidak mencapai dinding pelvis atau
sepertiga bawah.
T2a IIA Tumor tanpa invasi parametrium
T2a1 IIA1 Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2a2 IIA2 Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi
terbesar.
T2b IIB Tumor dengan invasi parametrium
T3 III Tumor meluas hingga dinding pelvis dan atau
melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau
menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T3a IIIA Tumor meluas hingga sepertiga bawah vagina tanpa
perluasan ke dinding pelvis.
T3b IIIB Tumor meluas hingga ke dinding pelvis dan atau
menyebutkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T4 IV Karsinoma telah meluas melewati pelvis atau telah
mencapai mukosa kandung kemih atau rektum
(terbukti melalui biopsi).
T4a IVA Penyebaran mencapai organ sekitar.
T4b IVB Penyebaran mencapai organ yang jauh.

E. Patofisiologi
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma
Virus (HPV) tipe onkogenik (yang berpotensi menyebabkan kanker).
Telah terbukati virus HPV telah menginfeksi dan menyebabkan
kanker serviks dengan prevalensi di dunia sebesar 99,7%.
Infeksi HPV terjadi setelah wanita melakukan hubungan
seksual. Sudah banyak virus HPV ini menyerang wanita dengan
prevalensi 80% dari wanita yang terinfeksi sebelum usia 50 tahun.
Sebagian infeksi HPV bersifat hilang timbul, oleh karena itu banyak
wanita yang tidak menyadarinya dan menimbulkan kerusakan
lapisan lendir menjadi prakanker.
Tetapi tidak semua virus HPV berkembang menjadi kanker
serviks. Sebagian besar virus HPV (sekitar 50-70%) akan
menghilang melalui respon imun alamiah setelah melalui masa
beberapa bulan hingga dua tahun.
Diperkirakan bahwa setiap satu juta wanita yang terinfeksi
HPV tipe onkogenik, hampir 10% (sekitar 100.000) akan mengalami
perubahan sel serviks prakanker (dysplasia serviks). Dari angka
tersebut, sekitar 8% (sekitar 8.000) akan mengalami perubahan
prakanker pada sel-sel yang terdapat permukaan serviks (carcinoma
in situ), dan sekitar 20% (sekitar 1.600) akan terus berkembang
menjadii kanker serviks jika terus dibiarkan tanpa ada tindakan
pengobatan.
Perkembangan dari infeksi HPV onkogenik akan mejadi
kanker serviks jika infeksi ini menetap di beberapa sel yang terdapat
di serviks (sel epitel pipih atau lonjong di zona transformasi serviks).
Sel-sel ini sangat rentan terhadap infeksi HPV, dan jika sel ini telah
terinfeksi maka ia akan berkembang melampui batas wajar atau
abnormal dan akan mengubah susunan sel di dalam serviks.
Perkembangan sel abnormal pada epitel serviks dapat
berkembang menjadi prakanker yang disebut Cervical Intraepithelial
Neoplasia (CIN). Jika memperhatikan infeksi HPV onkogenik ini
secara persisten, maka akan ditemukan tiga pola utama pada
prakanker dimulai dengan infeksi pada sel serta perkembangan sel-
sel abnormal hingga dapat berlanjut menjadi intraepithelial neoplasia
dan pada akhirnya menjadi kanker serviks. Dari serviks HPV sampai
terjadinya kanker ini memerlukan waktu cukup lama, sekitar 20
tahun. Tahapan perkembangan sel-sel abnormal hingga menjadi
kanker serviks adalah, sebagai berikut :
1. Cervical Intraepithelial Neoplasia I (CIN I) atau Grade Squamous
Intraepithelial Lesions (GSILs). Dalam tahap ini, terjadi
perubahan yaitu sel yang terinfeksi HPV onkogenik akan
membuat partikel-partikel virus baru.
2. Cervical Intraepithelial Neoplasia II (CIN II) atau High Grade
Squmous Intraepithelial Lesions (HSILs). Dalam tahap ini, sel-
sel semakin menunjukan gejala abnormal prakanker.
3. Cervical Intraepithelial Neoplasia III (CIN III). Dalam tahap ini,
lapisan permukaan serviks dipenuhi dengan sel-sel abnormal dan
semakin menjadi abnormal.
4. Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang atau
menunjukan kehadiran lesi prakanker, seperti CIN I, CIN II, CIN
III dan Carcinoma In Situ (CIS).
5. Kanker serviks yang semakin invasive yang berkembang dari
CIN
III.

F. Pathway

G. Penatalaksanaan
Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum
berdasarkan stadium kanker serviks:

STADIUM PENATALAKSANAAN
0 Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ia Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ib, IIa Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul
dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat
metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
IVa, IVb Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi

Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang


bisa dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi),
kemoterapi, atau kombinasi metode-metode tersebut:
1. Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker
serviks stadium I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah
bening di panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan
dengan tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil di
kemudian hari.
b. Histerektomi total
Mengangkat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher
rahim, rahim, dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini
disebut salpingo-ooforektomi.
e. Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat
apakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah
histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar getah bening,
itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian lain
dari tubuh.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang
menderita kanker serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan
dengan kanker serviks tahap awal dapat memilih terapi sebagai
pengganti operasi. Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi
untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang masih di
daerah tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang
bagian-bagian selain kanker serviks mungkin perlu diterapi radiasi
dan kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel –
sel di daerah yang diobati. Ada dua jenis terapi ini:
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul
atau jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan
biasanya di berikan di rumah sakit. Penderita mungkin
menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama beberapa
minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapa
menit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu
zat radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita
mungkin harus tinggal di rumah sakit sementara sumber
radioaktif masih berada di tempatnya (sampai 3 hari).

Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi


diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi. Radiasi pada
perut dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau
masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di
daerah genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat
menjadi merah dan kering.
3. Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun
1950-an dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran
kanker yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk
membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang dikombinasikan
dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini
biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus. Jadwal
pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan
sekali sebulan. Efek samping yang terjadi terutama tergantung
pada jenis obat-obatan yang diberikan dan seberapa banyak
kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi
juga dapat membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan
cepat, yaitu:
a. Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang
sehat, penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah
memar atau berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel – sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut
penderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan
mengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan
muntah, diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati
rasa di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan
keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki bengkak.

Menurut Reeder dkk (2013), penataalksanaan pada kanker serviks yaitu:


1. Stadium I
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerektomi
atau dengan radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah
serviks.
2. Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan
limfadektomi bilateral.
3. Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks
sampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya
dengan radioterapi.

Anda mungkin juga menyukai