Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.


Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau


sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3
kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%)
dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%)
dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai
28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada
tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia sekitar 80.000.000.

Berdasarkan data perserikatan bangsa-bangsa (PBB) tentang world population


Aging, diperkirakan pada tahun 2015 terdapat 901 juta jiwa penduduk lanjut usia
didunia. Jumlah tersebut diproyeksikan terus meningkat mencapai 2 miliar jiwa
pada thun 2050

Seperti halnya yang terjadi di Negara-negara di dunia, Indonesia juga


mengalami penuaan penduduk. Tahun2019, jumlah lansia Indonesia
diproyeksikan akan meningkat menjadi 27,5 juta atau 10,3 %, dan 57,0 juta jiwa
atau 17,9% pada tahun 2045 (BPS,UNFPA 2018)

Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat


proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lanjut usia.
Hasil Riskesdas 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit Tidak
Menular (PTM) antara lain hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM).

Untuk mewujudkan kesehatan lansia sehat, mandiri, berkualitas dan produktif


harus dilakukan pembinaan kesehatan sedini mungkin selama siklus kehidupan
manusia sampai memasuki fase lanjut usia dengan memperhatikan faktor-faktor
resiko yang harus dihindari dan faktor-faktor protektif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan terhadap lansia
di Puskesmas Bangko adalah “Home Care”.

1
Home care adalah perawatan dirumah bagi mereka dengan kebutuhan khusus
yang membutuhkan perawatan yang berkelanjutan dirumah, biasanya
diperuntukkan untuk pasien lansia, pasien dengan sakit kronis.

Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang
di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada
di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia
(Yonata, 2016). Penyakit terbanyak pada usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013 adalah hipertensi. dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64
tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada usia ≥ 75 tahun (Infodatin
Kemenkes RI, 2016).

Berdasakan wilayah kerja Puskesmas Bangko, jumlah kunjungan pada lansia


didalam dan luar gedung berjumlah 707 0rang di tahun 2019. Dimana target
pasien lansia yang di Home Care diwilayah kerja Puskesmas Bangko berjumlah
194 orang, dengan capaian 132 Orang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah tentang “


Pelayanan Hipertensi Sesuai Permenkes No 67 tahun 2015 tentang pelayanan
kesehatan lanjut usia dan Permenkes no 4 tahun 2019 tentang SPM (Standar
Pelayanan Minimal) pada pasien Lansia Home Care di Puskesmas Bangko tahun
2019”.

1.3. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia yang ada
diwilayah Puskesmas Bangko, untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan kunjungan rumah, lansia diharapkan:
a) Menumbuhkan kemampuan dan kesadaran para lansia akan
potensi yang dimilikinya untuk mandiri dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari

2
b) Menekan terjadinya peningkatan penyakit hipertensi dan
mencegah terjadinya komplikasi di wilayah kerja Puskesmas
Bangko.

1.4. Manfaat penulisan

1. Bagi Pasien
a) Mengetahui bagaimana pelayanan program home care yang ada
di Puskesmas Bangko.
b) Agar para lanjut usia tetap sehat sehingga mandiri dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari
c) Agar pasien mengetahui bahwa penyakit kronis terutama
Hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol
dengan gaya hidup sehat.

2. Bagi tenaga kesehatan


a) Menambah wawasan tenaga kesehatan untuk meningkatkan
progam home care.
b) Meningkatkan kembali penyuluhan tentang penyakit kronis,
agar masyarakat dapat mencegah sedini mungkin sehingga
masyarakat dapat hidup sehat hingga usia lanjut.

c) Agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan


kesehatan sesuai standar.

3. Bagi pemerintah daerah


Sebagai sumber informasi kepada Stakeholder/ penentu kebijakan
dalam pengambilan keputusan dan penetapan konsep berbasis
kesehatan.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Lanjut Usia


1.1.1. Defenisi
Menua ( menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /
mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (darmojo.2014)
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari
usia 60 tahun. Menurut permenkes RI No 67 tahun 2019 lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.

Defenisi lansia menurut undang-undang:

1. Uu no 4 tahun 1965 yang memberikan pengertian bahwa lansia


adalah seseorang yang mencapai usia 55 tah, tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari orang lain
2. UU no.12 tahun1998 tentang kesejahteraan lansia, yang
menyatakan bahwa lansia adalah yang mencapai usia diatas 60
tahun.

1.1.2. Batasan Umur Lanjut Usia

Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia darn


pendapat berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008) :

Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1


ayat II yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 tahun keatas”

Menurut WHO:

1. Usia pertengahan : 45-59 tahun


2. Lanjut usia : 60 – 74 tahun
3. Lanjut usia tua : 75- 90 tahun
4. Usia sangat tua : diatas 90 tahun

4
1.1.3. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa


perubahan yang akan terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan
fisik,intlektual, dan keagamaan.

1. Perubahan fisik Sel

Saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan
berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebuh besar
sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proposi
protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati berkurang.
a) Sistem persyarafan,
Keadaan system persyarafan pada lansia akan mengalami
perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra
pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran seperti
hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra
penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada kornea,
hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapang pandang.
Pada indra peraba akan terjadi seperti respon terhadap nyeri
menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra pembau
akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan otot pernafasan,
sehingga kemampuan membau juga berkurang.
b) Sistem gastrointestinal
Pada lansia akan terjadi menurunya selara makan , seringnya
terjadi konstipasi, menurunya produksi air liur(Saliva) dan gerak
peristaltic usus juga menurun.
c) Sistem genitourinaria
Pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan sehingga aliran
darah ke ginjal menurun.
d) Sistem musculoskeletal
Pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan makin rapuh,
keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan tendon
mengerut.
e) Sistem Kardiovaskuler
Pada lansia jantung akan mengalami pompa darah yang menurun
,ukuran jantung secara keseluruhan menurun dengan tidak
adanya penyakit klinis, denyut jantung menurun , katup jantung
pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi lipid.
Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia karena hilangnya

5
distensibility arteri. Tekanan darah diastolic tetap sama atau
meningkat.

2. Perubahan intelektual

Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah


(2012), akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada
kemampuan otak seperti perubahan intelegenita Quantion ( IQ)
yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan
masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang.
Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan
kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk
menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga
kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.

3. Perubahan keagamaan

Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya


lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal
tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan
kehidupan dunia.

6
1.2. HOME CARE PADA LANSIA

1.2.1. Defenisi

Dapertemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care


adalah pelayanan kesehatan yang berkesinabungan dan komperhensif yang
diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.

Home care adalah komponen dari pelayan kesehatan yang disediakan


untuk individu dan keluarga ditempat tinggal mereka dengan tujuan
mempromosikan, mempertahankan, atau memaksimalkan level kemandirian
serta meminimalkan efek ketidakmampuan dan kesakitan termasuk di
dalamnya penyakitnya terminal. Defenisi ini menggabungkan komponen dari
home care yang meliputi pasien, keluarga, pemberian pelayanan yang
professional (multidisiplin) dan tujuannya, yaitu untuk membantu pasien
kembali pada level kesehatan optimum dan kemandirian (Bukit, 2008).

Neis dan Mc. Ewen (2010) menyatakan home care adalah system
dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada
orang-orang cacat atau orang-orang yang bagus harus tinggal di rumah kerena
kondisi kesehatannya.

Menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depertemen


Kesehatan RI dalam makalahnya pada seminar Nasional 2007 tentang Home
Care: “Bukti Kemandirian Perawat” menyebutkan bahwa pelayanan
kesehatan di rumah sebagai salah satu bentuk praktik mandiri.. Pelayanan
keperawatan di rumah merupakan sintesis dari pelayanan keperawatan
kesehatan komunitas dan ketrampilan teknis keperawatan klinik yang berasal
dari spesialisasasi keperawatan tertentu. Pelayanan keperawatan kesehatan,
memelihara ,dan meningkatkan kesehatan fisik, mental, atau emosi pasien.
Pelayanan diberikan di rumah dengan melibatkan pasien dan keluarganya
atau pemberi pelayanan yang lain.

Dari beberapa literature yang didapatkan home care dapat


didefenisikan sebagai berikut:

1. Perawatan di rumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari


rumah sakit yang sudah termasuk rencana pemulangan dan dapat
dilaksanakan oleh perawat rumah sakit semula oleh perawat

7
komunitas dimana pasien berada atau tim keperawatan khusus
yang menangani perawatan dirumah.
2. Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan
keluarga sebagai tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau
puskesmas.
3. Pelayanan kesehatan berbasis di rumah merupakan suatu
komponen rentang keperawatan kesehatan yang
berkesinanambungan dan komperhensif diberikan kepada individu
dan keluarga di tempat tinggal mereka.
4. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan
keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan oleh
pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi pelayanan di
rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja
atau kontrak (Warola, 1980. Dalam pengembangan model praktek
mandiri keperawatan di rumah yang disusun PPNI dan Departemen
Kesehatan).

1.2.2. Tujuan Home Care

Pendirian home care secara umum bertujuan untuk


meningkatkan kualitas hidup usia lanjut, sedang rehabilitatis yaitu
pencegahan sekunder dan tertier yaitu pengobatan kronik penderita
keganasan/penyakit lainnya serta menghambat laju penyakit dan
menghambat timbulnya keterbatasan-keterbatasan disability sehingga
penderita dapat mempertahankan otonominya selama mungkin.

Secara khusus, tujuan yang diharapkan dari Pendampingan dan


Perawatan lanjut usia di rumah (Stanhope & Lancaster, 1990) adalah:

1. Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk menyesuaikan diri


terhadap proses perubahan dirinya secara Fisik, mental dan sosial.
2. Terpenuhinya kebutuhan dan hak lanjut usia agar mampu berperan
dan berfungsi di masyarakat secara wajar.
3. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam
pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah.
4. Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut usia baik
di rumah maupun di lingkungan sekitarnya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan


kesehatan dirumah “Home Care” diberikan kepada individu dan
keluarga baik keluarga dengan lansia di rumah tinggal mereka yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu atau profesi dalam suatu tim

8
kesehatan yaitu Tim Home Care untuk melakukan perawatan
kesehatan di rumah dengan tujuan untuk memberikan kondisi yang
sehat secara optimal dan terbebas/terkontrolnya pasien dari penyakit
yang diderita.

1.2.3. Jenis pelayanan Home Care

Jenis pelayan an Home Care Kabupaten Merangin terdiri atas:


a) pelayanan Care Follow Up yaitu pemberian pelayanan home
care yang diberikan kepada pasien yang membutuhkan
perawatan lanjutan setelah perawatan di Rumah Sakit guna
memaksimalkan proses penyembuhan pasien.
b) Pelayanan Home Care Emergency yaitu pemberian pelayanan
medis / keperawatan untuk pasien gawat darurat baik berupa
pertolongan pertama, terapi maupun fasilitas rujukan bila
dibutuhkan.
c) Pelayanan Home Care Visit yaitu pelayanan medis /
keperawatan untuk pasien yang memiliki ketidakmampuan
untuk datang kefasilitas pelayanan kesehatan karena indikasi
medis.

1.3. TEKANAN DARAH

1.3.1. Defenisi tekanan darah

Tekanan darah adalah gaya (atau dorongan) darah ke dinding


arteri saat darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh. Istilah
tekanan darah biasanya mengacu pada tekanan darah arteri di sistem
sirkuit aorta dan cabangnya. Tekanan darah arteri terbesar selama
kontraksi ventrikel dimana darah dipompa ke aorta dan cabangnya.
Tekanan ini disebut tekanan darah sistolik, normal rata-rata biasanya
120 ±10 mmHg ketika diukur dalam arteri brakialis. Tekanan arteri
terendah yang terjadi selama ventrikel relaksasi. Tekanan ini disebut
tekanan darah diastolik, normal rata-rata biasanya 80 ± 10 mmHg.

1.3.2. Klasifikasi tekanan darah


Tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok:
1. Tekanan darah rendah (hipotensi)
2. Tekanan darah normal (normotensi)
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

9
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO-ISH, ESH-ESC, dan JNC 7.

1.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah

Terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi tekanan


darah yaitu cardiac output, volume darah, peripheral resistance, dan
viskositas darah. Cardiac output adalah volume darah yang dipompa
oleh jantung dalam satu menit. Ditentukan oleh denyut jantung dan
volume darah yang dipompa pada setiap kontraksi. Peningkatan atau
penurunan cardiac output membuat perubahan yang sebanding pada
tekanan darah. Perubahan cardiac output terjadi terutama oleh
perubahan denyut jantung.

Volume darah mungkin menurun jika terjadi pendarahan


parah, muntah, diare, atau asupan air yang berkurang. Segera setelah
cairan yang hilang diganti, tekanan darah kembali normal. Sebaliknya,
jika tubuh mempertahankan terlalu banyak cairan, volume darah dan
tekanan darah akan meningkat.
Peripheral resistance adalah gesekan darah terhadap dinding
pembuluh darah. Arterioles berperan penting dalam mengontrol
tekanan darah dengan mengubah diameternya, yang mengubah
peripheral resistance. Ketika arterioles konstriksi, peripheral
resistance dan tekanan darah meningkat dan sebaliknya ketika
arterioles dilatasi, peripheral resistance dan tekanan darah menurun.

10
Viskositas (kekentalan) adalah resistensi cairan untuk
mengalir. Sebagai contoh, air memiliki kekentalan yang rendah,
sedangkan madu memiliki kekentalan yang tinggi. Kekentalan darah
ditentukan oleh konsentrasi sel darah dan protein plasma, sehingga
peningkatan salah satu faktor-faktor ini meningkatkan kekentalan
darah, yang nantinya akan meningkatkan tekanan darah.

Menurut Cortas (2008), mengatakan prevalensi terjadinya


hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung
dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Den-sity Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor
pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut
dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
umur 45 - 55 tahun sebelum lanjut usia. Pada umur lebih dari 65
tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria
yang diakibatkan faktor hormonal.

1.3.4. Faktor Penyebab

Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat


keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah atau
dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak
jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan minum-minuman beralkohol,
obesitas, kurang aktivitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Kemenkes
RI, 2013).

Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki


berat badan lebih atau obesitas dari 20% dan hiperkolesterol
mempunyai resiko yang lebih besar terkena hipertensi. Pada umumnya
penyebab obesitas atau berat badan berlebih dikarenakan pola hidup
(Life style) yang tidak sehat (Rahajeng & Tuminah, 2009).
Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi
biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi secara bersama-sama sesuai

11
dengan teori mozaik pada hipertensi esensial. Teori esensial
menjelaskan bahwa terjadinya hipertensi disebabkan oleh faktor yang
saling mempengaruhi, dimana faktor yang berperan utama dalam
patofisiologi adalah faktor genetic dan paling sedikit tiga faktor
lingkungan yaitu asupan garam, stres, dan obesitas (Dwi & Prayitno
2013).

1.3.5. Penatalaksanaan Hipertensi

Agar penatalaksanaan hipertensi pada kelompok lanjut usia


dapat berjalan dengan optimal, perlu diimbangi dengan penerapan
gaya hidup sehat sebagai perilaku sehari hari. Dampak modifikasi
gaya hidup terhadap penurunan tekanan darah tinggi sebag ai berikut:
Modifikasi Perkiraan penurunan tekanan darah
(mmhg)
Batasi konsumsi garam 1 2-8
sendok the perhari
Banyak makan sayur dan 8-14
buah-buahan
Melakukan aktifitas fisik 30 4-9
menit perhari
Indeks massa tubuh 5-20
Pada kelompok lanjut usia perlu diperhatikan bahwa dalam
menurunkan tekanan darah dengan penggunaan obat harusdilakukan
secara bertahap dan hati-hati agar tidak menimbulkan hipotensi
ortostatik
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita
hipertensi adalah sebagai berikut: (Kemenkes RI, 2013)
a) Makanan yang memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi, seperti
otak, ginjal, paru, minyak kelapa.
b) Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium,
seperti biskuit, kreker, keripik, dan makanan kering yang asin.
c) Makanan yang diawetkan, seperti dendeng, asinan sayur atau
buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai
kacang.
d) Susu full cream, margarine,mentega, keju mayonnaise, serta
sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging
merah sapi atau kambing, kuning telur, dan kulit ayam.

12
e) Makanan dan minuman dalam kaleng, seperti sarden, sosis,
korned, sayuran serta buah-buahan kaleng, dan soft drink.
f) Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus
sambal, tauco, serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandung garam natrium.
g) Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian
dan tape.

1.3.6. Mekanisme pelayanan hipertensi sesuai dengan SPM

1. Penetapan sasaran penderita hipertensi ditetapkan oleh Kepala


Daerah dengan menggunakan data RISKESDAS terbaru yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan hipertensi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang meliputi :
a) Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal satu kai sebulan
di fasilitas pelayanan kesehatan.
b) Edukasi perubahan gaya hidup dan / kepatuhan minum obat.
c) Melakukan rujukan jika diperlukan.
Keterangan: tekanan darah sewaktu (TDS) lebih dari 140 mmhg
ditambahkan pelayanan terapi farmakologi.

BAB III
PEMBAHASAN

13
3.1. Pelayanan hipertensi pada lansia yang di Home Care di
wilayah kerja puskesmas bangko

1. Sesuai dengan latar belakang dan landasan teori diatas bahwa


pelayanan Home Care di Puskesmas Bangko, terdiri dari tim layanan
terpadu yaitu
a) Dokter
b) Bidan
c) Perawat
d) ahli gizi
e) Petugas laboratorium
f) Petugas farmasi.

2. Kriteria pasien yang diHome Care diwilayah kerja Puskesmas Bangko


adalah:
a) usia >60 tahun
b) Lansia dengan semua penyakit yang dialami pasien dan tidk dapat
mengunjungi fasilitas peplayanan kesehatan karena indikasi medis
c) Lansia dengan kegawatdaruratan medis.

3. Langkah-langkah kegiatan Home Care tersebut


1. Petugas mendata pasien di buku Home Care Lansia. (data pasien
bisa didapat dari Bides, kader lansia ataupun masyarakat
diwilayah kerja Puskesmas Bangko)
2. Petugas akan mendata pasien yang nantinya akan di jadwalkan
sesuai dengan wilayah kerja Puskesmas Bangko.
3. Petugas melakukan anamnesa kepada pasien dan keluarga pasien..
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan pasien.
5. Petugas melakukan pemeriksaan laboratorium untuk membantu
menentukan diagnosis penyakit.
6. Petugas menentukan diagnosis
7. Petugas memberikan terapi yang dibutuhkan
8. Petugas memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien
tentang penyakit yang dideritanya.
9. Petugas mencatat perkembangan pasien kedalam buku catatan
perkembangan pasien.
10.Petugas akan mendiskusikan hasil pelayanan untuk dievaluasi dan
rencana tindak lanjut pasien.

14
Jadwal Kegiatan Home Care
DESA JUMLAH KUNJUNGAN
KUNGKAI 2x
PASAR ATAS 2x
PASAR BANGKO 1x
SUNGAI KAPAS 3x

3.2. Data dasar lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Tahun 2019.

Wilayah kerja Puskesmas bangko Laki-laki Perempua Jumlah


n
Pasar Atas 64 57 121
Pasar Bangko 53 63 116
Kungkai 105 116 221
Sungai Kapas 134 183 317
TOTAL 356 419 775

Dari data diatas didapatkan sasaran Lansia di Puskesmas Bangko adalah 775
orang, dengan laki-laki 356 orang, dan perempuan 419orang.

3.3. Jumlah kunjungan pelayanan kesehatan lansia sesuai standar (skrining)


dalam / luar gedung di Puskesmas Bangko Tahun 2019.

Bulan 60.69H L+P >70 th L+P Jlh Kumulatif %


L P L P
Jan 25 33 58 19 8 27 85 85 10,9%

15
Feb 39 69 108 26 35 61 169 254 32,8%
Mar 15 46 61 12 13 25 86 340 43,8%
Apr 7 17 24 7 7 14 38 378 48,7%
Mei 6 5 11 2 3 5 16 394 50,9%
Juni 17 24 41 10 14 24 65 459 59,2%
Juli 5 7 12 2 6 8 20 479 61,8%
Agus 13 14 27 1 0 1 28 507 65,4%
Sep 13 10 23 1 6 7 30 537 69,2%
Okt 12 17 29 0 4 4 33 570 73,5%
Nov 8 26 34 6 10 16 50 620 80%
Des 31 42 73 8 6 14 87 707 91,2%

dari data diatas didapatkan jumlah kunjungan lansia tahun 2019 adalah 707 orang.
707
Jadi cakupan pelayanan lansia x 100% = 91,2 %
775

3.4.Cakupan lansia yang di Home Care di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko


Tahun 2019

Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Laki-laki Perempuan Jumlah


Pasar Atas 17 16 33
Pasar Bangko 8 10 18
Kungkai 9 30 39
Sungai Kapas 13 29 42
TOTAL 47 85 132

Dari data di atas didapatkan jumlah total lansia yang di lakukan home care adalah
132 Orang, dengan 47 orang laki-laki dan 85 orang perempuan.
a) Target lansia home care yang harus dipenuhi:
25
x 775=194 orang
100
b) Cakupan pelayanan lansia yg di home care
132
x 100 %=68,04 %
194

3.5. Kunjungan pelayanan Home Care setiap bulannya tahun 2019

Bulan Wilayah Jumlah


Kunjungan

16
Psr Atas Psr Bangko Kungkai Sei. Kapas

Jan 15 10 13 20 58
Feb 20 12 12 20 64
Mar 20 10 13 22 65
Apr 18 15 13 25 71
Mei 16 11 14 25 66
Jun 20 15 15 23 73
Jul 22 15 15 25 77
Ags 18 12 13 22 73
Sep 20 14 15 33 82
Okt 15 12 11 39 72
Nov 18 11 20 12 61
Des 25 15 20 45 105
Jumlah 227 137 174 311 867

3.6. Diagnosis pasien lansia laki-laki Puskesmas Bangko yang di Home Care
tahun 2019

Wilayah kerja Laki-laki


Puskesmas Bngko
HT DM GOUT PENYAKIT LAINNYA
Pasar Atas 12 1 3 3
PAsar Bangko 4 2 1 5
Kungkai 7 2 1 2
Sungai Kapas 13 1 11
Jumlah 36 6 5 21
Dari tabel diatas didapatkan pasien hipertensi pada laki-laki adalah 36 orang.

3.7. Diagnosis pasien lansia Perempuan Puskesmas Bangko yang di Home


Care tahun 2019

Wilayah kerja Perempuan


Puskesmas Bangko
HT DM GOUT PENYAKIT LAINNYA

17
Pasar Atas 13 4 3 3
PAsar Bangko 11 3 2 5
Kungkai 22 4 7 7
Sungai Kapas 25 4 5 15
Jumlah 71 15 17 30
Dari table diatas didapatkan pasien hipertensi pada perempuan yaitu 71 orang.

3.8. Cakupan Lansia dengan Hipertensi yang di Home Care di


Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Tahun 2019

Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Laki-laki Perempuan Jumlah


Pasar Atas 12 13 25
Pasar Bangko 4 11 15
Kungkai 7 22 29
Sungai Kapas 13 25 38
TOTAL 36 71 107

Dari tabel di atas didapatkan jumlah total lansia dengan hipertensi yang di
lakukan home care adalah 107 Orang, dengan 36 orang laki-laki dan 71 orang
perempuan.

Dari data diatas dapat disimpulkan penyakit terbanyak pada pasien lansia
yang di Home Care adalah hipertensi. Dimana pada pasien hipertensi yang di
Home Care sudah dilakukan:
1. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan vital sign
b. Anamnesa
c. Pemeriksaan fisik

2. Edukasi
a. Pembatasan asupan garam
b. Mengurangi makanan berlemak
c. Berolah raga
d. BB yang berlebihan
e. Menghindari stress
3. Pengobatan

18
a. Obat anti hipertensi
4. Rujukan
Bila diperlukan

LAMPIRAN

Dokumentasi Pelayanan pasien hipertensi pada lansia yang di Home Care.

19
melakukan pemeriksaan tekanan darah

Melakukan pemeriksaan fisik

Pemberian edukasi pada pasien

20
Pemberian informasi obat kepada pasien

21
Pemeriksaan laboratorium pada pasien lansia

22
BAB IV

PENUTUP

23
4.1. Kesimpulan

Seperti halnya yang terjadi di Negara-negara di dunia, Indonesia juga


mengalami penuaan penduduk. Tahun2019, jumlah lansia Indonesia
diproyeksikan akan meningkat menjadi 27,5 juta atau 10,3 %, dan 57,0
juta jiwa atau 17,9% pada tahun 2045.

Dari jumlah total lansia yang di lakukan home care diwilayah kerja
puskesmas Bangko adalah 132 Orang, dengan 47 orang laki-laki dan 85
orang perempuan. lansia dengan hipertensi yang di lakukan home care
adalah 107 Orang, dengan 36 orang laki-laki dan 71 orang perempuan.

Dari data diatas lansia pada perempuan mempunyai resiko lebih besar
untuk terkena hipertensi dibandingkan laki-laki.
Pada lansia dengan hipertensi kebanyakan pasien aman untuk di rawat
dirumah, penderita hipertensi memerlukan pengawasan tekanan darah,
edukasi dalam pembatasan diet, dan pengawasan keteraturan minum
obat.

Dari kegiatan tersebut pelaksanaan homecare pada lansia dengan


hiperrtensi sudah dilakukan sesuai dengan Sesuai Permenkes No 67
tahun 2015 tentang pelayanan kesehatan lanjut usia dan Permenkes no 4
tahun 2019 tentang SPM (Standar Pelayanan Minimal)standar SPM yaitu
pemeriksaan tekanan darah, melakukan edukasi, dan melakukan rujukan
jika diperlukan dan memberi pengobatan jika tekanan darah lebih dari
140 mmhg.

4.2. Saran
Bagi tenaga kesehatan
1. Petugas yang menjalankan perawatan home care hendaknya sudah
memiliki SIP, harus kompeten dalam bidangnya, bertanggung jawab
terhadap tugasnya.
2. Diharapkan kepada petugas kesehatan dan kader-kader setiap desa
untuk melakukan penyuluhan tentang homecare dan penyakit tidak
menular..
3. Adanya kerja sama dari dinas kesehatan untuk peningkatan Homecare
di puskesmas bangko khusunya dalam sarana dan prasarana

Bagi pasien dan keluarga

24
Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat terbuka terhadap
petugas home care, mangikuti anjuran dari petugas Home Care,
membantu dalam proses tindakan keperawatan, dan dapat bersifat
kooperatif dalam menerima informasi dari petugas Home Care.

25

Anda mungkin juga menyukai