Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajer adalah seorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah


orang lain dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung jawabnya, untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tidak setiap orang yang ditunjuk
sebagai pemimpin bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik. Selain itu
tidak setiap pemimpin dapat menjadi pemimpin yang baik.

Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan


individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia
individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat
dari perilaku orang lain. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan
berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila
dikehendaki oleh kedua belah pihak.

Bawahan memerlukan rasa aman dan akan memperjuangkan untuk


melindungi diri dari ancaman yang bersifat semu. Atasan atau pimpinan
menciptakan kondisi untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif dengan
membentuk suasana yang dapat diterima oleh bawahan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori, konsep, dan prinsip dasar kepemimpinan-manajemen
keperawatan ?
2. Bagaimana fungsi, peran, dan tanggung jawab manajer keperawatan?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan: perbedaan dan penggunaannya?
4. Bagaimana penerapan teori, konsep, dan prinsip kepemimpinan-
manajemen di ruang rawat dan Puskesmas?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teori, konsep, dan prinsip dasar kepemimpinan-
manajemen keperawatan.
2. Untuk mengetahui fungsi, peran, dan tanggung jawab manajer
keperawatan.

3. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan: perbedaan dan penggunaannya.


4. Untuk mengetahui penerapan teori, konsep, dan prinsip kepemimpinan-
manajemen di ruang rawat dan Puskesmas.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori, Konsep, Dan Prinsip Dasar Kepemimpinan-Manajemen Keperawatan.

Istilah manajemen dan kepemimpinan sering diartikan hanya berfungsi


pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah
luas. Jika posisi anda sebagai ketua tim, kepala ruangan atau perawat
pelaksana dalam suatu bagian, Anda memerlukan suatu pemahaman tentang
bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan
asuahan keperawatan yang berkualitas. Sebagai perawat profesional, Anda
tidak hanya mengelola orang tetapi sebuah proses secara keseluruhan yang
memungkinkan orang dapat menyelesaikan tugasnya dalam memberikan
asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaaan kesehatan menuju arah
kesembuhan.
Seperti halnya kemerawatan,ilmu manajemen mengembangkan dasar
teori dari berbagai ilmu, seperti bisnis, psikologi, sosiologi, dan antropologi.
Karena organisasi bersifat kompleks dan bervariasi, maka pandangan teori
manajemen adalah bagaimana manajemen dapat berhasil dan apa yang harus
diperbaiki/diubah dalam mencapai suatu tujuan organisasi.
A. Ilmu Manajemen
Frederick W. Taylor adalah salah seorang tokoh dari bidang ilmu
manajemen. Pada awal tahun 1900an, ia mengemukakan bahwa teori
manajemen di ibaratkan sebagai suatu mesin. Penekanan utamanya adalah
produksi yang efisien dan cepat. Motivasi pekerja dan manajemen
dipengaruhi kepuasan dalam bekerja sama untuk meningkatkan produksi
Taylor dalam bukunya The Principles of scientific management (1911)
menganjurkan bahwa pekerjaan harus dipelajari secara ilmiah untuk
menentukan jalan terbaik dalam melaksanakan setiap tugas. Prinsip yang
dianut adalah menghasilkan produksi semaksimal mungkin dengan
pengeluaran energi yang minimal. Manajemen ilmiah ini membutuhkan

3
revolusi mental dan tanggung jawab moral yang tinggi dalam upaya mencapai
tujuan organisasi. Dengan kata lain, semua kegiatan harus direncakan sebaik
mungkin baik segi keuntungan maupun kerugiaannya berdasarkan parameter-
parameter ilmiah yang telah ditetapkan.
B. Prinsip Manajemen
1. Manajemen adalah kegiatan pengelolaaan dan pengambian keputusan.
2. Pengelolaan dan pengambilan keputusan selalu dihadapkan pada
ketidakpastian (unsertainty)
3. Untuk memperoleh tujuan pengambilan keputusan dan mengurangi
ketidakpastian diperlukan data, informasi, dan proses pengendalian.
C. Langkah-langkah dalam Pengembangan Kerja
Pengawasan pekerjaan yang terkendali melalui penelaahan waktu dan
gerak untuk menentukan tujuan penyelengaraan tugas yang paling efisien
dan terbaik adalah sebagai berikut.
1. Seleksi ilmiah utnuk mencari tenaga yang terbaik (sesuai kebutuhan
organisasi) dan dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.
2. Melatih tenaga yang terpilih untuk melakukan pekerjaan dengan cara
yang lazim dan terbukti efisien.
3. Memberikan imbalan (gaji) yang sesuai kepada para pegawai
berdasarkan kemampuan dan tanggung jawabnya, sebagai rangsangan
untuk bekerja lebih giat.
4. Mengangkat pegawai yang memiliki keahlian pada posisi manajerial
dan memberikan tanggung jawab untuk merencanakan program kerja
sesuai dengan metode yang dipilih.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang bertanggung jawab, yaitu dengan
pembuatan laporan secara teratur tentang kemajuan tugas yang
diembannya.
Max Weber, seorang ahli sosiologi jerman mengemukakan sebuah
ide yang sama dan mengembangkan teori Taylor. Weber berpendapat
perlunya suatu legalisasi, wewenang formal, dan aturan yang konsisten
untuk pegawai pada seyiap jabatan. Dia mengusulkan bawah birokrasi
merupakan rencana organisasi. Karakteristik birokrasi meliputi :

4
peraturan,pembagian tugas yang jelas, komitmen simioritas dan
peningkatan, serta hubungan yang baik antara atasan dan bawahan.
E. Manajemen Hubungan Antarmanusia (1930-1970)
Hubner (2006), menekankan bahwa jika manajemen memberikan
perhatian penuh kepada pegawai, maka hasil produksi akan meningkat
dengan mengabaikan kondisi lingkungan kerja,. Teori tersebut dikenal
dengan hawthorne effect, dimana seseorang akan merespon kejadian dan terus
belajar mana kalah mereka merasa terus diperhatikan dan didukung oleh
manajemen. Mayo (1930) juga menemukan bahwa lingkungan kelompok dan
sosial baik formal mamupun informal merupakan suatu faktor dalam
menentukan produktifitas perusahaan dan memungkinkan semua pegawai
ikut berpartisipasi dalam pengmabilan keputusan.
Douglas McGregor (1960) menekankan tentang pendapat Mayo (1930)
dengan teori yang dikemukakannya mengenai manajemen perilaku terhadap
pegawai (bagaimana memperlakukannya) yang berhubungan dengan
kepuasaan pegawai, teori tersebut dinamakan dengan teori X dan Y.
Teori X menekankan manajer agar percaya bahwa pegawai pada
dasarnya adalah malas dan tidak mempunyai keinginan untuk meningkatkan
produktivitas disuatu organisai, sehingga perlu adanya super visi secara terus
menerus dan arahan secara melekat. Sementara teori G menekankan manajer
agar percaya bahwa pegawainya senang bekerja dengan motivasi yang timbul
dari dalam dirinya serta berusaha untuk bekerja keras dalam mecapai tujuan
individu dan organsasi (lihat tabel 4.1). Perlu dicatat disini bahwa Mc Gregor
tidak merasa bahwa antara teori X dan Y bertentangan, tetapi lebih
merupakan suatu komponen yang berkesinambungan, sehingga manajer harus
menggabungkan komponen tersebut dalam mengelolo dan memimpin
pegawainya. Mc Gregor tidak melihat bahwa teorinya, khususnya teori Y,
merupakan teori yang paling tepat di aplikasikan dalam setipa organisasi. Dia
berpendapat bahwa teori tersebut tidak bisa berjalan dengan baik tanpa
adanya keputusan yang tepat dan penjelesan yang akurat dari seorang manajer
dalam mengasumsikan atau menilai bawahannya.

5
Chris Argyris (1964), mendukung teori dari Mc Gregor (1981) dan Mayo
yang menyatakan bahwa manajer yang terlalu dominan menyebakan pegawai
tidak termotivasi dan cenderung pasif. Jika harga diri dan otonomi pegawai
tidak terpenuhi, maka pegawai tersebut menjadi tidak termotivasi dengan
baik,membuat masalah, dan akhirnya keluar dari pekerjaannya. Dia
menekankan pentingnya pelibatan pegawai dalam mengambil suatu
keputusan dan adanya suatu organisasi yang fleksibel dalam manajemennya.

Tabe 4.1 Perbandingan Teori X,Y,Z Dauglas McGregor (Ouchi 1981)

Teori X Teori Y Teori Z

1. Menghindari pekerjaan 1. Senang bekerja 1. Menekankan pada teori


bila ada kesempatan humanistis
2. Mandiri
2. Tidak senang bekerja 2. Fokus motivasi yang
3. Mempunyai tanggung
lebih kepada karyawan
3. Harus diarahkan jawab
untuk meningkatkan
4. Mempunyai sedikit 4. Kreatif dan berkembang produksi
ambisi
5. Menggunakan 3. Karakteristik
5. Menghindar dari pendekatan ilmiah pengambilan keputusan
tanggung jwab bersama, masa bekerja yang
6. Menggunakan supervisi
lama dan bertahap,supervisi
6. Memerlukan supervisi seperlunya
tidak secara langsung.
ketat
7. Berminat dalam Menekankan pada
7. Termotivasi oleh menyelesaikan masalah pendekatan holistis
hukuman dan hadiah organisasi

6
2.2 Fungsi, peran, dan tanggung jawab manajer keperawatan
A. Wewenang Tugas dan Fungsi Manajer
Wewenang(authority) manajer meliputi wewenang formal maupun
wewenang informal(wewenang pribadi).
1. Wewenang formal :
Wewenang yang sah yang dimiliki seorang pemimpin karena
kedudukannya. Dengan wewenang ini pemimpin dapat mengarahkan,
memotivasi, memerintah bawahan sesuai dengan kehendaknya untuk
mencapai tujuan organisai. Wewnang ini dapat berupa top down
authorty(dari atas) maupun bottom-up authority(dari bawahan).
2. Wewenang informal atau wewenang pribadi :
Suatu wewenang yang ada pada diri seorang pemimpin karena
kewajibannya. Misalnya karena lebih senior, pendidikan lebih tinggi,
kebapakan, karena prestasi, dedikasi, loyalitas dan tidak tercela.
Wewenang formal dapat dilimpahkan atau didelegasikan sedang
wewenang infrmal tidak.
1. Tugas manajer menurut James A. F. Stoner dalah :
a. Seorang manajer memikul tanggung jawab.
b. Seorang manajer harus menjaga keseimbangan dalam mencapai tujuan
yang bersaing.
c. Manajer adalah seorang pemikir yang konseptual.
d. Manajer bekerja melalui orang lain.
e. Manajer adalah seorang penengah.
f. Seorang manajer adalah seorang politisi.
g. Manajer adalah seorang diplomat.
h. Manajer adalah pengambilan berbagai keputusan.
2. Fungsi kepemimpinan
a. Membuat keputusan.
b. Membuat kesetiaan pegawai.
c. Inisiatif(prakarsa), inovatif dan kreatif.
d. Memanfaatkan saran dan prasarana.
e. Mendelegasikan tugas dan wewenang pada bawahan.

7
f. Memberikan hukuman dan penghargaan.
g. Memberi petunjuk, menegur, memerintah, melarang, memeperbaiki
atau meluruskan.
A. Fungsi mamajer
1. Fungsi perencanaan
Kegiatan-kegiatan pokok perencanaan melalui penentuan tujuan,
penyusunan, program dan jadwal, penyusunan anggaran,
pengembangan prosedur, serta penetapan dan penafsiran kebijakan.
Perencanaaan perusahaan anatar lain meliputi produksi, pemasaran,
SDM, dan ketatausahaan.
2. Fungsi pengorganisasian
Termasuk fungsi ini antara lain menyusun struktur organisasi,
mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab serta menetapkan
hubungan antar bagian dalam organisasi. Itulah tiga pokok kegiatan
yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
3. Fungsi pelaksana kerja berdasarkan rencana yang telah disusun
Rencana baru berarti bila telah dilaksanakan. Agar dicapai hasil yang
diinginkan, manajer harus terlibat dalam pelaksanaan rencana kerja.
Tujuannya supaya dicapai koordinasi antar bagian dan kualitas proses
dan hasil produksi senantiasa terjaga.
4. Fungsi pengawasan
Manajer mengawasi apakah pelaksanaannya dan hasilnya telah sesuai
dengan apa yang telah direncanakan. Apakah perlu ada perbaikan dan
lain sebagainya. Dalam melaksanakan tugas yang cakupannya luas itu
manajer dibantu oleh beberapa kepala bagian produksi, kepala bagian
pemasaran, kepala bagian kepegawaian, dan kepala bagaian keuangan.
B. Tanggung jawab
1. Tanggung jawab manajer keperawatan
Adapun manajer pemula seperti kepala ruangan memiliki tanggung
jawab penuh dalam melaksanakan tugas-tugas manajerial yang lebih
banyak ke arah staffing and directing. Walaupun dalam

8
kenyataannya masukan dan saran kepala ruangan diperlukan demi
peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
2. Tanggung jawab kepemimpinan
Kepemimpinan yang juga merupakan seni dalam
mempengaruhiorang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai
tujuan, memerlukan tanggung jawab orang yang berfungsi sebagai
pemimpin. Menurut Drs. Hidjarchman Ranupandojo et.AL., dengan
menguntip pendapat Robert C. Miljus dalam buku “Effective
Leadership and motivation of Human Resourcers” (1992 : 152)
mengatakan bahwa tanggung jawab para pemimpin adalah sebagai
berikut :
a. Menentukan tujuan pelaksanaan kerja realitas(dalam arti
kuatitas, kualitas, keamanan dan sebagainya).
b. Melengkapi para karyawan dengan sumber-sumber dana yang
diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
c. Mengkomuniakasikan pada karyawan tentang apa yang
diharapkan dari mereka.
d. Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk mendorong
prestasi.
e. Mendelegasikan wewnang apabila diperlukan dan mengundang
partisipasi apabila mengemukakan.
f. Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang
efektif.
g. Menilai pelaksanaan pekerjaan yang mengkomunikasikan
hasilnya.
h. Menunjukan perhatian pada karyawan.
2.3 Pengembangan teori kepemimpinan
A. Teori bakat (trait theory)
Teori bakat menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin
dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik
tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain (Marquis an
Huston, 1998). Teori ini disebut juga sebagai Great Man Theory. Banyak

9
penelitian terhadap riwayat kehidupan untuk menguji teori ini. Teoir bakat
mengabaikan dampak atau pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi dan
lingkungan lainnya, tetapi menurut teori kontemporer kepemimpinan
seseorang dapat dikembangkan bukan hanya dari pembawaan sejak lahir.
Teori ini mengidentifikasi karakteristik umum tentang inteligensi,
personalitas dan kemampuan (perilaku).
Tabel 1.1 ciri-ciri pemimpin menurut teori bakat
Intelegensi Kepribadian Perilaku
Pengetahua Adaptasi Kemampuan bekerja
sama
Keputusan Kreatif Kemampuan
interpersonal
Kelancaran berbicara Kooperatif Kemampuan diplomasi
Siap ataus iaga Partisipasi sosial
Rasa percaya diri Prestise
Integritas
Keseimbangan emosi dan
mengontrol
Independen
Tenang
B. Teori perilaku
Teori perilaku lebih menekannkan pada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat
sebagai suatu rentang dari perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus
suatu produksi ke fokus pegawai. Menurut Vestal (1994) teori perilaku ini
dinamakan sebagai gaya kepemimpinan seorang manajer dalam suatu
organisasi.
Gaya diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik atau tersendiri.
Gaya didefinisikan sebagai hak istimewa tersendiri dari si ahli dengan
hasil akhir yang dicapai tanpa menimbulkan isu sampingan. Gilles (1996)
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dan diidentifikasikan berdasarkan
perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku seseorang dipengarhui oleh adanya

10
pengalaman bertahun-tahun dalan kehidupannya. Oleh karena itu
kepribadian seseorang seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan
yang digunakan. Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat
bervariasi dan berbeda-beda. Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya
kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain
sebagai berikut.
1. Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H, Scmitdt.
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan
melalui dua titik ekstrem yaitu kepemimpinan beefokus pada atasan
dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengauhi
oleh faktor manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi. Jika
pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus
didahulukan jika disbanding dengan kepentingan individu maka
pemimpin akan lebih otoritar akan tetapi jika bawahan mempunyai
pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisipasi maka
pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.
2. Gaya kepemimpinan menurut Likert
Likert dalam Nursalam (2002) mengelompkkan gaya kepemimpinan
dalam empat sistem.
a. Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe inni sangat otoriter mempunyai kepercayaan yang
rendah terhadap bawahannya, memotifasi bawahan melalui
ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan bersifat satu
arah kebawah (top down).
b. Sistem Benevolent-Otoritatif (Authoritatif)
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertentu
memotifasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak
selalu dan memperbolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang,
meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan
pengawasan yang ketat.
c. Sistem konsultasi

11
Pemimpin mempunyai kepercyaan yang cukup besar terhadap
bawahan. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk
memotiasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman
atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan
spesifik yang dibuat oleh bawahan
d. Sistem partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya tehadap bwahan
selalu memanfaatkan ide bawahan serta menggunakan insentif
ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komuniaksi bersifat dua arah
dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja
3. Gaya kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y.
Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam bukunya
The Human Side Enterprise (1960). Dia menyebutkan bahwa perilaku
seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua
kutub utama yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X
mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang
ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, ceenderung menolak
perubahan dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya
Teori Y mengasumsikan bahwa bawahan itu senang bekerja, bisa
menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri,
mampu berimajinasi dan kreatif. Berdasarkan teori ini, gaya
kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam.
a. Gaya kepemimpinan diktator.
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan
ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan
bentuk dari pelaksanaan Teori X.
b. Gaya kepemimpinan otokratis
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya
kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala
keputusan berada ditangan pemimpin, pendapat dari bawahan
tidak pernahdibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan
dari Teori X.

12
c. Gaya kepemimpinan demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan
sebuah keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya
kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai Teori Y
d. Gaya kepemimpinan santai
Peranan dari pemimpin hampir terlihat karena segala keputusan
diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan
Teori Y.
4. Gaya kepemimpinan menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House
mengemukakan empat gaya kepemimpinan.
a. Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana
melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa
pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh
bawahannya.
b. Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan
bersikap ramah tamah terhadap bawahan
c. Partisipatif.
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan
masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
d. Berorientasi tujuan.
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan
seoptimal mungkin.
5. Gaya kepimpinan menurut Hersey dan Blanchard
Berikut adalah beberapa gaya kepemiminan menurut Hersey dan
Blanchard (1997) dan ciri ciri pada tiap gaya kepemimpinan tersebut.
a. Instruksi :
a) Tinggi tugas dan rendah hubungan
b) Komunikasi sejarah

13
c) Pengambilan keputusan berada pada pemimpinan dan peran
bawahan sangat minimal
d) Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi
yang spesifik serta mengawasai dengan ketat
b. Konsultasi
a) Tinggi tugas dan tinggi hubungan
b) Komunikasi dua arah
c) Peran pemimpin dalam pecahan masalah dan pengambilan
keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempetan untuk
memberi masukan dan menampung keluhan.
c. Partisipasi
a) Tinggi hubungan tapi rendah tugas
b) Pemimpin dan bawahan bersama sama memberi gagasan
dalam pengambilan keputusan.
d. Delegasi
a) Rendah hubungan dan rendah tugas.
b) Komunikais dua arah, terjadi diskusi dan pendelegasian
antara pemimpin dan bawahan dalam pengamblan keputusan
pemecahan masalah.
6. Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K. White
Menurut Lippits dan K. White, terdapat tiga gaya kepemimpinan
yaitu : otoriter, demokrasi, dan liberal yang mulai dikembangkan di
Universitas Lowa.
a. Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri ciri antara lain:
a) Wewenang mutlak berada pada pemimpin
b) Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin
c) Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pemimpin
d) Komunikasi berlangsung satu arah dari pemimpin kepada bawahan;
e) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para
bawahan dilakukan secara ketat;
f) Prakasa harus selalu berasal dari pimpinan

14
g) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat
h) Tugas tugas bawahan diberikan secara instruktif
i) Lebih banyak kritik daripada pujian
j) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat;
k) Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
l) Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman
m) Kasar dalam bersikap
n) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
b. Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam
memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai kegiatan yang
akan dlakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri ciri antara lain :
a) Wewenang pimpinan tidak mutlak
b) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagai wewenang kepada bawahan
c) Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
d) Komunikasi berlangsung timbal balik
e) Pengawasan dilakukan secara wajar
f) Prakasa dapat datang dari bawahan
g) Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan
pertimbangan
h) Tugas tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif
i) Pujian dan kritik yang seimbang
j) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
masing masing
k) Pimpinan meminta kesetiaan bawahan secara wajar
l) Pimpinan memperhatikan perasaaan dalam bersikap dan bertindak;
m) Terdapat suasana saling percaya, menghormati, menghargai
n) Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama sama

15
c. Liberal atau laissez faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah kemampuan
memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan dengan cara ;ebih banyak menyerahkan
pelaksanaan berbagai kegiatan bawahan
Ciri gaya kepemimpinan ini antara lain
a) Pemimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
b) Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
c) Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
d) Pimpinan hanya berkomunikasi apabla diperlukan oleh bawahan
e) Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
f) Prakasa selalu berasal dari bawahan
g) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
h) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
i) Kepentingan pribadi lebih baik daripada kepentingan kelompok
j) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan
7. Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang
Menurut Gilles ( 1996 ), gaya kepemimpin berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi empat
a. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau
pekerjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam
memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai
dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya pada
kepentingan tugas. Motivasi dilakukan dengan imbalan dan hukuman
b. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan
setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk
mendorong ide dari staf.

16
c. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin
yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian
mengusulkan tindakan tersebut dari bawahannya.
d. Bebas tindakan
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan
tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan
mengevaluasi pekerja sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya
sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
3 Teori Kontemporer (Kepemimpinan dan Manajemen)
Teori ini meneknakan pada 4 komponen yang penting dalam suatu pengelolaan,
yaitu manajer atau pemimpin, staff dan atasan, pekerjaan, serta lingkungan. dia
menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen seorang pemimpin harus
mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Teori
kontemporer tersebut juga perlu di dukung oleh terori motivasi, interaksi, dan
teori transformasi
4 Teori Motivasi
Teori motivasi dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu : 1) Maslow, 2) Alderfer, 3)
Herzberg, 4) McCelleand, 5. Adams, 6. V. Vroom. Tabel..... menggambarkan
perbandingan beberapa teori motivasi yang diyakini dapat membantu dalam
meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan kesehatan.

17
Tabel ... Perbandingan Beberapa Teori Motivasi Berdasarkan Isinya (Content)
Teori Penjelasan
1. Hierarki Kebutuhan (Maslow) Fisiologis = gaji pokok
Aman = perencanaan yang regular
(gaji)
Kasih sayang = kerja sama secara tim
Harga diri = pencapaian posisi
Aktualisasi = tantangan dalam bekerja
2. Teori ERG (Clayton Alderfer) E = Existence (fisiologis)
R = Relatedness (kasih sayang)
G = Growth (harga diri dan aktualisasi)
3. Teori Dua Faktor (Frederich Motivators = kepuasan kerja
Herzberg) Hygiene = lingkungan yang kondusif
4. Teori Belajar (McCelleand) Affiliation = bersahabat
Power = memerintah orang lain
Achievement = suka tantangan,
kompetisi, dan menyelesaikan masalah
secara detail.

Tabel Perbandingan Beberapa Teori Motivasi Berdasarkan Prosesnya


Teori Penjelasan
1. Teori Keadilan Berdasarkan nilai-nilai dan keadilan terhadap karyawan.
(Adams)
18
2. Teori Harapan Rumus :
(Georgropoulos
M = Job Outcomes x Valences x Expectancy x
Moheny, Jones, dan Instrumentality
Vroom)

Job outcomes : penghargaan (Promosi, kenaikan gaji, dan


pengakuan.
Valences : keinginan/perasaan berhasil.
Expectancy : kemungkinan berhasil dengan kerja keras.
Instrumentality : keyakinan akan berhasil berdasarkan kerja
keras dan situasi.
3. Teori Penguatan (B. Stimulus – Respons – Konsekuensi
F. Skinner)
4. Teori Belajar Tujuan yang harus dicapai oleh suatu organisasi.
(McCelleand)
Motivasi akan menjadi suatu masalah apabila tiga hal tidak dapat terpenuhi.
Tiga hal tersebut adalah pembagian tugas yang tidak jelas, hambatan dalam
pelaksanaan, dan kurang/tidak adanya penghargaan.

Tabel masalah motivasi dan solusinya


Masalah motivasi Potensial solusi
1. Pembagian tugas yang tidak Penjabaran job description
jelas (design pekerjaan). Penjabara
n standart pelaksanaan.
Tujuan.
Umpan balik pelaksanaan.
19
2. Hambatan dalam pelaksanaan Seleksi karyawan yang baik.
(resources) Penyusunan ulang penugasan.
Menciptakan lingkungan yang sehat
(aman dan nyaman, gaji,waktu istirahat,
peralatannya lengkap, dan lain-lain).
3. Kurang atau tidak adanya Reinforcment.
penghargaan (rewards). Penghargaan secara adil.
Meningkatkan kualitas karyawan.
Peningkatan harga diri dan pemberian
peran.
Peningkatan kerja sama antar karyawan
dan atasan.
4. Dukungan Organisasi yang kurang Kebijakan yang mendukung perubahan,
(kebijakan, kepemimpinan). penerapankepemimpinan yang sesuai,
Budaya organisasi dan visi dan misi organisasi yang jelas.

5 Teori Z
Teori Z dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan pengembangan
teori Y dari McGregor (1460) dan mendukung gaya kepemimpinan demokratis.
Komponen Teori Z meliputi pengambilan keputusan dan kesepakatan,
menempatkan pegawai sesuai keahliannya, menekankan pada keamanan
pekerjaan, promosi yang lambat, dan pendekatan yang holistik terhadap staff.
Teori ini lebih menekankan kepada staf dibandingkan dengan kualitas produksi,
sehingga di Amerika teori ini masih banyak yang diperdebatkan.
6 Teori Interaktif
Schein (1970) menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia sebagai suatu
sstem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sekitarnya dan berkembang secar
dinamis. Sistem tersebut dianggap sistem yang terbuka jika terjadi adanya
perubahan energi dan informasi dengan lingkungan. Asumsi teori ini adalah
sebagai berikut.
1. Manusia memiliki karakteristik yang sangat kompleks. Mereka
mempunyai motivasi yang bervariasi dalam melakukan suatu pekerjaan.

20
2. Motivasi seseorang tidak tetap, tetapi berkembang sesuai perubahan
waktu.
3. Tujuan bisa berbeda dalam satu situasi yang berbeda pula.
4. Penampilan seseorang dan produktifitas dipengaruhi oleh tugas yang
diselesaikan, kemampuan seseorang, dan motivasi.
5. Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi.
Hollanded (1978) mendukung teori tersebut yang menekankan bahwa antara
pemimpin dan staf dipengaruhi oleh peran yang lainnya. Ia menekankan bahwa
pemimpin adalah sebagai proses dua arah yang dinamis. Dia menekankan juga
komponen yang terlibat dalam perubahan pemimpin, yaitu:

1. Pemimpin, termasuk personalitas pemimpin, persepsi, dan kemampuannya.


2. Staf, termasuk personalitas, persepsi, dan kemampuannya.
3. Lingkungan/situasi dimana pemimpin dan staff berfungsi, termasuk
kelompok baik formal maupun informal, ukuran, kekuatan, dan ciri-ciri yang
lainnya.
Menurut Hollanded (1978), pemimpin yang akvektif memerlukan
kemampuan untuk menggunakan proses penyelesaian masalah, mempertahankan
kelompok secara afektif, mempunyai kemampuan komunikasi yang baik,
menunjukkan kejujuran dalam memimpin, kompeten, kreatif dan kemampuan
mengembangkan identifikasi kelompok.

7 Kompetensi yang harus dimiliki oleh manajer keperawatan dalam


meningkatkan efektivitas kepemimpinan pada abad ke-21

Penelitian mengenai kopetensi yang harus dimiliki manajer keperawatan telah


dilaksanakan kepada 313 tenaga kesehatan di Australia (Harris dan Belakle, 1995)
kopentesi tersebut dikategorikan menjadi tujuh, yaitu : 1. Kepemimpinan, 2.
Pengambilan keputusan dan perencanaan, 3. Hubungan masyarakat/komunikasi,
4. Anggaran, 5. Pengembangan, 6. Personalitas/perilaku, 7. Negosiasi. keterangan
lengkap terlihat pada tabel 4.16.

Kopetensi Penjabaran

1. Kepemimpinan 1. Berkomunikasi tentang organisasi dan


21
dalam menfasilitasi kegiatan
organisasi dan pelaksanaan
perubahan.
2. Mendelegasikan dan mendapatkan
orang lain untuk melaksanakan tugas
dan menerima tanggung jawab.
3. Menyeleksi dan memilih pegawai
yang tepat.
4. Menciptakan budaya organisasi yang
kondusif dan efektif.
5. Mengonsultasikan dengan staff dan
orang lain diluar organisasi yang
sesuai tentang keadaan organisasi.
6. Mengenal kapan peraturan harus
dilaksanakan (fleksibilitas).
2. Pengambilan keputusan dan 1. Berfikir ulang dan menyusun kembali
perencanaan prioritas organisasi.
2. Merespon secara tepat dan tepat
tentang perubahan yang tidak
diharapkan.
3. Mengantisipasi dan melaksanakan
perencanaan dan perubahan anggaran.
4. Memberikan pedoman dan arahan
tentang keputusan organisasi melalui
pengetahuan dari pemerintah daerah,
provinsi dan nasional.
5. Menginterprestasi perubahan industri
dan mengimplementasikan dalam
organisasi.
6. Menginterprestasikan perubahan
ekonomi staff.
7. Menempatkan organisasi sebagai

22
bagian yang penting dari
pemerintahan.
3. Hubungan masyarakat/komunikasi 1. Empati, mendengar dan tanggap
terhadap semua pernyataan orang
lain.
2. Menciptakan situasi yang kondusif
dalam komunikasi.
3. Membaca dan tanggap terhadap
situasi politik yang terjadi.
4. Menunjukkan rasa percaya diri
melalui kemampuan berkomunikasi
(verbal/nonverbal) dalam
mempengaruhi orang lain.
5. Berkomunikasi secara efektif melalui
tulisan.
6. Mengembangkan proses hubungan
yang baik di dalam dan diluar
organisasi.
7. Menggunakan media untuk
pemasaran/keuntungan organisasi.
4. Anggaran 1. Bertanya dan melihat rencana
sebelumnya.
2. Mengkontrol anggaran.
3. Menginterprestasikan penggunaan
anggaran kebutuhan.
4. Merencanakan jauh kedepan
(misalnya lima tahun kedepan).
5. Menggunakan pengukuran dan rata-
rata industri.
6. Menyediakan resiko terhadap
kekurangan keuangan.
7. Mengkonsultasikan masalah

23
keuangan.
5. Pengembangan 1. Pengembangan tim kerja yang afektif.
2. Mempertahankan dan
mengembangkan hubungan
profesional antar staff.
3. Memberikan umpan balik yang
positif.
4. Menerapkan peran mental yang
afektif.
5. Menggunakan sistem pemberian
penghargaan yang baik.
6. Mengembangkan, meningkatkan, dan
meninjau indikator organisasi.
6. Kepribadian 1. Memfokuskan satu atau lebih dari dua
kejadian dalam satu periode.
2. Mengaplikasikan filosofi manajemen
dan komitmen terhadap kualitas
pelayanan.
3. Mengambil keputusan yang lengkap.
4. Mengelolah stres individu.
5. Menerima sesuatu terhadap kejadian
yang tidak diharapkan.
6. Menggunakan koping yang afektif
terhadap setiap masalah.
7. Mensyukuri nikmat yang telah
diberikan atas keberhasilan
pencapaian tujuan.
7. Negosiasi 1. Mengidentifikasi dan mengelolah
konflik.
2. Memfasilitasi perubahan.
3. Mendemonstrasikan pemahaman
tentang perbedaan pendapat.

24
4. Melakukan negosiasi dengan baik.
5. Melakukan klarifikasi kejadian yang
melibatkan seluruh staff.
6. Melakukan negosiasi dengan staff,
kelompok dan organisasi luar.
7. Menjadi mediator terjadinya konflik
antar staff atau kelompok.

2.4 Penerapan Teori, Konsep, Dan Prinsip Kepemimpinan-Manajemen Di Ruang


Rawat Dan Puskesmas
A. Ruang Lingkup Manajemen Puskesmas
Manajemen yang baik sekarang merupakan suatu ciri khas dari
rumah sakit yang baik. Hal ini diakui juga oleh ERSI atau etika rumah
sakit yang baik (1986). Dimana kita baca "Rumah Sakit berdaya guna dan
berhasil guna dalam manajemen untuk mencapai tujuan pelayanan rumah
sakit dan harus dikelola secara profesional untuk optimalisasi penggunaan
sumber dana dan daya". Sama halnya dengan Puskesmas dimana
Puskesmas juga sama-sama melakukan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai wewenang dan
tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat. Untuk mencapai
hal ini sangatlah tergantung pada kualitas tenaga kesehatan yang dimiliki
Puskesmas. Salah satu kualitas yang diharapkan dari staff Puskesmas yang
berperan penting untuk diperolehnya kualitas pemeliharaan masyarakat,
adalah tingginya kemampuan keorganisasian dan menejerial di kalangan
staff Puskesmas. Penerapan menejemen dalam pelaksanaan
penyelenggaraan kesehatan di Puskesmas mempunyai dampak positif
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dapat mengatur pemanfaatan
sumber, tata cara dan kesanggupan yang dimiliki dengan baik serta dapat
menentukan kebutuhan dan tuntutan dengan tepat. Pada praktek juga
diharapkan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya pada masyarakat
dan tidak lepas dari sistem menejemen. Adapun ruang lingkup dari

25
manajemen adalah planning, organizing dan staffing, actuating dan
controlling.

B. Penerapan Fungsi Manajemen Di Puskesmas

 Fungsi Manajemen Kegiatan


Perencanaan Micro planning (perencanaan tingkat Puskesmas yang
dilakukan setahun sekali, unsur yang direncanakan
meliputi; kebutuhan tenaga, alat dan sarana, serta
penunjang lainnya). Sedangkan perencanaan obat dan alat
kesehatan dilakukan setiap bulan, dengan cara mengajukan
usulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Pengorganisasian ·   Struktur organisasi Puskesmas, dengan jabatan struktural
Kepala Puskesmas, sedangkan lainnya bersifat fungsional

26
·   Pembagian tugas, yang berdasarkan program pokok
Puskesmas, terdiri dari 12 s/d 18 program pokok, yang
melibatkan tenaga perawat dan bidan.
·   Pembagian wilayah kerja, setiap petugas Puskesmas
melakukan pembinaan ke desa-desa
Penggerakan ·   Lokakarya mini Puskesmas, dilakukan tiap bulan dalam
Pelaksanaan rangka koordinasi lintas program dan sektor
·   Adanya proses kepemimpinan
·   Dilakukan koordinasi secara lintas program & sektor
·   Pelaksanaan program pokok puskesmas yang melibatkan
seluruh staf
Pengawasan dan
·   Melalui pemantauan laporan kegiatan
Evaluasi ·   Pemantauan wilayah setempat (PWS)
·   Supervisi
·   Rapat rutin (staff meeting)

Setiap program yang ada di Puskesmas (sekitar 18 program pokok)


dikelola atau manajemennya meliputi; perencanaan, manajemen personalia,
pelatihan, supervisi, manajemen keuangan, manajemen logistik, monitoring
program, kerjasama/ koordinasi dan pencatatan/pelaporan. 

C. Kecenderungan Perubahan Manajemen Puskesmas


Seperti telah disampaikan di atas, bahwa dampak dari adanya
perubahan paradigma dalam pembangunan kesehatan, sangat berpengaruh
terhadap semua sarana kesehatan, termasuk Puskesmas sebagai institusi
pelayanan kesehatan terdepan.  Adanya perubahan visi, misi dan strategi
Puskesmas sebagai berikut :
Visi Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat pada tahun 2010,
dengan memiliki 3 misi, yaitu;
(1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan,
(2) Memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam pembangunan
kesehatan, dan

27
(3) Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu. 
D. Adapun strategi yang dikembangkan meliputi
a) Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan yang
mantap di tingkat  kecamatan, agar dapat diterapkannya pembangunan
berwawasan kesehatan,
b) Mengembangkan dan menerapkan asas kemitraan serta pemberdayaan
keluarga dan masyarakat, sehingga terwujudnya upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat,
c) Meningkatkan profesionalisme petugas, sehingga terwujud kualitas
pelayanan kesehatan,
d) Mengembangkan kemandirian Puskesmas sesuai dengan kewenangan
yang diberikan Dinas Kesehatan Kab/ Kota.
Pengorganisasian puskesmas ke depan selain dipimpin oleh
seorang Kepala Puskesmas, juga ada Wakil Kepala Puskesmas dan
meliputi unit fungsional dan unit tata usaha. Program pokok Puskesmas
atau program kesehatan dasar yang harus dilaksanakan di Puskesmas
meliputi ;  (1) promosi kesehatan,  (2) kesehatan lingkungan,  (3)
kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga berencana,  (4) perbaikan gizi,
(5) pemberantasan penyakit menular,  (6) pengobatan.
Sesuai dengan misi dan strategi di atas, Puskesmas dapat mengembangkan
program-program unggulan berdasarkan kebutuhan, situasi dan kondisi
daerah masing-masing.  Contohnya, daerah yang diwilayah kerjanya
banyak ditemukan kelompok rawan kesehatan atau kelompok resiko tinggi
(high-risk group) ; seperti ibu hamil Risti, penyakit kronis, lanjut usia, dll. 
Di wilayah tersebut dapat dikembangkan perawatan kesehatan masyarakat
(community health nursing) sebagai program unggulan atau program
prioritas kesehatan lain. 
E. Pelaksanaan Manajemen Di Puskesmas
Dalam rangka peningkatan manajemen di tingkat Puskesmas, maka
unsur-unsur manajemen yang terdiri atas perencanaan, penggerakan
pelaksanaan dan pengawasan, pengendalian dan penilaian telah
dikernbangkan.

28
F. Perencanaan
Secara umum perencanaan dapat dikatakan sebagai suatu proses
penyusunan yang sistematis mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan di tingkat
Puskesmas atau yang disebut juga Microplanning dikeluarkan pada tahun
1986. Microplanning atau perencanaan mikro di tingkat Puskesmas adalah
penyusunan rencana di tingkat Puskesmas untuk lima tahun termasuk
rincian tiap tahunnya. Mikroplanning ini dirasakan kurang bersifat
operasional karena kurun waktu rencana yang disusun berjangka waktu
lima tahunan. Disamping itu dijumpai permasalahan bahwa belum semua
Puskesmas melaksanakan mikropalanning dan kurang dimanfaatkannya
hasil mikroplanning oleh Dinas Kesehatan II. Oleh karena itu
dikembangkan Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) yang
akan memuat petunjuk dalam menyusun rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun. Diharapkan hasil penyusunan
rencana tingkat Puskesmas ini dapat seragam sehingga dapat
mempermudah dalam pengolahan selanjutnya di tingkat Kabupaten
menjadi suatu rencana tahunan kesehatan di daerah tingkat ll. Disamping
itu dengan adanya Perencanaan Tingkat Puskesmas ini diharapkan adanya
nilai tambah berupa meningkatnya kemampuan menejemen Puskesmas
dalam merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya yang
meliputi seluruh kegiatan pokok Puskesmas. Penyusunan Rencana Tingkat
Puskesmas dilakukan dalam 4 tahap yaitu tahap persiapan, tahap analisis
situasi, tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan tahap
penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
G. Tahap persiapan
Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan pihak-pihak atau petugas yang
akan terlibat dalam proses perencanaan agar memperoleh kesamaan
pandangan dan pengetahuan dalam melaksanakan langkah-langkah
Perencanaan Tingkat Puskesmas. Tahap ini dilaksanakan melalui
pertemuan, pembahasan atau pelatihan sesuai keperluannya.

29
H. Tahap analisis situasi
Pada tahap ini diperoleh data dan informasi untuk mengetahui keadaan dan
masalah operasional Puskesmas yang perlu ditanggulangi. Yang dimaksud
dengan masalah operasional adalah tidak tercapainya target pelayanan
kesehatan seperti yang diharapkan dan penyebabnya. Data yang perlu
dikumpulkan adalah data situasi umum (data kependudukan, data wilayah,
data sekolah) dan data pencapaian target program.
I. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Tahap ini meliputi tiga langkah yaitu perumusan masalah dan
penyebabnya, langkah perumusan pendekatan pemecahan masalah dan
langkah penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK).
J. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) yang disebut pula dengan Plan Of
Action (POA) adalah penyusunan rencana yang mencakup rincian
kegiatan, volume kegiatan, lokasi pelaksanaan, tenaga pelaksana, sumber
biaya dan penjadwalannya.
K. Penggerakan Pelaksanaan
Dalam rangka manajemen Puskesmas yang terdiri atas perencanaan (PI),
penggerakan pelaksanaan (P2) dan Pengawasan, pengendalian dan
penelitian (P3), maka Lokakarya Mini Puskesmas merupakan pedoman
penggerakan pelaksanaan. Lokakarya Mini Puskesmas terdiri atas 4
komponen yaitu penggalangan kerja sama lintas sektoral, dan rapat kerja
tribulanan lintas sektoral.
L. Penggalangan Kerja Sama dalam Tim.
Yaitu lokakarya yang dilaksanakan sebulan sekali di dalam lingkungan
Puskesmas sendiri, dalarn rangka meningkatkan kerja sama antar petugas
Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas.
M. Penggalangan Kerja Sama Lintas Sektoral
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-
sektor yang bersangkutan diperlukan penggalangan kerja sama lintas
sektoral serta dilaksanakan dalam satu pertemuan lintas sektoral setahun
sekali. Untuk itu perlu dijelaskan manfaat bersama pembinaan upaya peran

30
serta mayarakat dalarn bidang kesehatan bagi sektor-sektor yang
bersangkutan. Sebagai hasil pertemuan adalah kesepakatan rencana kerja
sama lintas sektoral dalam membina peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan.
N. Rapat Kerja Bulanan Puskesmas
Sebagai tindak lanjut rapat penggalangan kerja sama dalam Tim setiap
akhir bulan diadakan pertemuan antar tenaga Puskesmas untuk
membandingkan rencana kerja bulan yang lalu dengan hasil kegiatannya.
Apabila dijumpai masalah akan dibahas bersama untuk dipecahkan
bersama dan kernudian menyusun rencana kerja bulan berikutnya.
O. Rapat kerja tribulan lintas sektoral
Sebagai tindak lanjut pertemuan penggalangan kerja sama lintas sektoral
dilakukan pertemuan lintas sektoral setiap 3 bulan sekali untuk mengkaji
hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral selama 3 bulan yang lalu dan
memecahkan masalah yang dihadapi kemudian disusun rencana kerja
sama lintas sektoral bulan berikutnya. Kegiatan stratifikasi mencakup
pengumpulan data, pengolahan data, analisis masalah dan penentuan
langkah penanggulangannya yang dilakukan mulai dari tingkat
Puskesmas, Kabupaten, Propinsi sampai ke tingkat Pusat. Stratifikasi
Puskesmas dilaksanakan setahun sekali secara menyeluruh dan serentak di
semua Puskesmas dan bertahap sesuai dengan jenjang administrasi sampai
ke Pusat
P. Manajemen Pelayanan Kesehatan
Rumah sakit dan Puskesmas merupakan sub sistem pelayanan kesehatan
yang pada dasarnya melaksanakan dua jenis pelayanan ; (1) pelayanan
kesehatan dan (2) pelayanan  administrasi.  Pelayanan kesehatan yang
diberikan adalah pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
rehabilitasi medik dan pelayanan keperawatan. Pelayanan yang dilakukan
di Rumah sakit meliputi; gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap,
sedangkan di Pukesmas hanya pelayanan; gawat darurat (kearah
pertolongan pertama) dan rawat jalan. 

31
Sejalan dengan reformasi dibidang kesehatan melalui Paradigma
Sehat, pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun di Puskesmas lebih
difokuskan pada upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif) dengan tidak mengabaikan upaya kuratif-rehabilitatif.  Selain
itu,  pelayanan kesehatan di rumah sakit dan puskesmas bukan hanya
kepada individu (pasen), tetapi juga keluarga dan masyarakat, sehingga
pelayanan kesehatan yang dilakukan merupakan pelayanan kesehatan yang
paripurna (komprehensif dan holistik). 
Dengan bergesernya orientasi pembangunan kesehatan, mendorong
rumah sakit dan puskesmas melakukan perubahan visi, misi dan strategi
dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.  Visi
merupakan impian atau cita-cita yang ingin diwujudkan, yang dapat
mengantisipasi perubahan yang sedang dan akan terjadi. Apabila suatu
organisasi tidak memiliki visi maka perubahan lingkungan yang tidak
diduga sebelumnya sering dirasakan sebagai suatu musibah. Sedangkan
misi dan strategi dibuat dalam rangka merealisasikan visi yang telah
ditetapkan. 
Q. Manajemen Pelayanan Kesehatan di Puskesmas 
Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan
dengan misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang
tugasnya melaksanakan pembinaan, pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat  di suatu wilayah tertentu.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh, meliputi aspek-
aspek;  promotif, preventif, kuratif,  dan rehabilitatif. Upaya yang
dilakukan untuk menjalankan misi Puskesmas, antara lain :Meluaskan
jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa. Meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, dengan dua cara ; (1) quality of care yaitu
peningkatan kemampuan profesional tenaga kesehatan dalam
menjalankan profesinya (dokter,perawat, bidan, dll) yang dilakukan oleh
organisasi profesi, (2) quality of service, yaitu  peningkatan kualitas yang
terkait dengan pengadaan sarana, dan menjadi tanggung jawab institusi
sarana kesehatan (Puskesmas) Pengadaan peralatan dan obat-obatan

32
sesuai dengan kebutuhan masyarakat) Sistem rujukan di tingkat pelayanan
dasar) Peran serta masyarakat, melalui pembangunan kesehatan
masyarakat desa (PKMD).
R. Manajemen Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit  
Fungsi manajemen yang dilakukan di rumah sakit secara garis besar
meliputi ; perencanaan,pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian.
1.   Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting,
karena perencanaan memegang peranan yang sangat strategis dalam
keberhasilan upaya pelayanan kesehatan di RS. Terdapat beberapa jenis
perencanaan spesifik yang dilaksanakan di RS, yaitu : (a) perencanaan
pengadaan obat dan logistik, yang disusun berdasarkan pola konsumsi dan
pola epidemiologi, (b) perencanaan tenaga professional kesehatan, dalam
menentukan kebutuhan tenaga tersebut misalnya ; tenaga perawat dan
bidan, menggunakan beberapa pendekatan, antara lain ; ketergantungan
pasen, beban kerja, dll.
2. Pengorganisasian merupakan upaya untuk menghimpun semua sumber
daya yang dimiliki RS dan memanfaatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuannya. Pengorganisasian dalam manajemen pelayanan
kesehatan di rumah sakit, sama hal dengan di organisasi lainnya.
3. Penggerakan pelaksanaan, manajemen rumah sakit hampir sama
dengan hotel atau penginapan, hanya pengunjungnya adalah orang sakit
(pasen) dan keluarganya, serta pada umumnya mempunyai beban sosial-
psikologis akibat penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya yang
sedang dirawat.  Kompleksitas fungsi penggerakan pelaksanaan di RS
sangat dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu : (1) sifat pelayanan kesehatan
yang berorientasi kepada konsumen penerima jasa pelayanan kesehatan
(customer service), dengan hasil pelayanan kemungkinan ; sembuh dengan
sempurna, sembuh dengan cacat dan meninggal. Apapun hasilnya kualitas
pelayanan diarahkan untuk kepuasan pasen dan keluarganya. (2)
Pelaksanaan fungsi actuating ini sangat kompleks,karena tenaga yang
bekerja di RS terdiri dari berbagai jenis profesi.

33
4. Pengawasan dan pengendalian, merupakan proses untuk mengamati
secara terus menerus (bekesinambungan) pelaksanaan rencana kerja yang
sudah disusun dan mengadakan koreksi (perbaikan) terhadap
penyimpangan yang terjadi. Untuk menjalankan fungsi ini diperlukan
adanya standar kinerja yang jelas.  Dari standar tersebut dapat ditentukan
indikator kinerja yang akan dijadikan dasar untuk menilai hasil kerja
(kinerja) pegawai. Penilaian kinerja pegawai di RS meliputi tenaga yang
memberikan pelayanan langsung kepada pasen, seperti ; perawat, bidan
dan dokter maupun tenaga administratif. Adanya indikator kinerja, akan
memudahkan dalam melakukan koreksi apabila ada penyimpangan.

BAB III

PENERAPAN TEORI KONSEP

Kasus IV

Ruang maternitas Rumah sakit Kencana Ungu, mempunyai Kapasitas tempat


tidur 10 buah. BOR sekitar 80- 90 %. Ruang tersebut merupaka ruang klas
zall untuk pasien post partum dan sebagian untuk penyakit kandungan. Ruang
maternitas dipimpin oleh perawat Aminah, lulusa D3 keperawatan dengan
masa kerja 15 tahun. Ia merupakan perawat pindahan dari ruang anak, dan
bekerja di ruang maternitas tersebut masih 1 tahun. Anggota yang ada di ruang
tersebut sebagian besar adalah bidan dengan lulusan D3 kebidanan. Perawat

34
Aminah cenderung membiarkan para anggota untuk bekerja sesuai dengan
kemauan mereka, tanpa banyak kendali dari dirinya.

Sasaran Belajar :

1. Mengidentifikasi teori kepemimpinan,


2. Mengidentifikasi karakteristik kepemimpinan,
3. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan.
4. Mengidentifikasi kepemimpinan efektif

Jawaban :
1. Kasus diatas termasuk dalam teori perilaku Teori X dan Teori Y karena
perawat Aminah lebih demokratis dan santai atau dari fokus suatu
produksi ke fokus pegawai dan peranan kepemimpinannya sangat sedikit
kepada bawahannya.
2. Karakteristik kepemimpinan kasus diatas termasuk dalam teori perilaku
yang memiliki ciri ciri kempemipinan sebagai berikut :
a. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
d. Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
e. Prakarsa selalu berasal dari bawahan
f. Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
g. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
3. Gaya kemimpinan kasus diatas adalah Gaya kepemimpinan partitipapatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya tehadap bwahan selalu
memanfaatkan ide bawahan serta menggunakan insentif ekonomi untuk
memotivasi bawahan. Komuniaksi bersifat dua arah dan menjadikan
bawahan sebagai kelompok kerja
4. Pada kasus ini kepemimpinannya sudah efektif karena Perawat Aminah
menggunakan gaya kepemimpinan itu agar untuk melihat dulu bagaimana
cara kerja para anggotanya karena Perawat Aminah masih baru sekitar 1
tahun bekerja di Ruang . maka dari itu, tidak ada salhnya juga kalu

35
Perawat Aminah ini memberiarkan anggoata untuk bekerja sesuai
kemauannya dari situ nanti agar Perawat Aminah bisa meniali kinerja para
anggotanya.

BAB IV

PENUTUP

4.2 Simpulan

1. Manajemen adalah kegiatan pengelolaaan dan pengambian keputusan.

2. Wewenang(authority) manajer meliputi wewenang formal maupun


wewenang informal(wewenang pribadi).

3. Tugas manajer menurut James A. F. Stoner dalah : Seorang manajer


memikul tanggung jawab, Seorang manajer harus menjaga

36
keseimbangan dalam mencapai tujuan yang bersaing, Manajer adalah
seorang pemikir yang konseptual, Manajer bekerja melalui orang lain

4. Fungsi mamajer, yaitu : Fungsi perencanaan, Fungsi


pengorganisasian, Fungsi pelaksana kerja berdasarkan rencana yang
telah disusun, Fungsi pengawasan

5. Tanggung jawab para pemimpin adalah sebagai berikut : Menentukan


tujuan pelaksanaan kerja realitas(dalam arti kuatitas, kualitas,
keamanan dan sebagainya), Melengkapi para karyawan dengan
sumber-sumber dana yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya,
Mengkomuniakasikan pada karyawan tentang apa yang diharapkan
dari mereka.

6. Ada beberapa gaya kepemimpinan yaitu : Gaya kepemimpinan


menurut Tannenbau dan Warrant H, Scmitdt, Gaya kepemimpinan
menurut Likert, Gaya kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y,
Gaya kepemimpinan menurut Robert House, Gaya kepimpinan
menurut Hersey dan Blanchard, Gaya kepemimpinan menurut Lippits
dan K. White

4.3 Saran

1. Hendaknya gaya kepemimpinan seorang pemimpin atau manager


keperawatan sesuai teori dan gaya kepemimpinan yang efektif.

2. Hendaknya seorang pemimpin tidak membedakan bawahan yang satu


dengan yang lain dan melimpahkan wewenangnya kepada
bawahannya.

37
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika

Simamora, Roymond H. 2012 .Buku ajar manajemen keperawatan. Jakarta : EGC

Putra, Candra Syah. ___.Buku ajar manajemen keperawatan : teori dan aplikasi
praktik dilengkapi dengan kuesioner pengkajian praktik manajemen
keperawatan. _____: In Media

38

Anda mungkin juga menyukai