Wewenang
A. PANDANGAN KLASIK
B. PANDANGAN NEOKLASIK
1 . Rensis Likert
Dalam suatu studi, Likert menemukan bahwa manajer dengan gaya
tradisional (birokrasi) cenderung kurang efektif dibandingkan dengan
manajer yang mendorong karyawannya dengan pendekatan manusiawi
(menghargai kerja dan mendorong tim kerja). Likert kemudian
mengembangkan model organisasi berdasarkan delapan proses kunci:
kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi, pengambilan keputusan,
penetapan tujuan, pengendalian, dan prestasi kerja (performance goals).
Menurut model yang ia kembangkan, ada empat tahap organisasi: sistem 1, 2,
3, dan 4. Sistem 1 dan 4 merupakan dua titik ekstrem, sedangkan sistem 2
dan 3 merupakan sistem antara. Karakterisitik sistem 1 dan 4 dapat dilihat
berikut ini.
Tabel 5.1 Model Rensis Likert
Sistem 1 Sistem 4
Proses kepemimpinan
Tidak ada kepercayaan dari pihak atasan, Ada saling percaya antara pihak atasan
bawahan tidak merasa bebas mendiskusikan dengan bawahan pada semua masalah.
masalah kerja dengan atasannya. Atasan, di Bawahan merasa bebas mendiskusikan
lain pihak tidak mudah memberikan saran permasalahan kerja dengan atasan, dan
atau ide untuk memecahkan masalah atasan mudah memberi pendapat dan saran.
tersebut.
Proses Pemberian Motivasi
Fokus pada motivasi fisik, keamanan, dan Motivasi ditujukan untuk memenuhi
ekonomi. Menggunakan pendekatan kebutuhan karyawan yang beragam melalui
ancaman dan sanksi. Sikap karyawan metode partisipasi. Sikap karyawan terhadap
terhadap organisasi secara umum kurang organisasi secara umum positif.
positif.
Proses Komunikasi
Informasi mengalir dari atas ke bawah. Informasi mengalir lancar dalam organisasi,
Namun, sering kali informasi tersebut tidak baik dari atas, dari bawah, maupun informasi
akurat, menyimpang dari informasi semula, secara horizontal. Informasi akurat dan tidak
dan diterima dengan kecurigaan oleh menyimpang dari informasi semula.
karyawan.
Proses Interaksi
Proses interaksi tertutup dan terbatas. Proses interaksi terbuka dan ekstensif.
Bawahan tidak dapat memengaruhi tujuan, Bawahan dan atasan secara aktif
metode, dan aktivitas organisasi. memperbandingkan metode dan aktivitas
organisasi.
Proses Pengambilan Keputusan
Keputusan hanya diambil oleh manajemen Keputusan dapat diambil pada semua
puncak. Sentralisasi ada dalam sistem ini. tingkatan organisasi dan relatif desentralisasi.
Proses Penetapan Tujuan
Dilakukan oleh manajemen puncak, tidak Partisipasi didorong dalam penetapan tujuan
mendorong partisipasi. yang tinggi, tetapi masih realistis.
Proses Pengendalian
Pengendalian desentralisasi dan ditekankan Pengendalian terjadi pada semua tingkatan
pada perbaikan kesalahan. organisasi dan ditekankan pada
pengendalian diri sendiri (self control) dan
pemecahan masalah.
Tujuan Prestasi
Tujuan prestasi rendah dan manajer secara Tujuan prestasi ditetapkan tinggi dan manajer
pasif berusaha mencapai tujuan tersebut. secara aktif berusaha mencapai tujuan
Tidak ada komitmen untuk mengembangkan tersebut. Manajer mempunyai komitmen
sumber daya manusia organisasi. penuh untuk mengembangkan sumber daya
manusia organisasi.
2. Douglas McGregor
McGregor akan berkaitan dengan pembahasan motivasi. McGregor
percaya bahwa struktur organisasi birokrasi menggunakan asumsi negatif
terhadap karyawan. Asumsi negatif tersebut antara lain adalah manusia pada
dasarnya malas dan tidak mempunyai ambisi serta keamanan merupakan hal
paling penting (karakteristik X). Organisasi formal yang hierarkis diperlukan
untuk menangani karyawan dengan asumsi semacam itu. McGregor
berpendapat bahwa organisasi akan lebih baik apabila menerapkan asumsi
yang positif, yaitu manusia ingin berprestasi, tidak malas, dan ingin
bertanggung jawab. Apabila asumsi tersebut yang dipegang (karakteristik Y),
organisasi akan menjadi lebih fleksibel, mendorong partisipasi dalam
pengambilan keputusan, memberi kebebasan yang lebih besar kepada
karyawan, dan komunikasi yang lebih terbuka dalam organisasi.
Tabel 5.2 Karakteristik X dan Y McGregor
Karakteristik X Karakteristik Y
1. Pekerja malas, tidak suka bekerja, 1. Bekerja merupakan kodrat manusia.
dan lebih suka menghindari. 2. Manusia suka belajar dan
2. Karena itu, pekerja harus dipaksa mempunyai kreativitas dalam
dan dihukum agar mau bekerja. menyelesaikan tugas. Karena itu,
tidak suka dipaksa dan tidak suka
3. Pekerja lebih suka dibimbing,
diarahkan berambisi kecil, tidak diarahkan.
suka tanggung jawab, dan 3. Pengendalian ekstern dan hukuman
mengutamakan keamanan. bukan merupakan cara terbaik
memecahkan masalah.
4. Manusia suka mencari tanggung
jawab. Organisasi seharusnya
memberi kesempatan kepada
individu untuk mengembangkan
potensinya. Penyelesaian tugas
memberi kepuasan kepada individu.
3. Chris Argyris
Sama seperti tokoh neoklasik lainnya, Argyris tidak menyukai model
organisasi klasik. Menurutnya, karena aktivitas manajerial seperti
perencanaan dan pengendalian terpusat pada manajemen, karyawan akan
menjadi pasif dan tergantung terhadap atasan. Selain itu, perasaan
bertanggung jawab dan pengendalian diri akan berkurang. Kondisi ini
bertentangan dengan kebutuhan manusia untuk berprestasi dan tidak
tergantung pada orang lain. Kondisi semacam itu membuat karyawan,
terutama karyawan tingkat bawah, menjadi frustasi dan tidak puas dengan
kondisi kerja. Tingkat absensi dan perputaran tenaga kerja dapat naik, yang
berarti meningkatkan biaya produksi. Desain organisasi yang memenuhi
kebutuhan manusiawi dan meningkatkan kepuasan anggota organisasi akan
mengatasi permasalahan tersebut. Desain tersebut adalah desain yang
memberi kebebasan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan kerja serta situasi kerja yang lebih informal.
C. PENDEKATAN SITUASIONAL
Berbeda dengan pendekatan klasik yang percaya pada satu cara terbaik
untuk semua situasi, pendekatan situasional percaya bahwa desain organisasi
yang optimal tergantung pada faktor-faktor situasional yang relevan, antara
lain teknologi, lingkungan, ukuran (besar-kecil), dan siklus kehidupan
organisasi.
1. Pengaruh Lingkungan
Tom Burns dan G.M. Stalker, dua peneliti dari Inggris, melalui buku
mereka The Management or Information (1961), melihat kaitan antara
elemen lingkungan dan desain organisasi. Mereka membedakan dua jenis
organisasi: mekanistis dan organis. Organisasi mekanistis ditandai oleh
spesialisasi kerja yang tinggi, tujuan dan wewenang untuk setiap individu
dalam organisasi ditetapkan secara teperinci oleh manajemen, serta
komando/perintah seperti yang digambarkan oleh organisasi birokrasi.
Sebaliknya, organisasi organis ditandai dengan kelompok kerja, bukan kerja
sendirian. Penekanan bukan pada perintah atau saran sepihak (dari atasan),
melainkan pada komunikasi pada semua tingkat organisasi untuk
memperoleh informasi dan saran-saran. Perbedaan yang lebih teperinci antara
kedua model dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 5.3 Perbandingan Model Mekanis dengan Organis
Mekanis Organis
(1) Pekerjaan sangat spesialis; sangat sedikit (1) Pekerjaan saling tergantung;
penjelasan terhadap hubungan antara penekanan pada relevansi
pekerjaan dan tujuan organisasi. pekerjaan dan tujuan organisasi.
(2) Pekerjaan ditetapkan secara kaku. Hanya (2) Pekerjaan secara terus-menerus
diubah secara formal oleh manajemen disesuaikan dan ditetapkan
puncak organisasi. kembali melalui interaksi
antaranggota.
(3) Definisi peranan cukup spesifik (hak, (3) Definisi peranan cukup luas dan
kewajiban, dan metode kerja untuk setiap fleksibel. Anggota organisasi
anggota). menerima tanggung jawab secara
umum untuk mencapai tujuan di
luar tugas individualnya.
(4) Struktur pengendalian, wewenang, dan (4) Struktur pengendalian, wewenang,
komunikasi hierarkis. Sanksi didasarkan dan komunikasi bersifat jaringan.
pada kontrak kerja karyawan dengan Sanksi didasarkan antara
organisasi. karyawan pada kepentingan
bersama, bukan pada kontrak
kerja.
(5) Informasi yang relevan untuk organisasi (5) Manajemen puncak tidak
secara formal dianggap dipegang oleh diasumsikan mengetahui
manajemen puncak organisasi. segalanya. Orang yang dianggap
mempunyai informasi tersebar di
organisasi.
(6) Komuniksai terutama bergerak secara (6) Komunikasi bergerak baik secara
vertikal, antara atasan dan bawahan. vertikal maupun horizontal,
Komunikasi terutama berbentuk perintah dan tergantung kebutuhan informasi.
penjelasan keputusan yang diambil oleh Komunikasi terutama berbentuk
atasan. Input untuk keputusan disediakan informasi dan saran atau nasihat.
oleh bawahan.
(7) Loyalitas terhadap organisasi dan atasan (7) Komitmen terhadap tugas dan
diharapkan. tujuan organisasi lebih dihargai
dibandingkan dengan loyalitas dan
kepatuhan terhadap organisasi.
(8) Prestise dan status berkaitan dengan (8) Prestise dan status berkaitan
identifikasi dalam organsisasi dan dengan afiliasi dan keahlian.
anggotanya. Lingkungan eksternal lebih
menentukan prestise tersebut.
3. Pengaruh Ukuran
Tim peneliti dari University of Aston, Birmingham, Inggris melihat
bahwa sampel dalam penelitian Woodward didominasi oleh organisasi kecil
(2/3 sampel perusahaan mempunyai karyawan kurang dari 500). Karena itu
Woodward tidak dapat menemukan kaitan antara ukuran dengan struktur
organisasi. Tim peneliti tersebut kemudian mengadakan penelitian dengan
sampel yang lebih bervariasi dalam hal ukuran, dan melihat bagaimana
pengruh ukuran dan teknologi terhadap struktur organisasi.
Mereka menemukan bahwa teknologi berpengaruh terhadap struktur
organisasi, terutama untuk perusahaan kecil. Perusahaan kecil cenderung
terkonsentrasi ke teknologi pokok mereka. Sedangkan untuk perusahaan
besar, kaitan antara teknologi dengan desain organisasi cenderung melemah.
Perusahaan besar tidak terpusat pada salah satu teknologi saja. Teknologi
yang mereka punyai lebih bervariasi. Mereka juga menemukan bahwa
organisasi besar cenderung lebih mempunyai spesialisasi yang lebih jauh,
prosedur operasi standar yang lebih banyak, lebih banyak aturan, dan
mempunyai tingkat desentralisasi yang lebih besar.
4. Siklus Kehidupan Organisasi dan Kebutuhan Reorganisasi
Sama seperti makhluk hidup, organisasi tumbuh, berkembang, dan
kemudian mengalami penurunan (atau bahkan dapat mati). Untuk setiap
tahap, desain organisasi yang dibutuhkan akan berbeda. Sebagai contoh, pada
waktu organisasi masih kecil, suasana kerja masih serba informal. Interaksi
masih dapat dilakukan dengan tatap muka (personal contact). Desain
organisasi fungsional dapat diterapkan dalam tahap ini. Pada waktu
organisasi semakin besar, kontak tatap muka semakin sulit dilakukan.
Prosedur serba verbal (lisan) tidak lagi dapat dilakukan, sedangkan desain
organisasi fungsional membuat pengawasan menjadi lebih sulit. Desain
organisasi yang berbeda diperlukan dalam hal ini. Prosedur kerja dibuat
menjadi standar sehingga dokumentasi kerja dan desain organisasi divisional
barangkali diperlukan.
Manajer dalam hal ini harus memahami bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi desain organisasi yang optimal selalu berubah-ubah.
Perubahan faktor-faktor tersebut mendorong perlunya perubahan desain
organisasi atau reorganisasi. Beberapa gejala yang menunjukkan sudah
saatnya reorganisasi dilakukan adalah informasi tidak sampai pada orang
yang tepat pada waktu yang tepat, organisasi tidak dapat melakukan respons
yang tepat terhadap perubahan lingkungan, dan tidak dapat memperkirakan
perubahan lingkungan. Pada saat gejala semacam itu tampak, organisasi perlu
direorganisasi.
D. TIPE ORGANISASI
1. Berdasarkan Fungsi
Dalam bentuk ini, organisasi disusun dalam bagian yang mempunyai
aktivitas-aktivitas yang sama atau yang berkaitan. Sebagai contoh, organisasi
dikelompokkan dalam bagian pemasaran, keuangan, produksi, dan
personalia. Masing-masing bagian dipimpin oleh seorang manajer atau
kepala bagian yang melapor ke direktur utama. Direktur utama menjalankan
tugas koordinasi dan integrasi antardepartemen atau bagian (lihat Gambar 5.1
berikut ini).
Gambar 5.1 Struktur Organisasi
Struktur ini mempunyai keuntungan, antara lain kerja yang lebih efisien
dapat diharapkan karena disatukannya aktivitas-aktivitas yang berkaitan,
pengawasan menjadi lebih mudah karena pengawasan dilakukan terhadap
pekerjaan yang seragam, dan mobilisasi sumber daya lebih mudah dilakukan.
Sementara itu, sisi negatif struktur semacam itu antara lain adalah lebih sulit
mengintegrasikan dan mengoordinasikan departemen yang terpisah dan
berbeda satu sama lain. Setiap departemen akan mempunyai kecenderungan
berusaha mencapai tujuan bagiannya meskipun barangkali dengan
mengorbankan tujuan organisasi secara keseluruhan. Bagian pemasaran
misalnya selalu ingin meluncurkan produk baru, sedangkan bagian keuangan
selalu berusaha menekan pengeluaran anggaran yang berarti antara lain
mengurangi peluncuran produk baru. Kelemahan lain adalah pengambilan
keputusan yang cenderung lebih lambat karena keputusan selalu diambil oleh
direktur utama. Pertanggungjawaban juga menjadi kurang jelas. Sebagai
contoh, jika produk baru diluncurkan dan ternyata produk tersebut kurang
sukses, siapa yang patut disalahkan, bagian keuangan, pemasaran, atau
direktur utama.
Karena beberapa kelemahan dan keuntungan tersebut, organisasi
fungsional digunakan terutama oleh organisasi yang kecil. Jika organisasi
tumbuh semakin besar, baik semakin berkembang secara geografis atau
menawarkan lini produk yang semakin banyak, bentuk fungsional menjadi
kurang menguntungkan. Pengambilan keputusan akan semakin lambat dan
pengawasan menjadi semakin sulit dilakukan. Dalam hal ini, struktur yang
lain diperlukan.
2. Organisasi Pasar atau Produk
Jika organisasi menjadi semakin besar, organisasi dapat disusun
berdasarkan produk, pasar, atau konsumennya. Bagan berikut ini
menunjukkan organisasi yang disusun berdasarkan produk, kemudian
berdasarkan pasarnya dan berdasarkan geografis. Perhatikan bahwa di sini
digunakan kata divisi. Divisi merupakan bagian dalam organisasi yang relatif
otonom. Bagian tersebut dapat mengambil keputusan sendiri, tanpa
memerlukan persetujuan direkur utama, kecuali untuk beberapa keputusan
yang menyangkut divisi lain dan organisasi secara keseluruhan. Otonomi
tersebut memungkinkan organisasi melakukan respons yang lebih cepat
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Divisi berbeda dari departemen
karena departemen masih merupakan bagian dari organisasi. Departemen
tidak mempunyai otonomi sebesar divisi. Jika organisasi belum terlalu besar,
departemen barangkali lebih cocok digunakan dibandingkan dengan divisi.
Apabila organisasi menjadi semakin besar, divisi barangkali lebih cocok
digunakan.
3. Struktur Matriks
Struktur organisasi matriks berusaha menggabungkan sisi positif struktur
fungsional dan struktur divisi. Struktur fungsional mempunyai sisi positif
karena mendorong spesialisasi, tetapi koordinasi menjadi sulit dilakukan.
Struktur divisi mendorong koordinasi, tetapi tidak terlalu mendorong
spesialisasi keahlian. Dalam struktur organisasi matriks, karyawan
mempunyai dua atasan: fungsional dan divisional. Bagan berikut ini
menunjukkan struktur tersebut.
Direktur
Utama
Direktur
Utama
Direktur
Utama
Direktur
Utama
E. KOORDINASI
1. Pooled Interdependence
Ketergantungan semacam ini tidak banyak membutuhkan interaksi.
Sebagai contoh, organisasi dengan bentuk konglomerasi mempunyai
divisi yang berbeda satu sama lain dan tidak berkaitan. Keuntungan atau
laba organisasi tersebut merupakan penjumlahan laba setiap divisi.
2. Sequential Interdependence
Ketergantungan dalam bentuk ini ditandai dengan dipakainya output
suatu bagian sebagai input bagian lainnya. Tingkat ketergantungan
antarbagian lebih kompleks dibandingkan pooled interdependence, tetapi
pengaruh masih bergerak satu arah. Lini perakitan mobil merupakan
contoh ketergantungan semacam ini.
3. Reciprocal Interdependence
Ketergantungan semacam ini muncul apabila bagian-bagian saling
memengaruhi satu sama lain. Arah ketergantungan tidak hanya satu arah,
dapat lebih dari satu arah. Tingat ketergantungan semacam ini paling
kompleks. Karena itu, koordinasi semakin diperlukan dalam hal ini.
2.Meningkatkan Potensi
Koordinasi
d. Sistem Informasi
Vertikal
e. Hubungan atau
1. Teknik Manajemen Dasar Komunikasi Horizontal
a. Hierarki Manajerial
b. Prosedur dan Aturan
c. Rencana dan Tujuan
1. Lingkungan
Lingkungan memengaruhi tingkat desentralisasi. Sebagai contoh, Alfred
Chandler menemukan apabila tingkat persaingan cukup ketat, industri
berubah cukup dinamis, lalu perusahaan mengembangkan produk melalui
riset dan pengembangan sendiri sehingga organisasi akan cenderung
mempunyai struktur desentralisasi. Sementara itu, organisasi yang bergerak
dalam lingkungan yang stabil, mudah diprediksi, dan teknologi yang tidak
mudah berubah akan memilih struktur yang tersentralisasi.
EMKA4116/MODUL 5 5.25
2. Ukuran
Semakin besar organisasi akan semakin kompleks organisasi tersebut.
Desentralisasi diperlukan karena sentralisasi akan memberi beban yang
sangat besar terhadap manajemen. Jika organisasi tumbuh pesat,
desentralisasi akan semakin diperlukan.
3. Faktor Lain
Jika risiko dan biaya yang berkaitan dengan suatu keputusan cukup
tinggi, manajer akan berhati-hati dalam mendelegasikan wewenangnya.
Sentralisasi kemungkinan akan terjadi dalam situasi semacam ini. Manajer
mempunyai preferensi yang berbeda-beda terhadap delegasi wewenang.
Manajer yang suka mendelegasikan wewenangnya akan menghasilkan
struktur yang lebih terdesentralisasi. Budaya organisasi juga menentukan
tingkat desentralisasi. Budaya dapat terbentuk dari sejarah organisasi
tersebut. Apabila suatu organisasi didirikan oleh orang yang tidak suka
mendistribusikan wewenangnya, nilai yang terbentuk (budaya organisasi)
kemungkinan merupakan nilai yang menyukai sentralisasi dibandingkan
desentralisasi. Kemampuan bawahan menentukan tingkat desentralisasi:
apabila banyak karyawan yang mampu menangani pekerjaan, tingkat
desentralisasi akan semakin tinggi.
Tampaknya desentralisasi semakin banyak digunakan oleh organisasi.
Tekanan lingkungan, seperti persaingan yang semakin ketat dan karyawan
yang semakin mampu, barangkali mampu menjelaskan popularitas
desentralisasi. Desentralisasi juga dianggap sebagai sesuatu yang lebih baik
dibandingkan sentralisasi karena desentralisasi mendorong kebutuhan
manusia untuk berprestasi atau aktualisasi diri.
Wewenang, Departementalisasi, Hubungan
Pelaporan, dan Desain Kerja
A. WEWENANG
1. Pandangan Klasik
Menurut pandangan klasik, wewenang datang dari tingkat paling atas,
kemudian secara bertahap diturunkan ke tingkat yang lebih bawah. Tingkat
paling atas, barangkali Tuhan, kemudian diturunkan ke pemerintah, raja, atau
masyarakat sebagai satu kelompok. Kemudian, diturunkan ke individu.
Menurut pandangan ini, manajer mempunyai hak untuk memerintah karena
merasa tingkatan yang lebih tinggi dan karyawan mempunyai kewajiban
untuk menjalankan perintah tersebut. Jika seorang individu hidup di suatu
negara atau organisasi, dia harus mematuhi peraturan-peraturan (hukum)
yang berlaku di negara atau organisasi tersebut. Jika tidak mau mematuhi
peraturan yang berlaku, sebagai konsekuensinya dia harus meninggalkan
organisasi tersebut atau mengubah peraturan jika memungkinkan.
2. Pandangan Penerimaan
Menurut pandangan ini, sudut pandang wewenang adalah penerima
perintah, bukannya pemberi perintah. Pandangan ini dimulai dengan
pengamatan bahwa tidak semua perintah dipatuhi oleh penerima perintah.
Penerima perintah dapat menentukan apakah akan menerima perintah atau
tidak. Meskipun tampaknya pandangan tersebut mengarah pada kekacauan
dalam suatu organisasi (karena karyawan tidak begitu saja mau menerima
perintah), kebanyakan perintah dapat diterima oleh karyawan. Pandangan
tersebut mempunyai sisi positif karena memberi tekanan pada karyawan.
Chester I. Barnard merupakan salah satu pendukung pandangan tersebut.
Menurut Barnard, seseorang akan menerima perintah apabila dipenuhi empat
kondisi berikut. (1) Dia dapat memahami komunikasi. (2) Dia percaya bahwa
perintah tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi. (3) Perintah
tersebut tidak bertentangan dengan kepentingannya secara keseluruhan. (4)
Secara fisik dan mental, ia mampu menjalankan perintah tersebut.
Pandangan tersebut mengarah pada istilah wilayah penerimaan atau
wilayah acuh tidak acuh (indifference). Wilayah tersebut merupakan wilayah
tempat seseorang mau menerima perintah apabila perintah tersebut berada
dalam range yang normal. Apabila perintah tersebut jatuh dalam range yang
tidak normal, kemungkinan karyawan tidak akan menerima perintah tersebut.
a. Wewenang lini
Wewenang lini dipunyai oleh manajer lini yang mengambil keputusan
untuk mencapai tujuan organisasi secara langsung. Dalam bagan organisasi,
wewenang lini digambarkan oleh garis yang menghubungkan manajemen
puncak sampai ke manajemen tingkat bawah. Apa yang disebut sebagai
wewenang lini akan berbeda dari satu organisasi ke organisasi lainnya,
tergantung tujuan organisasi. Pada perusahaan manufaktur, wewenang lini
barangkali akan terbatas pada fungsi produksi dan penjualan. Fungsi
akuntansi dan keuangan bukan merupakan wewenang lini. Pada perusahaan
supermarket, wewenang lini akan terbatas pada penjualan dan pembelian
karena pembelian (procurement) merupakan fungsi pokok dari usaha
supermarket. Wewenang lini juga akan berbeda tergantung ukuran
organisasi. Pada perusahaan kecil, barangkali semua manajer merupakan
manajer lini. Pada saat perusahaan tumbuh menjadi besar, staf yang lebih
spesialis diperlukan untuk membantu manajer lini.
b. Wewenang staf
Wewenang staf dilakukan oleh orang atau kelompok orang yang
memberikan jasa atau nasihat kepada manajer lini. Staf ahli biasanya
merupakan istilah yang menggambarkan posisi tersebut. Karena spesialisasi
yang dipunyai, staf ahli memberikan nasihat kepada manajer. Nasihat
tersebut kemudian dipakai sebagai pertimbangan untuk pengambilan
keputusan oleh manajer. Penasihat juga istilah yang sering dipakai untuk
menggambarkan posisi tersebut. Penasihat ahli atau penasihat biasa dijumpai
pada organisasi perusahaan, pemerintah, atau kerajaan.
Staf ahli memberikan nasihat berdasarkan keahlian, pengalaman, atau
riset dan analisis yang diperlukan. Staf ahli juga dapat memberikan bantuan
pelaksanaan kebijakan, monitor, dan pengendalian. Pekerjaan yang dilakukan
oleh staf ahli akan sangat ditentukan oleh kebutuhan manajer lini. Sebagai
contoh, jika perusahaan menghadapi gugatan hukum, staf ahli hukum dapat
dimintai pendapat. Staf ahli hukum tersebut barangkali juga dapat diminta
membentuk komite yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan
gugatan tersebut.
Dengan demikian, kadang-kadang sulit untuk membedakan antara
pekerjaan lini dan pekerjaan staf. Manajer lini kadang-kadang mengerjakan
pekerjaan staf, staf kadang-kadang mengerjakan pekerjaan lini. Akan tetapi,
perbedaan yang tampak adalah staf mempunyai fokus pada pemberian jasa
dan nasihat kepada manajer lini, sedangkan manajer lini mengambil
keputusan yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi secara langsung.
Gambar berikut ini menunjukkan perbedaan antara manajer lini dan staf.
Gambar 5.7 Manajer Lini dan Staf
Catatan:
Asisten merupakan posisi staf.
Presiden dan manajer divisi merupakan posisi lini.
Wakil direktur fungsional merupakan staf spesialis.
c. Wewenang fungsional
Kadang-kadang organisasi mempunyai manajer atau departemen yang
mempunyai wewenang fungsional. Fungsi keuangan dan akuntansi sering
diberikan wewenang fungsional. Gambar berikut ini menunjukkan struktur
wewenang fungsional.
Direktur Utama
Wakil Direktur
Personalia
Catatan:
Garis terputus-putus menunjukkan garis komando wewenang fungsional.
Garis lurus menunjukkan wewenang lini.
4. Delegasi Wewenang
Pada waktu mendesain struktur organisasi, distribusi wewenang menjadi
salah satu pertimbangan yang penting. Wewenang dapat diartikan sebagai
kekuasaan yang dilegitimasi (diresmikan) oleh organisasi. Distribusi
wewenang yang tinggi membuat organisasi semakin terdesentralisasi,
sebaliknya distribusi wewenang yang rendah membuat organisasi semakin
tersentralisasi. Distribusi wewenang kadang-kadang merupakan suatu
keharusan, terutama apabila organisasi tumbuh semakin besar dan manajer
tidak mungkin menangani semua keputusan yang harus diambil. Pada saat
ini, delegasi wewenang diperlukan. Delegasi wewenang dapat diartikan
sebagai penugasan wewenang dan tanggung jawab formal organisasi kepada
orang lain, dalam hal ini karyawan. Wewenang dapat didelegasikan sesuai
dengan prinsip skalar dari manajemen klasik, yang mengatakan bahwa garis
wewenang harus ditetapkan dengan jelas dari manajemen puncak sampai
karyawan paling bawah. Bagaimana dengan tanggung jawab? Apakah berarti
manajer dapat melepaskan tanggung jawab? Jawabannya tidak. Tanggung
jawab tetap pada manajer yang mendelegasikan wewenang. Karyawan yang
memperoleh delegasi wewenang bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang
harus dilakukan, sedangkan manajer bertanggung jawab secara keseluruhan
terhadap pekerjaan tersebut. Delegasi wewenang bukan merupakan pelepasan
tanggung jawab.
B. HUBUNGAN PELAPORAN
N
Interaksi = N (2 /2 + N - 1)
Sebagai contoh, jika ada dua bawahan, interaksi potensial ada (2 (22/2 +
2 - 1)) = 6. Jika jumlah bawahan menjadi lima, interaksi potensial menjadi
100. Semakin banyak bawahan, interaksi akan menjadi semakin kompleks.
Sayangnya, Graicunas tidak menjelaskan berapa jumlah bawahan yang
optimal. Penulis manajemen yang lain, Ralph C. Davis, menjelaskan dua
jenis: rentang operasional untuk manajer tingkat bawah dan rentang eksekutif
untuk manajer tingkat menengah dan atas. Davis berpendapat, rentang
operasional dapat mencapai 30, sedangkan rentang eksekutif harus dibatasi
antara tiga sampai sembilan, tergantung faktor-faktor yang memengaruhi.
Lyndall F. Urwick berpendapat bahwa rentang manajemen tidak boleh
melebihi enam bawahan.
Pandangan modern tidak lagi mencoba menghitung rentang manajemen
yang ideal. Rentang manajemen yang ideal akan ditentukan oleh beberapa
faktor sehingga tidak ada jumlah rentang manajemen ideal yang berlaku.
Meskipun demikian, pandangan klasik memberikan kontribusi karena
menyadarkan keterbatasan manajer dalam mengawasi bawahannya. Rentang
yang ideal akan ditentukan oleh beberapa faktor berikut.
1. Pengalaman dan kemampuan manajer serta bawahannya. Jika manajer
dan bawahan mempunyai pengalaman dan kemampuan yang tinggi,
dapat dibentuk rentang manajemen yang lebih lebar.
2. Despersi fisik. Jika bawahan terdespersi, misalnya satu bertugas di Aceh
dan yang lain bertugas di Jawa Timur, rentang manajemen akan lebih
sempit.
3. Tingkat interaksi yang diperlukan. Jika interaksi yang diperlukan
semakin intens, rentang manajemen akan lebih sempit.
4. Tingkat standardisasi prosedur. Jika prosedur yang standar semakin
tinggi, rentang manajemen akan semakin lebar.
5. Kesamaan pekerjaaan yang diawasi. Jika pekerjaan yang serupa semakin
banyak, potensi rentang manajemen akan semakin lebar.
Organisasi Tall
Organisasi Flat
6. Pertimbangan Lainnya
Bagian atau kelompok kerja sering disebut dengan nama yang berbeda,
misalnya departemen atau divisi. Departemen berbeda dengan divisi. Divisi
mempunyai otonomi yang lebih besar, sedangkan departemen masih
merupakan bagian dari suatu organisasi. Organisasi dapat menggunakan lebih
dari satu basis pengelompokan. Sebagai contoh, perusahaan multinasional
dapat menggunakan basis lokasi, kemudian untuk setiap lokasinya digunakan
basis fungsional. Perubahan basis juga sering dilakukan menyesuaikan
perubahan lingkungannya. Pada waktu masih kecil, organisasi menggunakan
basis fungsional, kemudian setelah tumbuh besar berubah menggunakan
basis produk. Pada waktu berkembang menjadi perusahaan multinasional,
basis lokasi digunakan.
D. DESAIN KERJA
b. Pendekatan motivasional
Dengan keterbatasan pendekatan mekanis, penulis lain mulai mencari
pendekatan yang lain. J. Richard Hackman dan G.R. Oldham
mengembangkan model desain kerja dengan tujuan memotivasi karyawan.
Menurut mereka, dimensi kerja yang pokok mencakup lima hal: variasi
keterampilan, identitas tugas, arti atau pentingnya tugas, otonomi, dan umpan
balik (lihat Gambar 5.10 berikut ini).
Model itu disebut juga sebagai pendekatan karakteristik kerja. Menurut
mereka, pekerjaan seharusnya didiagnosis dan diperbaiki melalui lima
macam dimensi kerja di atas. Apabila kelima dimensi kerja tersebut tinggi,
karyawan akan merasakan arti pentingnya kerja, merasakan tanggung jawab
untuk mencapai hasil tertentu, dan dia mengetahui perkembangan kerjanya.
Hasilnya, karyawan tersebut akan semakin termotivasi dan mempunyai
kepuasan kerja yang tinggi. Organisasi juga memperoleh manfaat dari situasi
semacam itu: kualitas kerja yang tinggi dan tingkat perputaran serta absensi
yang rendah. Kebutuhan berkembang (growth need) karyawan juga
memainkan peranan dalam model tersebut. Untuk karyawan dengan
kebutuhan berkembang yang tinggi, tingkat dimensi kerja yang tinggi (untuk
kelima dimensi) menunjukkan efek yang semakin tinggi dibandingkan
dengan karyawan yang tidak mempunyai kebutuhan berkembang yang
tinggi. Model tersebut dapat dipakai untuk memahami cara meningkatkan
motivasi kerja karyawan. Berikut ini cara-cara meningkatkan kepuasan kerja
yang lebih spesifik.
Kebutuhan
Karyawan untuk
Berkembang
c. Pendekatan biologi
Pendekatan biologi mencoba mendesain kerja dengan menggabungkan
pertimbangan tubuh manusia melalui tujuan menciptakan kerja yang seaman
mungkin. Tidak hanya kecelakaan kerja yang ditekan serendah mungkin,
tetapi juga kelelahan kerja dapat ditekan serendah mungkin. Pendekatan ini
sering disebut juga sebagai ergonomics. Beberapa contoh desain kerja atau
produk yang ergonomics sering muncul, misalnya keyboard komputer
dirancang dengan konsep ergonomics dengan tujuan menekan kelelahan
kerja mengetik dengan komputer. Keyboard yang standar saat ini tidak cukup
ergonomis. Contoh lain adalah meja dan kursi kerja disusun secara
ergonomis agar mereka yang banyak duduk dan kelelahan kerja akan
berkurang.
d. Pendekatan (motor perceptual)
Pendekatan tersebut mirip dengan pendekatan biologi. Dalam
pendekatan biologi, tubuh menjadi pertimbangan pokok dalam desain kerja.
Kerja didesain sehingga tubuh manusia dapat melakukan kerja dengan aman.
Dalam pendekatan motor, kerja didesain tidak melebihi kemampuan mental
pekerja. Pekerjaan manajer dapat mengakibatkan stres yang tinggi. Informasi
yang datang berlebihan dan tekanan untuk memenuhi target waktu ataupun
target lainnya dapat melebihi kemampuan mental manajer.