Ada tiga langkah yang harus kita lakukan untuk menganalis kualitas pupuk.
Langkah pertama, mengambil sampel pupuk yang ada di gudang penyimpanan.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak pada 10 titik tumpukan karung
pupuk. Semua sampel ditampung pada sebuah kantong. Jumlah sampel pupuk
per titik, sekitar 200 gram.
Selanjutnya, kantong plastik sampel diberi label sebagai penanda. Pada label,
dicantumkan jenis pupuk, nomor kendaraan pengangkut pupuk, tanggal pupuk
diterima, lokasi gudang penyimpanan, data surat jalan, dan jumlah tonase
pupuk. Kemudian, sampel dikirim ke Ar and Di, Soil Lab atau R & D, Soil Lab.
Setelah itu, sampel pupuk ditimbang, dan didestruksi dengan asam kuat. Sampel
hasil destruksi, kemudian diekstraksi, lalu dilakukan proses homogenisasi.
Langkah terakhir, adalah menganalisis sampel pupuk. Analisis sampel diawali
dengan menganalisis kadar air asli dan koreksi. Dilanjutkan dengan analisis
unsur kimia, seperti kalium, fosfor, nitrogen dan sebagainya, sesuai kebutuhan.
NARASI 2.
Menyiram tanaman industri dalam hamparan yang luas, tidak efektif jika
dilakukan secara manual. Untuk itu, kita membutuhkan sprinkler, yaitu alat
yang berguna untuk menyemprotkan air secara otomatis, sehingga tanaman
dapat tumbuh subur.
Namun, pemasangan sprinkler dalam system irigasi di lahan yang luas, harus
dilakukan sedemikian rupa. Sehingga, semprotan air dari alat ini dapat
menyebar secara merata ke tanaman.
Nah, untuk memastikan semprotan air dari sprinkler bisa merata, dapat
dilakukan dengan cara menghitung tingkat keseragaman semprotan sprinkler.
Bagaimana caranya?
Langkah pertama yang kita lakukan, adalah menimbang gelas botol kosong
untuk mengetahui beratnya. Selanjutnya, botol-botol tersebut diberi nomor, dan
diletakkan dalam suatu grid, dengan jarak tertentu. Disini kita memakai jarak 50
centimeter.
Nomor botol, menunjukkan jumlah botol yang kita gunakan untuk mengukur
koefisien keseragaman. Hasil tampungan adalah volume air yang tertampung
selama masa aplikasi sprinkler. Dan nilai mutlak, Xi dikurang Xbar, dimana Xi
adalah nilai masing-masing pengamatan, dan Xbar merupakan nilai rata-rata
dari pengamatan.
Setelah itu, data-data tersebut kita masukkan ke dalam rumus berikut. Gunanya,
untuk menentukan seberapa besar koefisien keseragaman dari sistem irigasi
kita. Pada rumus ini, CU adalah koefisien keseragaman, Xbar adalah nilai rata-
rata dari pengamatan, n adalah total jumlah pengamatan, dan Xi adalah nilai
masing-masing pengamatan.