DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KOTA PEKANBARU
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
berdasarkan data dari BPS adalah berjumlah ± 1.091.088 jiwa, dengan kepadatan
penduduk 1.726 Km2. Kota Pekanbaru terletak antara garis 101,14’ – 101,34’ Bujur
Timur dan 0,25’ – 0,45’ Lintang Utara dengan batas wilayah sebagai berikut :
Berdasarkan data dari kantor BPS kota Pekanbaru tahun 2017, Jumlah
proporsi terbesar yaitu jumlah penduduk berusia antara 22 - 24 tahun yaitu 123.620
orang ( 11,33% ). Dari struktur penduduk terlihat bahwa kelompok umur balita yaitu
110.018 orang ( 10,08 %), sedangkan kelompok umur > 65 tahun terdapat 30.102
orang ( 2,76 %). Sex ratio antara laki-laki dan perempuan, ditemukan laki-laki lebih
Beban tanggungan di Kota Pekanbaru tahun 2017 adalah 42. orang per 100
penduduk.
Kemampuan baca tulis atau melek huruf merupakan salah satu indikator
yang penting dari seseorang untuk dapat menerima pesan tertulis, aktif dalam
pembangunan kesehatan secara wajar dan berpartisipasi dalam pembangunan
kesehatan serta dapat menikmati hasil dari pembangunan kesehatan itu sendiri.
Jumlah penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf di Kota Pekanbaru
tahun 2017 berjumlah 883.755 orang (99,90 %). Porsi terbesar tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan penduduk Pekanbaru adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA dan sejenis) dengan persentase 43,2% dari jumlah penduduk kota
Pekanbaru berumur 10 tahun ketas. Sedangkan yang tamat Perguruan Tinggi
sebesar 12,88% (Sarjana Muda,S1 dst) dari total jumlah penduduk kota Pekanbaru
berumur 10 tahun ke atas.
Sebagai salah satu Kota yang ada di Indonesia, Kota Pekanbaru merupakan
Kota, dimana keberadaan pusat ekonomi ibu kota propinsi , pelabuhan dan
bandara menjadikan kota ini hidup dan banyak dikunjungi oleh masyarakat di luar
wilayah. Mobilitas keluar masuknya masyarakat ini merupakan faktor risiko
terjadinya penularan penyakit masuk dan keluar wilayah.
Untuk melaksanakan tanggap darurat kesehatan yang adekuat, maka perlu
disusun suatu Rencana Kontijensi secara terintegrasi di wilayah Kota Pekan Baru
dan juga di pintu masuk (bandara, pelabuhan). Hal ini penting karena upaya
penanggulangan KKM tidak dapat dipisahkan, namun harus dilakukan secara
terintegrasi. Pada kondisi situasi kedaruratan benar-benar terjadi, rencana
kontinjensi yang sudah disusun dapat diaktivasi menjadi rencana operasi
penanggulangan dengan penyesuaian-penyesuaian situasi di lapangan.
Dalam menyusun rencana kontinjensi KKM, perlu juga memperhitungkan
dampak ikutan (collateral impact) atau kedaruratan kedua yang mungkin terjadi,
seperti kemungkinan adanya isolasi wilayah yang memberikan dampak ekonomi,
kerusuhan sosial dan lain-lain yang mungkin memerlukan skenario tersendiri dan
penanganan kedaruratan yang memerlukan keahlian, ketrampilan dan kompetensi
khusus serta sumber daya yang bersifat spesifik.
1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya Rencana Kontinjensi KKM di Kota Pekanbaru adalah
tersedianya instrumen kesiapsiagaan, deteksi dini dan respon cepat dalam hal
menghadapi kemungkinan terjadinya Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM).
b. Kontinjensi
Suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi
mungkin juga tidak akan terjadi.
c. Perencanaan Kontinjensi
Suatu proses perencanaan ke depan, dalam keadaan yang tidak
menentu, dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan
manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengerahan potensi
disetujui bersama untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik
dalam situasi darurat atau kritis. Melalui perencanaan kontinjensi, akibat dari
ketidak-pastian dapat diminimalisir melalui pengembangan skenario dan
asumsi proyeksi kebutuhan untuk tanggap darurat.
d. Kedaruratan
Suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok masyarakat
luas sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang memerlukan respons
intervensi sesegera mungkin guna menghindari kematian atau kecacatan
serta kerusakan lingkungan.
i. Manajemen Kedaruratan
Seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan
kedaruratan, pada menjelang, saat dan sesudah terjadi keadaan darurat,
yang mencakup kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan darurat.
j. Skenario
Membuat gambaran kejadian secara jelas dan rinci tentang bencana yang
diperkirakan akan terjadi meliputi lokasi, waktu dan dampak bencana.
k. Penentuan Kejadian
Proses menentukan satu ancaman yang akan dijadikan dasar dalam
perencanaan kontinjensi.
l. Perencanaan Sektoral
Merencanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebutuhan dan
sumberdaya yang tersedia di setkor-sektor untuk tanggap darurat dengan
mengacu pada standar minimum.
m. Aktivasi
Mengaktifkan dokumen (rencana kontinjensi) sebagai pedoman/acuan dalam
penanganan darurat.
n. Tanggap Darurat
Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
p. Pemulihan Darurat
Proses pemulihan segera kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada kondisi semula
dengan memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar.
r. Peralihan
Tindakan yang harus dilakukan setelah rencana kontinjensi tersusun, baik
terjadi bencana atau tidak terjadi bencana.
BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA PEKAN BARU
2.1. Bahaya/Ancaman
GAMBAR 1
PETA WILAYAH KOTA PEKAN BARU
Kota Pekan Baru adalah salah satu kota di Provinsi Riau tepatnya sebagai ibu Kota
Propinsi Riau. Kota ini berbatasan dengan Sebelah Utara berbatasan dengan
Barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Kampar dan Siak. Dari segi kondisi hidrolig, Kota Pekan Baru memiliki
posisi strategis berada pada jalur lintas Timur sumatera, terhubung dengan beberapa
Kota seperti Medan, padang dan Jambi, dengan wilayah administratif yang di apit oleh
2 Kabupaten yaitu : Siak dan Kampar. Kota pekanbaru di belah oleh sungai Siak yang
mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian berkisar antara 5 - 50 meter
diatas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis dengan suhu udara maksimum
berkisar antara 34.1 ºC hingga 35.6 ºC dan suhu minimum antara 20.2 ºc hingga 23.0
ºC, Mengingat letak kota pekanbaru yang begitu fital dan sebagai daerah transit dari
dan Ke Wilayah negara tetangga Malaisia dan Singapora maka sangatlah mengkin
terjadi hal-hal yang bersifat ancaman terhadap penyakit yang berpotensi Kejadian Luar
Biasa (KLB)
Geografi
Kota Pekanbaru adalah Ibu kota Provinsi Riau. Kota ini merupakan Kota
Perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan , migrasi
dan urbanisasi yang tinggi. Pekanbaru mempunyai satu bandar udara internasional,
yaitu Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II dan terminal bus antar kota dantar Provinsi
Bandar Raya Payung Sekaki, serta dua pelabuhan di sungai Siak, yaitu Pelita Pantai
dan Sunga Duku.
Saat ini Kota Pekanbaru sedang berkembang Pesat menjadi Kota Dagang yang
multi-etnik keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai kepentingan
bersama untuk di manfaatkan bagi kesejahtraan masyarakatnya. Kota Pekanbaru
mempunyai luas wilayah 632,26 Km2 terdiri dari 12 (dua belas) Kecamatan dan 83
Kelurahan. Penduduk Kota Pekanbaru tahun 2017 berdasarkan data dari BPS adalah
berjumlah ± 1.091.088 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.726 Km2. Kota Pekanbaru
terletak antara garis 101,14’ – 101,34’ Bujur Timur dan 0,25’ – 0,45’ Lintang Utara.
Secara administrasi terbagi atas 12 kecamatan dan 83 kelurahan
Transportasi
Sektor Perhubungan Udara, Kota Pekanbaru memiliki sebuah Bandar Udara bertaraf
Internasional yang bernama Sultan Sultan Syarif Qasim II (SSQ II), yang melayani
penerbangan komersial dengan rute penerbangan dalam dan luar negeri.
Tambahan analisa resiko :…jmlh penumpang masuk dan keluar negeri termasuk
kapal……DATA DARI KKP
Gambaran Kasus
Di Bidang Kesehatan kota Pekan Baru memiliki fasilitas pelayanan kesehatan berupa
Puskesmas, Rumah Sakit Umum daerah dan Swasta, Klinik, Praktek Dokter Swasta
dan lain-lain.
Berdasarkan data tahun 2017 berikut adalah Gambaran kasus yang sering terjadi
setiap tahun di kota Pekanbaru yaitu kasus DBD sebanyak 598 kasus, dan jumlah
kematian sebanyak 3 orang, seperti terlihat pada grafik di bawah.
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar
menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.
Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Kota Pekan Baru, hal ini
dibuktikan dengan masih adanya kasus DBD yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas
di kota Pekan Baru, atau angka kefatalan kasus untuk Demam berdarah tahun 2018
sebesar 0,01. Artinya dari jumlah penderita Demam berdarah dimungkinkan terjadi
kematian sebanyak 1 penderita setiap 1000 penderita Demam berdarah.
Tabel 3
Penilaian bahaya
No Jenis ancaman KKM Jml
1 DBD 598
2 Campak 570
3 Gigitan hewan Rabies 221
4 Susp MERS-COV 0
5 Meningitis 1
6 HFMD
7 Difteri
Camp
4 ak
3 Difteri
2 MM
1 MC
1 2 3 4 5
Probabilitas
Resiko
5
4
3
2
1
1 2 3 4 5
Dari data matrik skala tingkat bahaya tersebut di atas, terdapat kolom warna
merah (paling urgen/dominan atau beresiko tinggi) maka penentuan
ketentuan/potensi resiko KKM MERS-COV dilakukan dengan kesepakatan
bersama antar unit kerja yang terliibat dalam kegiatan penyusunan. Jenis
KKM MERS-COV yang berada di kolom warna merah adalah : DBD, Flu
burung / AI, MERS CoV dan Ebola.
2.2. Kerentanan
Skenario 1 : Kejadian KKM MERS-COV terjadi dari luar Kota Pekan Baru melalui
pintu masuk Bandara atau Pelabuhan dan lolos dari pengawasan KKP karena pada
saat melewati pintu masuk belum menunjukkan gejala sehingga sudah masuk ke
masyarakat baru timbul gejala penyakit. Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi :
a. Segera terdeteksi oleh Petugas Kesehatan sebelum penyebaran bertambah
luas
b. Tidak segera terdeteksi dan telah terjadi penyebaran yang lebih luas
Skenario 2 : Kejadian KKM MERS-COV berasal dari wilayah Kota Pekan Baru
dimana telah terjadi suatu KLB yang menjadi berskala lebih besar (terjadi peningkatan
penyebaran dan angka kematian). Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi :
a. KLB tidak tertangani dengan mekanisme rutin tetapi belum terjadi
penyebaran ke luar wilayah.
b. KLB tidak tertangani dengan mekanisme rutin dan menyebar ke luar wilayah.
Skenario 3 : Kejadian KKM MERS-COV berasal dari luar negeri melalui pintu
masuk Pelabuhan Tanjung Sungai Duku dan Pelita Pantai dan Bandara Sultan
Mahammad Syarifqasim II dan terdeteksi oleh KKP dilakukan penanganan sampai
rujukan ke Rumah Sakit tetapi tetap menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kota Pekan
Baru. Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi :
a. Kasus tidak tertangani dan terjadi penyebaran yang tidak terdeteksi dini.
b. Kasus tertangani
Dalam pengembangan skenario penanggulangan KKM di wilayah, perlu juga
memperhitungkan dampak ikutan (collateral impact) atau kedaruratan kedua yang
mungkin terjadi, seperti kemungkinan adanya isolasi wilayah yang memberikan dampak
ekonomi akibat aktifitas masyarakat yang dibatasi, kerusuhan sosial dan lain-lain yang
mungkin memerlukan skenario tersendiri dan penanganan kedaruratan yang
memerlukan keahlian, ketrampilan dan kompetensi khusus serta sumber daya yang
bersifat spesifik.Untuk itulah perlu adanya kerjasama dengan lintas sektor terkait agar
KKM segera teratasi.
Skenario terjadinya KKM yaitu terjadi penularan lokal di masyarakat dengan jumlah
kasus melebihi 10 orang dengan jumlah kematian 1 orang. Adapun asumsi kejadian
KKM sebagai b erikut:
Untuk hal tersebut dinas kesehatan Kota Pekan Baru, setelah melakukan koordinasi
dan komunikasi serta kajian teknis dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kementerian Kesehatan RI, maka diajukan telaah kepada W a l i k o t a P e k a n
B a r u kiranya dapat ditetapkan kondisi tersebut sebagai kedaruratan kesehatan
masyarakat yang berpotensi wabah dengan pokok pokok pertimbangan : kajian
epidemiologi penyakit, hasil laboratorium, pelayanan dan tatalaksana kasus, potensi
dampak sosial, ekonomi dan keamanan serta perlunya dukungan dari lintas sektor
guna melaksanakan penanggulangan secara terukur dan efektif.
E . Upaya Penanggulangan
Berdasarkan skenario dan penetapan status KKM MERS-CoV di Kota Pekan Baru
tersebut diatas maka mekanisme respons yang diperlukan melalui koordinasi
Posko sebagai berikut:
1. Suspek Mers Cov ditemukan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Rumah
Sakit non Rujukan dan temuan Suspek langsung dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kota Pekan Baru . Selanjutnya Dinas Kesehatan mengkonfirmasi terlebih dahulu ke
RS rujukan.
2. Persiapan sarana dan prasarana rujukan termasuk RS rujukan.
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam proses rujukan.
4. Serah terima pasien rujukan suspek Mers Cov dengan RS rujukan.
5. Selanjutnya perawatan dilakukan sesuai prosedur oleh RS rujukan.
G . Manajemen spesimen
1 . Petugas pengambilan spesimen dari RS Rujukan bersama sama dengan
Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru.
2. Pengambilan spesimen harus dilakukan sebanyak 3 kali dengan jarak waktu 1
hari.
3 . Pemaketan spesimen dilakukan oleh RS Rujukan.
4 . Spesimen dikirim ke Litbangkes untuk diperiksa. Diperlukan waktu lebih
kurang 1 hari.
5 . Hasil pemeriksaan spesimen disampaikan kepada P o s k o K L B d e n g a n
di tembuskan ke Dirjen PP dan PL selaku Nasional Focal
Point.
6. Posko KLB akan menyampaikan hasil pemeriksaan
spesimen ke Dinas Kesehatan Provinsi yang nantinya akan
diteruskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan RS
pengirim.
7 . Hasil pemeriksaan laboratorium dilaporkan dalam rapat koordinasi Posko untuk
ditindaklanjuti dan pengambilan keputusan.
8 . Biaya transportasi, pengiriman dan pemeriksaan spesimen dihitung
berdasarkan jumlah kebutuhan lapangan dan diajukan ke Pemeirntah
Daerah Kota Pekan Baru.
H . Tatalaksana kasus di RS
J . Pemulasaran Jenazah
1. Penanganan jenazah yang disebabkan MERS-CoV harus dilaksanakan di
RS dengan petugas yang khusus dan terlatih atau apabila
meninggal di rumah, maka pemulasaran dilakukan oleh petugas yang
terlatih.
2. Petugas yang memandikan jenazah menggunakan alat pelindung diri
3. Pemandian jenazah menyesuaikan kaidah agama, kalau Islam sesuai
petunjuk MUI.
4. Tubuh mayat dibungkus dengan kantong plastik dan dimasukkan
dalam peti, ditutup rapat dengan perekat.
5. Pengantaran jenazah ke liang kubur harus dalam pengawalan petugas
keamanan.
M . Komunikasi Risiko
1. Diseminasi informasi melalui website Pemerintah Daerah, terkait kejadian atau
kasus yang terjadi, lokasi, jumlah kasus yang terjadi, upaya-upaya yang dilakukan
sesuai dengan prosedur petunjuk teknis yang disepakati.
2. Koordinasi dengan humas Pemerintah Daerah terkait kebijakan Pemerintah
Daerah untuk melakukan kewaspadaan dini sekaligus informasi keseluruh Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang ada di wilayah Pemerintah Kota Pekan Baru.
3. Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Pekan Baru terkait penyuluhan
informasi kesehatan melalui media cetak dan elektronik yang ada di seluruh
wilayah Kota Pekan Baru.
4. Dinas Kesehatan terkait informasi kesehatan penyuluhan kepada seluruh jejaring
baik dari Puskesmas seluruh kota Pekan Baru sampai jaringan di tingkat desa.
5. Media manajemen dalam rangka menyiapkan materi terkait langkah-langkah
yang diambil dalam rangka pemberian informasi, petunjuk teknis untuk
penanggulangan MERS-CoV melalui media.
6. Press release dengan cara
a. Sekretariat Posko mempersiapkan substansi dan materi yang akan
disampaikan kepada masyarakat luas melalui media massa sekurang-
kurangnya memuat informasi situasi terkini, upaya yang dilakukan, jalur
komunikasi masyarakat (posko) dan ajuran yang perlu dilakukan oleh
masyarakat
b. Disampaikan oleh ketua posko dan dapat didelegasikan kepada
koordinator bidang
c. Press release disampaikan sekurang-kurangnya sekali dalam 2 hari
atau sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kejadian di lapangan
Puskesmas /
RS/FKTP
Suspek
Konfirm
Rujuk ke RSUD
Pekan Baru
BAB III
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KKM
DI KOTA PEKAN BARU
Bila suatu daerah atau wilayah, telah dinyatakan oleh Menteri Kesehatan
berdasarkan rekomendasi dari Walikota Pekan Baru, sebagai Daerah yang berpotensi
KKM, maka untuk mencegah penyebaran penyakit dari wilayah masuk atau keluar Kota
Pekan Baru dilakukan beberapa tahapan melalui :
1. Mekanisme operasional
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru sebagai Koordinator bekerjasama
dengan lintas sektor dan program terkait, yaitu :
a. Lintas program
b. Lintas sektor
5. Tahapan Kegiatan
1) Tahap Persiapan :
- Koordinasi;
- Penyusunan Rencana Operasional;
- Pemenuhan kebutuhan operasional.
2) Tahap Pelaksanaan :dilaksanakan setelah ada instruksi dari Kota Pekan Baru
dan dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur pada lampiran
instruksi tersebut.
3) Tahap penetapan berakhirnya KKM : dinyatakan oleh menteri kesehatan
dengan rekomendasi Walikota Pekan Baru
4) Tahap Evaluasi pasca pelaksanaan : dilaksanakan setelah Walikota Pekan Baru
mendapatkan laporan dari Koordinator Lapangan dan Koordinator Teknis
bahwa situasi KKM sudah kembali normal.
DIAGRAM 2
ALUR PENILAIAN KEJADIAN BERPOTENSI
KKM DI WILAYAH
Jika terjadi KLB salah Setiap KLB yang Penyakit potensial wabah
satu dari penyakit berpotensi KKM sesuai Permenkes 1501 tahun
berikut yang dapat MERS-COV, termasuk 2010 tentang Penyakit Menular
berdampak serius bagi kejadian yang tidak Tertentu yang Menimbulkan
kesehatan masyarakat diketahui penyebab dan Wabah dan Kepmenkes lainnya
sehingga wajib sumbernya serta yang menetapkan penyakit
dilaporkan: kejadian di luar yang potensial wabah (MERS CoV)
- Smallpox Atau tercantum pada kotak Ata harus selalu dianalisa karena
- Polio liar kiri dan kotak kanan u telah terbukti potensinya dalam
- Influenza strain baru menimbukan dampak serius
- SARS bagi kesehatan masyarakat dan
berisiko menyebar lintas
negara
Apakah memenuhi kriteria KLB? Apakah menjadi perhatian nasional, regional dan global?
Ya Tida Ya Tidak
k
Apakah sudah ada penularan ke luar Apakah sudah ada penularan ke luar
wilayah kab/kota? wilayah kab/kota?
Ya Tidak Ya Tidak
Ya Tidak
Petunjuk algoritma:
1. Apakah ada dampak kesehatan masyarakat yang serius?
- Jumlah kasus dan/atau jumlah kematian dari jenis kejadian ini cukup besar
dalam tempat, waktu atau populasi
- Kejadian yang disebabkan oleh patogen dengan potensi tinggi menyebabkan
wabah (kemampuan menular bibit penyakit, kematian kasus yang tinggi, rute
penularan berganda atau karier yang sehat)
- Indikasi kegagalan pengobatan (resistensi antibiotik, kegagalan vaksin,
kegagalan atau resistensi antidote)
BAB IV
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNIT KERJA ATAU LEMBAGA
4.1. Unit Kerja atau Lembaga yang terlibat:
Peran dan fungsi Instansi Pemerintah serta Masyarakat dalam
melaksanakan penanggulangan bencana di daerah akan memerlukan koordinasi
dengan sektor:
A. Pemerintah
1. Sekretariat Daerah Kota Pekan Baru selaku koordinator fungsi pemerintah
2. Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Kota Pekan Baru
3. Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru
4. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekan Baru
5. Dinas Sosial Kota Pekan Baru
6. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Pekan Baru
7. Dinas Perhubungan Kota Pekan Baru
8. Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta se Kota Pekan Baru
9. Kantor SAR Pekan Baru
10. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Kota Pekan Baru
11. Balai Tehknik Kesehatan Lingkungan PP Kelas 1 Pekan Baru
12. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pemerintah dan swasta /TNI/Polri
se Kota Pekan Baru
13. BAPPEDA Kota Pekan Baru
14. Badan Lingkungan Hidup Kota Pekan Baru
15. Dinas Pertanian & Perikanan dan Kehutanan Kota Pekan Baru
16. Dinas Pendidikan dan Olah Raga
17. Kanwil Kementrian Agama Kota Pekan Baru
18. Kesdam II Sriwijaya
19. Polresta Kota Pekan Baru
20. Kantor Imigrasi Kelas I Pekan Baru
21. Sat Pol PP Kota Pekan Baru
22. Lanal Pekan Baru
23. Lanud Pekan Baru
24. Kodim Pekan Baru
25. Kesbangpol Kota Pekan Baru
26. TP PKK Kota Pekan Baru
27. BPJS Kota Pekan Baru
Lintas Sektor
Lintas Program
B. Badan Usaha:
- BUMN ( Angkasa Pura, Pelindo, Pusri, Pertamina, PTBA, PT Semen
Baturaja dll )
- BUMD
- Perusahaan Swasta
C.Organisasi Profesi
a. Ikatan Dokter Indonesia
b. Persatuan Perawat Nasional Indonesia
c. Ikatan Bidan Indonesia
d. Asosiasi Apoteker Indonesia
e. Patelki (Persatuan Ahli Tehknologi Laboratorium Medik Indonesia ) ,
f. Persatuan Ahli Gizi Indonesia
g. Persatuan Ahli Radiologi Indonesia
h. Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
i. PDHI ( Perhimpunan dokter hewan Indonesia )
j. IAKMI ( Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia )
D. Organisasi Masyarakat:
RAPI, ORARI
Radio Swasta
PMI Kota Pekan Baru
BIDANG
OPERASIONAL
KESEHATAN
Ketua DIAGRAM 3
STRUKTUR
Kabid. PMK ORGANISASI
Dinas POSKO KKM MERS-COV
Kesehatan kota Pekan
Baru
Anggota ;
PENANGGUNG
Kantor Kesehatan
JAWAB
PelabuhanKelas
WALIKOTA PLG II Pekan
Baru
PEKAN BARU SEKRETARIS
UPT Laboratorium
KETUA
Kesehatan
SEKDA KOTA Daerah KADINKES KOTA
BIDANG BIDANG
BLH
PEKAN BARU PEKAN BARU
KOMUNIKASI LOGISTIK:
RS Pem & Swasta
Se_Kota Pekan Baru Ketua:BPB & PK
Ketua : Diskominfo Fasilitas Kesehatan Anggota :
Tingkat Pertama (FKTP) BIDANG - Jamsar Dinkes
Anggota : Organisasi Profesi PENGAMANAN - DinSosial
- Bid SDM Dinkes Kesehatan - Bag. Kesra Setda
- Bag.Humas PMI Ketua : - KKP Seksi PKSE
Setda SAR Ka.POLRESTA - PMI
BBLK
- Kabid Pora Pokja IV TP PKK - TP – PKK Kota
Disdikpora Anggota : - BUMD,,BUMN,
BP Dokkes, Rumkitban,
- Imigrasi Poliklinik Lanal - Polres BPJS Kes swasta
- RAPI, ORARI - Lanal - Bag Umum Setda
- Lanud - Camat & Lurah
- Radio pemerintah
- Kodim
& swasta - Kesbangpol
- TP PKK - Satpol PP - Lurah/kades
- Kemenag - Dishub
- Angkasa Pura
4.2. Tugas dan Fungsi masing-masing Bidang:
1. Ketua :
- Melaporkan kepada Walikota jika terdapat masalah kedaruratan yang
membutuhkan keputusan segera
- Mengaktifkan Posko KKM MERS-COV , menyatakan status dan selesainya
keadaan KKM MERS-COV
- Menginstruksikan kepada jajaran sesuai rencana kontinjensi untuk
melakukan upaya penanggulangan KKM MERS-COV
- Menginformasikan kepada unit instansi sesuai dengan jalur komunikasi
- Melakukan pemantauan evaluasi kegiatan
2. Sekretaris :
- Melaksanakan pemantauan kegiatan melalui supervisi laporan harian
maupun laporan incidental
- Melaporkan secara rutin kepada penentu kebijakan dan Posko KLB sesuai
jenjang Posko tentang situasi dan kondisi di lapangan
- Melaporkan kepada Ketua jika terdapat masalah kedaruratan yang
membutuhkan keputusan segera
- Menjabarkan kebijakan WALIKOTA menjadi langkah-langkah operasional
untuk melaksanakan kegiatan berikut penjelasan cara melaksanakan
kegiatan tersebut
- Membuat SOP terkait KKM MERS-COV yang disesuaikan dengan kondisi
daerah
3. Bidang Komunikasi :
- Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait
- Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak termasuk
masyarakat dan memberikan jawaban sesuai dengan kewenangannya
- Menyebarluaskan informasi melalui media cetak dan elektronik
5. Bidang Pengamanan:
- Melakukan pengamanan di wilayah yang diperlukan tindakan karantina
- Melakukan tindakan kepolisian atas permasalahan yang mengakibatkan
gangguan ketertiban
6. Bidang Logistic :
- Pengadaan dan distribusi sarana prasarana dan obat - obatan yang
dibutuhkan untuk opersional kegiatan
- Pengadaan konsumsi untuk tenaga yang terlibat dalam kegiatan
TABEL 6
KEGIATAN BERDASARKAN BIDANG PENANGGULANGAN
KKM
TABEL 7
KEGIATAN
MENGATASI DAMPAK PENANGGULANGAN KKM MERS-COV
N
RINCIAN KEGIATAN PELAKSANA KETERANGAN
O
1. Mengantisipasi keresahan Polres, Kodim , Lanal,
masyarakat akibat mobilisasi suatu Satpol PP. Kesbangpol,
wilayah yang dibatasi Dishub
2. Mengantisipasi kerusuhan Polres, Kodim , Lanal,
masyarakat akibat faktor risiko Kesbangpol, Satpol PP.
Kesehatan yang harus dikendalikan
3. Mengatasi dampak social ekonomi BPBD n Pamkar,
akibat tindakan penanganan KKM DPPKAD Bappeda.
MERS-COV yang dilakukan Dinsosnakertrans,
Bapermas PP PA&KB,
CSR BUMN, BUMD,
swasta,, Bag Kesra
Setda, BPJS
kesehatan,
4. Mengatasi Dampak Psikologis Dinsos, Dinkes, PMI,
akibat tindakan Penanggulangan RS, Kemenag
KKM.
BAB VI
RENCANA OPERASI
6.1. Tahapan Persiapan
Persiapan awal dilaksanakan dengan penyusunan Rencana Kontijensi KKM
MERS-CoV di Kota Pekan Baru dilanjutkan dengan tabletop dan simulasi.
6.2.Tahapan Pelaksanaan
DIAGRAM 4
SISTEM INFORMASI
PENANGGULANGAN KEJADIAN KKM MERS-CoV
ALUR PELAPORAN
KKP RS Puskesmas
Dinkes Kab/kota
SMS Gateway ;
Dinkes Provinsi telp/sms/fax/email
SMS
Pelaporan cepat
Unit terkait
Umpan Balik
Laporan yg diteruskan
Koordinasi
BAB VII
SUMBER DAYA
B. Logistik
1. Alat Komunikasi
2. Media KIE
3. Kendaraan Operasional
4. Ambulans
5. Kendaraan Evakuasi Penyakit Menular
6. Ruang Isolasi
7. APD
8. Desinfektan dan alat desinfektan
9. Obat – Obatan
10. ATK
11. Vaksin
12. Bahan Pangan
13. Poliklinik Set
14. Alat Pemeriksaan & Reagent Laboratorium
15. Genzet
16. Air bersih
17. Tenda
C. Sumber Dana :
1. APBN
2. APBD Propinsi Riau
3. APBD Kota Pekanbaru
4. Anggaran swasta lain yang sah dan tidak mengikat
Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui bahwa sarana kesehatan terbanyak (2.127)
adalah Posyandu dan sarana praktik dokter perorangan sebanyak 221 buah.
Rumah Sakit yang ditunjuk sebagai pusat rujukan adalah Rumah Sakit yang
mempunyai ruang isolasi sesuai standar dan SDM yang terlatih.
Rencana Kontinjensi ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka
penanggulangan KKM MERS-CoV secara umum dan dapat dikembangkan lebih lanjut.
Untuk dapat memahami isi/makna Rencana Kontinjensi ini secara lebih baik dan benar,
diperlukan pendalaman karena setiap jenis ancaman memiliki karakteristik penanganan
berbeda, meskipun pola/proses penyusunan rencana kontinjensinya sama.
Dalam hal terjadi kasus KKM MERS-CoV, maka rencana kontinjensi dengan
sendirinya berubah menjadi rencana operasi dengan merubah skenario kejadian
menjadi skenario berdasarkan kejadian yang sebenarnya, yang mana sebelumnya
berdasarkan antisipasi semata.Untuk memudahkan dalam pelaksanaan operasi
tanggap darurat KKM MERS-CoV, dalam hal Pemerintah Kota Pekan Baru telah
memiliki rencana kontinjensi, maka Pemerintah Provinsi dapat menyusun rencana
kontijensi tingkat Provinsi untuk memback-up/mendukung penyediaan sumberdaya
kepada wilayah Kabupaten/kota. Hal ini sejalan dengan kebijakan penanggulangan
KKM MERS-CoVyang mengedepankan tanggung jawab pada tatanan paling bawah
yaitu Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat.
Satu hal yang tidak kalah penting adalah bahwa rencana kontijensi bukan hanya
milik Pemerintah/Pemerintah Kabupaten/Kota, akan tetapi masyarakatlah yang perlu
lebih diperankan. Penyusunan rencana kontinjensi juga dapat disusun pada tingkat
Puskesmas atau masyarakat/komunitas untuk kebutuhan mereka.Hal tersebut sangat
positif sebagai upaya kesiapsiagaan masyarakat.Bahkan dalam prakteknya
masyarakatlah yang menjadi pelaku utama penanggulangan KKM MERS-CoV atas
dasar kemauan sendiri/sukarela dengan segala potensi dan sumberdayanya (termasuk
kearifan lokal), meskipun dimungkinkan mendapatkan bantuan dari luar.
Lampiran-Lampiran