Anda di halaman 1dari 40

DRAF RANCANGAN KONTINJENSI

KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT (KKM)


DI WILAYAH KERJA PEMERINTAH KOTA PEKAN BARU
TAHUN 2018

DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KOTA PEKANBARU
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan Kemajuan Sarana Transportasi dan kemudahan perpindahan


penduduk, menjadi salah satu faktor penyebab penyakit menular menyebar
dengan cepat dan luas melintasi batas daerah dan Negara. Dalam sepuluh tahun
terakhir ini, beberapa penyakit dari Negara lain seperti Virus Polio di Afrika,
Influensa H1N1 di Amerika, HFMD di Singapore pernah menular dan menyebar
dalam waktu singkat di wilayah Indonesia. SARS, Ebola, Mers CoV juga terbukti
mengalami penularan dan penyebaran antar Negara dengan cepat dan menjadikan
penyakit ini masuk kedalam Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM).
Sejarah mencatat bahwa beberapa pandemi kesehatan seperti pandemi
influenza (1918, 1960 dan 2009) yang terjadi pada abad ke 20 telah menewaskan
puluhan juta orang.Tiap pandemi tersebut disebabkan oleh munculnya jenis baru
virus penyakit pada manusia yang berevolusi menjadi bentuk yang menyebar
dengan mudah dari manusia ke manusia, termasuk meningkatnya kasus
mikroorganisme patogen resisten terhadap antibiotik, kondisi ini memberikan
ancaman yang besar kepada masyarakat.
Padatnya jalur penerbangan, pesatnya mobilitas manusia antar negara serta
globalisasi perdagangan barang dan hewan berimplikasi dengan meningkatnya
secara drastis jalur perdagangan barang dan hewan, yang akan meningkatkan
faktor patogen dan vektor penyakit di seluruh dunia. Beberapa faktor pendukung
besarnya risiko tersebut termasuk industrialisasi dan terjadinya perubahan iklim.
Maka untuk menghadapi kondisi tersebut diperlukan kesiapsiagaan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.
Kejadian KKM dapat terjadi secara Importasi yaitu sumber kedaruratan
berasal dari luar wilayah dan Episenter yaitu sumber kedaruratan berasal dari
wilayah kerja. Kedua kondisi tersebut dapat timbul dalam situasi yang tidak dapat
diprediksi (unpredictable) sehingga kemampuan pemerintah dan para pemangku
kepentingan dalam mencegah (to prevent), mendeteksi dini (to detect),
menangani kasus sedini mungkin (to response) akan mempengaruhi sejauh mana
besaran kejadian kedaruratan tersebut.
Sebagai bagian dari upaya menanggulangi kedaruratan dari importasi dan
episenter maka semua pihak yang mempunyai tugas dan fungsi dalam
penanggulangan kedaruratan, yang seyogyanya terlibat dan mendefinisikan tugas
dan fungsinya secara spesifik. KKM dapat berdimensi luas dan berdampak sistemik
terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan. Untuk melaksanakan tanggap darurat
kesehatan yang adekuat maka koordinasi, kolaborasi integrasi dan komunikasi
antar unit organisasi harus berjalan dengan baik.
Kota Pekanbaru mempunyai luas wilayah 632,26 Km2 terdiri dari 12 (dua

belas) Kecamatan dan 83 Kelurahan. Penduduk Kota Pekanbaru tahun 2017

berdasarkan data dari BPS adalah berjumlah ± 1.091.088 jiwa, dengan kepadatan

penduduk 1.726 Km2. Kota Pekanbaru terletak antara garis 101,14’ – 101,34’ Bujur

Timur dan 0,25’ – 0,45’ Lintang Utara dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Siak.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Siak.

Berdasarkan data dari kantor BPS kota Pekanbaru tahun 2017, Jumlah

penduduk kota Pekanbaru ± 1.091.088 jiwa. Kelompok umur yang memiliki

proporsi terbesar yaitu jumlah penduduk berusia antara 22 - 24 tahun yaitu 123.620

orang ( 11,33% ). Dari struktur penduduk terlihat bahwa kelompok umur balita yaitu

110.018 orang ( 10,08 %), sedangkan kelompok umur > 65 tahun terdapat 30.102

orang ( 2,76 %). Sex ratio antara laki-laki dan perempuan, ditemukan laki-laki lebih

besar dari pada perempuan yaitu rasio 103,09.

Kepadatan penduduk Kota Pekanbaru 1.602 km2. Adapun beban

tanggungan yaitu : beban yang ditanggung oleh penghasilan golongan produktif

( 15 – 64 tahun) untuk dikeluarkan bagi memenuhi kebutuhan mereka yang tidak

produktif (0 – 14 tahun dan umur > 65 tahun) .

Beban tanggungan di Kota Pekanbaru tahun 2017 adalah 42. orang per 100

penduduk.

Kemampuan baca tulis atau melek huruf merupakan salah satu indikator
yang penting dari seseorang untuk dapat menerima pesan tertulis, aktif dalam
pembangunan kesehatan secara wajar dan berpartisipasi dalam pembangunan
kesehatan serta dapat menikmati hasil dari pembangunan kesehatan itu sendiri.
Jumlah penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf di Kota Pekanbaru
tahun 2017 berjumlah 883.755 orang (99,90 %). Porsi terbesar tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan penduduk Pekanbaru adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA dan sejenis) dengan persentase 43,2% dari jumlah penduduk kota
Pekanbaru berumur 10 tahun ketas. Sedangkan yang tamat Perguruan Tinggi
sebesar 12,88% (Sarjana Muda,S1 dst) dari total jumlah penduduk kota Pekanbaru
berumur 10 tahun ke atas.
Sebagai salah satu Kota yang ada di Indonesia, Kota Pekanbaru merupakan
Kota, dimana keberadaan pusat ekonomi ibu kota propinsi , pelabuhan dan
bandara menjadikan kota ini hidup dan banyak dikunjungi oleh masyarakat di luar
wilayah. Mobilitas keluar masuknya masyarakat ini merupakan faktor risiko
terjadinya penularan penyakit masuk dan keluar wilayah.
Untuk melaksanakan tanggap darurat kesehatan yang adekuat, maka perlu
disusun suatu Rencana Kontijensi secara terintegrasi di wilayah Kota Pekan Baru
dan juga di pintu masuk (bandara, pelabuhan). Hal ini penting karena upaya
penanggulangan KKM tidak dapat dipisahkan, namun harus dilakukan secara
terintegrasi. Pada kondisi situasi kedaruratan benar-benar terjadi, rencana
kontinjensi yang sudah disusun dapat diaktivasi menjadi rencana operasi
penanggulangan dengan penyesuaian-penyesuaian situasi di lapangan.
Dalam menyusun rencana kontinjensi KKM, perlu juga memperhitungkan
dampak ikutan (collateral impact) atau kedaruratan kedua yang mungkin terjadi,
seperti kemungkinan adanya isolasi wilayah yang memberikan dampak ekonomi,
kerusuhan sosial dan lain-lain yang mungkin memerlukan skenario tersendiri dan
penanganan kedaruratan yang memerlukan keahlian, ketrampilan dan kompetensi
khusus serta sumber daya yang bersifat spesifik.

1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya Rencana Kontinjensi KKM di Kota Pekanbaru adalah
tersedianya instrumen kesiapsiagaan, deteksi dini dan respon cepat dalam hal
menghadapi kemungkinan terjadinya Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM).

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup rencana kontinjensi ini meliputi deteksi dini dan penanganan
kejadian KKM baik dari dalam wilayah Kota Pekanbaru maupun dari luar wilayah
(luar negeri/KKM-MD MERS-COV) sehingga tidak terjadi penyebaran yang lebih
luas sampai kembali ke situasi normal.

1.4 Definisi Operasional


a. Kesiapsiagaan
Serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta langkah-langkah secara berhasil-guna dan
berdaya-guna.

b. Kontinjensi
Suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi
mungkin juga tidak akan terjadi.
c. Perencanaan Kontinjensi
Suatu proses perencanaan ke depan, dalam keadaan yang tidak
menentu, dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan
manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengerahan potensi
disetujui bersama untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik
dalam situasi darurat atau kritis. Melalui perencanaan kontinjensi, akibat dari
ketidak-pastian dapat diminimalisir melalui pengembangan skenario dan
asumsi proyeksi kebutuhan untuk tanggap darurat.

d. Kedaruratan
Suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok masyarakat
luas sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang memerlukan respons
intervensi sesegera mungkin guna menghindari kematian atau kecacatan
serta kerusakan lingkungan.

e. Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM).


Kejadian kesehatan masyarakat yang bersifat luar biasa dengan ditandai
penyebaran penyakit menular dan/atau kejadian yang disebabkan oleh
radiasi nuklir, pencemaran biologi, dan kontaminasi kimia (NUBIKA), dan
pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar
lintas wilayah atau lintas negara.

f. Dokumen kesiapsiagaan KKM.


Merupakan dokumen yang dipersamakan dengan rencana kontinjensi atau
protokol darurat yang merupakan kesepakatan dari semua pihak terkait dan
menggambarkan proses penanggulangan terhadap suatu kondisi darurat
kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh penyakit, kimia, radio nuklir
maupun keamanan pangan baik di wilayah maupun di pintu masuk.
Dokumen kesiapsiagaan ini mengacu ke kebijakan teknis operasional,
menggambarkan siapa mengerjakan apa, komando oleh siapa, struktur
organisasi pelaksana, dan dukungan sumber daya.
g. Kejadian Luar Biasa.
Adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya
wabah.
h. Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang meluas secara
cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit dan dapat
menimbulkan malapetaka (UU Wabah tahun 1969)

i. Manajemen Kedaruratan
Seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan
kedaruratan, pada menjelang, saat dan sesudah terjadi keadaan darurat,
yang mencakup kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan darurat.

j. Skenario
Membuat gambaran kejadian secara jelas dan rinci tentang bencana yang
diperkirakan akan terjadi meliputi lokasi, waktu dan dampak bencana.

k. Penentuan Kejadian
Proses menentukan satu ancaman yang akan dijadikan dasar dalam
perencanaan kontinjensi.

l. Perencanaan Sektoral
Merencanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebutuhan dan
sumberdaya yang tersedia di setkor-sektor untuk tanggap darurat dengan
mengacu pada standar minimum.

m. Aktivasi
Mengaktifkan dokumen (rencana kontinjensi) sebagai pedoman/acuan dalam
penanganan darurat.

n. Tanggap Darurat
Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.

o. Operasi Tanggap Darurat


Kegiatan - kegiatan dalam tanggap darurat yang dilakukan oleh
sekelompok orang/instansi/organisasi yang bekerja dalam kelompok/tim.

p. Pemulihan Darurat
Proses pemulihan segera kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada kondisi semula
dengan memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar.

q. Rumah Sakit Rujukan kasus KKM


Rumah sakit yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melakukan
penatalaksanaan rujukan kasus KKM.

r. Peralihan
Tindakan yang harus dilakukan setelah rencana kontinjensi tersusun, baik
terjadi bencana atau tidak terjadi bencana.

s. Kembali ke situasi normal


Kembali dari kondisi darurat kesiapsiagaan ke kondisi normal dan memetik
manfaat yang dapat diambil dari perencanaan kontinjensi.

BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA PEKAN BARU

2.1. Bahaya/Ancaman

GAMBAR 1
PETA WILAYAH KOTA PEKAN BARU

Kota Pekan Baru adalah salah satu kota di Provinsi Riau tepatnya sebagai ibu Kota

Propinsi Riau. Kota ini berbatasan dengan Sebelah Utara berbatasan dengan

Kabupaten Siak, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kampar, Sebelah

Barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Kampar dan Siak. Dari segi kondisi hidrolig, Kota Pekan Baru memiliki

posisi strategis berada pada jalur lintas Timur sumatera, terhubung dengan beberapa

Kota seperti Medan, padang dan Jambi, dengan wilayah administratif yang di apit oleh

2 Kabupaten yaitu : Siak dan Kampar. Kota pekanbaru di belah oleh sungai Siak yang

mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian berkisar antara 5 - 50 meter

diatas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis dengan suhu udara maksimum

berkisar antara 34.1 ºC hingga 35.6 ºC dan suhu minimum antara 20.2 ºc hingga 23.0

ºC, Mengingat letak kota pekanbaru yang begitu fital dan sebagai daerah transit dari

dan Ke Wilayah negara tetangga Malaisia dan Singapora maka sangatlah mengkin

terjadi hal-hal yang bersifat ancaman terhadap penyakit yang berpotensi Kejadian Luar

Biasa (KLB)
Geografi

Kota Pekanbaru adalah Ibu kota Provinsi Riau. Kota ini merupakan Kota
Perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan , migrasi
dan urbanisasi yang tinggi. Pekanbaru mempunyai satu bandar udara internasional,
yaitu Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II dan terminal bus antar kota dantar Provinsi
Bandar Raya Payung Sekaki, serta dua pelabuhan di sungai Siak, yaitu Pelita Pantai
dan Sunga Duku.

Saat ini Kota Pekanbaru sedang berkembang Pesat menjadi Kota Dagang yang
multi-etnik keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai kepentingan
bersama untuk di manfaatkan bagi kesejahtraan masyarakatnya. Kota Pekanbaru
mempunyai luas wilayah 632,26 Km2 terdiri dari 12 (dua belas) Kecamatan dan 83
Kelurahan. Penduduk Kota Pekanbaru tahun 2017 berdasarkan data dari BPS adalah
berjumlah ± 1.091.088 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.726 Km2. Kota Pekanbaru
terletak antara garis 101,14’ – 101,34’ Bujur Timur dan 0,25’ – 0,45’ Lintang Utara.
Secara administrasi terbagi atas 12 kecamatan dan 83 kelurahan

Kecamatan-kecamatan tersebut adalah

 Kecamatan Marpoyan Damai


 Kecamatan Bukit Raya
 Kecamatan Sail
 Kecamatan Sukajadi
 Kecamatan Payung Sekaki
 Kecamatan Tampan
 Kecamatan Rumbai
 Kecamatan Rumbai Pesisir
 Kecamatan Senapelan
 Kecamatan Pekanbaru Kota
 Kecamatan Lima Puluh
 Kecamatan Tenayan Raya

Transportasi

Kota Pekanbaru memiliki sarana transportasi cukup lengkap, karena infrastruktur


jalannya cukup memadai, yang meliputi jalan darat (mobil/motor), laut (kapal), dan
udara (pesawat terbang). Kota Pekanbaru dilalui jalan nasional berupa jalan lintas
Sumatera, yakni jalur Jambi - Pekanbaru - Medan.
Sektor Perhubungan Darat, Kota Pekanbaru memiliki 5 Terminal Angkutan, 1
diantaranya terminal Kelas I, yaitu terminal AKAP – AKDP Payung Sekaki
Pekanbaru.

Sektor Perhubungan Udara, Kota Pekanbaru memiliki sebuah Bandar Udara bertaraf
Internasional yang bernama Sultan Sultan Syarif Qasim II (SSQ II), yang melayani
penerbangan komersial dengan rute penerbangan dalam dan luar negeri.

Sektor Perhubungan Laut, Kota Pekanbaru memiliki beberapa pelabuhan baik


penumpang maupun barang. Pelabuhan Penumpang bertaraf Internasional adalah
Pelabuhan Penumpang Sungai Duku, yang melayani penumpang dalam dan luar negeri

Tambahan analisa resiko :…jmlh penumpang masuk dan keluar negeri termasuk
kapal……DATA DARI KKP

Gambaran Kasus

Di Bidang Kesehatan kota Pekan Baru memiliki fasilitas pelayanan kesehatan berupa
Puskesmas, Rumah Sakit Umum daerah dan Swasta, Klinik, Praktek Dokter Swasta
dan lain-lain.
Berdasarkan data tahun 2017 berikut adalah Gambaran kasus yang sering terjadi
setiap tahun di kota Pekanbaru yaitu kasus DBD sebanyak 598 kasus, dan jumlah
kematian sebanyak 3 orang, seperti terlihat pada grafik di bawah.
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar
menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.
Penyakit DBD masih merupakan permasalahan serius di Kota Pekan Baru, hal ini
dibuktikan dengan masih adanya kasus DBD yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas
di kota Pekan Baru, atau angka kefatalan kasus untuk Demam berdarah tahun 2018
sebesar 0,01. Artinya dari jumlah penderita Demam berdarah dimungkinkan terjadi
kematian sebanyak 1 penderita setiap 1000 penderita Demam berdarah.

Dari survailans campak dengan kegiatan CBMS, masih banyak kasus


campak. Gambaran kasus campak klinis dari tahun 2017 terlihat pada grafik 2 berikut
ini.
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian kasus campak terbanyak pada
periode bulan Mei tahun 2017.
Berdasarkan grafik diatas jumlah kejadian kasus gigitan hewan penular rabies tahun 2017 ada
penurunan 30% dibanding tahun 2016, namun demikian masih menjadi masalah kesehatan .

Tabel 3
Penilaian bahaya
No Jenis ancaman KKM Jml
1 DBD 598
2 Campak 570
3 Gigitan hewan Rabies 221
4 Susp MERS-COV 0
5 Meningitis 1
6 HFMD
7 Difteri

No Jenis Ancaman JLH P R


1 MERS-COV 0 1 5
2 Difteri 3 3
3 Meningitis 2 4
Meningococus
4 Campak 4 2
5 DBD 5 1

P : Probabilitas/kemungkinan terjadinya KKM.


R : Dampak (risiko kematian/kesakitan/kerugian ekonomi, dll) yang
mungkin terjadi.
Matrik 1
Skala bahaya
Resiko
5 DBD
Probabilitas

Camp
4 ak
3 Difteri
2 MM
1 MC
1 2 3 4 5
Probabilitas

Resiko
5
4
3
2
1
1 2 3 4 5

Dari data matrik skala tingkat bahaya tersebut di atas, terdapat kolom warna
merah (paling urgen/dominan atau beresiko tinggi) maka penentuan
ketentuan/potensi resiko KKM MERS-COV dilakukan dengan kesepakatan
bersama antar unit kerja yang terliibat dalam kegiatan penyusunan. Jenis
KKM MERS-COV yang berada di kolom warna merah adalah : DBD, Flu
burung / AI, MERS CoV dan Ebola.

2.2. Kerentanan

Berdasarkan data kasus tahun 2014 – 2015 di Kota Pekan Baru


sebagaimana yang terlihat di grafik/tabel maka terdapat 3 kasus yang pernah
terjadi di Kota Pekan Baru dengan Population at Risk tertinggi pada tahun 2014
dan 2015 adalah DBD, Campak dan gigitan hewan penular rabies.

2.3. Pengembangan Skenario Dan Intervensi Secara Umum


Bila sudah ditetapkan objek kejadian kasus KKM, tim penyusun rencana
kontinjensi perlu merancang skenario yang mengasumsikan terjadinya kasus KKM di
wilayah Kota Pekan Baru, dengan menguraikan masuknya potensi masalah KKM
MERS-COV di Kota Pekan Baru, jumlah kasus, “population at risk” dan upaya-upaya
yang perlu dilakukan dalam upaya untuk penanggulangan dan lain-lain.

Skenario 1 : Kejadian KKM MERS-COV terjadi dari luar Kota Pekan Baru melalui
pintu masuk Bandara atau Pelabuhan dan lolos dari pengawasan KKP karena pada
saat melewati pintu masuk belum menunjukkan gejala sehingga sudah masuk ke
masyarakat baru timbul gejala penyakit. Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi :
a. Segera terdeteksi oleh Petugas Kesehatan sebelum penyebaran bertambah
luas
b. Tidak segera terdeteksi dan telah terjadi penyebaran yang lebih luas

Skenario 2 : Kejadian KKM MERS-COV berasal dari wilayah Kota Pekan Baru
dimana telah terjadi suatu KLB yang menjadi berskala lebih besar (terjadi peningkatan
penyebaran dan angka kematian). Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi :
a. KLB tidak tertangani dengan mekanisme rutin tetapi belum terjadi
penyebaran ke luar wilayah.
b. KLB tidak tertangani dengan mekanisme rutin dan menyebar ke luar wilayah.
Skenario 3 : Kejadian KKM MERS-COV berasal dari luar negeri melalui pintu
masuk Pelabuhan Tanjung Sungai Duku dan Pelita Pantai dan Bandara Sultan
Mahammad Syarifqasim II dan terdeteksi oleh KKP dilakukan penanganan sampai
rujukan ke Rumah Sakit tetapi tetap menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kota Pekan
Baru. Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi :
a. Kasus tidak tertangani dan terjadi penyebaran yang tidak terdeteksi dini.
b. Kasus tertangani
Dalam pengembangan skenario penanggulangan KKM di wilayah, perlu juga
memperhitungkan dampak ikutan (collateral impact) atau kedaruratan kedua yang
mungkin terjadi, seperti kemungkinan adanya isolasi wilayah yang memberikan dampak
ekonomi akibat aktifitas masyarakat yang dibatasi, kerusuhan sosial dan lain-lain yang
mungkin memerlukan skenario tersendiri dan penanganan kedaruratan yang
memerlukan keahlian, ketrampilan dan kompetensi khusus serta sumber daya yang
bersifat spesifik.Untuk itulah perlu adanya kerjasama dengan lintas sektor terkait agar
KKM segera teratasi.

TAHAPAN PENGEMBANGAN SKENARIO DAN INTERVENSI

A . Analisis Potensi Kedaruratan Kesehatan M asyar akat di Kota Pekan Baru


 Walaupun belum di deklarasikan sebagai salah satu dari Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia (PHEIC/Public Health Emergency of
International Concern), tetapi pada tanggal 17 Juli 2013 WHO telah menyatakan
bahwa MERS-CoV merupakan situasi serius dan perlu mendapat perhatian besar.
 Banyaknya jumlah jemaah haji, jemaah umrah, TKI dari yang berasal dari negara
terjangkit Mers Cov, dan tenaga kerja asing dari negara terjangkit serta semakin
meningkatnya angka tersebut setiap tahun membuktikan bahwa masih ada
ancaman dan potensi penularan di wilayah Kota Pekan Baru.
 Pemahaman dan perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya memahami
risiko penularan MERS-CoV.
 Kekhawatiran masyarakat akan penularan Mers Cov meluas di kota Pekan Baru.

B . Kedaruratan Kesehatan Masyarakat karena berjangkitnya MERS-CoV di Kota Pekan


Baru

Kejadian kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang paling mungkin terjadi adalah


 Sejak tahun April 2012- sekarang, data MERS-CoV per tanggal 11 September
2015 secara global sebanyak 1589 dengan jumlah kematian sebanyak 567
(CFR : 35,68%). Sementara di Korea dan China sebanyak 186 kasus dengan
jumlah kematian sebanyak 36 (CFR : 19,35%). MERS CoV merupakan situasi
serius dan perlu perhatian besar namun belum menjadi Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (PHEIC/Public health
emergency of international concern)
- MERS-CoV berdampak besar tidak hanya terhadap pelayanan kesehatan
tetapi juga terhadap sosial ekonomi masyarakat.
 Ketakutan warga Indonesia untuk bepergian ke luar negeri terutama ke Arab
Saudi. Demikian sebaliknya.

C . Gambaran Umum penyakit MERS-CoV


 MERS-CoV adalah penyakit sindroma pernapasan yang disebabkan oleh virus
Corona yang menyerang saluran pernapasan mulai dari yg ringan sampai
dengan berat.
 Gejalanya : demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya pasien
memiliki penyakit ko-morbid (penyakit penyerta), dengan masa inkubasi 7
sampai dengan 14 hari.
 Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat
transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan.
 Kemungkinan penularannya dapat melalui :
o Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau
bersin.
o Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.

Skenario terjadinya KKM yaitu terjadi penularan lokal di masyarakat dengan jumlah
kasus melebihi 10 orang dengan jumlah kematian 1 orang. Adapun asumsi kejadian
KKM sebagai b erikut:

 Kasus tersebar secara acak di beberapa kecamatan


 Mengenai semua kelompok umur dengan proporsi kasus pada laki-laki lebih
besar dibandingkan perempuan
 Sebagian besar suspek kasus merupakan orang yang baru pulang ibadah Haji.
 Suspek kasus MERS-CoV sudah berjalan sepanjang tahun dan masih terjadi
secara sporadis.
 Semua s u s p e k kasus MERS-CoV berkunjung ke fasilitas kesehatan
pratama dengan membawa buku K3JH atau HAC, dan selanjutnya dirujuk ke
rumah sakit. Dari hasil diagnosa sejauh ini suspek kasus MERS-CoV ini
belum ada yang positif MERS-CoV pada pemeriksaan
laboratorium (Litbangkes).
 100% dari suspek kasus MERS-CoV dirujuk ke RS Moehammad Husin Pekan
Baru.

D . Penetapan status KKM

Untuk hal tersebut dinas kesehatan Kota Pekan Baru, setelah melakukan koordinasi
dan komunikasi serta kajian teknis dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kementerian Kesehatan RI, maka diajukan telaah kepada W a l i k o t a P e k a n
B a r u kiranya dapat ditetapkan kondisi tersebut sebagai kedaruratan kesehatan
masyarakat yang berpotensi wabah dengan pokok pokok pertimbangan : kajian
epidemiologi penyakit, hasil laboratorium, pelayanan dan tatalaksana kasus, potensi
dampak sosial, ekonomi dan keamanan serta perlunya dukungan dari lintas sektor
guna melaksanakan penanggulangan secara terukur dan efektif.
E . Upaya Penanggulangan
Berdasarkan skenario dan penetapan status KKM MERS-CoV di Kota Pekan Baru
tersebut diatas maka mekanisme respons yang diperlukan melalui koordinasi
Posko sebagai berikut:
1. Suspek Mers Cov ditemukan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Rumah
Sakit non Rujukan dan temuan Suspek langsung dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kota Pekan Baru . Selanjutnya Dinas Kesehatan mengkonfirmasi terlebih dahulu ke
RS rujukan.
2. Persiapan sarana dan prasarana rujukan termasuk RS rujukan.
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam proses rujukan.
4. Serah terima pasien rujukan suspek Mers Cov dengan RS rujukan.
5. Selanjutnya perawatan dilakukan sesuai prosedur oleh RS rujukan.

F. Penemuan kasus baru melalui penyelidikan epidemiologi (PE)


1 . Pelaksanaan PE dilaksanakan oleh Tim Gerak Cepat (TGC) Dinas
Kesehatan Kota dan Puskesmas setempat, Kantor Kesehatan Pelabuhan, dan
unsur perangkat desa/kelurahan serta pengawalan BABINSA/BABINKAMTIBNAS.
2 . Penugasan diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan melalui koordinasi
dengan Koordinator Posko penanggulangan
3 . Pelaporan hasil PE disampaikan kepada kepala Bidang pengendalian masalah
Kesehatan untuk diteruskan ke Posko
4 . Format pelaporan hasil PE disesuaikan dengan Permenkes 1501/2010
5 . Hasil PE harus menyampaikan:
- Kurva epidemi menurut onset (tanggal mulai timbulnya gejala) pada kasus
baru, sehinggadapat teridentifikasi mulai dan berakhinya kasus
MERS-CoV, kecenderungan dan pola serangan.
- Tabel distribusi kasus baru menurut umur, jenis kelamin dan pekerjaan
yang diduga berhubungan dengan penularan MERS-CoV.
- Tabel dan peta distribusi kasus-kasus kesakitan dan kematian tersangka
MERS-CoV.
- Peta distribusi kasus MERS-CoV yang digambarkan dalam bentuk peta
sebaran (spot map). Peta dibuat secara bersambung menurut minggu
kejadian, sehingga dapat dicermati perkembangan penyebaran kasus dari
waktu ke waktu.
- Seringkali pelacakan kasus dilakukan untuk mengetahui penyebaran dari
satu wilayah ke wilayah lain.
6 . Meneruskan pemantauan terhadap perkembangan kasus baru dan kematian
akibat MERS-CoV menurut bentuk penyakit, waktu mulai sakit, tempat
tinggal, dan jenis tempat bekerja.

G . Manajemen spesimen
1 . Petugas pengambilan spesimen dari RS Rujukan bersama sama dengan
Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru.
2. Pengambilan spesimen harus dilakukan sebanyak 3 kali dengan jarak waktu 1
hari.
3 . Pemaketan spesimen dilakukan oleh RS Rujukan.
4 . Spesimen dikirim ke Litbangkes untuk diperiksa. Diperlukan waktu lebih
kurang 1 hari.
5 . Hasil pemeriksaan spesimen disampaikan kepada P o s k o K L B d e n g a n
di tembuskan ke Dirjen PP dan PL selaku Nasional Focal
Point.
6. Posko KLB akan menyampaikan hasil pemeriksaan
spesimen ke Dinas Kesehatan Provinsi yang nantinya akan
diteruskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan RS
pengirim.
7 . Hasil pemeriksaan laboratorium dilaporkan dalam rapat koordinasi Posko untuk
ditindaklanjuti dan pengambilan keputusan.
8 . Biaya transportasi, pengiriman dan pemeriksaan spesimen dihitung
berdasarkan jumlah kebutuhan lapangan dan diajukan ke Pemeirntah
Daerah Kota Pekan Baru.

H . Tatalaksana kasus di RS

Selama menunggu hasil laboratorium maka semua kasus tersangka MERS-CoV


akan ditatalaksana dengan menggunakan standar prosedur MERS-CoV. Dari
aspek tatalaksana kasus di RS dan sumber daya yang tersedia maka diasumsikan
RS dapat menangani kasus dengan memanfaatkan sumber daya di Rumah Sakit
di Ko t a Pe ka n Ba r u . Hal ini diukur dengan kemampuan melakukan
tatalaksana kasus MERS-CoV dengan kesiapan ruang isolasi. Penatalaksanaan
di Rumah Sakit:
1. Membentuk Tim Terpadu Rumah Sakit Penanganan MERS-CoV
2. Persiapan ruang isolasi penderita MERS-CoV
3. Persiapan sarana prasarana alat pelindung diri dan alat mobilitas yang lain
4. Persiapan pengambilan specimen legeartis sesuai Pedoman dan protap
penatalaksanaan kasus MERS-CoV di Indonesia.
5. Alur dan tata laksana MERS-CoV dilaksanakan sesuai dengan SOP
6. Jika RS Rujukan mengalami kelebihan kapasitas maka kasus dugaan
MERS-CoV dapat dirujuk ke RS R u j u k a n y a n g l a i n untuk mendapatkan
penanganan lanjutan, dengan melakukan koordinasi dan komunikasi terlebih
dahulu dengan pihak Rumah Sakit Rujukan
7. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Riau apabila diperlukan
bantuan tenaga kesehatan dari Kabupaten/Kota yang ada di Riau.
8. Penatalaksanaan pencegahan infeksi dilakukan dengan:
- Pemakaian alat pelindung diri.
- Alat pelindung diri yang telah selesai digunakan, dimusnahkan dengan
cara dibakar.
- Petugas yang terpapar, mandi dengan sabun dan air mengalir.
- Limbah cair laboratorium harus dikelola dengan benar.
- Limbah padat pasien dibakar dalam incenerator.
- Tempat tidur dan bahan yang terkontaminasi, dibungkus dan
dibakar atau di autoclave.
9. Pelaporan kasus MERS-CoV selama masa penanggulangan KKM MERS-
CoV di RS disampaikan secara harian ke Posko KKM selambatnya sebelum
pukul 18.00 Sore dengan menggunakan format terlampir

I . Pengendalian faktor risiko


1. Masyarakat umum, diberikan pemahaman oleh petugas kesehatan untuk
melakukan:
a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) :
 Selalu mencuci tangan dengan sabun, air bersih dan mengalir atau
membersihkan tangan dengan cairan pembunuh kuman.
 Makan makanan bergizi, buah dan sayur setiap hari serta banyak minum
air putih.
 Tidak merokok.
 Istirahat yang cukup.
b. Segera ke pelayanan kesehatan jika ada anggota keluarga mengalami
sakit dan ada riwayat kontak dengan p en de r i t a MERS-CoV atau riwayat
perjalanan ke Timur Tengah dan Korea, China.
c. Menggunakan masker jika batuk, demam, atau pnemonia terutama bila
bepergian.

J . Pemulasaran Jenazah
1. Penanganan jenazah yang disebabkan MERS-CoV harus dilaksanakan di
RS dengan petugas yang khusus dan terlatih atau apabila
meninggal di rumah, maka pemulasaran dilakukan oleh petugas yang
terlatih.
2. Petugas yang memandikan jenazah menggunakan alat pelindung diri
3. Pemandian jenazah menyesuaikan kaidah agama, kalau Islam sesuai
petunjuk MUI.
4. Tubuh mayat dibungkus dengan kantong plastik dan dimasukkan
dalam peti, ditutup rapat dengan perekat.
5. Pengantaran jenazah ke liang kubur harus dalam pengawalan petugas
keamanan.

K . Pengawasan lalu lintas MERS-CoV di pintu masuk negara dan wilayah


1. Melakukan pendataan faktor risiko ( Orang, barang dan alat
a n g k u t ) penular MERS-CoV yang masuk atau keluar wilayah selama
masa kedaruratan
2. Pendataan dilakukan di akses keluar masuk pelabuhan dan bandara yang
berbatasan dengan wilayah terdampak
3. Pendataan dan pengawasan dilakukan dengan menggunakan
instrument standar sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan
4. Penugasan petugas untuk melakukan pengawasan dilaksanakan
oleh Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru.
5. Hasil pendataan disampaikan kepada ke posko penanggulangan b ai k
D in as Ke se ha t a n K ot a , D in as Ke se ha t a n Pr ov in si m au pu n Di t j en
P P& P L setiap hari
6. Jika dianggap perlu, dapat diberlakukan pelarangan adanya lalu lintas faktor
risiko MERS-CoV.
7. Pengawasan lalu lintas orang, barang dan alat angkut MERS-CoV dengan
melibatkan petugas lintas sektor seperti KKP, Imigrasi, Kantor Pelayanan Bea dan
Cukai, Kepolisian, T N I , d a n d i n a s p e r h u b u n g a n .

L . Pemusnahan Barang dan Desinfeksi Alat Angkut

Barang yang positip MERS-CoV dilakukan pemusnahan dengan cara:


1. Pemusnahan dilakukan sesuai prosedur dengan dibakar.
2. Penyiapan bahan dan alat pemusnahan disiapkan oleh Rumah Sakit Umum
Daerah kota Pekan Baru.
3. Pengawasan pemusnahan harus disaksikan minimal oleh wakil Dinas
Kesehatan, Kapten atau nahkoda kapal maupun pilot pesawat, pemilik bar ang
dan masyarakat p el ab uh a n dan dibuatkan berita acara.
4. Penggantian pemusnahan dan biaya pemusnahan akan dilakukan sesuai
dengan aturan yang sudah ada.
5. Tindakan pemusnahan dengan melibatkan petugas kepolisian dan TNI

M . Komunikasi Risiko
1. Diseminasi informasi melalui website Pemerintah Daerah, terkait kejadian atau
kasus yang terjadi, lokasi, jumlah kasus yang terjadi, upaya-upaya yang dilakukan
sesuai dengan prosedur petunjuk teknis yang disepakati.
2. Koordinasi dengan humas Pemerintah Daerah terkait kebijakan Pemerintah
Daerah untuk melakukan kewaspadaan dini sekaligus informasi keseluruh Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang ada di wilayah Pemerintah Kota Pekan Baru.
3. Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Pekan Baru terkait penyuluhan
informasi kesehatan melalui media cetak dan elektronik yang ada di seluruh
wilayah Kota Pekan Baru.
4. Dinas Kesehatan terkait informasi kesehatan penyuluhan kepada seluruh jejaring
baik dari Puskesmas seluruh kota Pekan Baru sampai jaringan di tingkat desa.
5. Media manajemen dalam rangka menyiapkan materi terkait langkah-langkah
yang diambil dalam rangka pemberian informasi, petunjuk teknis untuk
penanggulangan MERS-CoV melalui media.
6. Press release dengan cara
a. Sekretariat Posko mempersiapkan substansi dan materi yang akan
disampaikan kepada masyarakat luas melalui media massa sekurang-
kurangnya memuat informasi situasi terkini, upaya yang dilakukan, jalur
komunikasi masyarakat (posko) dan ajuran yang perlu dilakukan oleh
masyarakat
b. Disampaikan oleh ketua posko dan dapat didelegasikan kepada
koordinator bidang
c. Press release disampaikan sekurang-kurangnya sekali dalam 2 hari
atau sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kejadian di lapangan

N . Manajemen logistik termasuk Alat Pelindung Diri


1. Manajemen logistic dilakukan di masing masing bidang.
2. Pemenuhan dan permintaan berdasarkan analisis kebutuhan dan
diajukan dalam rapat koordinasi Posko
3. Koordinator logistic akan memenuhi permintaan logistic baik dari
pemerintah daerah, provinsi maupun pusat serta bantuan pihak lain yang
tidak mengikat.
O . Pengakhiran status KKM

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat untuk kasus MERS-CoV dinyatakan


selesai apabila dalam surveilans aktif tidak ditemukan kasus MERS-CoV pada
manusia dalam jangka waktu 2 kali masa inkubasi terpanjang setelah kasus
terakhir yang ditemukan. Pengakhiran status KKM dicabut oleh Walikota Pekan Baru.
DIAGRAM 1
Kota Pekan Baru
i KKM MERS-COV di Wilayah
Alur Penemuan Kasus berpotens

Faktor Resiko Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan Rekam Medik dan Berpotensi KKM


Riwayat Perjalanan MERS-COV

Puskesmas /
RS/FKTP

Priksaan lebih lanjut :


HAC/ K3JH, riw penyakit
Pemeriksaan fisik

Suspek
Konfirm

Pengambilan & pengiriman spec


(Jika diperlukan)
Pengobatan tata laksana kasus dan rujukan sesuai
Pemantauan kontak SOP
Edukasi Pengambilan dan pengiriman specimen
Isolasi diri
Laporkan dlm 24 jam ke (Jika diperlukan)
Dinkes Kota Pekan Baru Laporkan dlm 24 jam ke Dinkes
Penyelidikan epidemiologi
Kab/kota
Penyelidikan Epidemiologi
Penanggulangan Penyakit
Bila gejala Pemantauan kontak kasus
bertambah berat Surveilans ketat

Rujuk ke RSUD
Pekan Baru

BAB III
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KKM
DI KOTA PEKAN BARU

Bila suatu daerah atau wilayah, telah dinyatakan oleh Menteri Kesehatan
berdasarkan rekomendasi dari Walikota Pekan Baru, sebagai Daerah yang berpotensi
KKM, maka untuk mencegah penyebaran penyakit dari wilayah masuk atau keluar Kota
Pekan Baru dilakukan beberapa tahapan melalui :

1. Mekanisme operasional
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru sebagai Koordinator bekerjasama
dengan lintas sektor dan program terkait, yaitu :
a. Lintas program
b. Lintas sektor

2. Tahapan penanggulangan KKM


Dijabarkan pada Bab V

3. Langkah pengawasan/respon terhadap sasaran (faktor risiko, orang yang


terpapar dan masyarakat), terdiri 3 (tiga) langkah :
• Langkah I : Pemeriksaan sasaran untuk menentukan tingkat resikonya;
• Langkah II : Analisa untuk menentukan intervensinya;
• Langkah III : Tindakan Intervensi.

4. Respon Teknis Penanggulangan/Standar Operasional Prosedur


Mengingat bahwa kejadian KKM disebabkan oleh berbagai penyakit menular,
penyakit tidak menular, serta oleh berbagai kejadian maka teknis (SOP)
pengawasan/respon dalam penanggulangannya berbeda. Tugas tingkat pusat
untuk menetapkan petunjuk teknis (SOP) terhadap KKM yang sedang
terjadi.Petunjuk teknis(SOP) yang ditetapkan tingkat pusat harus menjadi acuan di
Kota Pekan Baru.
Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan tersebut, dilakukan secara cermat
dan efektif sehingga meminimalkan penyebaran penyakit.

Substansi teknis penanggulangan KKM dari Pemerintah Pusat, yakni:


1) Lakukan Penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan sesuai kewenangan;
2) Mobilisasi sumber daya sesuai kebutuhan wilayah setempat
3) Umpan balik dan asistensi teknis ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota;
4) Membangun dan memperkuat jejaring kerjasama surveilans dengan lintas
program dan sektor terkait;
5) Komunikasi resiko kepada masyarakat melalui media cetak dan elektronik.

5. Tahapan Kegiatan
1) Tahap Persiapan :
- Koordinasi;
- Penyusunan Rencana Operasional;
- Pemenuhan kebutuhan operasional.

2) Tahap Pelaksanaan :dilaksanakan setelah ada instruksi dari Kota Pekan Baru
dan dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur pada lampiran
instruksi tersebut.
3) Tahap penetapan berakhirnya KKM : dinyatakan oleh menteri kesehatan
dengan rekomendasi Walikota Pekan Baru
4) Tahap Evaluasi pasca pelaksanaan : dilaksanakan setelah Walikota Pekan Baru
mendapatkan laporan dari Koordinator Lapangan dan Koordinator Teknis
bahwa situasi KKM sudah kembali normal.

DIAGRAM 2
ALUR PENILAIAN KEJADIAN BERPOTENSI
KKM DI WILAYAH

Kejadian yang terdeteksi sistem surveilans (Annex 2)

Jika terjadi KLB salah Setiap KLB yang Penyakit potensial wabah
satu dari penyakit berpotensi KKM sesuai Permenkes 1501 tahun
berikut yang dapat MERS-COV, termasuk 2010 tentang Penyakit Menular
berdampak serius bagi kejadian yang tidak Tertentu yang Menimbulkan
kesehatan masyarakat diketahui penyebab dan Wabah dan Kepmenkes lainnya
sehingga wajib sumbernya serta yang menetapkan penyakit
dilaporkan: kejadian di luar yang potensial wabah (MERS CoV)
- Smallpox Atau tercantum pada kotak Ata harus selalu dianalisa karena
- Polio liar kiri dan kotak kanan u telah terbukti potensinya dalam
- Influenza strain baru menimbukan dampak serius
- SARS bagi kesehatan masyarakat dan
berisiko menyebar lintas
negara

Apakah ada dampak


kesehatan masyarakat yang
serius?
Ya Tidak

Apakah memenuhi kriteria KLB? Apakah menjadi perhatian nasional, regional dan global?

Ya Tida Ya Tidak
k
Apakah sudah ada penularan ke luar Apakah sudah ada penularan ke luar
wilayah kab/kota? wilayah kab/kota?

Ya Tidak Ya Tidak

Apakah ada kemungkinan berdampak kepada


aspek social dan ekonomi masyarakat ?

Ya Tidak

Tidak perlu dilaporkan.


Evaluasi kembali bila ada informasi
yang lebih lengkap

Kejadian harus dilaporkan ke Kemenkes (melalui


ditjen PP dan PL selaku IHR National focal point)

Petunjuk algoritma:
1. Apakah ada dampak kesehatan masyarakat yang serius?
- Jumlah kasus dan/atau jumlah kematian dari jenis kejadian ini cukup besar
dalam tempat, waktu atau populasi
- Kejadian yang disebabkan oleh patogen dengan potensi tinggi menyebabkan
wabah (kemampuan menular bibit penyakit, kematian kasus yang tinggi, rute
penularan berganda atau karier yang sehat)
- Indikasi kegagalan pengobatan (resistensi antibiotik, kegagalan vaksin,
kegagalan atau resistensi antidote)

2. Apakah memenuhi kriteria KLB?


Sesuai Permenkes no 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu
yang Menimbulkan Wabah

3. Apakah menjadi perhatian nasional, regional dan global?


Menjadi sasaran program eliminasi penyakit menular (baik tingkat nasional,
regional maupun global)

4. Apakah ada kemungkinan berdampak pada aspek social dan ekonomi


masyarakat?
- kejadian bepengaruh terhadap aktifitas utama masyarakat (lingkungan
bekerja, tempat-tempat umum, sekolah dll)
- Kejadian berpengaruh terhadap transportasi dan perdagangan
- Kapasitas wilayah untuk penanganan kasus tidak mencukupi sehingga
diperlukan bantuan luar untuk mendeteksi, investigasi, respons dan
mengendalikan kejadian yang berjalan, atau mencegah kasus-kasus baru.

6.3. Tahapan Pasca Penanganan KKM


Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan Pasca penanganan KKM :
- Pendataan kronologi kejadian berdasarkan waktu, tempat dan orang;
- Pelaporan kepada Walikota Pekan Baru tembusan kepada Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan, Pimpinan Satuan Kerja Terkait, Komisi D DPRD Kota
Pekan Baru.

BAB IV
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNIT KERJA ATAU LEMBAGA
4.1. Unit Kerja atau Lembaga yang terlibat:
Peran dan fungsi Instansi Pemerintah serta Masyarakat dalam
melaksanakan penanggulangan bencana di daerah akan memerlukan koordinasi
dengan sektor:

A. Pemerintah
1. Sekretariat Daerah Kota Pekan Baru selaku koordinator fungsi pemerintah
2. Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Kota Pekan Baru
3. Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru
4. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekan Baru
5. Dinas Sosial Kota Pekan Baru
6. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Pekan Baru
7. Dinas Perhubungan Kota Pekan Baru
8. Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta se Kota Pekan Baru
9. Kantor SAR Pekan Baru
10. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Kota Pekan Baru
11. Balai Tehknik Kesehatan Lingkungan PP Kelas 1 Pekan Baru
12. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pemerintah dan swasta /TNI/Polri
se Kota Pekan Baru
13. BAPPEDA Kota Pekan Baru
14. Badan Lingkungan Hidup Kota Pekan Baru
15. Dinas Pertanian & Perikanan dan Kehutanan Kota Pekan Baru
16. Dinas Pendidikan dan Olah Raga
17. Kanwil Kementrian Agama Kota Pekan Baru
18. Kesdam II Sriwijaya
19. Polresta Kota Pekan Baru
20. Kantor Imigrasi Kelas I Pekan Baru
21. Sat Pol PP Kota Pekan Baru
22. Lanal Pekan Baru
23. Lanud Pekan Baru
24. Kodim Pekan Baru
25. Kesbangpol Kota Pekan Baru
26. TP PKK Kota Pekan Baru
27. BPJS Kota Pekan Baru
Lintas Sektor
Lintas Program

B. Badan Usaha:
- BUMN ( Angkasa Pura, Pelindo, Pusri, Pertamina, PTBA, PT Semen
Baturaja dll )
- BUMD
- Perusahaan Swasta
C.Organisasi Profesi
a. Ikatan Dokter Indonesia
b. Persatuan Perawat Nasional Indonesia
c. Ikatan Bidan Indonesia
d. Asosiasi Apoteker Indonesia
e. Patelki (Persatuan Ahli Tehknologi Laboratorium Medik Indonesia ) ,
f. Persatuan Ahli Gizi Indonesia
g. Persatuan Ahli Radiologi Indonesia
h. Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
i. PDHI ( Perhimpunan dokter hewan Indonesia )
j. IAKMI ( Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia )
D. Organisasi Masyarakat:
RAPI, ORARI
Radio Swasta
PMI Kota Pekan Baru

BIDANG
OPERASIONAL
KESEHATAN
Ketua DIAGRAM 3
STRUKTUR
Kabid. PMK ORGANISASI
Dinas POSKO KKM MERS-COV
Kesehatan kota Pekan
Baru
Anggota ;
PENANGGUNG
Kantor Kesehatan
JAWAB
PelabuhanKelas
WALIKOTA PLG II Pekan
Baru
PEKAN BARU SEKRETARIS
UPT Laboratorium
KETUA
Kesehatan
SEKDA KOTA Daerah KADINKES KOTA
BIDANG BIDANG
BLH
PEKAN BARU PEKAN BARU
KOMUNIKASI LOGISTIK:
RS Pem & Swasta
Se_Kota Pekan Baru Ketua:BPB & PK
Ketua : Diskominfo Fasilitas Kesehatan Anggota :
Tingkat Pertama (FKTP) BIDANG - Jamsar Dinkes
Anggota : Organisasi Profesi PENGAMANAN - DinSosial
- Bid SDM Dinkes Kesehatan - Bag. Kesra Setda
- Bag.Humas PMI Ketua : - KKP Seksi PKSE
Setda SAR Ka.POLRESTA - PMI
BBLK
- Kabid Pora Pokja IV TP PKK - TP – PKK Kota
Disdikpora Anggota : - BUMD,,BUMN,
BP Dokkes, Rumkitban,
- Imigrasi Poliklinik Lanal - Polres BPJS Kes swasta
- RAPI, ORARI - Lanal - Bag Umum Setda
- Lanud - Camat & Lurah
- Radio pemerintah
- Kodim
& swasta - Kesbangpol
- TP PKK - Satpol PP - Lurah/kades
- Kemenag - Dishub
- Angkasa Pura
4.2. Tugas dan Fungsi masing-masing Bidang:
1. Ketua :
- Melaporkan kepada Walikota jika terdapat masalah kedaruratan yang
membutuhkan keputusan segera
- Mengaktifkan Posko KKM MERS-COV , menyatakan status dan selesainya
keadaan KKM MERS-COV
- Menginstruksikan kepada jajaran sesuai rencana kontinjensi untuk
melakukan upaya penanggulangan KKM MERS-COV
- Menginformasikan kepada unit instansi sesuai dengan jalur komunikasi
- Melakukan pemantauan evaluasi kegiatan

2. Sekretaris :
- Melaksanakan pemantauan kegiatan melalui supervisi laporan harian
maupun laporan incidental
- Melaporkan secara rutin kepada penentu kebijakan dan Posko KLB sesuai
jenjang Posko tentang situasi dan kondisi di lapangan
- Melaporkan kepada Ketua jika terdapat masalah kedaruratan yang
membutuhkan keputusan segera
- Menjabarkan kebijakan WALIKOTA menjadi langkah-langkah operasional
untuk melaksanakan kegiatan berikut penjelasan cara melaksanakan
kegiatan tersebut
- Membuat SOP terkait KKM MERS-COV yang disesuaikan dengan kondisi
daerah
3. Bidang Komunikasi :
- Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait
- Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak termasuk
masyarakat dan memberikan jawaban sesuai dengan kewenangannya
- Menyebarluaskan informasi melalui media cetak dan elektronik

4. Bidang Operasional Kesehatan :


- Penyelidikan Epidemiologi
- Pemeriksaan kesehatan
- Penatalaksanaan kasus
- Tindakan rujukan
- Tindakan lanjut yang diperlukan (termasuk isolasi dan karantina wilayah)
- Pemulihan Fisik, Mental Sosial

5. Bidang Pengamanan:
- Melakukan pengamanan di wilayah yang diperlukan tindakan karantina
- Melakukan tindakan kepolisian atas permasalahan yang mengakibatkan
gangguan ketertiban

6. Bidang Logistic :
- Pengadaan dan distribusi sarana prasarana dan obat - obatan yang
dibutuhkan untuk opersional kegiatan
- Pengadaan konsumsi untuk tenaga yang terlibat dalam kegiatan

4.3. Kegiatan Penanggulangan KKM


Posko terpadu KKM MERS-COV di Kota Pekan Baru mulai diaktifkan atau
dibentuk dengan keputusan Walikota Pekan Baru
Tugas Posko terpadu KKM MERS-COV di Kota Pekan Baru yaitu
mengkoordinasikan pelaksanaan penanganan KKM MERS-COV.
Fungsi Posko terpadu KKM MERS-COV menjabarkan kebijakan Walikota Pekan
Baru menjadi langkah-langkah kegiatan operasional yaitu perintah untuk
melaksanakan kegiatan berikut penjelasan cara melaksanakan kegiatan
tersebut.
1. Berkoordinasi dalam melaksanakan kegiatan operasional lapangan dari
semua potensi lintas sektor.
2. Melaksanakan pemantauan kegiatan melalui supervisi, laporan harian
maupun laporan insidental (setiap saat bila ada masalah yang perlu
segera diselesaikan).
3. Melaporkan secara rutin (harian) kepada para Walikota dan ke Posko
terpadu KKM MERS-COV sesuai jenjang posko tentang situasi dan
kondisi terakhir dilapangan.
4. Melaporkan setiap saat kepada para penentu Walikota dan ke Posko
terpadu KKM MERS-COV sesuai dengan jenjang posko bila terdapat
masalah kedaruratan yang membutuhkan keputusan segera.
5. Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait.
6. Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak termasuk
masyarakat dan memberikan jawaban sesuai dengan kewenangannya.
7. Memberikan informasi ke media massa sebatas kewenangannya.
8. Melakukan evaluasi kegiatan penanggulangan.
BAB V
KEGIATAN UTAMA PENANGGULANGAN
KKM

Langkah-langkah yang dilakukan dalam Penanggulangan KKM dapat dilihat


pada Tabel berikut ini :
5.1. Manajemen dan Koordinasi
Koordinasi adalah suatu usaha /proses yang sinkron dan teratur untuk
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat serta mengarahkan pelaksanaan
untuk menghasilkan suatu gerakan dan tindakan yang seragam dan harmonis.
Kooordinasi sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan
pada satuan kerja yang terpisah untuk mencapai tujuan organisasi secara
efesien. Dalam suatu manajemen koordinasi harus terpusat, terpadu,
berkesinambungan dan menggunakan pendekatan multi instansional.
5.2. Tim Respon Cepat
Untuk meningkatkan kesiapsiagaan di bidang kesehatan dalam upaya
penanggulangan kedaruaratan kesehatan masyarakat, deteksi dini dan respon
cepat dibentuk tim reaksi cepat yang diharapkan akan segera bergerak
melakukan berbagai antisipasi jika terjadi Kedaruratan Kesehatabn
Masyarakat/KLB. Tim reaksi cepat bekerja secara terintegrasi sesuai dengan
SOP yang ada.
5.3. Public Awareness dan Community Engagement
Berbagai studi menunjukan bahwa factor yang paling signifikan terhadap
persoalan lingkungan adalah Public Awareness dengan kata lain problem
lingkungan berakar dari aktifitas manusia. Dengan meningkatkan komunikasi,
informasi dan edukasi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
terhadap perilaku hidup bersih dan sehat dalam menghadapi KKM MERS-
COV/KLB.
5.4. Pencegahan dan Penanggulangan
Dalam tindakan pencegahan dan penanggulangan yang efektif dan
efesien diperlukan data dan informasi yang adekuat melalui proses pengumpulan
bahan, pengolahan, analisis dan desiminasi terhadap pihak-pihak terkait yang
membutuhkan agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara baik. Kita
diharapkan dapat mengerti situasi dan kondisi yang terjadi pada saat sebelum,
pada saat dan paska terjadinya KKM.
5.5. Pengamanan
Pada situasi KKM, perlu juga memperhitungkan dampak ikutan (collateral
impact) atau kedaruratan kedua yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan
adanya isolasi wilayah yang memberikan dampak ekonomi, kerusuhan sosial dan
lain-lain yang mungkin memerlukan skenario tersendiri dan penanganan
kedaruratan yang memerlukan keahlian, ketrampilan dan kompetensi khusus
serta sumber daya yang bersifat spesifik.

5.6. Manajemen Kasus dan Penanganan Kematian


Manajemen kasus dan penanganan kematian harus sesuai dengan SOP
yang berlaku guna menghindari terjadinya penularan penyakit-penyakit yang
berpotensi KKM MERS-COV/KLB.
5.7. Laboratorium
Dalam rangka menegakkan diagnosis kasus KKM MERS-COV diperlukan
peningkatan kemampuan laboratorium. Oleh karena itu laboratorium kesehatan
daerah ditingkatkan fasilitas sarana dan prasarananya dalam memberikan
pelayanan dan penunjang pemeriksaan serta melibatkan laboratorium lain yang
ada di Kota Pekan Baru.
5.8. Peningkatan Kewaspadaan di pintu masuk dan keluar wilayah Kota Pekan
Baru
Dalam melakukan tugas pokok dan fungsi cegah tangkal keluar masuknya
penyakit yang berpotensi KKM MERS-COV perlu di lakukan kesiapsiagaan
deteksi dini dan respon cepat di Pintu masuk Negara yaitu pelabuhan dan
Bandar udara.
5.9. Monitoring dan Evaluasi
Langkah yang paling penting dalam menilai pelaksanaan semua kegiatan
melihat permasalahan yang ada dan menemukan solusi-solusi dalam
penangulangan KKM MERS-COV. Pada monitoring dan evaluasi ini diharapkan
setiap langkah dilakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala.
Berikut ini Tabel Kegiatan Berdasarkan Bidang Penanggulangan KKM :

TABEL 6
KEGIATAN BERDASARKAN BIDANG PENANGGULANGAN
KKM

NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN PELAKSANA KET


1. Manajemen dan - Membentuk PoskoKKM Koordinator: Sekda
koordinasi MERS-COV Sekretaris : Ka Dinkes
- Mengoperasikan Posko Kota Pekan Baru
KKM MERS-COV Anggota:
Seluruh instansi yang
terkait sesuai kasus.
2 Tim Reaksi - Menyiapkan Faskes Koordinator:
Cepat sesuai SOP Dinkes Kota Pekan
- Menyiapkan Tim Gerak Baru
Cepat untuk melakukan Anggota:
PE
Seluruh instansi yang
terkait sesuai kasus.
3 Public - Memberikan informasi Koordinator:
Awareness dan kepada masyarakat Diskominfo
Community - Mengendalikan Anggota:
Engagement penyebaran Informasi - TP PKK Kota
( kewaspadaan - Promkes
masyarakat ) Puskesmas

4 Pencegahan - Menyiapkan logistik Koordinator:


dan yang diperlukan sesuai BPB & PK Kota Plg
Penanggulanga kasus Anggota :
n: - Dinas Sos
a.Menyiapkan Bid Jamsar Dinkes
logistik (sarana Kota
dan Prasarana) - Bag. Kesra Setda
- KKP
- PMI

b.Penyelidikan - Penemuan Kasus Koordinator:


Epidemiologi tambahan Dinkes Kota Pekan
- Sumber Penularan Baru
- Pengelompokan Anggota:
populasi resiko Seluruh instansi yang
terkait sesuai kasus.
c.Penanganan - Pemeriksaan kesehatan Koordinator:
Kasus - Penata laksanaan kasus Dinkes Kota Pekan
- Tindakan rujukan Baru
- Tindakan lanjut yang Anggota:
diperlukan (termasuk RS
isolasi dan karantina
KKP
wilayah)
Seluruh instansi yang
terkait sesuai kasus.
5 Pengamanan - Pengamanan wilayah Koordinator:
jika diperlukan suatu Polres,
tindakan pembatasan Anggota
mobilitas ,Lanal, Lanud
Masyarakat Kesbangpol Satpol PP,
6 Manajemen - Manajemen Kasus dan Koordinator :
Kasus dan Penanganan Kematian Dinkes Kota Pekan
Penanganan sesuai dengan SOP Baru
Kematian Anggota :
RS, KKP, TNI/Polri
( pengamanan ),
pemangku wilayah.
7 Laboratorium - Pengambilan sampel Koordinator : UPT Lab
- Pengepakan Sampel Labkesda Kota Pekan
- Pengiriman Sampel Baru
Pengiriman Sampel :
Dinkes Kota Pekan
Baru
8 Peningkatan - Deteksi Dini terhadap Koordinator : KKP
Kewaspadaan di pelaku perjalanan, Anggota
Pintu-pintu barang dan alat angkut. - Imigrasi
Masuk Pekan - Melakukan kesiapsiagan - TNI/Polri
dalam penemuan kasus - Lanal
Baru
- Melakukan respon bila - Lanud
ditemukan factor resiko - Kodim
9 Monitoring dan - Mengawasi Koordinator:
Evaluasi perkembangan kasus Dinkes Kota Pekan
(meluas atau tidak) Baru
Anggota:
Seluruh instansi yang
terkait sesuai kasus.

TABEL 7
KEGIATAN
MENGATASI DAMPAK PENANGGULANGAN KKM MERS-COV

N
RINCIAN KEGIATAN PELAKSANA KETERANGAN
O
1. Mengantisipasi keresahan Polres, Kodim , Lanal,
masyarakat akibat mobilisasi suatu Satpol PP. Kesbangpol,
wilayah yang dibatasi Dishub
2. Mengantisipasi kerusuhan Polres, Kodim , Lanal,
masyarakat akibat faktor risiko Kesbangpol, Satpol PP.
Kesehatan yang harus dikendalikan
3. Mengatasi dampak social ekonomi BPBD n Pamkar,
akibat tindakan penanganan KKM DPPKAD Bappeda.
MERS-COV yang dilakukan Dinsosnakertrans,
Bapermas PP PA&KB,
CSR BUMN, BUMD,
swasta,, Bag Kesra
Setda, BPJS
kesehatan,
4. Mengatasi Dampak Psikologis Dinsos, Dinkes, PMI,
akibat tindakan Penanggulangan RS, Kemenag
KKM.

BAB VI
RENCANA OPERASI
6.1. Tahapan Persiapan
Persiapan awal dilaksanakan dengan penyusunan Rencana Kontijensi KKM
MERS-CoV di Kota Pekan Baru dilanjutkan dengan tabletop dan simulasi.

Adapun tahap persiapan selanjutnya meliputi :


A. Koordinasi
Dengan adanya instruksi dari Walikota Pekan Baru melalui Sekda untuk
melakukan persiapan KKM MERS-CoV maka Kepala Dinas Kesehatan Kota
Pekan Baru segera menindaklanjuti dengan berkoordinasi Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan dan lintas sektor terkait dalam rangka mengambil
langkah-langkah yang berkaitan dengan penanggulangan KKM MERS-CoV dan
mengacu pada Rencana Kontijensi yang telah disusun, antara lain melakukan
rapat koordinasi dan menyusun struktur organisasi posko KKM MERS-COV
dalam rangka persiapan penanggulangannya.

B. Penyusunan Rencana Operasional


Rencana operasional disusun berdasarkan rencana kontijensi dan juga
berdasarkan perkembangan epidemiologis penyakit KKM MERS-CoV yang
sedang terjadi. Rencana operasional pada dasarnya merupakan uraian dari
rencana kontijensi secara kongkrit meliputi mekanisme operasional, rincian
kegiatan dan kebutuhan yang diperlukan (tenaga, prasarana, sarana, alat,
logistik dan biaya). Rencana operasional tersebut selanjutnya ditindaklanjuti
oleh Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru dan lintas sektor terkait untuk segera
memenuhi kebutuhan operasional penanggulangan KKM MERS-CoV.

C. Pemenuhan Kebutuhan Operasional


Adapun kebutuhan operasional meliputi personil, sarana, prasarana, peralatan,
logistik dan biaya operasional KKM MERS-CoV harus dialokasikan oleh
Pemerintah Kota Pekan Baru.Pemenuhan kebutuhan tidak berarti semua
kebutuhan harus dibeli tetapi dapat dilakukan dengan meminjam dari berbagai
pihak terkait sebagaimana kesepakatan dalam rencana kontijensi KKM MERS-
CoV.

6.2.Tahapan Pelaksanaan

Dilaksanakan setelah ada instruksi penanggulangan dari pemerintah kota


Pekan Baru dan dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
pada lampiran instruksi tersebut.
Tahapan pelaksanaan penanggulangan KKM MERS-CoV:
a) Komando dan koordinasi lintas program dan sektoral;
b) Pengaktifan Tim Gerak Cepat (TGC);
c) Mempersiapkan sarana dan prasarana;
d) Penyelidikan Epidemiologi yakni dengan mencari faktor risiko berdasarkan
dari waktu, tempat dan orang;
e) Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan rujukan serta isolasi penderita termasuk
tindakan karantina;
a) Pencegahan dan Pengobatan;
b) Pemusnahan penyebab penyakit;
c) Penanganan jenazah akibat wabah;
d) Penyuluhan kepada masyarakat;
e) Upaya penanggulangan;
f) Pencatatan dan Pelaporan berjenjang.

DIAGRAM 4
SISTEM INFORMASI
PENANGGULANGAN KEJADIAN KKM MERS-CoV

ALUR PELAPORAN

KKP RS Puskesmas

SMS, telp, fax


telp/sms/fax/email

Dinkes Kab/kota

SMS Gateway ;
Dinkes Provinsi telp/sms/fax/email
SMS

Pusat c.q Posko KLB

Pelaporan cepat
Unit terkait
Umpan Balik

Laporan yg diteruskan

Koordinasi

Sistem informasi ditambahkan melalui mediasosial dengan admin dari sekretariat


Posko KKM Mers Cov

BAB VII
SUMBER DAYA

Dalam penanggulangan KKM MERS-CoV di wilayah Kota Pekan Baru, sebaiknya


kebutuhan tiap sektor/unit kerja dipenuhi dari unitnya masing-masing. Bilamana dari
kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya terdapat kekurangan maka dicarikan jalan
keluar dari berbagai sumber, antara lain :
 Sumberdaya/potensi di masyarakat dan Pemerintah Kota Pekan Baru, Pemerintah
Kabupaten/Kota lain.
 Bantuan dari swasta dan masyarakat ,pusat, Provinsi
 Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat

Kebutuhan Penanggulangan KKM MERS-CoV :


A. SDM
1. Dokter
2. Perawat
3. Bidan
4. Epidemiolog
5. Entomolog
6. Sanitarian
7. Laboran
8. Petugas Promkes / Humas
9. Petugas Keamanan
10. Medik Veteriner
11. Paramedik Veteriner
12. Petugas Administrasi
13. Petugas Dapur Umum
14. TNI / POLRI
15. dll

B. Logistik
1. Alat Komunikasi
2. Media KIE
3. Kendaraan Operasional
4. Ambulans
5. Kendaraan Evakuasi Penyakit Menular
6. Ruang Isolasi
7. APD
8. Desinfektan dan alat desinfektan
9. Obat – Obatan
10. ATK
11. Vaksin
12. Bahan Pangan
13. Poliklinik Set
14. Alat Pemeriksaan & Reagent Laboratorium
15. Genzet
16. Air bersih
17. Tenda

C. Sumber Dana :
1. APBN
2. APBD Propinsi Riau
3. APBD Kota Pekanbaru
4. Anggaran swasta lain yang sah dan tidak mengikat

D. Sarana dan Prasarana Kesehatan


Tabel 5
Sarana Kesehatan Pemerintah / Masyarakat di Kota Pekan Baru
Tahun 2014

No Nama Pemda BUMN Swasta Jumlah


1. Rumah Sakit Umum 2 1 4 7
2. Rumah Sakit Khusus 1 3 4
3. Puskesmas
1. Puskesmas Rawat Inap 15 15
2. Puskesmas Non Rawat Inap 23 23
3. Puskesmas Keliling 38 38
4. Puskesmas Pembantu 73 73
4. Rumah Bersalin 3 3
5. Balai Pengobatan/Klinik 62 62
6. Praktik Dokter Bersama 62 62
7. Praktik Dokter Perorangan 221 221
8. Praktik Pengobatan Tradisional 81 81
9. Laboratorium Kesehatan 3 2 5
10. Unit Transfusi Darah 1 1
11. Usaha Kecil Obat Tradisional 12 12
12. Apotek 2 102 104
13. Toko Obat 18 18
14. Desa Siaga 284 284
15. Posyandu 2.127 2.127
16. Poskesdes 202 202
Sumber : Simpus 2014

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui bahwa sarana kesehatan terbanyak (2.127)
adalah Posyandu dan sarana praktik dokter perorangan sebanyak 221 buah.

Rumah Sakit yang ditunjuk sebagai pusat rujukan adalah Rumah Sakit yang
mempunyai ruang isolasi sesuai standar dan SDM yang terlatih.

Pemenuhan Sumber Daya :


a. Perlu kesepakatan bersama lintas sektor diwilayah Kota Pekan Baru dan
sekitarnya bila ternyata dijumpai beberapa kebutuhan yang tidak dapat disediakan
dari lintas sektor maka solusinya mengajukan permintaan bantuan ke pemerinah
pusat.
b. Penggunaan sumber dana pemerintah untuk penanggulangan KKM MERS-COV
harus sesuai perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.
c. Bila perlu, melalui Kementerian Kesehatan bisa berkoordinasi/bekerjasama dengan
dunia internasional melalui WHO dalam pemenuhan sumber daya.
BAB VIII
PENUTUP

Rencana Kontinjensi ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka
penanggulangan KKM MERS-CoV secara umum dan dapat dikembangkan lebih lanjut.
Untuk dapat memahami isi/makna Rencana Kontinjensi ini secara lebih baik dan benar,
diperlukan pendalaman karena setiap jenis ancaman memiliki karakteristik penanganan
berbeda, meskipun pola/proses penyusunan rencana kontinjensinya sama.

Dalam hal terjadi kasus KKM MERS-CoV, maka rencana kontinjensi dengan
sendirinya berubah menjadi rencana operasi dengan merubah skenario kejadian
menjadi skenario berdasarkan kejadian yang sebenarnya, yang mana sebelumnya
berdasarkan antisipasi semata.Untuk memudahkan dalam pelaksanaan operasi
tanggap darurat KKM MERS-CoV, dalam hal Pemerintah Kota Pekan Baru telah
memiliki rencana kontinjensi, maka Pemerintah Provinsi dapat menyusun rencana
kontijensi tingkat Provinsi untuk memback-up/mendukung penyediaan sumberdaya
kepada wilayah Kabupaten/kota. Hal ini sejalan dengan kebijakan penanggulangan
KKM MERS-CoVyang mengedepankan tanggung jawab pada tatanan paling bawah
yaitu Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat.

Satu hal yang tidak kalah penting adalah bahwa rencana kontijensi bukan hanya
milik Pemerintah/Pemerintah Kabupaten/Kota, akan tetapi masyarakatlah yang perlu
lebih diperankan. Penyusunan rencana kontinjensi juga dapat disusun pada tingkat
Puskesmas atau masyarakat/komunitas untuk kebutuhan mereka.Hal tersebut sangat
positif sebagai upaya kesiapsiagaan masyarakat.Bahkan dalam prakteknya
masyarakatlah yang menjadi pelaku utama penanggulangan KKM MERS-CoV atas
dasar kemauan sendiri/sukarela dengan segala potensi dan sumberdayanya (termasuk
kearifan lokal), meskipun dimungkinkan mendapatkan bantuan dari luar.

Lampiran-Lampiran

Lampiran Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Presiden No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015-2019;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 145 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategik Kementerian Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501 Tahun 2010 tentang
Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2014 tentang
Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan;
9. Peraturan Walikota Pekan Baru Nomor 12 Tahun 2008 tentang Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Dinas Kesehatan Kota Pekan Baru
10. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Penanggulangan Penyakit DBD
11. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan dan
Penanggulangan Bencana
12. Peraturan Walikota Pekan Baru Nomor 27B Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
DBD
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 064 tahun 2013 tentang Penanggulangan Krisis
Kesehatan

Tim Penyusunan Rekon

Anda mungkin juga menyukai