Anda di halaman 1dari 11

Rencana Kontinjensi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

Setiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan daerah lainnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa resiko terhadap kedaruratan kesehatan masyarakat berbeda-beda pula.
Kedaruratan kesehatan masyarakat tentunya memerlukan upaya khusus untuk penanggulangannya.
Salah satu kendala yang sering dijumpai dalam upaya penanggulangan kedaruratan kesehatan
masyarakat adalah kurangnya kesiapan sumber daya manusia dan komitmen kerjasama lintas
program dan sektor terkait. Agar penyelenggaraan penanggulangan kedaruratan kesehatan
masyarakat di suatu wilayah dapat berjalan lancar dan mencapai tujuan serta sasaran yang
diharapkan, maka disusunlah rencana kontinjensi yang mengatur penyelenggaraan kegiatan
dimaksud yang meliputi perencanaan, persiapan dan ketentuan pelaksanaan serta evaluasi. Adapun
susunan rencana kontinjensi secara umum adalah sebagai berikut.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah mencatat bahwa beberapa pandemi kesehatan seperti pandemi influenza (1918, 1960 dan
2009) yang terjadi pada abad ke 20 telah menewaskan puluhan juta orang. Tiap pandemi tersebut
disebabkan oleh munculnya jenis baru virus penyakit pada manusia yang berevolusi menjadi bentuk
yang menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia, termasuk meningkatnya kasus
mikroorganisme patogen resisten terhadap antibiotik, kondisi ini memberikan ancaman yang besar
kepada masyarakat.
Pesatnya mobilitas manusia antar negara serta globalisasi perdagangan barang dan hewan
berimplikasi dengan meningkatnya secara drastis jalur perdagangan barang dan hewan, yang akan
meningkatkan faktor patogen dan vektor penyakit di seluruh dunia. Beberapa faktor pendukung
besarnya risiko tersebut termasuk industrialisasi dan terjadinya perubahan iklim. Maka untuk
menghadapi kondisi tersebut diperlukan kesiapsiagaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat dapat terjadi secara importasi yaitu sumber kedaruratan
berasal dari luar wilayah dan Episenter yaitu sumber kedaruratan berasal dari wilayah kerja. Kedua
kondisi tersebut dapat timbul dalam situasi yang tidak dapat diprediksi (unpredictable) sehingga
kemampuan pemerintah dan para pemangku kepentingan dalam mencegah (to prevent), mendeteksi
dini (to detect), menangani kasus sedini mungkin (to response) akan mempengaruhi sejauh mana
besaran kejadian kedaruratan dan penanganan pasca kejadian tersebut.
Sebagai bagian dari upaya menanggulangi kedaruratan dari importasi dan episenter maka semua
pihak yang mempunyai tugas dan fungsi dalam penanggulangan kedaruratan, seyogyanya terlibat dan
mendefinisikan tugas dan fungsinya secara spesifik. Kedaruratan kesehatan masyarakat dapat
berdimensi luas dan berdampak sistemik terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan. Untuk
melaksanakan tanggap darurat kesehatan yang adekuat maka koordinasi, kolaborasi integrasi dan
komunikasi antar unit organisasi harus berjalan dengan baik.
Untuk melaksanakan tanggap darurat kesehatan yang adekut, maka perlu disusun suatu Rencana
Kontijensi secara terintegrasi baik di wilayah kabupaten/ kota dan juga di pintu masuk (bandara,
pelabuhan dan pos lintas batas negara). Hal ini penting karena upaya penanggulangan kedaruratan
kesehatan masyarakat tidak dapat dipisahkan, namun harus dilakukan secara terintegrasi. Pada
kondisi situasi kedaruratan benar-benar terjadi, rencana kontinjensi yang sudah disusun dapat
diaktivasi menjadi rencana operasi penanggulangan dengan penyesuaian-penyesuaian situasi di
lapangan.
Dalam menyusun rencana kontinjensi kedaruratan kesehatan masyarakat, perlu juga
memperhitungkan dampak ikutan (collateral impact) atau kedaruratan kedua yang mungkin terjadi,
seperti kemungkinan adanya isolasi wilayah yang memberikan dampak ekonomi, kerusuhan sosial
dan lain-lain yang mungkin memerlukan skenario tersendiri dan penanganan kedaruratan yang
memerlukan keahlian, keterampilan dan kompetensi khusus serta sumber daya yang bersifat spesifik.
Tujuan
Penyusunan rencana kontinjensi kedaruratan kesehatan masyarakat di tingkat kabupaten/ kota
bertujuan sebagai berikut :
1. Tersedianya dokumen rencana kontijensi sebagai pedoman dalam melakukan aksi penanggulangan
kedaruratan kesehatan masyarakat.

2. Tersedianya instrumen kesiapsiagaan, deteksi dini dan respon cepat dalam hal menghadapi
kemungkinan terjadinya Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.
Manfaat
Manfaat dari rencana kontijensi kedaruratan kesehatan masyarakat adalah :
1. Sebagai pedoman dalam melakukan langkah-langkah ketika kedaruratan kesehatan masyarakat
terjadi.
2. Sebagai standarisasi pelaksanaan aksi ketika terjadi tanggap darurat.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup rencana kontinjensi ini meliputi deteksi dini dan penanganan serta pemulihan
kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat baik dari dalam wilayah kabupaten/ kota maupun dari
luar wilayah (luar negeri) sehingga tidak terjadi penyebaran yang lebih luas.
Defenisi Operasional
1. Kesiapsiagaan
Serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
langkah-langkah secara berhasil-guna dan berdaya-guna.
2. Kontinjensi
Suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan
terjadi.
3. Perencanaan Kontinjensi
Suatu proses perencanaan ke depan, dalam keadaan yang tidak menentu, dimana skenario dan
tujuan disepakati, tindakan teknis dan manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan
pengerahan potensi disetujui bersama untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik
dalam situasi darurat atau kritis. Melalui perencanaan kontinjensi, akibat dari ketidak-pastian
dapat diminimalisir melalui pengembangan skenario dan asumsi proyeksi kebutuhan untuk
tanggap darurat.
4. Kedaruratan
Suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok masyarakat luas sehingga
menyebabkan ketidakberdayaan yang memerlukan respons intervensi sesegera mungkin guna
menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan lingkungan.
5. Kedaruratan kesehatan masyarakat.
Kejadian kesehatan masyarakat yang bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit
menular dan/atau kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran biologi, dan
kontaminasi kimia (NUBIKA), dan pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi
menyebar lintas wilayah atau lintas negara.
6. Dokumen kesiapsiagaan kedaruratan kesehatan masyarakat.
Merupakan dokumen yang dipersamakan dengan rencana kontinjensi atau protokol darurat yang
merupakan kesepakatan dari semua pihak terkait dan menggambarkan proses penanggulangan
terhadap suatu kondisi darurat kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh penyakit, kimia, radio
nuklir maupun keamanan pangan baik di wilayah maupun di pintu masuk.
Dokumen kesiapsiagaan ini mengacu ke kebijakan teknis operasional, menggambarkan siapa
mengerjakan apa, komando oleh siapa, struktur organisasi pelaksana, dan dukungan sumber daya.
7. Kejadian Luar Biasa.
Adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah.
8. Manajemen Kedaruratan

Seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan kedaruratan, pada
menjelang, saat dan sesudah terjadi keadaan darurat, yang mencakup kesiapsiagaan, tanggap
darurat dan pemulihan darurat.
9. Skenario Membuat gambaran kejadian secara jelas dan rinci tentang bencana yang diperkirakan
akan terjadi meliputi lokasi, waktu dan dampak bencana.
10. Penentuan Kejadian
Proses menentukan satu ancaman yang akan dijadikan dasar dalam perencanaan kontinjensi.
11. Perencanaan Sektoral
Merencanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebutuhan dan sumberdaya yang
tersedia di sektor-sektor untuk tanggap darurat dengan mengacu pada standar minimum.
12. Aktivasi
Mengaktifkan dokumen (rencana kontinjensi) sebagai pedoman/acuan dalam penanganan
darurat.
13. Tanggap Darurat Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan
pengungsian.
14. Operasi Tanggap Darurat
Kegiatan-kegiatan
dalam
tanggap
darurat
yang
orang/instansi/organisasi yang bekerja dalam kelompok/tim.

dilakukan

oleh

sekelompok

15. Pemulihan Darurat


Proses pemulihan segera kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan
kembali prasarana dan sarana pada kondisi semula dengan memperbaiki prasarana dan
pelayanan dasar.
16. Peralihan
Tindakan yang harus dilakukan setelah rencana kontinjensi tersusun, baik terjadi bencana atau
tidak terjadi bencana.
17. Karantina Wilayah
Pembatasan kegiatan dan /atau pemisahan masyarakat dalam suatu wilayah geografis yang
diduga terinfeksi penyakit meski belum menunjukan gejala penyakit; pemisahan barang,
peralatan hewan atau apapun yang ada di wilayah tersebut diduga terkontaminasi dari
orang/barang lain, sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau
kontaminasi.
18. Kembali ke situasi normal
Kembali dari kondisi darurat kesiapsiagaan ke kondisi normal dan memetik manfaat yang dapat
diambil dari perencanaan kontinjensi.

GAMBARAN UMUM
Kondisi Geografis dan Demografis
Dijelaskan secara rinci mengenai kondisi geografis dan demografis suatu wilayah kabupaten/ kota
seperti letaknya yang strategis ditinjau dari wilayah provinsi, letak koordinat wilayah, batas-batas
wilayah, luas wilayah, serta pembagian administrasi pemerintahannya. Ditampilkan juga peta
wilayah yang menggambarkan secara umum kondisi wilayah tersebut. Diuraikan secara rinci
mengenai jumlah penduduk, kecamatan mana yang mempunyai penduduk yang paling banyak,
paling padat, serta yang paling spesifik mempunyai resiko terbesar terjadi kedaruratan kesehatan
masyaraka, seperti kondisi topografi, kemiringan, iklim.
Bahaya / Ancaman Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Diuraikan beberapa penyakit yang berpotensi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat. Ditampilkan tabel,
grafik, dan peta trend penyakit tersebut disertai narasi yang menjelaskan mengapa penyakit tersebut
berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat. Contoh penyakit tersebut antara lain
penyakit yang menjadi perhatian dunia (ebola, SARS, Mercov, flu baru), penyakit yang endemis dan
sering menimbulkan KLB di suatu wilayah (DBD, Diare, dll), penyakit yang menjadi perhatian
nasional (Malaria, TB, HIV-AIDS), penyakit zoonosis (Rabies, Antraks, Flu burung, Leptospirosis),
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Campak, Polio, Tetanus Neonatorum, Difteri), dan
penyakit lain yang potensial menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat spesifik di suatu
daerah. Diuraikan upaya apa yang telah dan dapat dilakukan pemerintah setempat dalam
menanggulang dan mencegah penyakit-penyakit tersebut. Diuraikan penyakit apa yang paling rentan
terjadi di suatu wilayah berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ada selama beberapa
tahun terakhir. Frekuensi penyakit yang paling sering menimbulkan KLB dengan masing-masing
jumlah populasi beresiko menunjukkan penyakit yang paling rentan. Dari seluruh data tersebut
kemudian dilakukan pembobotan penilaian bahaya dan skala bahaya oleh peserta pertemuan. Peserta
pertemuan melakukan diskusi dan sharing dalam kelompok kecil mengenai Probabilitas/
kemungkinan terjadinya KKM suatu penyakit dan dampak (risiko kematian/kesakitan/kerugian
ekonomi, dll) yang mungkin terjadi dari penyakit tersebut. Penyakit yang paling tinggi
PROBABILITAS dan RISIKOnya ditempatkan dalam Matriks yang berwarna merah. Tiga penyakit
tertinggi kemudian dipilih lagi menjadi satu penyakit saja yang dibuatkan rencana kontinjensi
kedaruratan kesehatan masyarakat.
Pengembangan Skenario dan Intervensi Secara Umum
Bila sudah ditetapkan objek kejadian kasus Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, tim penyusun
rencana kontinjensi perlu merancang skenario yang mengasumsikan terjadinya kasus Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat dengan menguraikan potensi masalahnya,, jumlah kasus, population at risk
dan upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam upaya untuk penanggulangan dan lain-lain.
Skenario 1 : Kejadian KKM terjadi dari luar wilayah melalui pintu masuk Bandara atau Pelabuhan
dan lolos dari pengawasan KKP karena pada saat melewati pintu masuk belum
menunjukkan gejala sehingga sudah masuk ke masyarakat baru timbul gejala penyakit.
Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi :
a. Segera terdeteksi oleh Petugas Kesehatan sebelum penyebaran bertambah luas b.
Tidak segera tedeteksi dan telah terjadi penyebaran yang lebih luas
Skenario 2 : Kejadian KKM berasal dari dalam wilayah dimana telah terjadi suatu KLB yang
menjadi berskala lebih besar (terjadi peningkatan penyebaran dan angka kematian).
Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi :
a. KLB tidak tertangani dengan mekanisme rutin tetapi belum terjadi penyebaran ke
luar wilayah. b. KLB tidak tertangani dengan mekanisme rutin dan menyebar ke
luar wilayah.
Skenario 3 : Kejadian KKM berasal dari luar negeri melalui pintu masuk Bandara atau Pelabuhan
terdeteksi oleh KKP, dilakukan penanganan sampai rujukan ke Rumah Sakit tetapi
tetap menginformasikan ke Dinas Kesehatan. Kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi :
a. Kasus tidak tertangani dan terjadi penyebaran yang tidak terdeteksi dini. b. Kasus
tertangani

Dalam pengembangan skenario penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat di wilayah,


perlu juga memperhitungkan dampak ikutan (collateral impact) atau kedaruratan kedua yang
mungkin terjadi, seperti kemungkinan adanya isolasi wilayah yang memberikan dampak ekonomi
akibat aktifitas masyarakat yang dibatasi, kerusuhan sosial dan lain-lain yang mungkin memerlukan
skenario tersendiri dan penanganan kedaruratan yang memerlukan keahlian, ketrampilan dan
kompetensi khusus serta sumber daya yang bersifat spesifik.Untuk itulah perlu adanya kerjasama
dengan lintas sektor terkait agar Kedaruratan Kesehatan Masyarakat segera teratasi.
KEBIJAKAN DAN
MASYARAKAT

STRATEGI

PENANGGULANGAN

KEDARURATAN

KESEHATAN

Bila suatu daerah atau wilayah telah dinyatakan oleh pemerintah (Bupati/ Walikota) sebagai Daerah
yang berpotensi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, maka untuk mencegah penyebaran penyakit
tersebut dari wilayah masuk atau keluar wilayah dilakukan beberapa tahapan melalui :
1. Mekanisme operasional Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sebagai Koordinator
bekerjasama dengan lintas sektor dan program terkait.
2. Tahapan penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
3. Langkah pengawasan/respon terhadap sasaran (faktor risiko, orang yang terpapar dan masyarakat),
terdiri 3 (tiga) langkah : Langkah I : Pemeriksaan sasaran untuk menentukan tingkat resikonya;
Langkah II : Analisa untuk menentukan intervensinya; Langkah III : Tindakan Intervensi.
4. Respon Teknis Penanggulangan/ Standar Operasional Prosedur Mengingat bahwa kejadian
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat disebabkan oleh berbagai penyakit menular, penyakit tidak
menular, serta oleh berbagai kejadian (Nubika) maka teknis (SOP) pengawasan/respon dalam
penanggulangannya berbeda. Tugas tingkat pusat untuk menetapkan petunjuk teknis (SOP)
terhadap Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang sedang terjadi. Petunjuk teknis (SOP) yang
ditetapkan tingkat pusat harus menjadi acuan di Kabupaten/ Kota. Standar Operasional Prosedur
yang ditetapkan tersebut, dilakukan secara cermat dan efektif sehingga meminimalkan penyebaran
penyakit.
Substansi teknis penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dari Pemerintah Pusat, yakni:
1) Lakukan Penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan sesuai kewenangan; 2) Mobilisasi
sumber daya sesuai kebutuhan; 3) Umpan balik dan asistensi teknis ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; 4) Membangun dan memperkuat jejaring kerjasama surveilans
dengan lintas program dan sektor terkait; 5) Komunikasi resiko kepada masyarakat melalui media
cetak dan elektronik.
5. Tahapan Kegiatan
1) Tahap Persiapan : - Koordinasi; - Penyusunan Rencana Operasional; - Pemenuhan kebutuhan
operasional.
2) Tahap Pelaksanaan: dilaksanakan setelah ada instruksi dari Bupati/ Walikota dan dilaksanakan
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur pada lampiran instruksi tersebut.
3) Tahap Evaluasi pasca pelaksanaan : dilaksanakan setelah Bupati/ Walikota mendapatkan
laporan dari Koordinator Lapangan dan Koordinator Teknis bahwa situasi Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat sudah kembali normal.
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNIT KERJA/ LEMBAGA
Peran dan fungsi Instansi Pemerintah dan Masyarakat dalam melaksanakan penanggulangan bencana
di daerah akan memerlukan koordinasi dengan sektor, secara garis besar dapat diuraikan peran
masing-masing sebagai berikut :
Peran Pemerintah
1. Sektor Pemerintahan, mengendalikan kegiatan pembinaan pembangunan daerah
- Sekretariat Daerah Kabupaten/ Kota selaku koordinator fungsi pemerintah
- Badan Penanggulangan Bencana Daerah
- Dinas Pendidikan
- Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
- Kantor SAR

2. Sektor Kesehatan, merencanakan pelayanan kesehatan meliputi pelayanan medis dan Surveilans
Kesehatan termasuk obat-obatan dan para medis
- Dinas Kesehatan Provinsi
- Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
- Kantor Kesehatan Pelabuhan
- Laboratorium Kesehatan Provinsi
- Laboratorium Kesehatan Kabupaten/ Kota
- Rumah Sakit
- Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
- Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
- Organisasi Profesi Kesehatan
3. Sektor Perhubungan, melakukan deteksi dini dan informasi cuaca/meteorologi dan merencanakan
kebutuhan transportasi dan komunikasi
- Dinas Perhubungan
- Dinas Informasi dan Komunikasi
- BMKG
4. Sektor Keuangan, penyiapan anggaran biaya kegiatan penyelenggaraan penanggulangan bencana
pada masa pra bencana.
- Bappeda
- BPKD
5. Sektor Lingkungan Hidup (Biologi, Kimia dan Radioaktif), merencanakan, mengendalikan bahaya
yang disebabkan Biologi, Kimia dan Radioaktif yang membahaya Badan Lingkungan Hidup
6. Sektor Kesehatan Hewan, merencanakan dan mengendalikan hewan berpotensi menyebarkan
penyakit pada manusia.
- Dinas Peternakan
- Balai Veteriner
7. TNI/POLRI membantu pengamanan saat darurat termasuk mengamankan lokasi beserta hewan
ternak yang ditinggalkan karena penghuninya mengungsi.
- Komando Distrik Militer
- Polres
- Satuan Polisi Pamong Praja
Digambarkan struktur organisasi Posko KKM
Tugas dan Fungsi masing-masing Bidang:
1. Ketua Posko :
- Mengaktifkan Posko KKM dan menyatakan selesainya keadaan KKM - Menginstruksikan
kepada jajaran sesuai rencana kontinjensi untuk melakukan upaya penanggulangan KKM Mengoinformasikan kepada unit instansi sesuai dengan jalur komunikasi - Melakukan
pemantauan evaluasi kegiatan
2. Sekretariat :
- Melaksanakan pemantauan kegiatan melalui supervisi laporan harian maupun laporan incidental
- Melaporkan secara rutin kepada penentu kebijakan dan Posko KLB sesuai jenjang Posko tentang
situasi dan kondisi di lapangan - Melaporkan kepada penentu kebijakan jika terdapat masalah
kedaruratan yang membutuhkan keputusan segera - Memberikan informasi kepada media massa
sebatas kewenangannya
3. Bidang Komunikasi :
- Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait
- Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak termasuk masyarakat dan
memberikan jawaban sesuai dengan kewenangannya
- Menjabarkan kebijakan pusat menjadi langkah-langkah operasional untuk melaksanakan
kegiatan berikut penjelasan cara melaksanakan kegiatan tersebut
4. Bidang Operasional Kesehatan :
- Penyelidikan Epidemiologi - Pemeriksaan kesehatan
- Penatalaksanaan kasus

- Tindakan rujukan
- Tindakan lanjut yang diperlukan (termasuk isolasi dan karantina wilayah)
- Surveilans kesehatan lingkungan
5. Bidang Pengamanan:
- Melakukan pengamanan di wilayah yang diperlukan tindakan karantina - Menyelesaikan segala
permasalahan yang bersifat menimbulkan gangguan ketertiban akibat tindakan penanggulangan
KKM
6. Bidang Logistik :
- Pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk opersional kegiatan
- Pengadaan konsumsi untuk tenaga yang terlibat dalam kegiatan
- Pengadaan obat-obatan dan bahan medis habis pakai baik untuk manusia maupun hewan.
Kegiatan Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Posko terpadu KKM mulai diaktifkan atau dibentuk dengan keputusan Bupati/ Walikota. Tugas
Posko terpadu KKM yaitu mengkoordinasikan pelaksanaan penanganan KKM. Fungsi Posko terpadu
KKM menjabarkan kebijakan Bupati/ Walikota menjadi langkah-langkah kegiatan operasional yaitu
perintah untuk melaksanakan kegiatan. Berikut penjelasan cara melaksanakan kegiatan tersebut.
1. Berkoordinasi dalam melaksanakan kegiatan operasional lapangan dari semua potensi lintas
sektor, LSM, dan masyarakat. 2. Melaksanakan pemantauan kegiatan melalui supervisi, laporan
harian maupun laporan insidental (setiap saat bila ada masalah yang perlu segera diselesaikan). 3.
Melaporkan secara rutin (harian) kepada para penentu kebijakan dan ke Posko terpadu KKM sesuai
jenjang posko tentang situasi dan kondisi terakhir dilapangan. 4. Melaporkan setiap saat kepada para
penentu kebijakan dan ke Posko terpadu KKM sesuai dengan jenjang posko bila terdapat masalah
kedaruratan yang membutuhkan keputusan segera. 5. Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait.
6. Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak termasuk masyarakat dan
memberikan jawaban sesuai dengan kewenangannya. 7. Memberikan informasi ke media massa
sebatas kewenangannya. 8. Melakukan evaluasi kegiatan penanggulangan.

KEGIATAN UTAMA PENANGGULANGAN KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT


Langkah-langkah yang dilakukan dalam Penanggulangan KKM dapat dilihat pada uraian berikut ini :
Manajemen dan Koordinasi
Koordinasi adalah suatu usaha /proses yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan
waktu yang tepat serta mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu gerakan dan tindakan
yang seragam dan harmonis. Koordinasi sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatankegiatan pada satuan kerja yang terpisah untuk mencapai tujuan organisasi secara efesien. Dalam
suatu manajemen koordinasi harus terpusat, terpadu, berkesinambungan dan menggunakan
pendekatan multi instansional. Koordinasi dan informasi yang cepat dan tepat oleh seluruh stake
holder terkait dengan menggunakan sistem yang dipakai berbasis wilayah (dusun) setempat di
koordinir oleh koordinator.
Penyelidikan Epidemiologi
Penilaian terhadap epidemiologi penyakit yang berpotensi menimbulkan KKM yang meliputi
verifikasi kasus, investigasi kasus, penelusuran kembali.
Tim Respon Cepat
Untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam upaya penanggulangan kedaruaratan kesehatan
masyarakat, deteksi dini dan respon cepat dibentuk tim reaksi cepat yang diharapkan akan segera
bergerak melakukan berbagai tindakan jika terjadi KLB. Tim reaksi cepat yang terdiri dari unsur
terkait yang bekerja secara terintegrasi sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada.
Public Awareness and Community Engagement

Berbagai studi menunjukan bahwa faktor yang paling signifikan terhadap persoalan lingkungan
adalah Public Awareness dengan kata lain problem lingkungan berakar dari aktifitas manusia.
Dengan meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi masyarakat diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran dan peran serta terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada atau dalam
menghadapi kedaruratan kesehatan masyarakat.
Pencegahan dan Penanggulangan
Dalam tindakan pencegahan Kedaruratan kesehatan masyarakat agar tidak meluas ke daerah yang
lain diperlukan penanggulangan yang efektif dan efesien diperlukan data dan informasi yang adekuat
melalui proses pengumpulan bahan, pengolahan, analisis dan desiminasi terhadap pihak-pihak terkait
agar tindakan penanggulangan secara baik sebelum, pada saat dan paska terjadinya kedaruratan
kesehatan masyarakat.
Pengamanan
Pada situasi kedaruratan kesehatan masyarakat, perlu juga memperhitungkan dampak ikutan
(collateral impact) atau kedaruratan kedua yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan adanya isolasi
wilayah yang memberikan dampak ekonomi, kerusuhan sosial dan lain-lain yang mungkin
memerlukan skenario tersendiri dan penanganan kedaruratan yang memerlukan keahlian,
ketrampilan dan kompetensi khusus serta sumber daya yang bersifat spesifik
Manajemen Kasus dan Penanganan Kematian
Manajenem kasus dan penanganan kematian harus sesuai dengan SOP yang berlaku guna
menghindari terjadinya penularan lebih luas yang berpotensi kedaruratan kesehatan masyarakat.
Laboratorium
Laboratorium pusat dan daerah pada saat terjadi kedaruratan kesehatan masyarakat akan
mengkonfirmasi kasus tersebut dalam waktu sesegera mungkin maksimal 2 x 24 jam setelah
spesimen tiba di laboratorium untuk menunjang atau menegakkan diagnosis kasus.
Peningkatan Pengawasan di Batas Wilayah dan Pintu Negara
Dalam melakukan tugas pokok dan fungsi cegah tangkal keluar masuk penyakit yang berpotensi
kedaruratan kesehatan masyarakat perlu dilakukan kesiapsiagaan deteksi dini dan respon cepat di
batas wilayah dan Pintu Negara.
Monitoring dan Evaluasi
Langkah yang paling penting dalam menilai pelaksanaan semua kegiatan melihat permasalahan yang
ada dan menemukan solusi dalam penangulangan kedaruratan kesehatan masyarakat. Pada
monitoring dan evaluasi ini diharapkan setiap langkah dilakukan pencatatan dan pelaporan.
RENCANA OPERASI
Tahapan Persiapan
Persiapan awal dilaksanakan dengan penyusunan Rencana Kontinjensi kedaruratan kesehatan
masyarakat dilanjutkan dengan tabletop dan simulasi. Adapun tahap persiapan selanjutnya meliputi :
1. Koordinasi Dengan adanya instruksi dari Bupati/ Walikota untuk melakukan persiapan kedaruratan
kesehatan masyarakat maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota segera menindaklanjuti
dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan lintas sektor terkait dalam rangka
mengambil langkah-langkah yang berkaitan dengan penanggulangan kedaruaratan kesehatan
masyarakat dan mengacu pada Rencana Kontijensi yang telah disusun, antara lain melakukan
rapat koordinasi dalam rangka persiapan penanggulangannya.
2. Penyusunan Rencana Operasional
Rencana operasional disusun berdasarkan rencana kontijensi dan juga berdasarkan perkembangan
epidemiologis kedaruratan kesehatan masyarakat yang sedang terjadi. Rencana operasional pada
dasarnya merupakan uraian dari rencana kontijensi secara kongkrit meliputi mekanisme
operasional, rincian kegiatan dan kebutuhan yang diperlukan (tenaga, prasarana, sarana, alat,

logistik dan biaya). Rencana operasional tersebut selanjutnya ditindaklanjuti oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota dan lintas sektor terkait untuk segera memenuhi kebutuhan
operasional penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat.
3. Pemenuhan Kebutuhan Operasional
Adapun kebutuhan operasional meliputi personil, sarana, prasarana, peralatan, logistik dan biaya
operasional kedaruratan kesehatan masyarakat harus dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/
Kota. Pemenuhan kebutuhan tidak berarti semua kebutuhan harus dibeli tetapi dapat dilakukan
dengan meminjam dari berbagai pihak terkait sebagaimana kesepakatan dalam rencana kontijensi
kedaruratan kesehatan masyarakat.
Tahapan Pelaksanaan
Dilaksanakan setelah ada instruksi penanggulangan dari Bupati/ Walikota dan dilaksanakan sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur pada lampiran instruksi tersebut.

Tahapan pelaksanaan penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat :


1. Komando dan koordinasi lintas program dan sektoral
2. Pengaktifan Tim Gerak Cepat (TGC)
3. Mempersiapkan sarana dan prasarana
4. Penyelidikan Epidemiologi yakni dengan mencari faktor resiko berdasarkan dari waktu, tempat
dan orang
5. Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan
isolasi penderita termasuk tindakan karantina;
6. Pencegahan dan Pengobatan
7. Pemusnahan penyebab penyakit
8. Penanganan jenazah akibat wabah
9. Penyuluhan kepada masyarakat
10. Upaya penanggulangan
11. Pencatatan dan Pelaporan berjenjang.
Tahapan Pasca Penanganan KKM Antraks Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan pasca
penanganan kedaruratan kesehatan masyarakat: - Pendataan kronologi kejadian berdasarkan waktu,
tempat dan orang; - Pelaporan kepada Bupati/ Walikota tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi,
Pimpinan Satuan Kerja Terkait, Komisi D DPRD.
SUMBER DAYA
Dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat sebaiknya kebutuhan tiap sektor/ unit
kerja dipenuhi dari unitnya masing-masing. Bilamana dari kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya
terdapat kekurangan maka dicarikan jalan keluar dari berbagai sumber, antara lain : Sumberdaya/
potensi di masyarakat, Pemerintah Kabupaten/ Kota, dan Pemerintah Kabupaten/ Kota lain.
Bantuan dari swasta dan masyarakat, pusat, provinsi Sumberdaya dari tingkat Pemerintahan
Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat
Kebutuhan Penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat :
SDM
1. Dokter
2. Perawat
3. Bidan
4. Epidemiolog
5. Sanitarian
6. Laboran
7. Petugas Promkes / Humas
8. Petugas Keamanan
9. Medik Veteriner
10. Paramedik Veteriner
11. Petugas Administrasi
12. Petugas Dapur Umum
13. TNI / POLRI

14. dll
Logistik
1. Alat Komunikasi
2. Media KIE
3. Kendaraan Operasional (pelampung, perahu karet, dll)
4. Mobil Jenazah
5. Ambulans Penyakit Menular
6. APD
7. Desinfektan dan alat desinfektan
8. Obat Obatan
9. ATK
10. Vaksin
11. Bahan Pangan
12. Poliklinik Set
13. Meubeler
14. Alat Pemeriksaan & Reagent Laboratorium
15. Tenda Isolasi
16. Genzet
17. Eskavator
18. Penanganan Bangkai hewan terinfeksi
19. Incenerator mobile
ANGGARAN
APBN
APBD
Anggaran swasta lain yang syah dan tidak mengikat
Sarana dan Prasarana Kesehatan
Pemenuhan Sumber Daya :
a. Perlu kesepakatan bersama lintas sektor. Bila ternyata dijumpai beberapa kebutuhan yang tidak
dapat disediakan dari lintas sektor maka solusinya mengajukan permintaan bantuan ke pemerinah
pusat. b. Penggunaan sumber dana pemerintah untuk penanggulangan kedaruratan kesehatan
masyarakat harus sesuai perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. c. Bila perlu, melalui
Kementerian Kesehatan bisa berkoordinasi/bekerjasama dengan dunia internasional melalui WHO
dalam pemenuhan sumber daya. d. Peningkatan kapasitas SDM dalam rangka penanggulangan
kedaruratan kesehatan masyarakat.

PENUTUP
Rencana Kontinjensi dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka kedaruratan kesehatan
masyarakat dan dapat dikembangkan lebih lanjut. Untuk dapat memahami isi/makna Rencana
Kontinjensi secara lebih baik dan benar. Dalam hal terjadi kedaruratan kesehatan masyarakat, maka
rencana kontinjensi dengan sendirinya berubah menjadi rencana operasi dengan merubah skenario
kejadian menjadi skenario berdasarkan kejadian yang sebenarnya, yang mana sebelumnya
berdasarkan antisipasi semata. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan operasi tanggap darurat
(dalam hal kedaruratan kesehatan masyarakat benar-benar terjadi). Dalam hal Pemerintah Kabupaten/
Kota telah memiliki rencana kontinjensi, maka Pemerintah Provinsi dapat menyusun rencana
kontinjensi tingkat Provinsi untuk mendukung penyediaan sumberdaya di wilayah Kabupaten/ Kota.
Hal ini sejalan dengan kebijakan penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang

mengedepankan tanggung jawab pada tataran paling bawah yaitu Pemerintah Kabupaten/Kota dan
masyarakat.
Satu hal yang tidak kalah penting adalah bahwa rencana kontinjensi bukan hanya milik Pemerintah
Kabupaten/ Kota, akan tetapi masyarakatlah yang perlu lebih diperankan. Penyusunan rencana
kontinjensi juga dapat disusun pada tingkat Puskesmas atau masyarakat/komunitas untuk kebutuhan
mereka. Hal tersebut sangat positif sebagai upaya kesiapsiagaan masyarakat. Bahkan dalam
prakteknya masyarakatlah yang menjadi pelaku utama penanggulangan kedaruratan kesehatan
masyarakat atas dasar kemauan sendiri/sukarela dengan segala potensi dan sumberdayanya (termasuk
kearifan lokal), meskipun dimungkinkan mendapatkan bantuan dari luar.

Anda mungkin juga menyukai