Resistensi thd
Evolusi Globalisasi Industrialisasi Perubahan Iklim
Antibiotik
Kedua kondisi tersebut tersebut diatas dapat terjadi dalam situasi yang tidak dapat
diprediksi (unpredictable) sehingga kemampuan pemerintah dan para pemangku
kepentingan dalam mencegah (to prevent), mendeteksi dini (to detect), menangani
kasus sedini mungkin (to response) akan mempengaruhi sejauh mana besaran kejadian
kedaruratan tersebut
Pada kondisi situasi kedaruratan benar-benar terjadi, rencana kontinjensi yang sudah
disusun dapat diaktivasi menjadi rencana operasi penanggulangan dengan penyesuaian-
penyesuaian situasi lapangan
LINGKUP
Perencanaan kontinjensi KKM mencakup kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk menghadapi
kemungkinan terjadinya kedaruratan kesehatan masyarakat/bencana non alam, antara lain:
Pengumpulan data/informasi (termasuk sumberdaya) dari berbagai unsur (pemerintah dan non-pemerintah)
Komitmen/kesepakatan untuk melakukan peninjauan kembali/kaji ulang rencana kontinjensi, jika tidak terjadi
bencana, termasuk dilaksanakan Gladi
Komitmen/kesepakatan untuk melaksanakan operasi tanggap darurat (jika KKM/bencana non alam terjadi)
Pelaku
Bersama-sama oleh semua pihak (stakeholders) dan multi-sektor yang
terlibat dan berperan dalam penanganan KKM (unit-unit kerja terkait
di Wilayah dan pintu masuk/keluar Indonesia (dinas kesehatan dan
rumah sakit provinsi/kabupaten/kota terdekat dengan pelabuhan
/Bandar udara keluar masuk Indonesia yang menjadi tempat rujukan,
Kantor Kesehatan Pelabuhan, Bea Cukai, Imigrasi)
PROSES PENYUSUNAN RENKON
Penilaian Bahaya
Penentuan Kejadian
Kaji Ulang
Pengembangan
Skenario
Simulasi/
Gladi Penetapan Kebijakan
dan Strategi
Perkiraan Ketersediaan
Kebutuhan
Kesenjangan Sumber Daya
RTL
Formalisasi
KEDARURATAN
KESMAS
Aktivasi
Dilakukan melalui:
Identifikasi berbagai jenis KKM
Menggunakan catatan data/sejarah kejadian KKM
Pembobotan potensi masalah
Untuk memperkirakan Risiko (R), variabel penilaiannya menggunakan:
Karakteristik dari ancamannya itu sendiri (seperti kecepatan persebaran
penyakit, tingkat kematian, dll),
Kerentanan ’population at risk’ (proporsi penduduk rentan, status
immunisasi, proporsi penduduk miskin, ketidaktahuan, dll), serta
Kemampuan manajemen berbagai unit kerja yang terkait dengan
penanggulangan, (seperti kesiapan antisipasi yang sudah dilakukan,
kebijakan yang ada, per UU-an, SOP, sumber daya, dll) untuk menghadapi
situasi kedaruratan kesehatan masyarakat
Setelah langkah tersebut, hasil penilaian dapat dituangkan dalam Matrik Skala
Bahaya untuk mengidentifikasi ancaman KKM yang beresiko tinggi
1. Penilaian Bahaya (cont’d)
Matriks Skala Bahaya
Ri s i k o
P
r
4 o
b
a
b
3
i
l
i
2
t
a
s
1
• Dari data matriks skala tingkat bahaya, jika terdapat 2 (dua) atau lebih potensi
ancaman/bahaya KKM yang menempati kolom ”warna merah” (paling
urgen/dominan atau berisiko tinggi) yaitu yang berada di 6 (enam) kotak sebelah
atas-kanan, maka penentuan/penilaian potensi resiko KKM dilakukan dengan
kesepakatan bersama antar unit kerja yang terlibat dalam kegiatan penyusunan
• Bilamana potensi ancaman salah satu atau lebih jenis KKM sudah nyata, yang
dapat diketahui dari hasil analisis SKD maupun ancaman sudah terjadi di negara
lain dan dengan mempertimbangkan kerentanan yang ada serta potensi
penyebaran di Indonesia yang sangat mungkin terjadi, langsung dilakukan langkah
selanjutnya, tanpa perlu menggunakan langkah penilaian bahaya
3. Pengembangan Skenario
Merancang scenario yang mengasumsikan terjadinya kasus KKM
di wilayah Indoneia, dengan menguraikan masuknya potensi
masalah KKM di Indonesia, jumlah kasus, “population at risk”,
upaya-upaya yang dilakukan untuk penanggulangan, dll.
Sebagai contoh:
a. Dapat diuraikan situasi penyakit KKM, yang meliputi
masalah KKM di negara lain atau di Indonesia sendiri;
Negara-negara lain yang telah mengambil langkah
kesiapsiagaan; perlukah Indonesia mengambil langkah
serupa (kasus import) atau melakukan penanggulangan
langsung (kasus indigenous) yang menjelaskan tingkat
penyebarannya, risiko kematian, dampak ikutan, dan
sebagainya.
3. Pengembangan Skenario
Sebagai contoh:
a. Perlu diuraikan juga langkah-langkah yang telah/akan ditempuh , yaitu:
Scenario 1 : Bila belum pernah ada kasus KKM tersebut di Indonesia, langkah2
apa yang akan ditempuh.
Scenario 2: bila ditemukan kasus import KKM, ada 2 kemungkinan, pertama
tanpa terjadi penularan local dan kedua terjadi darurat KKM dimana terjadi
penularan local. Diuraikan langkah2 yang akan ditempuh.
Scenario 3 : terdapat kausus indigenous KKM, ada 2 kemungkinan, pertama
status siaga dimana terdapat penularan langsung dari hewan penular ke
manusia, kedua status darurat telah terjadi penularan antar manusia. Diuraikan
langkah-langkah yang perlu ditempuh.
b. Skenario simulasi: menceritakan (dengan data-data asumsi) proses
kejadian penyakit KKM terjadi di dalam negeri, penularan yang terjadi,
kasusnya, angka kematian, kepanikan petugas, kepanikan masyarakat
dan langkah-langkah yang telah ditempuh pemerintah, dll.
4. Penetapan Kebijakan dan Strategi
Kebijakan penanganan kedaruratan kesehatan masyarakat dimaksudkan
untuk memberikan arahan/pedoman bagi sector atau unit kerja terkait
untuk bertindak atau melaksanakan kegiatan penanggulangan, sekaligus
memberikan flatform yang dibutuhkan bagi perencanaan kontinjensi
Jumlah
6. Sinkronisasi dalam Renkon
Hasil dituangkan dan perlu disepakati bersama dalam satu naskah utama
yaitu naskah Rencana Kontijensi menghadapi situasi KKM
Rapat koordinasi