I. PENDAHULUAN
1. Umum
a. posisi Indonesia pada garis tumbukan lempeng Tektonik Eurasia-
Pasifik dan Indo- Australia serta letak geografis pada lingkaran cincin
Api Gunung Vulkanik sepanjang pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTT,
NTB, Sulawesi dan Maluku, hal ini sangat berpotensi terjadinya
bencana antara lain perubahan iklim yang ekstrim, gempa bumi
Tektonik, Vulkanik dan Erupsi Gunung berapi dengan turunannya,
seperti tsunami, banjir lahar dingin, tanah longsor;
b. disamping itu bencana alam terjadi diakibatkan oleh pengelolaan
sumber daya alam oleh manusia yang kurang memperhatikan dan
memperhitungkan dampak eksploitasi sehingga mengakibatkan
terjadinya kekeringan, bencana banjir, tanah longsor, kebakaran,
pembakaran hutan dan lahan serta kabut asap, hal ini menimbulkan
kerugian yang cukup besar baik jiwa raga, harta benda dan
kerusakan lingkungan hidup;
c. dilihat dari letak geografisnya, Prov. Kep. Babel merupakan
kepulauan yang rentan terhadap potensi bencana alam abrasi, banjir,
kekeringan dan angin puting beliung. Terjadinya bencana ini telah
sangat lekat dengan masyarakat yang mana menimbulkan kerugian
materil sehingga dengan demikian perlu adanya langkah- langkah
antisipasi dan tindakan penanganan bencana/ kecelakaan pada
situasi tanggap darurat dan pasca bencana/ kecelakaan;
d. pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 menyatakan bahwa
Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban, penegakkan hukum serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, pada
pasal huruf 14 ayat 1 (huruf i) menyatakan bahwa Kepolisian bertugas
melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan
lingkungan hidup dari gangguan dan atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi
HAM, sedangkan (huruf h) menyatakan tugasnya menyelenggarakan
identifikasi kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian
untuk kepentingan tugas kepolisian;
e. sebagai langkah- langkah antisipasi dan tindakan penanganan
bencana alam/ kecelakaan pada situasi tanggap darurat dan pasca
bencana maka disusun suatu Rencana Kontinjensi “Aman Nusa II-
2020” sebagai pedoman dalam penanganan bencana/ kecelakaan.
RAHAS IA
RAHAS IA
b. tujuan
1) untuk menyamakan persepsi tentang cara bertindak perbantuan
personel dan peralatan kepada BPBD dan Basarnas tentang
langkah- langkah yang harus dilakukan dalam penanganan
bencana/ kecelakaan pada tahun 2020;
2) sebagai pedoman bagi seluruh Jajaran Polda Kep. Babel dalam
penanganan bencana/ kecelakaan yang terjadi pada tahun
2020.
3. Ruang Lingkup
rencana kontinjensi bencana/ kecelakaan yang bersifat nasional ini
meliputi kegiatan pencarian/ SAR, tindakan medis dan DVI yang
dilakukan pada saat terjadinya bencana/ kecelakaan sampai dengan
selesainya penanganan kejadian tersebut.
4. Tata Urut
I. PENDAHULUAN;
II. SITUASI;
III. TUGAS POKOK;
IV. PELAKSANAAN;
V. ADMINISTRASI, SARANA PRASARANA DAN ANGGARAN;
VI. KOMANDO DAN PENGENDALIAN;
VII. PENUTUP.
5. Dasar
a. Undang - Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
b. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
indonesia;
c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana;
d. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
informasi publik;
e. Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1979 tentang Badan SAR Nasional;
f. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan;
g. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran;
RAHAS IA
RAHAS IA
RAHAS IA
RAHAS IA
RAHAS IA
RAHAS IA
II. SITUASI
1. Tinjauan Khusus
a. Geografi
RAHAS IA
RAHAS IA
Simpang Rimba dengan luas 362,310 km² , Kecamatan Pulau Besar dengan
luas 169,873 km² , Kecamatan Lepar dengan luas 264,440 km² , Kecamatan
Kep. Pongok 89,560 km², Kecamatan Tukak Sadai dengan luas 126 km².
b. Keadaan iklim
c. Demografi
1) Penduduk
RAHAS IA
RAHAS IA
1) Tambang : Biji Timah & Bahan Galian Berupa Pasir, Pasir Kuarsa, dll
2) Hasil Laut : Ikan Laut, Kepiting , Udang, dll
3) Pertanian : Padi, Sayur - sayuran
4) Perkebunan : Karet, Lada & Sawit
5) Hasil Hutan : Kayu Meranti, Kayu Nyato, dll
e. Politik
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 adalah
perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, era otonomi daerah memberikan
wewenang seluas-luasnya kepada Pemerintah Daerah beserta
seluruh komponen masyarakat setempat untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat di daerahnya dengan cara sendiri,
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Otonomi daerah
telah mengubah hubungan pusat daerah, tumpah tindih aturan dan
pengelolaan Sumber Daya Alam di era otonomi daerah banyak
menimbulkan dampak negatif keinginan Pemda untuk menghimpun
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan untuk kepentingan lainnya
termasuk kepentingan lainnya termasuk kepentingan politik daerah,
telah menguras sumber daya alam potensial yang ada, tanpa
mempertimbangkan dampak negatif/ kerusakan lingkungan,
eksploitasi hutan dan pertambangan dan disisi lain situasi dan kondisi
masyarakat yang sedang mengalami krisis ekonomi, di tengah-tengah
suasana euphoria kebebasan demokrasi, yang menyebabkan
dinamika penyelenggaraan otonomi daerah tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan masyarakat, bila hal ini terus terjadi
akan menimbulkan terjadinya bencana.
RAHAS IA
RAHAS IA
f. Ekonomi
Perekonomian di Kabupaten Bangka Selatan terutama oleh sektor
primer dan sektor sekunder. Sektor primer meliputi sektor pertanian dan
sektor pertambangan dan penggalian yang mempunyai kontribusi cukup
besar masing-masing sebesar. Sedangkan pada sektor sekunder yaitu
sektor industri memberikan kontribusi terbesar Kabupaten Bangka Selatan.
Untuk sektor tersier yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran,
angkutan dan komunikasi, lembaga keuangan dan jasa-jasa mempunyai
kontribusi.
RAHAS IA
RAHAS IA
(1) banjir;
(2) tanah longsor;
(3) angin putting beliung;
(4) tsunami;
(5) gempa bumi.
b) bencana nonalam, seperti:
(1) meledak dan terbakarnya instalasi gas dan minyak bumi
dan pabrik;
(2) kecelakaan transportasi baik darat, laut maupun udara;
(3) pembakaran hutan / lahan;
(4) wabah penyakit ( epidemi ) / kelaparan.
c) bencana sosial, seperti :
(1) konflik horizontal antar umat beragama;
(2) akibat perusakan tempat ibadah dan perilaku anarkis;
(3) akibat kejahatan separatis;
(4) akibat perkelahian antar suku / kelompok / kampong.
3) Perkiraan ancaman
a) kejadian bencana alam di beberapa wilayah Kab. Basel yang
mengakibatkan rusaknya rumah warga serta fasilitas umum
lainnya, apabila hal tersebut tidak diantisipasi dengan segera
dimungkinkan pada saat terjadi bencana serupa dapat
menimbulkan korban dalam jumlah yang besar;
b) penanganan berbagai bencana Bencana Alam yang kurang
tanggap dan terkesan lambat dari pihak terkait, diperkirakan
akan dapat mengganggu situasi Kamtibmas di wilayah Prov.
Kep. Babel pada umumnya (protes dari masyarakat) dan
daerah yang terkena bencana pada khususnya.
c) potensi bencana diperkirakan terjadi di beberapa wilayah,
antara lain :
(1) Banjir
RAHAS IA
RAHAS IA
IV. PELAKSANAAN
1. Tujuan dan Sasaran
a. tujuan
1) melaksanakan bantuan personel dan peralatan kepada BPBD
dan BASARNAS di lokasi terjadinya bencana/ kecelakaan;
2) bersama BPBD dan BASARNAS membentuk satuan tugas yang
terdiri dari beberapa cluster yang telah diatur dalam peraturan
Kepala BPBD dan BASARNAS untuk penyelamatan terhadap
korban bencana/ kecelakaan;
3) melakukan langkah-langkah tanggap darurat bencana/
kecelakaan dan pascabencana, bersama BPBD dan
BASARNAS;
RAHAS IA
RAHAS IA
b. sasaran
1) manusia/ orang:
a) korban bencana/ kecelakaan;
b) petugas penyelamatan;
c) relawan;
d) pejabat pemerintah;
e) pelaku kejahatan.
2) tempat/ Lokasi:
a) lokasi bencana/ kecelakaan;
b) tempat penampungan:
(1) kantor pemerintah/ swasta;
(2) gedung sekolah;
(3) tempat ibadah;
(4) gedung olahraga;
(5) rumah penduduk;
(6) dan lain-lain.
c) hunian sementara:
(1) tenda darurat;
(2) pemukiman sementara.
d) rumah sakit, puskesmas, posko kesehatan;
e) fasilitas air bersih, sanitasi, penerangan dan komunikasi;
f) pemukiman penduduk yang ditinggalkan;
g) tempat penampungan logistik bantuan bencana/ kecelakaan;
h) tempat penampungan hewan ternak/ harta benda;
i) dapur umum.
3) barang/ benda:
a) barang-barang milik korban bencana/ kecelakaan;
b) logistik bantuan bencana/ kecelakaan;
c) sarana dan prasarana/ peralatan petugas bantuan bencana/
kecelakaan;
d) barang-barang yang diduga hasil kejahatan saat terjadi
bencana/ kecelakaan.
RAHAS IA
RAHAS IA
4) kegiatan:
a) kegiatan tanggap darurat;
b) kegiatan pascabencana/ rehabilitasi.
3. Cara Bertindak
a. tingkat Provinsi (Polda)
1) satgas 1 (SAR)
a) melaksanakan koordinasi dengan BPBD/ BASARNAS untuk
menentukan titik-titik lokasi daerah bencana/ kecelakaan yang
memerlukan segera kegiatan SAR;
b) melaksanakan bantuan SAR darat dititik lokasi bencana/
kecelakaan yang membutuhkan segera kegiatan SAR;
c) melaksanakan bantuan SAR laut dititik lokasi bencana/
kecelakaan yang membutuhkan segera kegiatan SAR;
d) melaksanakan kegiatan evakuasi terhadap korban
menggunakan peralatan yang disesuaikan dengan situasi
lokasi bencana/ kecelakaan;
e) melaksanakan bantuan SAR darat khususnya korban yang
tertimbun reruntuhan, tanah longsor dengan menggunakan
satwa anjing;
f) penanggung jawab lapangan melaporkan setiap
perkembangan situasi kepada kasatgasda.
2) satgas 2 (pengungsian dan perlindungan)
a) melaksanakan koordinasi dengan BPBD/ BASARNAS untuk
melengkapi bantuan logistik yang akan didistribusikan
terhadap korban bencana/ kecelakaan;
b) memberikan perlindungan terhadap korban bencana/
kecelakaan di lokasi penampungan/ pengungsian;
c) mengutamakan keselamatan jiwa, pada saat melaksanakan
tugas walaupun terpaksa harus merusak barang/ benda lain
yang menghalangi penugasan;
d) penanggung jawab lapangan melaporkan setiap
perkembangan situasi kepada kasatgasda.
RAHAS IA
RAHAS IA
RAHAS IA
RAHAS IA
RAHAS IA
RAHAS IA
RAHAS IA
RAHAS IA
b. pascabencana/ kecelakaan:
i. Pendataan kerugian moril dan materiil;
RAHAS IA
RAHAS IA
RAHAS IA
RAHAS IA
a. Instruksi
rencana kontinjensi penanganan bencana tingkat kewilayahan agar
berpedoman kepada Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2009 tentang manajemen
Penanggulangan Bencana dan Perka dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat serta Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku;
b. Koordinasi
dalam penanganan bencana Polri berkoordinasi dengan Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan SAR Nasional
(BASARNAS) dan Badan SAR Daerah (BASARDA) serta Instansi lain
yang terlibat dalam penanggulangan Bencana/ kecelakaan.
RAHAS IA
RAHAS IA
3. Anggaran
a. dukungan anggaran untuk kegiatan Kontinjensi Terpusat didukung
dari anggaran kontinjensi Polri;
b. dukungan anggaran Kegiatan Kontinjensi Kewilayahan menggunakan
anggaran kontinjensi Satwil masing-masing;
c. kasatwil dapat meminta bantuan backup perkuatan personel dan
peralatan dari Mabes Polri maupun Polda lainnya dengan dukungan
anggaran Kontinjensi Polri dengan sebelumnya melaporkan kepada
Kapolri melalui Asops Kapolri;
d. kekurangan anggaran kegiatan Kontinjensi kewilayahan agar diajukan
terlebih dahulu kepada Kapolri melalui Asops Kapolri untuk didukung
secara prioritas sesuai kondisi di lokasi bencana/ kecelakaan.
2. Pengendalian
a. pengendalian dalam kegiatan pelaksanaan Kontinjensi “AMAN
NUSA II – 2020” tingkat Kabupaten/ Kota dilaksanakan oleh
Kapolres Selaku Kaopsres;
RAHAS IA
RAHAS IA
VII. PENUTUP
Demikian Rencana Kontinjensi “AMAN NUSA II – 2020” ini dibuat untuk dapat
dijadikan pedoman dalam menangani kontinjensi bencana/ kecelakaan T.A.
2020 dan dijabarkan sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah.
3. Kasium : ....
STANISLAUS FERDINAND SUWARJI, SE.
4. Wakapolres : .... AJUN KOMISARIS BESASR POLISI NRP. 76040931
RAHAS IA