TENTANG
Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas
dan terletak di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua
dan dua samudera dengan kondisi alam yang memiliki berbagai
keunggulan, namun dipihak lain posisinya berada dalam wilayah yang
memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang
rawan terhadap terjadinya bencana dengan frekuensi yang cukup tinggi,
dapat mengakibatkan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu
disikapi dan ditangani sesegera mungkin secara arif, bijaksana,
profesional dan proporsional oleh Polri dengan manajemen
penanggulangan bencana;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TENTANG MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA
3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
4. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau
meninggal dunia akibat bencana.
5. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman
bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
7. Prabencana adalah suatu keadaan belum terjadi bencana akan tetapi memungkinkan
untuk terjadinya potensi bencana.
8. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh
Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi badan yang diberi
tugas untuk menanggulangi bencana.
9. Pasca Bencana adalah mulai dinyatakan berakhirnya keadaan tanggap darurat dan
dimulainya kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sampai dengan aktifitas masyarakat
berjalan dengan normal.
10. Kontinjensi adalah keadaan dalam kehidupan atau tata kehidupan masyarakat yang
oleh suatu sebab tertentu kehidupan tersebut sangat mungkin menjadi sumber
penyebab kerawanan, krisis sehingga perlu senantiasa diwaspadai/diantisipasi secara
dini dengan pilihan alternatif yang diambil sesegera mungkin secara efektif dan
efisien.
4
11. Informasi awal adalah bahan keterangan tingkat awal tentang suatu keadaan
peristiwa alam yang akan terjadi yang didapatkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika ( BMKG ) dan sumber lain yang dapat dipercaya untuk diteruskan
kepada masyarakat.
13. Bantuan satuan Polri adalah bantuan yang diberikan satuan Polri yang berada
dalam wilayah operasional yang telah ditentukan berupa personel dan sumber daya
lainnya ketika suatu kesatuan Polri yang wilayahnya terkena bencana/melakukan
kegiatan operasional tidak dapat mengerahkan sumberdayanya sendiri dengan
memadai untuk merespons keadaan darurat dan atau bencana.
14. Tataran kewenangan Kepolisian Kewilayahan adalah pada tingkat provinsi oleh
Polda, pada tingkat Kabupaten/Kota oleh Polwil/Tabes/Polres/Ta/Tro dan pada tingkat
Kecamatan oleh Polsek/Ta/Tro.
15. Komando Pengendalian Lapangan ( KPL ) adalah sistim organisasi modular yang
dibentuk untuk menanggulangi bencana.
16. Sistem Komando Pengendalian Lapangan (SKPL) adalah suatu sistem untuk
mengorganisasikan respons lapangan oleh Polri dalam menanggulangi bencana.
17. Pos Komando Pengendalian Lapangan ( PKPL ) adalah tempat dan atau lokasi
fungsi komando utama dilaksanakan.
18. Pangkalan Aju adalah tempat dan atau lokasi yang terdekat dengan kejadian darurat
dan atau bencana dimana sumber daya dapat disimpan untuk sementara waktu
sambil menunggu penggunaan dan penugasan.
19. Pusat Krisis Kepolisian Setempat adalah pusat koordinasi dan pengawasan
penanggulangan bencana atau kejadian darurat yang berkedudukan di Pusdal Ops
dari masing masing satuan wilayah sesuai tataran kewenangan.
20. Pengungsi adalah orang atau kelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari
tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk
bencana.
Pasal 2
(3) Guna memudahkan akses komando dari BNPB/BPBD Polri menunjuk Wakil dari
institusi Polri yang duduk selaku Liaison Officer (LO) pada BNPB/BPBD.
Pasal 3
Ruang lingkup manajemen penanggulangan bencana meliputi bencana alam, bencana non
alam dan bencana sosial.
Pasal 4
Azas - azas
Pasal 5
Tataran kewenangan
BAB II
PERENCANAAN
Pasal 6
Pra bencana
Prabencana meliputi situasi tidak terjadi bencana dan situasi terdapat potensi terjadinya
bencana
Pasal 7
Tanggap Darurat
Pasal 8
Pasca bencana
(5) Mengantisipasi dampak bencana dan kejadian yang akan terjadi serta kemungkinan
terjadi bencana susulan.
BAB III
8
PENGORGANISASIAN
Pasal 9
Prabencana
(3) Menyiapkan struktur KPL dalam rangka persiapan mobilisasi tanggap darurat;
Pasal 10
(5) Bagian logistik bertanggung jawab dan menjamin tersedianya peralatan operasional
dengan menyediakan fasilitas, pelayanan, perlengkapan dan material;
(6) Bagian keuangan dan administrasi bertanggung jawab terhadap aktifitas keuangan
dan administrasi kegiatan penanggulangan bencana.
Pasal 11
(1) Dalam rangka perencanaan pra bencana organisasi yang melaksanakan kegiatan
adalah sesuai struktur organik pada masing-masing kesatuan;
Tanggap Darurat
(1) Membentuk dan mengaktifkan KPL sesuai bencana yang terjadi dan besar
kecilnya dapak yang terjadi;
(5) Melakukan penegakan hukum terhadap oknum yang melakukan tindak kejahatan;
(6) Memberikan penerangan dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar dan atau
korban untuk mewaspadai /mengantisipasi kemungkinan adanya bencana susulan;
Pasal 13
(1) Organisasi lapangan yang selanjutnya disebut Komando Pengendali Lapangan (KPL)
dibentuk sesuai dengan kebutuhan, pembentukan KPL bisa mendahului sebelum
organisasi manajemen keadaan darurat dibentuk apabila kegiatan penanggulangan
bencana merupakan kejadian bencana alam (kontinjensi);
(2) Susunan organisasi KPL meliputi Staf Komando, bagian operasi, bagian
perencanaan, bagian logistik dan bagian keuangan/administrasi;
(3) Staf Komando terdiri dari : Kepala KPL, Wakil Kepala KPL (sesuai kebutuhan),
petugas Humas, sekretaris, petugas pengamanan keselamatan, petugas
pengehubung dan petugas intel (sesuai kebutuhan);
(4) Bagian operasi terdiri dari : Kepala bagian operasi, satuan tugas bergerak dan
kelompok bantuan udara;
(5) Bagian perencanaan meliputi kepala perencanaan, unit situasi, unit sumber daya, unit
demobilisasi dan unit dokumentasi;
(6) Bagian logistik meliputi unit personil, pangkalan aju, cabang pelayanan dan cabang
pendukung;
10
(7) Bagian keuangan/administrasi meliputi unit pencatat waktu dan unit penyedia.
Pasal 14
d. rencana Kegiatan;
i. komando Wilayah.
Pasal 15
Staf Komando
(1) Ka KPL / Deputi Ka KPL bertanggung jawab atas semua kegiatan dalam penanganan
penanggulangan bencana termasuk pengembangan strategi dan taktik serta
pemesanan dan pelepasan (pengembalian) sumber daya. Ka KPL memiliki wewenang
dan tanggung jawab penuh atas pelaksanaan operasional secara keseluruhan;
(2) Petugas Humas bertanggung jawab atas formulasi dan memberikan informasi kepada
media melalui persetujuan Ka KPL;
(3) Petugas Administrasi bertanggung jawab mencatat informasi dari semua formulir
penanggulangan bencana yang berhubungan dengan waktu, isi pesan, dan tindakan
yang diambil;
(4) Petugas Pengamanan Keselamatan bertanggung jawab memonitor dan menilai situasi
yang berbahaya dan tidak aman serta mengembangkan tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk memastikan keamanan personil;
11
(5) Petugas Penghubung (Liaison) bertanggung jawab menjadi contact person bagi
perwakilan instansi yang membantu;
(6) Petugas Intel diaktifkan sesuai kebutuhan, yaitu apabila berkaitan dengan informasi-
informasi sensitif.
Pasal 16
Bagian Operasi
(1) Kepala Bagian Operasi bertanggung jawab mengaplikasikan dan mengatur semua
rencana operasional. Mengaktifkan dan mensupervisi unsur-unsur organisasi agar
sesuai dengan rencana kegiatan / operasi kegiatan penanggulangan bencana serta
mengarahkan penerapannya;
Pasal 17
Bagian Perencanaan
(3) Unit Sumber Daya bertanggung jawab untuk memelihara semua sumber daya yang
ditugaskan (utama dan pendukung) dalam suatu penanggulangan bencana;
12
(5) Unit Dokumentasi bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaga keakuratan
serta kelengkapan arsip bencana serta saat bencana berakhir, mengumpulkan dan
menyimpan semua arsip untuk tujuan hukum dan historis.
Pasal 18
Bagian Logistik
(1) Kepala Bagian Logistik bertanggung jawab menyediakan fasilitas-fasilitas, jasa, staf
dan material dalam mendukung penanganan keadaan darurat dan bertanggung jawab
mengurus semua dan analisa biaya penanganan penanggulangan bencana;
(2) Unit Personil bertanggung jawab menyediakan staf yang dibutuhkan untuk merespon
bencana, serta mensupervisi penyediaan staff untuk operasi dan berkoordinasi
dengan bagian operasi, bagian perencanaan, bagian logistik dalam menyediakan
jumlah personil yang diperlukan;
(3) Perwira Pangkalan Aju bertanggung jawab memelihara atau menjaga lokasi tempat
personil dan peralatan dipusatkan untuk mendukung penanganan penanggulangan
bencana;
(4) Cabang Pelayanan bertanggung jawab atas semua kegiatan pelayanan di lokasi
bencana serta menyediakan dan memelihara peralatan komunikasi, menyediakan
dukungan medis dan menyediakan perbekalan agar personil yang ditugaskan
terpenuhi kebutuhan pangannya;
(5) Cabang Pendukung bertanggung jawab atas pemesanan barang-barang sekali pakai
sampai menyediakan dan memelihara kendaraan pendukung. Mengawasi
pengoperasian unit-unit fasilitas, pemeliharaan, dukungan lapangan dan persediaan.
Pasal 19
Bagian Adm / Keu bertanggung jawab mengumpulkan semua informasi yang berhubungan
dengan biaya operasi penanganan bencana. Pada akhir dari operasi penanganan keadaan
darurat, bagian ini bertanggung jawab untuk mempresentasikan informasi akumulasi biaya
merespon bencana kepada pihak berwenang yang terkait.
(1) Unit Pencatat Waktu bertanggung jawab mencatat waktu personil dan peralatan.
Pencatat waktu personil memastikan pencatatan yang tepat tentang jam kerja dari
personil yang merespons bencana sudah secara akurat dilakukan. Pencatat waktu
peralatan memastikan bahwa sebuah laporan yang akurat dalam penggunaan
peralatan telah dilaksanakan;
(3) Unit Biaya bertugas menyediakan semua analisis biaya yang berhubungan dengan
kejadian bencana dengan mempertimbangkan ketepatan identifikasi semua peralatan
dan personil yang memerlukan pembayaran, mencatat segala data biaya,
menganalisa dan menyiapkan perkiraan biaya penanggulangan bencana serta
memelihara keterkinian catatan biaya-biaya penanggulangan bencana.
Pasal 20
(1) Dalam rangka pengorganisasian tanggap darurat maka organisasi yang berlaku
adalah sistem organisasi modular sesuai dengan cakupan luas bencana yang terjadi;
(2) Sistem organisasi modular yang dimaksud pada ayat (1) adalah organisasi SKPL;
(3) Yang menjabat Kepala KPL pada ayat (1 ) dan (2) adalah :
a. pada tingkat Mabes Polri adalah Dir Samapta Polri;
b. pada tingkat Polda adalah Dir Samapta Polda;
c. pada tingkat Polwil/tabes adalah Kabag Samapta
Polwil/tabes;
d. pada tingkat Polres/Ta/Metro adalah Kasat Samapta
Polres/Ta /Metro.
Pasal 21
Pasca bencana
(6) Mengantisipasi dampak bencana dan kejadian yang akan terjadi serta kemungkinan
terjadi bencana susulan.
BAB IV
PELAKSANAAN
Pasal 22
Prabencana
(1) Melakukan pelatihan pananggulangan bencana pada semua tingkatan kesatuan dari
tingkat Mabes, Polda, Polwil/Tabes dan Polres/Ta/Tro;
14
(2) Mengadakan peralatan yang dibutuhkan dalam rangka kegiatan tanggap darurat;
Pasal 23
Selain melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 tersebut, Polri ikut
serta bersama instansi lain melakukan kegiatan sebagai berikut.
(1) Melakukan kegiatan Polmas (Bimluh) kepada Masyarakat yang rawan bencana agar
selalu waspada dan siap siaga dengan cara melakukan pelatihan simulasi
menghadapi bencana;
Pasal 24
Tanggap Darurat
(1) Setelah terjadi peristiwa bencana atau kecelakaan, Kasatwil segera membentuk KPL;
(2) Kasatwil segera menunjuk seorang Pejabat sebagai Kepala Komando Pengendali
Lapangan (Ka KPL);
(3) Ka KPL segera menunjuk personel untuk mengisi jabatan-jabatan dalam KPL sesuai
dengan bencana/kecelakaan yang terjadi;
(4) Ka KPL menentukan periode waktu penanganan peristiwa bencana atau kecelakaan;
(5) Ka KPL menyusun rencana kegiatan dan rencana anggaran yang akan digunakan;
(6) Apabila situasi peristiwa bencana/kecelakaan bertambah luas dan melampaui batas
kemampuan dan kewenangan, segera meminta bantuan perkuatan dari Satuan
Samping dan atau Satuan Atas.
15
Pasal 25
(1) Ka KPL ditunjuk dari Pejabat Satuan Kewilayahan yang memenuhi syarat memiliki
kemampuan dan pengalaman tugas tentang penanggulangan bencana;
(2) Ka KPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibantu oleh anggota lapangan
disesuaikan dengan kondisi dilapangan berdasarkan penilaian oleh Ka KPL.
Pasal 26
(1) Dalam hal keadaan bencana yang penanganannya melibatkan lintas sektoral, maka
Ka KPL Polri menyerahkan penunjukan Ka KPL kepada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah ( BPBD ) ;
(2) Dalam hal keadaan bencana yang berskala Nasional maka Ka KPL ditentukan /
ditunjuk oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ).
Pasal 27
(1) Untuk satuan yang belum memiliki peralatan pertolongan dan penyelamatan
menggunakan peralatan yang ada di kesatuannya masing-masing atau peralatan
yang ada pada satuan samping dan instansi terkait;
Pasal 28
(1) Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan oleh KPL Polri dalam penanggulangan
bencana adalah :
(2) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila pada saat terjadi
bencana di lokasi dijumpai adanya tindakan kejahatan /kriminalitas, maka dilakukan
tindakan hukum sesuai ketentuan yang berlaku.
16
Pasal 29
Cara Bertindak
(1) Cara bertindak untuk pengamanan lokasi pada tugas penanggulangan bencana
adalah:
b. secepat mungkin melaksanakan evakuasi korban yang masih hidup dari lokasi
bencana dan menyerahkan kepada petugas/tim evakuasi atau instansi terkait
lainnya;
Pasal 30
(1) Dalam hal satuan Polri ditingkat Polda yang wilayahnya terkena bencana dan tidak
mampu mengerahkan sumber dayanya untuk merespon tanggap darurat dapat
meminta bantuan kepada Polda Terdekat.
g. respon bantuan dimaksud untuk melengkapi sumber daya lokal yang tidak
memadai sebagai hasil dari keadaan yang tidak terencana yang memerlukan
darurat;
j. dalam hal satuan yang terkena bencana, unsur KPL yang seharusnya berperan
tidak mampu, Mabes Polri menunjuk pejabat untuk bertindak sebagai Ka KPL.
Pasal 31
(1) Pelaksana tanggap darurat dilaksanakan oleh masing-masing fungsi yang ada sesuai
bidang tugas dalam bentuk Satuan Tugas dan Unit-unit;
(2) Fungsi-fungsi kepolisian yang terlibat dalam tanggap darurat antara lain Fungsi
Samapta, Intelijen, Reskrim, Labfor, Identifikasi, Lalu-lintas, Polair, Poludara, Propam,
Dokkes, Humas. Binamitra, Telematika, Logistik, Satwa, Brimob.
19
Pasal 32
Pasca bencana
Setelah kegiatan tanggap darurat selesai dilaksanakan, KPL Polri bersama – sama dengan
Instansi terkait melakukan kegiatan sebagai berikut :
(3) Memberikan bantuan konseling jiwa dan psikologis kepada para korban bencana yang
mengalami trauma / gangguan mental / kejiwaan;
(4) Ikut serta melakukan kegiatan rekontruksi Infrastruktur agar kegiatan Masyarakat
dapat kembali normal.
BAB V
Pasal 33
(2) Kapolres, Kapoltabes, Kapolwil atau Kapolda dapat melakukan koordinasi untuk
menyamakan persepsi dengan Satuan Koordinator Pelaksana/Satuan Pelaksana
Penanggulangan Bencana (BNPB / BPBD) dan instansi terkait lainnya.
Pasal 34
(1) Pengendalian lapangan dalam tugas penanggulangan bencana berada pada Kasatwil;
20
(2) Dalam hal satuan kewilayahan terkena bencana yang mengakibatkan satwil tersebut
lumpuh total maka kendali penanggulangan bencana diambil alih oleh satuan
diatasnya;
(3) Setiap perkembangan eskalasi, wajib dilaporkan secara berjenjang dari Ka KPL
kepada Kapolres / Ta / Tro, Kapoltabes ,Kapolwil / Tabes, Kapolda dan Kapolri;
Pasal 35
Konsolidasi
(1) Dalam rangka mengakhiri kegiatan dilakukan konsolidasi oleh Kepala KPL untuk
pengecekan kekuatan personel, kesehatan personel dan perlengkapan / peralatan;
Pasal 36
BAB VI
PENGANGGARAN
Pasal 37
(1) Penanggulangan bencana yang dilaksanakan oleh Polri dalam kegiatan pra bencana,
tanggap darurat dan pasca bencana menggunakan anggaran Kontinjensi Polri baik
yang berada pada Mabes maupun yang berada pada SatuanKewilayahan disesuaikan
skala dan lokasi bencana;
(2) Penanggulangan bencana yang telah dinyatakan oleh Pemerintah sebagai bencana
Nasional/Daerah anggaran menggunakan dana kontinjensi Polri dan dana yang
diajukan kepada BNPB/BPBD.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
21
Pasal 38
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 2009
Paraf :
ANDI MATTALATTA