PUSKESMAS CIGEMBLONG
KAB.LEBAK
BANTEN
PENDAHULUAN
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahtraan umum perlu di wujudkan sesuai dengan cita-
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda ( Double
Burden). Penyakit Menular merupakan masalah, sementara penyakit degenerative juga muncul sebagai
pemberantasannya. DEngan tersedianya Vaksinyang dapat mencegah penyakit menular, Maka tindakan
pencegahanuntuk mencegah terjadinya penyakit dari satu daerahke daerah lain atau satu Negara ke
Negara laindapat dilakukan dalam waktu relative singkatdengan hasil yang efektif.
Pemberantasan Penyakit menularadalah dengan upaya pemberian imunisasi. Program Imunisasi Difteri
di Indonesiadimulai pada tahun 1976 , dan pada tahun 1991 indonesia telah mencapai imunisasi dasar
lengkap atau universal child immunization (UCI) secara nasional. Sebagai dampak program imunisasi
tersebut terjadi kecenderungan penurunan insiden difteri pada semua golongan umur. Pada bayi dan
anak umur 1-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-15 tahun
relative landau. Di beberapa daerah terutama daerah dengan cakupan imunisasi difteri rendah atau
pada daerah dengan akumulasi kelompok rentan/suseptibel yang tidak tercangkup imunisasi dalam
Assalamu’alaikum Wr, Wb
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,dengan segala ridho dan karunianya “
Rencana PelaksanaanImunisasi ORI Difteri Puskesmas Cigemblong Tahun 2017 “ ini dapat kami
selesaikan.
Kami harpkan mudah-mudahan data-data yang di cantumkan di dalam makalah dapat menjadi
pedoman untuk melaksanakan kegiatan ORI difteri perubahan yang akan dilaksanakan di Puskesmas
Cigemblong.
Pada kesempatan yang baik ini kami menyampaikan terimakasihyang tak terhingga atas
bantuan dari berbagaipihak yang telah membantudan mendukung terlaksananya penyusunan makalah
ini.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Rencana Kegiatan ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karna itukritik, masukan dan saran yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan.
Semoga apa yang kita lakukan dari perencanaan kegiatan hingga hasilnynanti mendapatkan
Ridho Alllah SWT, dan membantu mencegah terjadinyapenyakit, khususny penyakit Difteripada
generasi-generasi kita yang akan datang yang merupakan generasi penerus dari bangsa yang kita cintai
ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
PELAKSANAAN ORI DIFTERI
1.2 Persiapan
Dalam melaksanakan Ori Difteri, rencana kerja disususn di semua tingkat baik di Pusat maupun
Daerah sesuai dengan tugas masing-masingdan memperhitungkandata dasar ( Jumlah sasaran, pos
1) Jumlah sasaran.
Jumlah sasaran di dapat dari data estimasiyang dikeluarkan oleh Pusat Data dan
2) Kebutuhan Logistik.
Vaksin yang digunakan dalam kegiatan ORI Difteri adalah vaksin dengan kemasan
Indeks Pemakaian ( 8 )
jumlah dan kondisi cold chain ( untuk penyimpanan dan distribusi vaksin ) yang ada
4) Tenaga Pelaksana
b. Tingkat Puskesmas
Puskesmas menyusun rencana kerja yang lebih rinci menurut petugas, tempat dan waktu,
serta bagaimana menjangkau sasaran, termasuk pemetaan daerah sulit, daerah risiko
1) Jumlah sasaran .
2) Kebutuhan Logistik.
Indeks pemakaian ( 8 )
inventarisasi jumlah cold chain yang tersedia untuk tempat penyimpanan dan
menampung vaksin.
4) Tenaga pelaksana
jumlah sasaran, pos pelayanan dan hari pelayanan. Perkiraan jumlah tenaga
b) Setiap pos pelayanan di bantu oleh 3 orang kader yang bertugas untuk : (1)
dan (4) memberi tanda/ marker pada kuku jari kelingking kiri anak yang sudah
mendapatkan imunisasi.
yang dibutuhkan
A 3.000 5 4 Orang
B 15.000 5 20 Orang
C 1500 5 2 Orang
Tenaga kesehatan ( Perawat, Bidan, dan Dokter ) dan tenaga terlatih lainnya.
kabupaten/ kota dan Puskesmas perlu melakukan pemetaan berdasarkan tingkat risiko
dan kesulitannya.
Setiap Puskesmas harus menyusun jadwal pelaksanaan ORI DifteriUntuk Setiap pos
jumlah sasaran. Setiap Kabupaten/ kota juga harus menyusun jadwal pelaksanaan di
tiap Puskesmas dan petugas kabupaten yang bertanggung jawab sebagai supervisor.
Walikota )serta DPRD provinsi dan kabupaten/ kota sebagai penanggung jawab
daerah.
Bina program dan Farmasi. Lintas sektor terkait yang dapat dilibatkan secara
aktifdalam kegiatan antara lain : tokoh agama/ tokoh masyarakat, LSM, PKK,
Kelenteng, dll ).
c. Ketersediaan Anggaran
2.3 Prosedur Pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri Tahun 2017 dan 2018
1. Sasaran ORI adalah anak usia 1 tahun sampai dengan, 19 tahun dengan pemberian 3 kali
dengan interval 1 bulan, dari dosis pertamake dosis kedua,interval 6 bulan dari dosisi kedua ke
Anamnesa riwayat penyakit sebelumnya, riwayat alergi, riwayat imunisasi sebelumnya dan
a. Pastikan vaksin yang akan digunakanbelum kadarluarsa dan kondisi baik ( VVM A atau
g. Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit dan keluarkan
udara yang tersis dengan cara mengetuk alat spuit an mendorong torak sampai pada
h. Bersihkan kulit empat pemberia suntikan dengan kapas yang di basahi dengan air
matang. Apabila lengan anak tampak kotor di minta untuk di bersihka terlebih dahulu.
j. Dosis pemberian adalah 0,5 ml di berikan secara intra muscular (sudut kemiringan
penyuntika 90 derajat)
k. Setelah vaksin di suntikan, jarum di Tarik keluar, kemudian ambil kapas kering baru, lalu
di tekan pada bekas suntikan, jika ada perdarahan kapas tetap di tekan pada lokasi
l. Buang ADS langsung kedalam safety box tanpa melakukan penutupan jarum kembali
(scapping)
6. Minta anak duduk kembali dan amati sampai 30 menit
Cepat, tanda peringatan awal Gatal pada kulit, kemerahan (rasha) dan
b. Siapkan anafilaktik kit dan SOP untuk antisipasi terhadap terjasinya reaksi anafilaktik.
a. Jangan mengisi jarum dengan vaksin dalam jumlah banyak (prefiling) . pengisian jarum
e. Jangan memeras kapas basah kedalam wadah air matang yang sedang digunakan
2. Vaksin Td aman diberikan pada wanita hamil
3. Apabila anak baru mendapat imunisasi difteri, oro difteri dapat diberikan lagi dengan jangka
4. Bagi orang dewasa (usia 19 tahun ke atas ) yang ingin mendapatkan imunisasi difteri, bisa
3.1 Pengertian
KIPI ( Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ) merupakan Kejadian medic yang berhubungan
dengan imunisasi, baik berupa efek vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sentivitas,
efek farmakologis, maupun masalah program, koinsiden, reaksi suntikan, atau hubungan kausal
dalam periode waktu yang pendek, dapat timbul lebih banyak KIPI yang dilaporkan karena
reaksi vaksin dan koinsiden. Peningkatan KIPI karena kesalahan Prosedur/ teknik pelaksanaan
3.2 Permasalah yang Sering Terjadi Saat ORI Difteri dan Antisipasinya
1) Petugas tidak biasa/ familiar dengan vaksin yang diberikan atau petugas dalam
b. Rentang usia yang di imunisasi lebih lebar ( Biasanya usia lebih tua ) dibandingkan
dengan imunisasi rutin dan petugas kurang berpengalaman dalam menangani KIPI pada
c. Hambatan dari beberapa pihak dengan alas an, dapat menimbulkan perhatianberlebih
terhadap kasusu KIPI selama pelaksanaan ORI Difteri dan menimbulkan pandangan
pemantauan terhadap KIPI ( surveileans KIPI ). Pemantauan KIPI yang telah berjalan
dengan baik pada imunisasi ritin, perlu di perkuat pada saat ORI Difteri untuk
Pemantauan kasus KIPI pada dasarnya terdiri dari kegiatan penemuan kasus, pelacakan
kasus, analisis kejadian, tindak lanjut kasus, pelaporan dan evaluasi, seperti dapat dilihat pada
gambar di bawah ini. Untuk keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada peraturan Pelaporan
KIPI.
Data yang diperoleh dipergunakan untuk menganalisis kasus dan menangambil kesimpulan.
Pelaporaan KIPI dilaksanakan secara bertahapdan berjenjang. Pada keadaan tertentu, yaitu
laporan KIPI yang menimbulkan perhatian berlebihan terhadap dari masyarakat atau KIPI serius,
maka pelaporan dilakukan langsung melalui website keamanan Vaksin oleh masing-masing
provinsi.
Pelaporan KIPI serius harus dilakukan secepatnya, di dukung dengan pelacakan dan
investigasi.Kurun waktu pelaporan KIPI serius pada waktu pelaporan berdasarkan jenjang
Evaluasi pelaksanaan ORI Difteri adalah untuk mengetahui hasil ataupun proses kegiatan bila
dibandingkan dengan target yang di tetapkan. Kegiatan evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan ORI
Pertemuan Evaluasi pasca ORI Difteri dilakukan untuk mengidentifikasi pencapaian hasil
yang di jumpai dilapangan. Pada pertemuan Evaluasi pasca ORI Difteri juga di identifikasi
laporan KIPI serta aspek-aspekyang menyebabkan terjadinya KIPI tersebut. Hasil pertemuan
evaluasi dapat di pergunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana tindak lanjut untuk
Evaluasi dampak dilakukan dalam rangka mengetahui dampak ORI Difteri terhadap