Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN PENYELENGGARAAN

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


PUSKESMAS JURANGOMBO KOTA MAGELANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular.
Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif, sehingga
pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah, misalnya
antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara. Beberapa penyakit menular
yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah diare, malaria, demam berdarah
dengue, influensa, tifus abdominalis, penyakit saluran pencernaan dan penyakit
lainnya. Beberapa penyakit tidak menular yang menunjukkan kecenderungan
peningkatan adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker, diabetes mellitus,
kecelakaan dan sebagainya. Untuk melakukan upaya pemberantasan penyakit
menular, penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit dan keracunan,
serta penanggulangan penyakit tidak menular diperlukan suatu sistem surveilans
penyakit yang mampu memberikan dukungan upaya program dalam daerah kerja
Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional, dukungan kerjasama antar program dan
sektor serta kerjasama antara Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional dan
internasional.
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) merupakan suatu
program kesehatan yang menangani penyakit menular dan tidak menular yang ada
di lingkungan kerja Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)/Puskesmas.
Hingga saat ini penyakit menular dan tidak menular masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya angka
kesakitan dari penyakit menular dari tahun ke tahun dan berubahnya pola penyakit
tidak menular yang sekarang berkembang telah menunjukkan terjadinya
kecenderungan masalah kesehatan yang biasa disebut transisi epidemiologi.
Secara garis besar transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola
penyakit dan kematian yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang
semula didominasi penyakit infeksi yang tetap menjadi masalah kesehatan,
bergeser kepada penyakit non infeksi atau penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan baru.
Faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit menular dan tidak menular
adalah dikarenakan berubahnya pola hidup dari masyarakat dan berubahnya pola
penyakit.
Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu (SST)
berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan
Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali
perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST telah juga dikembangkan
beberapa sistem Surveilans khusus penyakit Tuberkulosa, penyakit malaria,
penyakit demam berdarah, penyakit kusta dan lain sebagainya. Sistem Surveilans
tersebut perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan ketetapan Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; Undang-undang Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; dan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk
mendukung upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Prioritas surveilans penyakit yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang potensial menimbulkan wabah atau
kejadian luar biasa, penyakit menular dan keracunan, demam berdarah dan demam
berdarah dengue, malaria, penyakit-penyakit zoonosis antara lain antraks, rabies,
leptospirosis, filariasis serta tuberkulosis, diare, tipus perut, kecacingan dan
penyakit perut lainnya, kusta, frambusia, penyakit HIV/AIDS, penyakit menular
seksual, pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (severe acute
respiratory syndrome), hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, diabetes
mellitus, neoplasma, penyakit paru obstuksi menahun, gangguan mental dan
gangguan kesehatan akibat kecelakaan. Penyelenggaraan surveilans epidemiologi
terhadap penyakit-penyakit tersebut diatas disusun dalam pedoman surveilans
epidemiologi, khusus masing-masing penyakit dan pedoman surveilans
epidemiologi secara rutin dan terpadu. Untuk menyelenggarakan surveilans
epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular secara rutin terpadu
maka disusun Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu yang selanjutnya disebut
sebagai Surveilans Terpadu Penyakit (STP). Sementara pedoman surveilans
khusus masing-masing penyakit disusun dalam pedoman terpisah dengan
Keputusan Menteri Kesehatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a) Memberi arah bagi para petugas kesehatan pemegang program
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dalam penatalaksanaan
kasus penyakit menular dan penyakit tidak menular yang merupakan
masalah utama di lingkungan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP)/Puskesmas sebagai unit kerja kesehatan dasar.
b) Terselenggaranya pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan
penyakit tidak menular di lingkungan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP)/Puskesmas sebagai unit kerja kesehatan dasar.
2. Tujuan Khusus
a) Menurunnya angka kesakitan dan kematian penyakit menular di lingkungan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)/Puskesmas sebagai unit kerja
kesehatan dasar.
b) Mengidentifikasi faktor resiko dan penyakit tidak menular tertentu pada
masyarakat.
c) Melakukan intervensi dengan metode tanya jawab kepada masyarakat
tentang paparan faktor resiko penyakit tidak menular.
d) Mendapatkan model bentuk intervensi yang efektif untuk menurunkan faktor
resiko penyakit tidak menular pada msayarakat.
e) Mendapatkan data dasar penyakit menular dan penyakit tidak menular.
f) Mengevaluasi sistem pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan yang diatur dalam pedoman ini meliputi
penatalaksanaan penyakit menular dan tidak menular.
1. Penyusunan Perencanaan
2. Tatalaksana Penderita
3. Pengelolaan Logistik
4. Pencegahan Penyakit Menular dan Tidak Menular
5. Peran Serta Masyarakat
6. Surveilans Epidemiologi
7. Kegiatan Pelatihanistik untuk pelaksanaan kegiatan
8. Pendekatan Komunikasi, Informasi dan Evaluasi
9. Kerja Sama Lintas Program/Sektor
10. Pemantauan
11. Evaluasi Program

D. Batasan Operasional
Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) merupakan suatu
program yang menangani penyakit menular dan tidak menular.
1. Penyakit Menular
Penyakit menular (Communicable Desease) adalah penyakit yang disebabkan
oleh adanya agen penyebab yang mengakibatkan perpindahan atau penularan
penyakit dari orang atau hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang
rentan (potential host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
perantara (vector) atau lingkungan hidup.
Penyakit-penyakit menular dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu:
a) Penyakit menular potensial mewabah
Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit menular berikut:
1. Diare
2. Demam berdarah dengue
3. Malaria (di daerah endemik tinggi)
4. Filaria (di daerah endemik tinggi)
b) Penyakit menular endemik tinggi
Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit berikut:
1. Tuberkulosis paru
2. Lepra (Morbus Hansen)
3. Patek (Framboesia)
4. Anjing gila (Rabies)
5. Antraks
c) Penyakit menular penting lain
Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit berikut:
1. Penyakit menular seksual
2. Sifilis (Raja Singa)
3. Gonorhoe (kencing nanah)
4. HIV/ AIDS
d) Penyakit menular lain
1. Hepatitis-B
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu:
a) Penularan secara kontak, baik kontak langsung maupun kontak tidak
langsung (benda-benda bekas dipakai pasien).
b) Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang
tercemar.
c) Penularan melalui vector.
d) Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik, dan tato.

2. Penyakit Tidak Menular


Penyakit tidak menular ialah penyakit yang bersifat kronik,menahun,berlangsung
lama atau bisa juga mendadak,disebabkan oleh beberapa faktor dan dapat
dicegah apabila faktor resikonya dikendalikan. Sehingga perawatan pasien
penyakit tidak menular mencerminkan kegagalan dari pengelolaan program
penanggulangan penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular merupakan
penyakit non infeksi karena penyebabnya bukan mikroorganisme namun tidak
berarti tidak ada peran mikroorganisme dalam terjadinya penyakit tidak menular.
Penanggulangan penyakit tidak menular merupakan kombinasi upaya inisiatif
pemeliharaan mandiri oleh petugas, masyarakat dan individu yang bersangkutan.
Penyakit-penyakit tidak menular meliputi :
a) Hipertensi (Penyakit Darah Tinggi)
b) Penyakit Jantung Koroner
c) Diabetes Melitus (Penyakit Kencing Manis)
d) Kanker
e) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
f) Osteoporosis
g) Penyakit Asam Urat
h) Asma
i) Stroke
j) Obesitas (Kegemukan)
k) Batu Ginjal

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Program Pembangunan Nasional (PROPENAS).
3. Global Strategy for The Prevention and Control of Non Communicable Disease
(WHA 53 tahun 2000).
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 468/Menkes-Kesos/SK/V/2001,
tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Nasional.
5. Sistem Kesehatan Nasional, tahun 2003.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1116/Menkes/SK/VIII/2003, tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1479/Menkes/SK/X/2003, tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
dan Penyakit Tidak Menular.
9. Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular (Departemen Kesehatan Republik Indonesia).
10. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 47 tahun 2006 tentang Sistem Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Semua karyawan di lingkungan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP)/Puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (P2P) mulai dari Kepala Puskesmas, Penanggungjawab
Program, Penanggungjawab Logistik dan seluruh karyawan.
Penanggungjawab Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
merupakan koordinator dalam penyelenggaraan program di Puskesmas
Jurangombo Kota Magelang.
Dalam upaya pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P) perlu melibatkan sektor terkait yaitu :
1. Kecamatan
2. Kelurahan
3. Polsek dan Koramil
4. Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat
5. PKK
6. Kader Posyandu
7. Sekolah
8. Sektor lainnya yang terkait dengan Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P)

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan kegiatan dikoordinir oleh Penanggungjawab
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) sesuai dengan
kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P) disepakati dan disusun bersama dengan sektor terkait dalam
pertemuan lokakarya mini lintas sektoral yang diadakan minimal 3 (tiga) bulan
sekali.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P) dilakukan oleh penanggungjawab program yang menempati

B. Standar Fasilitas
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Penyusunan Perencanaan
Pada tahapan penyusunan perencanaan meliputi :
1. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
2. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
3. Penyusunan Plan of Action (POA) dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
4. Penyusunan Standar Pelayanan Minimal yang memuat :
a. Target yang akan dicapai
b. Cakupan penderita

B. Tatalaksana Penderita
Penatalaksanaan penderita yang dilakukan pada Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit terbagi mejadi 2 (dua) yaitu penatalaksanaan dalam upaya
penanganan penyakit tidak menular dan penyakit menular.
1. Penyakit Tidak Menular
Melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM)
yang mengacu pada buku Pedoman Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Tidak
Menular Berbasis Masyarakat (POSBINDU PTM) yang dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010.
2. Penyakit Menular
Penatalaksanaan penderita pada penyakit menular disesuaikan dengan Buku-
buku pedoman tentang penyakit menular yang disusun oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah dan dijabarkan melalui Standar Pelayanan Operasional
yang telah disusun untuk setiap penyakit yang digolongkan pada penyakit
menular.

C. Pengelolaan Logistik
1. Tujuan
a. Melakukan penyimpanan dan distribusi obat dan perlatan yang diperlukan
b. Mengatur persediaan (stock) sehingga tidak mengalami kekosongan stock
c. Memantau penyimpanan, distribusi dan persediaan obat dan peralatan di
lapangan
2. Kebijaksanaan dan Koordinasi
Hasil pertemuan lintas program dan sektor menghasilkan koordinasi dan
kesepakatan serta pengertian-pengertian yang luas terhadap pengelolaan suplai
obat dan peralatan.
D. Pencegahan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Pencegahan penyakit yang dilakukan pada Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit terbagi mejadi 2 (dua) yaitu pencegahan dalam upaya
penanganan penyakit tidak menular dan penyakit menular.
1. Penyakit Tidak Menular
Melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM)
yang mengacu pada buku Pedoman Deteksi Dini Faktor Resiko Penyakit Tidak
Menular Berbasis Masyarakat (POSBINDU PTM) yang dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010.
2. Penyakit Menular
a. Pengendalian Filariasis
b. Pengendalian kecacingan
c. Pengendalian infeksi dengue/DBD
d. Pengendalian malaria
e. Pengendalian zoonosis
f. Pengendalian HIV/AIDS
g. Pengendalian infeksi menular seksual
h. Pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
i. Pengendalian infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
j. Pengendalian diare

E. Peran Serta Masyarakat


Dalam upaya pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P) perlu melibatkan sektor terkait yaitu :
1. Kecamatan
2. Kelurahan
3. Polsek dan Koramil
4. Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat
5. PKK
6. Kader Posyandu
7. Sekolah
8. Sektor lainnya yang terkait dengan Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P)

Contoh pada ISPA :

: Garis Koordinasi
: Rujukan

F. Surveilans Epidemiologi
Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu (SST)
berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan
Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali
perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST telah juga dikembangkan
beberapa sistem Surveilans khusus penyakit Tuberkulosa, penyakit malaria,
penyakit demam berdarah, penyakit kusta dan lain sebagainya. Sistem Surveilans
tersebut perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan ketetapan Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; Undang-undang Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; dan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Kesehatan serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk
mendukung upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Prioritas surveilans penyakit yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang potensial menimbulkan wabah atau
kejadian luar biasa, penyakit menular dan keracunan, demam berdarah dan demam
berdarah dengue, malaria, penyakit-penyakit zoonosis antara lain antraks, rabies,
leptospirosis, filariasis serta tuberkulosis, diare, tipus perut, kecacingan dan
penyakit perut lainnya, kusta, frambusia, penyakit HIV/AIDS, penyakit menular
seksual, pneumonia, termasuk penyakit pneumonia akut berat (severe acute
respiratory syndrome), hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, diabetes
mellitus, neoplasma, penyakit paru obstuksi menahun, gangguan mental dan
gangguan kesehatan akibat kecelakaan. Penyelenggaraan surveilans epidemiologi
terhadap penyakit-penyakit tersebut diatas disusun dalam pedoman surveilans
epidemiologi, khusus masing-masing penyakit dan pedoman surveilans
epidemiologi secara rutin dan terpadu. Untuk menyelenggarakan surveilans
epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular secara rutin terpadu
maka disusun Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu yang selanjutnya disebut
sebagai Surveilans Terpadu Penyakit (STP). Sementara pedoman surveilans
khusus masing-masing penyakit disusun dalam pedoman terpisah dengan
Keputusan Menteri Kesehatan.

G. Kegiatan Pelatihan untuk pelaksanaan kegiatan


Kegiatan Pelatihan dalam rangka pelaksanaan kegiatan dilakukan kepada
penanggungjawab Program Pencegahan den Pengendalian Penyakit (P2P) sesuai
dengan rekomendasi dari Kepala Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan, setelah itu penanggungjawab program melakukan koordinasi
lintas program/sektor memberikan arahan kepada petugas yang melaksanakan dan
juga memberikan sosialisasi kepada kader posyandu dan lintas sektor.
H. Pendekatan Komunikasi, Informasi dan Evaluasi
1. Tujuan
Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup
sehat melalui pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) sehingga
program pencegahan dan pengendalian penyakit dapat terlaksana.
2. Strategi
a. Melaksanakan pendekatan kepada para pengambil keputusan sesuai
dengan tingkat administratif pelaksanan program,baik lintas program
maupun sektor guna mendukung program pencegahan dan pengendalian
penyakit.
b. Melaksanakan upaya untuk mengembangkan norma hidup sehat di
masyarakat untuk mendapatkan social support dalam komunikasi
pencegahan dan pengendalian penyakit.
c. Mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan masyarakat dalam
melaksanakan tatalaksana penderita dan pencegahan.
3. Langkah Kegiatan
a. Pendekatan Pimpinan/Pengambil Keputusan
1) Menentukan dan menetapkan bentuk dukungan yang diharapkan dari
para pengambil keputusan
2) Menentukan sasaran (pimpinan lintas program, pimpinan lintas sektor,
penyandang/sumber dana)
3) Menentukan perilaku yang diharapkan
4) Menentukan pesan
5) Menentukan metoda dan teknis
6) Menentukan media
b. Dukungan Suasana (Social Support)
Rangkaian kegiatan hampir sama dengan advocacy, tetapi kelompok
sasaran lebih ke tingkat teknis operasional berjenjang, antara lain kader, Tim
Penggerak PKK, tokoh masyarakat.
c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
1) Sasaran utama KIE adalah masyarakat
2) Metoda dan teknik selain disesuaikan dengan segmen pasar,
diupayakan berlangsung dinamis, msalnya tatap muka, simulasi,
demonstrasi, penyuluhan kelompok.

I. Kerja Sama Lintas Program/Sektor


Kerja sama lintas program/sektoral (LP/LS) adalah salah satu kegiatan bentuk
program yang perlu dibina dan dikembangkan. Melalui kerjasama LP/LS diharapkan
pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian oenyakit akan dapat
dukungan baik politis maupun operasional dari institusi lain sesuai dengan porsi
masing-masing.

J. Pemantauan
1. Tujuan
a. Melihat kinerja petugas kesehatan dan memberikan bimbingan dalam
pengelolaan program pencegahan dan pengendalian penyakit di wilayah
kerja masing-masing.
b. Memberikan umpan balik atau alternatif pemecahan masalah yang
ditemukan pada saat pemantauan.
2. Kegiatan Pemantauan
Pemantauan adalah kegiatan mengamati secara berkesinambungan atas
penampilan kerja dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan pengendalian
penyakit di semua jenjang di wilayah kerja masing-masing.

K. Evaluasi Program
1. Tujuan
Mengetahui hasil kegiatan yang telah dilaksanakan, masalah yang ada dan
merencanakan kegiatan pada tahun depan.
2. Beberapa cara melakukan evaluasi
a. Evaluasi berdasarkan data rutin
b. Evaluasi berdasarkan hasil pemantaun supervisi
c. Evaluasi berdasarkan survey khusus.

BAB V
PENYEDIAAN LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit direncanakan dalam mini lokakarya puskesmas sesuai dengan
tahapan dan metoda yang akan dilaksanakan.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan
identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan.
Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap
kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan
lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan
yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Upaya pencegahan terhadap resiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dimonitor


dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metode yang digunakan
4. Tercapainya indikator, target, dan cakupan penyakit menular dan penyakit tidak
menular.
Permasalahn yang timbul dibahas pada pertemuan lokakarya mini setiap 1 (satu)
bulan, Pada pertemuan Lintas Sektoral setiap 3 (tiga) bulan serta forum - forum diskusi
yang ada di masyarakat .
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dengan
tetap memperhatikan prinsip proses pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan kegiatan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
tergantung pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya
meningkatkan kemandirian masyarakat dan peran aktif masyarakat dalam bidang
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai