Anda di halaman 1dari 20

BIOTEKNOLOGI MILITER

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bioteknologi

Anggota kelompok 7:
• Ain Muzayyanah (1908106061)
• Ira Rahmayanti Hidayati (1908106044)
• Leni S. Maulani (1908106054)
• Muhamad Alif Shidiq (1908106053)
• Syahrul Ramadhan (1908106038)
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati
Cirebon
BIOTEKNOLOGI MILITER

 PENGANTAR BIOTEKNOLOGI
 PENGERTIAN BIOTERORISME
 PENGERTIAN SENJATA BIOLOGI
 SEJARAH PENGGUNAAN SENJATA BIOLOGI
 AGEN HAYATI SEBAGAI SENJATA
 POTENSI EBOLA SEBAGAI SENJATA
BIOLOGIS
 BAKTERI ANTARAK SEBAGAI SENJATA
BIOLOGIS
 FLU SPANYOL SEBAGAI SENJATA
BIOLOGIS
 KEUNTUNGAN & KERUGIAN PENGGUNAAN
SENJATA BIOLOGI DALAM MILITER
Pengantar Bioteknologi
• Bioteknologi berasal dari kata Bio (hidup) dan Teknos
(teknologi) yang berarti ilmu yang menerapkan prinsip-
prinsip biologi
• Bioteknologi merupakan pemanfaatan sistem kehidupan
dan organisme untuk mengembangkan dan menciptakan
produk baru untuk menghasilkan atau memodifikasi produk
atau proses dengan tujuan memperoleh produk yang lebih
baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta singkat
dalam waktu produksi.
• Dalam bidang militer digunakan senjata biologis dengan
bantuan bioteknologi menggunakan agen hayati.
Penyalahgunaan senjata biologis oleh oknum tertentu
dinamakan bioterorisme.
Bioterorisme didefinisikan sebagai pemanfaatan
mikroorganisme patogen sebagai senjata perang dan alat
untuk menjalankan aksi terorisme. Beberapa mikroba yang
diketahui telah dimanfaatkan sebagai senjata biologi dalam
perang antara lain Bacillus antracis, Pes,
Cholera, dan Botulinum. Senjata biologi tersebut hanya
dapat dikembangkan oleh beberapa negara yang memiliki
laboratorium mikrobiologi yang canggih.
Kasus Serangan Bioterorisme Di Berbagai Negara Di Dunia

Kasus Tahun/Tempat Korban Keterangan


Wabah Pes Abad 14/ Kaffa Tidak diketahui Serangan ini dilakukan oleh pasukan Genoa di Kaffa, laut hitam. Pasukan
Laut Hitam (sekarang Krimea, secara past tartar terkena wabah pes saat itu dan menyebabkan banyak dari prajurit mati.
Ukraina) Kemudian pasukan tartar terkena yang sudah dalam keadaan terdesak,
dengan cerdiknya merubah keadaan dengan menyerang pasukan genoa dan
melemparkan tubuh pengidap pes yang telah mati kedalam kota dengan
harapan bau tak tertahan akan membunuh semua orang dan benar saja cara
itu berhasil untuk memukul mundur pasukan keluar dari kota

R.I.S.E 1972/ Chicago, Tidak ada/berhasiln Dua mahasiswa ditangkap pihak kepolisian Chicago yaitu Allen Schwander
Amerika Serika ya digagalkan oleh dan Stephen Pera yang terafiliasi dengan kelompok teroris bernama R.I.S.E
aparat setempat berencana meracuni sumber air kota dan menyebarkan wabah mematikan
dengan menggunakan tifoid dan bakteri lainnya
Serang an 1984/ Oregon 751 orang keracunan, Sekelompok penganut sekte agama bhagawan shree rajneeshpada tahun
Bhagw an tidak ada korban jiwa 1984 di Oregon, dilaporkan menginfeksi gangguan pintu dan salad bar di
Shree sebuah restran, serta tempat umum lainnya dengan bakteri Salmonella
Rajnees h Typhimurium.
Aum Shinrik 1995/ Tokyo, 13 tewas dan ribuan Sebuah sekte agama di jepang Aum Shinrikyo menyebarkan gas sarin di
yo Jepang terluka stasiun kereta bawah tanah Tokyo, mereka juga memproduksi senjata biologi
dan mencoba menggukannya. Beberapa anggota sekte tercatat sebagai
ilmuan dan teknisi dalam mikrobiologi yang telah mencoba membuat senjata
menggunakan antraks, botuliun toxin, bahkan ebola.
Setiap bentuk serangan yang dilakukan dalam
bioterorisme ini bertujuan untuk menyebarkan kepanikan
dengan menciptakan wabah penyakit yang meresahkan
masyarakat luas. Dengan adanya wabah penyakit atau
racun yang muncul secara tibatiba dan menyebar dengan
sangat luas yang menyebabkan pemerintah tidak siap
menanganinya, sehingga dapat melemahkan dukungan
masyarakat kepada pemerintah, karena pemerintah
dianggap tidak bisa memberikan perlindungan bagi
masyarakat.
PENGERTIAN SENJATA BIOLOGI

• Senjata biologi adalah senjata yang menggunakan


mikroorganisme patogen (bakteri, virus, atau organisme
penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh,
melukai, atau melumpuhkan musuh. Dalam pengertian yang
lebih luas, senjata biologi tidak hanya berupa organisme
patogen, tetapi juga toksin berbahaya yang dihasilkan oleh
organisme tertentu.
• Menurut Elisabeth (2007), bioterorisme merupakan salah
satu bentuk teror dengan menggunakan atau menyebarkan
kejahatan biologis, seperti virus dan bakteri, sehingga
menimbulkan penyakit atau kematian manusia, hewan, atau
tanaman.
SEJARAH PENGGUNAAN SENJATA BIOLOGI
Tahun  400 SM

Pada tahun  400 SM, ketika orang Iran Kuno (Scythians)


menggunakan panah yang dicelupkan  ke dalam feses
kotoran dan mayat makhluk hidup yang telah membusuk.
Hal serupa juga dilakukan oleh bangsa Roma yang
mencelupkan pedangnya ke dalam pupuk dan sisa hewan
yang telah membusuk sebelum berperang dengan
musuhnya. Apabila musuhnya terluka oleh senjata
tersebut, maka terjadi infeksi penyakit yang dapat
menyebabkan kematian.
Tahun 1754-1760

Pada tahun 1754-1760, terjadi peperangan antara bangsa


Britania Utara dan bangsa Indian yang melibatkan
penggunaan virus cacar. Ketika itu, Britania Utara
memberikan pakaian dan selimut dari rumah sakit yang
merawat penderita cacar kepada bangsa Indian untuk
memusnahkan bangsa tersebut.
Perang Dunia I Dan II

• Pada Perang Dunia I, Jerman menggunakan dua


bakteri patogen, yaitu Burkholderia mallei penyebab
Glanders dan Bacillus anthracis penyebab Antraks
untuk menginfeksi ternak dan kuda tentara Sekutu.
• Menurut Hagstad (2000: 33), perang Dunia I dan II pun
tidak lepas dari perang senjata biologis tersebut.
Selama Perang Dunia II, Jepang melakukan suatu riset
penelitian dengan menggunakan 3.000 tahanan perang
sebagai objek penelitian dan sebagian besar tahanan
perang tersebut dipaparkan bakteri Bacillus anthracis
yang merupakan bakteri penyebab penyakit anthrax.
Tahun 1932-1935

• Pada tahun 1932-1935, Jepang mengembangkan


program pembuatan senjata biologi di Cina yang
dinamakan Unit 731.
• Sebanyak 3.000 ilmuwan Jepang bekerja untuk
melakukan penelitian terhadap berbagai agen biologi
yang berpotensi sebagai senjata, misalnya kolera, pes,
dan penyakit seksual yang menular.
• Eksperimen yang dilakukan menggunakan tahanan
Cina yang mengakibatkan ± 10.000 tahanan mati. Sejak
saat itu, tidak hanya Jepang yang mengembangkan
senjata biologi, namun diikuti oleh negara-negara lain
seperi Amerika Serikat dan Uni Soviet.
AGEN HAYATI SEBAGAI SENJATA

Pada prinsipnya, semua bahan hayati yang bersifat pathogen


penyebab penyakit dapat dijadikan senjata biologi namun
Kementrian kesehatan saat ini mencatat sedikitnya ada
sembilan penyakit menular yang potensial digunakan sebagai
senjata biologi; yaitu Antraks, Poliomyelitis, Kholera, Demam
Tifoid, Tuberkulosis, Flu burung, SARS, Pes paru, dan Cacar.

Dr. Arief B. Witarto dalam artikel yang berjudul “Bahaya Senjata


Biologis” menuliskan bahwa berbeda dengan senjata nuklir,
senjata biologis punya banyak jenis. Walaupun senjata kimia
juga memiliki banyak jenis (seperti gas Sarin, gas VX, Sianida
dan sebagainya), namun karena senjata biologis menggunakan
agen hayati seperti virus dan bakteri, jumlahnya cenderung
bertambah dengan munculnya berbagai macam penyakit infeksi
fatal seperti virus Ebola, virus Lassa dan lain-lain. Namun, agen
yang dipakai sebagai senjata biologis adalah bakteri yang telah
lama dikenal manusia, hal ini dikarenakan mudah didapatkan di
alam dan tidak sulit penangannya (Witarto, 2002: 1).
Potensi terpenting dari bakteri dan virus sebagai agen biologis ialah mereka
tidak akan aktif tanpa lingkungan (inang) yang mendukung untuk hidup
(bereaksi), yang membuat bioterorisme lebih berbahaya dari senjata kimia
dan terorisme nuklir. Ini dikarenakan adanya penundaan inkubasi atau
periode tertentu yang membutuhkan 7-20 hari timbulnya gejala penyakit,
dan tidak ada negara yang dapat melindungi populasinya hanya dengan
memindai para pendatang atau wisatawan yang masuk ke wilayahnya.

Penggunaan agen biologis dalam serangan bioterorisme merupakan


sesuatu yang mengerikan, sebab agen biologis yang dilepaskan sulit
dideteksi secara kasat mata, sehingga akan menjadikan manusia yang
terkena paparan sebagai inangnya, kemudian akan mulai menginfeksi
inangnya secara perlahan, dan orang-orang yang terinfeksi masih dapat
berkeliaran tanpa mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam tubuh
mereka
Virus Ebola Sebagai Senjata
Biologis
• Ebola dapat menyebabkan kerusakan massal karenanya, disebut juga sebagai salah satu kekuatan senjata biologis.
• Ebola dapat menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi, termasuk tempat tidur dan pakaian yang
“terkontaminasi” dengan cairan tersebut.
• Menurut WHO tingkat kematian rata-rata dari Ebola diklasifikasikan sebanyak 50% dan bisa naik sampai 90% jika
tanpa perawatan medis.
• Amerika Serikat (AS) menjadikan virus Ebola sebagai prioritas keamanan nasionalnya disebabkan karena AS ingin
mencegah penggunaan virus Ebola tersebut sebagai senjata bioterorisme.
Bakteri Antraks sebagai
Senjata Biologis
• Antraks yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis merupakan penyakit zoonosis yang memiliki daya rusak
tinggi dan mematikan berbagai ternak (sapi, kerbau, domba kambing, dan burung unta) maupun manusia.
• Bakteri ini memiliki bentuk yang mirip rantai dengan ujung persegi, termasuk kedalam bakteri gram positif dengan
ukuran 1-1,5 x 3-5 mikrometer, bersifat anaerob (tahan terhadap keadaan tanpa oksigen) dan memiliki spora. Spora
inilah yang membuat bakteri ini bisa bertahan dalam lingkungan yang ekstrim sekalipun, bakteri ini dapat bertahan
hidup di dalam air selama dua tahun, di dalam susu selama 10 tahun dan lebih dari 70 tahun pada benang wool.
Spora ini juga tetap bertahan walau dalam kondisi yang kering, lembab, panas tinggi maupun dingin yang rendah,
bahkan di dalam tanah, spora antraks akan bertahan hidup sampai 40 tahun lamanya (Parker L, 2013).
• Senjata biologis bakteri antraks memiliki daya pengahancur yang bersifat masal dan berefek dalam jangka waktu
lama karena bakteri antraks menghasilkan spora yang tahan panas ± > 70o C, sinar ultra violet, desinfektan, dan
cekaman lingkungan lainnya (Alibek, 2005).
• Kelompok yang paling berisiko dan rentan untuk menyalahgunakan bakteri antraks sebagai senjata biologis adalah
kelompok teroris, staf atau teknisi di laboratorium yang memiliki isolat antraks.
Flu Spanyol sebagai Senjata
Biologis
• Flu Spanyol adalah pandemi yang sangat sangat mematikan yang disebabkan oleh virus influenza A
subtipe H1N1. Virus ini menjangkiti sekitar 500 juta orang (sepertiga dari populasi dunia pada saat itu)
dalam empat gelombang berturut-turut dari Februari 1918 hingga April 1920. Korban meninggal
diperkirakan antara 17 juta dan 50 juta jiwa, dan mungkin mencapai 100 juta jiwa, sehingga pandemi ini
menjadi salah satu pandemi yang sangat mematikan dalam sejarah umat manusia.

• Gejala flu spanyol dimulai dengan rasa panas seperti terbakar di kepala. Kemudian terjadi radang sampai
merah membara di mata dan organ bagian dalam seperti tenggorokan atau lidah. Radang itu sampai
berdarah dan mengeluarkan bau busuk yang tidak alami kemudian menderita bersin dan batuk, diikuti
dengan diare, muntah-muntah dan sekujur tubuh kejang. Kulit penderita menjadi pucat dan penuhi
benjolan serta bisul. Tenggorokan terasa seperti terbakar dan penderita terus menerus merasa haus.
Ketika penyakit sampai ke bagian pencernaan ditandai dengan luka lambung dan diare yang parah
ditambah dengan daya tahan tubuh yang rentan,  dan berakhir dengan kematian
Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Senjata Biologi dalam
Militer
Keuntungan Kerugian
Perlunya perhitungan cuaca atau kondisi yang
Biaya produksi relatif murah dibandingkan
tepat untuk melakukan penyebaran senjata
senjata penghancur lainnya
biologis tersebut
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
Jika tidak dilengkapai dengan berbagai alat
pertumbuhan agen biologi cukup sederhana
pelindung berisiko terinfeksi agen biologi yang
Waktu yang diperlukan dalam pembuatannya
digunakan sebagai senjata
relatif lebih pendek.
Beberapa jenis senjata biologi diketahui rentan
Dapat dibuat vaksin atau penawar dari
terhadap radiasi matahari maupun perubahan
senjata biologi yang telah diciptakan
cuaca sehingga agen biologi dapat terinaktivasi
Penyebarannya tidak terdeteksi oleh musuh
dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
1. Penggunaannya tidak merusak
1. Beberapa agen biologi dapat bertahan lama di
infrastruktur atau fasilitas yang ada dalam
lingkungan (seperti spora Bacillus anthracis)
daerah yang diserang
sehingga daerah yang telah diinfeksi tidak
dapat dihuni/ditinggali dalam jangka waktu
yang cukup lama.
REFERENSI

Alibek K, Lobanova C and Popov S. 2005. Bioterrorism and Infectious Agents.


USA: Springer Science Business Media.
CFSPH. 2007. Anthrax. Iowa State University. The Center of Food Security
and Public Health.
Elisabeth, Adrianna. 2007. Dinamika Hubungan Australia-Asia Timur
(1997-2005) dalam LIPI (Ed.) Jurnal Penelitian Politik Vol. 4, No. 1, 2007
editor. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. (pp. 87-92).
Hagstad, David dan Kathleen Kearney. 2000. Emergency: Bioterrorism The
American Journal Of Nursing. Vol. 100 (12). pp. 33-35.Wippincot Williams and
Wilkins: JSTOR.
Koesnandar, Is Helianti. 2008. Isu Bioetika dalam Riset dan industrialisasi
Sumber Daya Genetik Mikroba. Seminar Bioetika Nasional 29 Mei 2008.
BPPT Bogor.
Parker L. 2013. Bioterrorism and intelligence. Global Security Studies 4: 53-
64.
Witarto, AB. 2002. Bioinformatika Teknologi Informasi dengan
Bioteknologi. Jakarta: Ilmu Komputer.
Zulfikar K. M. 2017. Virus Ebola di Afrika Barat sebagai Ancaman. Jurnal
Analisis Hubungan Internasional. Hal. 163-180
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai