Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PSIKOLOGI KONSUMEN

Intelegensi,Bakat,Kreativitas

OLEH KELOMPOK 4 :

LODYA RISKA GUSNIA

MUSTIKA ULFA WULANDARI

MUTIARA ZULFITA OKTAVIA

TETE MARDANI

WELLY RAHMADHANI

YOSI NOVITA SARI

DOSEN PEMBIMBING :NS. HELENA PARTICIA

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah  yang berjudul
“intelegensi,bakat dan kreativitas” ini sesuai dengan waktu yang penulis
rencanakan.
Terima kasih penulis sampaikan juga kepada dosen pengajar Psikologi
konsumen yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas
ini, sehingga penulis menjadi lebih mengerti dan memahami tentang pengertian
intelegensi,bakat,kreativitas, tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung
secara moril maupun materil.
Ibarat pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”, maka begitu pulalah
dengan halnya makalah ini, walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin,
akan tetapi penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan
dan kehilapan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap penulis
harapkan demi perbaikan makalah ini ke depan. Akhir kata penulis berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Penulis 11 desember 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
A.        Latar Belakang...........................................................................................................4
B.        Perumusan Masalah..................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI.....................................................................................................................6
A. Pengertian intelegensi..................................................................................................6
B. FAKTOR-FAKTOR INTELIGENSI.......................................................................................8
C. Pengukuran Intelegensi..............................................................................................10
D. Gangguan pada intelegensi........................................................................................12
E. Pengertian Bakat........................................................................................................13
F. Hubungan antara intelegensi dengan bakat...............................................................14
G. Pengertian kreativitas.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang

Manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan


Allah SWT di bumi ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan
manusia untuk berbuat lebih besar dari pada otak mereka yang kecil. Kekuatan
berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan intelegensi.   Intelegensi merupakan
salah satu konsep yang dipelajari dalam psikologi. Pada hakekatnya, semua orang
sudah merasa memahami makna intelegensi. Sebagian orang berpendapat bahwa
intelegensi merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aspek
kehidupan.Intelegensi erat kaitannya dengan kehidupan manusia.
Manusia yang mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih
unggul daripada manusia yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi
merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga
dapat dipahami sebagai kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan
penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Banyak problem – problem manusia
yang berhubungan dengan intelegensi. Dalam dunia pendidikanpun, intelegensi
merupakan hal yang sangat berkaitan. Seolah – olah intelegensi merupakan penentu
keberhasilan untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan, dan merupakan suatu
penentu keberhasilan dalam semua bidang kehidupan. Untuk mengetahui tentang apa
itu intelegensi, akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini.

B.        Perumusan Masalah


     Dengan melihat latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini
adalah :
1.         Bagaimana pengertian intelegensia (IQ, EQ, SQ)
2.         Bagaimana faktor yang mempengaruhi intelegensia
3.         Bagaimana klasifikasi IQ
4.         Bagaimana pengukuran intelegensia
5.         Bagaimana gangguan intelegensia
6.         Bagaimana  pengertian Bakat
7.         Bagaima hubungan bakat dengan intelegensi
8.         Bagaimana pengertian kreativitas
9.         Bagaimana hubungan intelegensia dengan kreativitas
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian intelegensi

Istilah kecerdasan atau inteligensi (intelligence), secara etimologis berasal dari


bahasa Latin  intelligere, yang artinya menghubungkan atau menyatukan satu sama
lain (Bimo Walgito, 2000 : 151). 
Intelegensi berasal dari bahasa inggris yaitu “intelligence“ yang juga
berasal dari bahasa latin yaitu “intellectus dan intelligentia atau intellegere”. Teori
tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol
padatahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama
mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia
tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan
“Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi dalam
bahasa Latin, berarti “memahami”. Jadi, intelegensi adalah aktvitas atau perilaku
yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memhami sesuatu.
Kecerdasan pikiran ini merupakan kecerdasan yang mampu bertumpu
kemampuan otak kita untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Kecerdasan
intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio. Ia merupakan
kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta.1
Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang sulit,
semuanya dapat disimpan dan diolah, untuk pada waktu yang tepat dan pada saat
dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali. Proses menerima , menyimpan, dan
mengolah kembali informasi, (baik informasi yang didapat lewat pendengaran,
penglihatan atau penciuman) biasa disebut "berfikir". Berfikir adalah media untuk
menambah perbendaharaan/khazanah otak manusia.
Kecerdasan pikiran ini merupakan kecerdasan yang mampu bertumpu kemampuan
otak kita untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Jika kita mengikuti psikotes
ada banyak soal yang menuntut kejelian pikiran kita untuk menjawabnya, misalnya
soal mengenai delik ruang seperti bentuk kubus yang diputar-putar akan menjadi
seperti apa. Soal ini bertujuan untuk mellihat kemampuan pikiran kita dalam
menyelesaikan suatu masalah dari berbagai sisi. 

Untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai pengertian inteligensi,


berikut dikutip pendapat beberapa ahli.
    KECERDASAN INTELEKTUAL

 Menurut Branca, kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyesuaikan


diri secara tepat terhadap lingkungan atau untuk berhubungan dengan hal
tersebut secara efektif

 Menurut J.P. Chaplin, inteligensi sebagai kemampuan menghadapi dan


menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif

 Menurut Terman Kemampuan berfikir abstrak maupun konkret. Seseorang


mempunyai inteligensi yang tinggi apabila dapat berfikir secara abstrak. 
 Menurut Thorndike Individu dikatakan mempunyai inteligensi yang baik
apabila dapat memberikan respon sesuai dengan stimulus yang diterimanya.
 Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
 K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai
dengan pemahaman atau pengertian.
 David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai
kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi
tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa
intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara
rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
 William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah
kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan
menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern
berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan
turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada
intelegensi seseorang.

B. FAKTOR-FAKTOR INTELIGENSI

1.  Faktor pembawaan


Faktor pembawaan merupakan faktor pertama yang berperan di dalam
intelegensi. Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain
ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai
anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima
pelajaran dan pelatihan yang sama.
Misalnya saja, ada anak-anak yang dengan susah payah mengikuti suatu
pelajaran, ada pula anak-anak yang dengan mudah dapat menangkap seluruh materi
yang diberikan oleh gurunya. Betapapun anak-anak yang tidak dapat menangkap
seluruh materi tersebut belajar, jika faktor pembawaannya kurang, dia tidak akan
dapat menyaingi anak yang pintar.

2.  Faktor minat dan pembawaan yang khas                                                            


Faktor minat ini mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luas, sehingga apa yang
diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih
baik.

3.  Faktor pembentukan


Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan sengaja,
seperti yang dilakukan di sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya
pengaruh alam disekitarnya.

4.  Faktor kematangan


Di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah
matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila
anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di
kelas empat SD, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ
tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut
dan kematangan berhubungan erat dengan umur.

5.  Faktor kebebasan


Faktor kebebasan artinya manusia dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga
bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya. Kebebasan berarti
bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan
masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam
memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan
intelegensi atau tidaknya seseorang, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah
satu faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut
serta menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang.
Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang
lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya
berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.
Menurut Thurstone
Membagi menjadi beberapa faktor, tetapi faktor-faktor tersebut saling berkombinasi
antara satu dengan yang lainnya.
Ada 7 faktor, yaitu :
1.   Faktor M / memory       : faktor ingatan
2.   Faktor V / verbal            : kemampuan berbahasa
3.   Faktor N / number        : kemampuan bekerja dengan bilangan
4.   Faktor W / words fluency        : kelancaran mempelajari kata-kata.
5.   Faktor R / reasoning     : kemampuan berfikir logis /    pemecahan masalah.
6.   Faktor P/perceptual      : kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat.
7.   Faktor S/spatial faktor  : kemampuan untuk mengadakan orientasi ruang.
C. Pengukuran Intelegensi

Tingkat intelegensi seseorang tidak dapat diketahui hanya berdasarkan


perkiraan melalui pengamatan, melainkan harus diukur dengan menggunakan alat
khusus yang dinamakan tes intelegensi atau Intelligence Quotient (IQ). Walgito
(1997) (dalam Khadijah, 2009 : 92) mengemukakan bahwa orang yang dapat
dipandang sebagai orang yang pertama menciptakan tes intelegensi adalah Binet.
Masyarakat umum seringkali menyamakan istilah IQ dengan intelegensi, padahal
keduanya berbeda. Intelegensi adalah kemampuan umum yang dimiliki seseorang
(kecerdasan individu sebenarnya yang sifatnya pembawaan/hereditas), sedangkan
IQ adalah suatu ukuran tingkat kecerdasan seseorang. Alat yang dianggap paling
akurat mengukur kecerdasan seseorang adalah tes IQ, yang tentu saja bila dilakukan
secara benar dan dengan orang yang tepat (orang yang diukur kecerdasannya dan
psikolog sebagai orang yang tepat melakukan tes IQ bagi seseorang). Hanya saja
karena yang diukur adalah sesuatu yang sifatnya  tidak konkret, maka tes IQ tidak
sepenuhnya dapat dipercaya sebagai penunjukan intelegensi seseorang.
Berdasarkan cara tes yang disebut tes binet-simon sebagai tes intelegensi yang
pertama  muncul, memperhitungkan 2 hal dalam melakukan tes, yaitu :
1.     Umur kronologis (kronological Age / Calender Age (CA))
Yaitu umur seseorang sebagaimana yang ditunjukan dengan hari kelahirannya
atau lamanya ia hidup sejak tanggal lahirnya.
2.    Umur Mental ( Mental Age (MA))
Yaitu umur kecerdasan sebagaimana yang ditunjukan oleh hasil tes kemampuan
akademik.

Perbandingan keerdasan itu = umur mental dibandingkan dengan umur


kronologis,

Sehingga dapat dirumuskan :


IQ = (MA/CA) x 100%
Caranya :
1.   Berikan soal-soal yang sesuai tingkat umur
2.   Tiap pertanyaan (dalam soal) dinilai betul/salah
3.   Tentukan jumlah soal untuk tingkat umur
4.   jumlahkan nilai tiap kelompok soal.
5.   berikan soal-soal untuk umur dibawahnya, sehingga soal terjawab.
6.   pada kelompok soal tingkat umur yang sudah terjawab kita hentikan.
7.   Berikan pertanyaan dari soal untuk umur di atasnya, pada saat anak
tersebut tidak dapat menjawab semua pertanyaan, baru dihentikan.
8.   Nilai jawaban yang betul kita jumlahkan, itulah umur kecerdasan (MA)
9.   Hasil angka akhir setelah dihitung dengan rumus, itulah IQ.

Angka akhir tersebut disesuaikan dengan kategori IQ anak atas pedoman Sion
yaitu :

Normal   =  90 – 110

Cerdas   =  120
Superior =  130

Gefsted/genius > 140

Debil    = 60 – 79

Embisil = 40 – 55

Perbandingan kecerdasan itu = umur mental dibandingkan dengan umur


kronologis.

Sehingga dapat dirumuskan :

IQ = (MA/CA) x 100%

Caranya :

(1) Berikan soal-soal yang sesuai tingkat umur;

Angka akhir tersebut disesuaikan dengan kategori IQ anak atas pedoman


Simon,yaitu:

Contoh perhitungan tingkat inteligensi: Alya berumur 8 tahun (umur


kalender/CA). Setelah dites inteligensi, ternyata ia dapat mengerjakan soal-
soal untuk anak yang berumur 11 tahun. Jadi, IQ Alya adalah 11/8 X 100 =
137,5.

D. Gangguan pada intelegensi

Gangguan intelegensi adalah seseorang yang memiliki intelegensi di bawah


rata-rata baik ringan maupun berat sehingga membutuhkan pendidikan dan pelayanan
secara khusus untuk meningkatkan potensinya seoptimal mungkin. Gangguan
intelegensi mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara signifikan berada di
bawah rata-rata normal. Bersamaan dengan itu pula, gangguan intelegensi mengalami
gangguan mental, gangguan dalam tingkah laku dan penyesuaian. Semua itu
berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya. Seorang dikatakan gangguan
intelegensi memiliki karakteristik, yaitu:
 Keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata
 Ketidakmampuan dalam perilaku adaptif
 Terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun.
Kecerdasan secara umum diukur melalui tes Inteligensi yang hasilnya disebut IQ
(intelligence quotient):
 Gangguan intelegensi ringan biasanya memiliki IQ 70 –55
 Gangguan intelegensi sedang biasanya memiliki IQ 55 – 40
 Gangguan intelegensi berat biasanya memiliki IQ
 Gangguan intelegensi berat sekali biasanya memiliki IQ <25
Para ahli lain menggunakan klasifikasi gangguan intelegensi sebagai berikut:
 Gangguan intelegensi ringan IQnya 50 – 70
 Gangguan intelegensi sedang IQnya 30 – 50
 Gangguan intelegensi berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30.

Contoh gangguan intelegensi Retardasi mental merupakan keadaan dengan


intelegensi kurang sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-
kanak) atau keadaan kekurangan intelegensi sehingga daya guna social dan dalam
pekerjaan seseorang menjadi terganggu.

E. Pengertian Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai


kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya
dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan
kesanggupan tertentu. Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi
atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar
akan menjadi kecakapan yang nyata

Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebaga


kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya
pendidikan dan latihan.”Menurut Guilford bakat adalah kecakapan yang dimiliki
seseorang sejak lahir untuk melakukan sesuatu.Menurut Sukardi bakat adalah kualitas
yang dimiliki individu yang memungkinkan dirinya dapat berkembang dimasa yang
akan datang.

F. Hubungan antara intelegensi dengan bakat

Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu


dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini,
terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang
spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan.
Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang
untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat
segera diketahui lewat tes inteligensi.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau
aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada
bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang
pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari
Scholastic Aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record
Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest
Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest
Survey.

G. Pengertian kreativitas
Banyak pengertian kreativitas secara psikologis yang telah diformulasikan
oleh para ahli, salah satu diantaranya bahwa kreativitas adalah kemampuan
seseoarang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apasaja yang pada
dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya.
Menurut pengertian psikologis, kreativitas tidak hanya berwujud hasil yang
kongkrit, tetapi Kreativitas dapat berupa kegiatan imajinatifnya atau sintesis
pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman. Kreativitas mungkin mencakup
pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman,
sebelumnya dan pencangkokkan hubungan lama ke situasi baru dan memungkinkan
mencakup pembentukan hubungan yang baru.

Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Kreativitas :

a) David Campbell, Ph.D menyatakan bahwa kreativitas adalah kegiatan yang


mendatangkan hasil dengan kandungan ciri ;Inovatif : belum pernah ada, segar,
menarik, aneh, mengejutkan dan teobosan baru.Berguna : lebih enak, lebih baik, lebih
praktis, mempermudah, mendorong memecahkan masalah, mengurangi hambatan.
Dapat dimengerti : hasil yang sama dapat dibuat pada waktu yang lain.

b) James R Evan, menyatakan kreativitas adalah keterampilan untuk membentuk


kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah ada dalam pikiran.
Setiap kreasi merupakan kombinasi baru dari ide-ide dan produk yang inovatif, seni
dalam pemenuhan kebutuhan manusia.

c) Michael A.West, menyatakan bahwa kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan


berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide baru yang
lebih baik. Kreativitas merupakan salah satu bagian dasar dari usaha manusia.
Kreativitas melibatkan kita dalam penemuan-penemuan terus-menerus cara baru dan
baik dalam mengerjakan berbagai hal. Atau dalam pengertian yang lebih luas,
kreativitas terkait dengan penggunaan berbagai potensi yang dimiliki, baik
pengetahuan, intuisi maupun imajinasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan
ide-ide baru yang lebih baik dan bermanfaat.

H. Hubungan antara intelegensi dengan kreativitas

Kreatifitas berkembang karena dipengaruhi faktor dominan integelensi. Orang


yang kreatif, umumnya memiliki inteligensinya tinggi, atau orang yang
intelegensinya tinggi pada umumnya memiliki kreativitas tinggi pula sehingga dapat
dikatakan bahwa antara kreativitas dan intelegensi itu memiliki hubungan sangat erat.

                     Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena
kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun
demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan
bukti-bukti yang memuaskan. Walaupun ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai
hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang
diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah
memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor
IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ
tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti.
                     Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford
menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen,
yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan
informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk
mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen (memusat) , yaitu kemampuan
untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi
yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang
kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen (menyebar)  walau
kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh
ilmu pengetahuan.
                     Berbagai penelitian mengenai hubungan intelegensi dan kreativitas melaporkan
hasil yang berbeda – beda. Pada intinya, penelitian itu membuktikan bahwa sampai
tingkat tertentu terdapat hubungan antara intelegensi dan kreativitas. Namun, pada
tingkat IQ di atas 120, hamper tidak ada hubungan antara keduanya. Artinya, orang
yang IQ-nya tinggi, mungkin kreativitasnya rendah atau sebaliknya. Dengan
demikian, kreativitas dan intelegensi merupakan dua domain kecakapan manusia
yang berbeda. Baik intelegensi maupun kreativitas, dijadikan kriteria untuk
menentukan bakat seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

Gardner, H. (2003). Kecerdasan majemuk; teori dalam praktek. Alih bahasa oleh
Alexander sindoro dan lyndon saputra: batam: interaksara.
Suharnan (1998). Pengaruh platihan imajei dan penalaran terhadap kreativitas
menurut prespektif perbedaan individu. Disrtasi (tidak diterbitkan), program
pascasarjana UGM Yogyakarta.
Suharnan (2005). Psikologi kognitif. Surabaya. Srikandi

Anda mungkin juga menyukai