Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan kanunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “INTELEGENSI DAN
EMOSI”
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di
dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam
makalah
yang telah membantu penyusunan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumus Masalah
A. Pengertian Intelegensi
B. Macam-macam intelegensi
H.Pengertian Motif
I. Macam-Macam Motif
J.Macam-Macam Motif
K.Konflik Motif
A. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Konsep Intelegensi menimbulkan kontroversi dan debat panas, sering kali sebagai reaksi
terhadap gagasan bahwa setiap orang punya kapasitas mentalumum yang dapat diukur dan
dikuantifikasikan dalam angka.[1] Inteligensi adalah suatu istilah yang popular. Hampir semua
orang sudah mengenal istilah tersebut, bahkan mengemukakannya. Seringkali kita dengar
seorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas (inteligen) dan si B tergolong bodoh atau
kurang cerdas (tidak inteligen). Istilah inteligen sudah lama ada dan berkembang dalam
masyarakat sejak zaman Cicero yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu dan merupakan salah
satu aspek alamiyah dari seseorang. Inteligensi bukan merupakan kata asli yang berasal dari
bahasa Indonesia. Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu “inteligensia“.
Sedangkan kata “ inteligensia “ itu sendiri berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti
diantara, sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai
pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.
adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di dalam situasi
yang baru.[2] Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung,
melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari
individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini,
ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan,
kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat
atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-
kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi. K. Buhler
mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau
kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-
untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara
efektif.[3] Beberapa pakar menyebutkan bahwa intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan
masalah.[4]
Intelegensi merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya
anak belajar disekolah. Dengan kata lain, intelegensi dianggap sebagai faktor yang menentukan
berhasil atau tidaknya anak disekolah.[5] Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada
dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang
informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan
dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Sternberg dalam Santrock mengatakan bahwa
· Inteligensi Analitis
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam suatu
pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil
ujian. Misalnya: seorang individu dalam ujian disetiap pelajarannya selalu mendapatkan nilai di
atas rata-rata.
· Inteligensi Kreatif
Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang hal-hal yang baru.
Misalnya: seorang peserta didik diinstrusikan untuk menuliskan kata “P O H O N” oleh gurunya,
tetapi jawaban seorang individu yang kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon.
· Inteligensi Praktis
rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan
nyata, contohnya dalam pembelajaran praktikum di laboratorium, akan cepat memahami
Yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk
mengungkapkan makna. Contohnya: seorang anak harus berpikir secara logis dan abstrak untuk
menjawab sejumlah pertanyaan tentang bagaimana beberapa hal bisa menjadi mirip. Contoh
pertanyaannya “Apa persamaan Singan dan Harimau”?. Cenderung arah profesinya menjadi:
kecerdasan logical mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap
kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya.
Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka
insinyur, akuntan)
Yaitu kemampuan untuk berpikir secara tiga dimensi. Cenderung berpikir secara visual.
Mereka kaya dengan khayalan internal (Internal imagery) sehingga cenderung imaginaif dan
kreatif. Contohnya seorang anak harus menyusun serangkaian balok dan mewarnai agar sama
dengan rancangan yang ditunjukan penguji. Koordinasi visual-motorik, organisasi persepsi, dan
kemampuan untuk memvisualisasi dinilai secara terpisah. Cenderung menjadi profesi arsitek,
seniman, pelaut.
Yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme, dan mengingat nada-nada. Ia
juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan
musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai
menggunakan kosa kata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara
Yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek dan mahir sebagai tenaga fisik. Senang
bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki control pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan,
Yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dengan efektif mengarahkan hidup
seseorang. Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri
sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat
dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan social. Mereka mengetahui
kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan. Cenderung berprofesi menjadi teolog,
psikolog.
Yaitu kemampuan untuk memahami dan secara efektif berinteraksi dengan orang lain.
Pintar menjalin hubungan social, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara
saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan
Yaitu kemampuan untuk mengamati pola di alam serta memahami system buatan
manusia dan alam. Menonjol ketertarikan yang sangat besar terhadap alam sekitar, termasuk
pada binatang, diusia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang
berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul binatang,
· Inteligensi emosional
Yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan emosi secara akurat dan
adaftif (seperti memahami persfektif orang lain). Orang yang berjasa menemukan tes inteligensi
pertama kali ialah seorang dokter bangsa Prancis Alfred Binet dan pembantunya Simon. Tesnya
terkenal dengan nama tes Tes Binet-Simon. Seri tes dari Binet-Simon ini, pertamakali
diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama : “Chelle Matrique de l’inteligence” atau skala
telah dikelompok-kelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan-
pertanyaaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan
pelajaran di sekolah. Seperti mengulang kalimat, dengan tes semacam inilah usia seseorang
diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu sama
dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya
Dewasa ini perkembangan tes itu demikian majunya sehingga sekarang terdapat
beratus-ratus macam tes, baik yang berupa tes verbal maupun nonverbal. Juga dinegeri kita
sudah mulai banyak dipergunakan te, dalam lapangan pendidikan maupun dalam memilih
· Rata-rata 90-109
Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu
keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ) orang
yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada
makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru,
peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain
(khususnya pada masa-masa peka). Ada beberapa lingkungan yang berpengaruh terhadap
· Pengalaman pendidikan;
kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap
organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan
perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti disekolah) dan
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Apa yang menarik minat seseorang
mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
g. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau
tidaknya seseorang, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut,
karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah intelegensi, antara lain :
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang umum ini terdapat keampuan-
kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan ini memberikan pada individu suatu kondisi yang
melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak
dirancang khusus untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak
dengan segera diketahui lewat tes inteligensi. Demikian juga, karena rangsang lingkungan
dengan tidak sadar selalu diarahkan pada kemampuan-kemampuan khusus ini maka bakat tidak
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude test
atau tes bakat. Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang khusus untuk mengungkap
Kreatifitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena keativitas juga
merupakan manifestsi dari suatu proses kognitif, meskipun demikian, hubungan antara
anggapan kreatifitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tetapi
bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung pendapat itu. Skor IQ yang
rendah memang diikuti tingkat kreativitas yang rendah, namun semakin tinggi skor IQ tidak
selalu diikuti oleh tingkat keativitas yang tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu, masih dapat
Permasalahan diatas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini terjadi. Salah satu
jawabannya diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia menjelaskan bahwa kreatifitas adalah suatu proses
berfikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan alternatif jawaban
berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk
mengukur proses berfikir yang bersifat konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu
kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks, intelegensi bukan satu-satunya
faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain,
seperti faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun
intelegensinya tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya.
Demikian pula meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirirnya dapat
gagal pula.
Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak di
antara orang-orang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak
mampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat,atau kurang memiliki cita-cita
Sebaliknya, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja,
dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya
dan tidak banyak faktor-faktor yang menggagu atau yang merintanginya. Akan tetapi intelejensi
yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orang
itu ulet dan bertekun dalam usahanya. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan: Kecerdasan atau
intelejensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu
dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula
kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada. Jelaslah sekarang bahwa tidak
terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang.
1. Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti
kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.Biasanya emosi merupakan reaksi
terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.Sebagai contoh emosi gembira mendorong
perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih
Menurut Williams James (Amerika serikat) dan Carl Large (Denmark)emosi adalah hasil
presepsi seseorang terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar[1]. Emosi terkadang juga diidentikan
dengan perasaan, yaitu suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan
senang atau tidak senang dalam hubungannya dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.
Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan
yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, parasaan
(feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun
Pertumbuhan dan perkembangan emosi seperti juga pada tingkah laku lainnya ditentukan
oleh pematangan dan proses belajar seorang bayi yang baru lahir dapat menangis tetapi ia harus
mencapai ringkas kematangan tertentu untuk dapat tertawa setelah anak itu sudah besar maka ia
akan belajar bahwa menangis dan tertawa digunakan untuk maksud-maksud tertentu atau untuk
situasi tertentu.
Makin besar anak itu makin besar pula kemampuannya untuk belajar sehingga
perkembangan emosinya makin rumit. Perkembangan emosi melalui proses kematangan hanya
terjadi sampai usia satu tahun. Setelah itu perkembangan selanjutnya lebih banyak ditentukan
Emosi ada dua macam yaitu emosi positif dan emosi negatif.Emosi positif (emosi yang
menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang
mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya.Emosi
negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada
orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.Emosi
positif adalah emosi yang harus dipupuk dan dikembangkan, sedangkan emosi negatif hendaklah
1. Emosi marah
Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk mencapai
tujuannya. Dengan demikian, ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda, bahkan
karena tujuannya tidak tercapai dan tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.
2. Emosi Takut
Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat
3. Emosi Cinta
Emosi ini merupakan gambaran kesenangan bagi si pelaku, tentunya mereka akan
mendekatinya. Lalu apa itu definisi cinta sendiri? Tentunya sama halnya jika kita dsisuruh untuk
mendefinisikan ihwal dalam kebahagiaan. Dalam bukunya The Art of Loving, erich Fromm
sedemikian jauh telah berbicara mengenai cinta sebagai alat untk mengatasi keterpisahan
4. Emosi Depresi
meluapkandalamdirinyasaja.
5. Emosi Gembira
Gembira adalah ekspresi dari kalangan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya
kegembiran itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba(surprise) dan kegembiraan
biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang-orang lain disekitar orang yang gembira tersebut,
6. Emosi cemburu
Cemburu adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari oleh kurang adanya
keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih [2]sayang dari seseorang.
Seseorang yang mempunyai rasa cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya.
7. Emosi khawatir
Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai objek yang jelas atau atau
tidak ada objeknya sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang,gelisah,tidak
tenang,tidak aman.
Bila dilihat dari sebab dan reaksi yang ditimbulkannya, emosi dapat dikelompokkan menjadi
hangat, sejuk dan sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan
karena faktor fisik di luar individu, misalnya cuaca, kondisi ruangan, dan tempat
2. Emosi yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit, meriang, dan
sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan karena faktor
kesehatan.
3. Emosi yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya cinta, rindu, sayang,
memegang peranan penting dalam pertumbuhan rasa takut, sayang dan jenis-jenis
disadari dan tidak dimengerti oleh yang bersangkutan kenapa ia merasa takut pada
selalu terjadi serempak, mungkin yang satu mengikuti yang lainnya. Seseorang jika
marah maka perubahan yang paling kuat terjadi debar jantungnya, sedang yang
4. Emosi sebagai motif. Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang
pada adanya perubahan dalam irama psikologis, sedangkan emosi tampaknya lebih
bergantung pada situasi merangsang dan arti signifikansi personalnya bagi individu.
1. Faktor Internal
Umumnya emosi seseorang muncul berkaitan erat dengan apa yang dirasakan seseorang secara
individu. Mereka merasa tidak puas, benci terhadap diri sendiri dan tidak bahagia. Adapun
1. Merasa tidak terpenuhi kebutuhan fisik mereka secara layak sehingga timbul
2. Merasa dibenci, disia-siakan, tidak mengerti dan tidak diterima oleh siapapun
3. Merasa lebih banyak dirintangi, dibantah, dihina serta dipatahkan dari pada
2. Faktor eksternal
Menurut Hurlock (1980) dan Cole (1963) faktor yang mempengaruhi emosi negatif adalah
berikut ini.
1. Orang tua atau guru memperlakukan mereka seperti anak kecil yang membuat
3. Terlalu banyak dirintangi dari pada disokong, misalnya mereka lebih banyak
disalahkan, dikritik oleh orang tua atau guru, akan cenderung menjadi marah dan
4. Disikapi secara tidak adil oleh orang tua, misalnya dengan cara membandingkan
5. Merasa kebutuhan tidak dipenuhi oleh orang tua padahal orang tua mampu.
6. Merasa disikapi secara otoriter, seperti dituntut untuk patuh, banyak dicela,
a. Pengertian Motif
Motif diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan
organisme itu bertindak atau berbuat.
Menurut Winkel (1996) (didalam buku Psikologi belajar, karangan DR.Nyayu Khodijah),
menyatakan Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan
tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.
Dari beberapa pendapat diatas, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya Motif merupakan
suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun
tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Macam-Macam Motif
Menurut WoodWorth dan Marquis (1957) (dalam DR.Nyayu khodijah), motif itu dapat
dibedakan menjadi tiga,yakni ;
1. Motif Obyektif (obyective motives), yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan
dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda. Misalnya, motif
eksplorasi, motif manipulasi, minat. Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu
yang khusus.
c. Kekuatan Motif
Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan kekuatan motif yang
lain.Berhubung dengan hal tersebut beberapa eksperimen dilaksanakan untuk mengetahui
tentang kekuatan motif-motif itu.
1. Hewan lebih mudah dapat dikontrol karena sifat kesederhanaannya sedangkan kehidupan
social manusia sangat kompleks.
2. Pada hewan tidak ada kesadaran tentang pribadinya, karena itu hewan tidak mempunyai
perasaan malu atau perasaan harga diri.
3. Bila ada sesuatu hal yang tidak diinginkan sebagai akibat ddari eksperimen resikonya
tidak besar.
Sekalipun demikian ini tidk berarti bahwa eksperimen pada manusia tidak dapat dilaksanakan.
Contoh Eksperimen yang menggunakan tikus putih. Metode yang dipeergunakan dengan
“obstruction method “ (metode penghalang). Penghalangnya merupakan jari-jari yang diberi
aliran listrik bila tikus akan melalui jalan atau gang itu.
Tikus diberi insetif yang bewujud makanan, minuman atau benda-benda lain yang pada
pokoknya dapat digunakan sebagai alat penarik (insentif) agar tikus mau melalui jalan itu untuk
menuju ketempat ujung disebelah lain. Bila tikus akan melalui penghalang, penghalang diberi
aliran listrik hingga keadaan ini memberikan gangguan terhadap tikus yang akan melaluinya :
Dengan adanya gangguan atau penghalang ada kemungkinan tikus akan kembali lagi, tidak jadi
terus. Begitu selanjutnya. Kalau motifnya kuat, sekalipun ada rintangan atau penghalang,
rintangan itu akan diatasi atau dengan kata lain tikus akan melalui jalan itu.
d. Konflik Motif
Keadaan sehari-hari menunjukkan bahwa kadang-kadang orang menghadapi beberapa macam
motif yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Misalnya pada suatu waktu seseorang
mempunyai motif untuk belajar, tetapi juga mempunyai motif untuk melihat film. Dengan
keadaan demikian maka akan terjadi pertentangan atau konflik dalam diri orang tersebut antara
motif yang satu dengan motif yang lain. Jadi konflik motif akan terjadi bila adanya beberapa
tujuan yang ingin dicapai sekaligus secara bersamaan. Ada beberapa kemungkinan respon yang
dapat diambil bila individu menghadapi bermacam-macam motif, yaitu :
Dalam menghadapi bemacam-macam motif individu dapat mengambil pemilihan yang tegas.
Dalam pemilihan yang tegas individu dihadapkan kepada situasi dimana individu harus
memberikan salah satu respon (pemilihan atau penolakan) dari beberapa macam objek atau
situasi yang dihadapi
1. Kompromi
Jika individu menghadapi dua macam objek atau situasi, adanya kemungkinan individu dapat
mengambil respon yang bersifat Kompromi, yaitu menggabungkan kedua macam objek tersebut.
Tetapi, tidak semua objek atau situasi dapat diambil respon atau keputusan kompromi. Dalam hal
yang akhir ini individu harus mengambil pemilihan atau penolakan dengan tegas.
1. Meragu-ragukan (bimbang)
Jika individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan diantara dua objek atau hal yang
buruk atau baik, maka sering timbul kebimbangan pada individu. Kebimbangan terjadi karena
masing-masing objek mempunyai nilai-nilai positif ataupun negative, kedua-duanya mempunyai
sifat atau segi yang menguntungkan tetapi juga mempunyai segi yang merugikan.
motivasi merupakan salah satu unsur dalam mencapai prestasi belajar yang optimal selain
kondisi kesehatan secara umum, intelegensi dan bakat minat. Seorang anak didik bukan tidak
bisa mengerjakan sesuatu, tetapi ketidakbisaan itu disebabkan oleh kemauan yang tidak terlalu
banyak terhadap pekerjaan itu. Motif yang kurang menyebabkan dorongan dan kemauan tidak
kuat, sehingga hasil kerjanya tidak sesuai dengan kecakapan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri
individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki akan tercapai.
Jika individu mempunyai motivasi belajar yang tinggi, maka individu tersebut akan mencapai
prestasi yang baik.
Motivasi belajar merupakan factor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas
adalah dalam penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Dengan demikian
motivasi memiliki peran strategis dalam belajar, baik pada saat memulai belajar, saat sedang
belajar maupun saat berakhirnya belajar. Agar perannya lebih optimal, maka prinsip-prinsip
motivasi dalam aktifitas belajar haruslah dijalankan. Prinsip-Prinsip tersebut adalah :
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam pembahasan Inelegensi memang harus benar-benar dipahami secara teliti biar kita
semua
bisa tau apa Intelegensi itu sendiri. Yang lebih penting lagi yang harus dipahami secara detail
dalam
pembagian kecerdasan/tingkat kecerdasan, dengan memahami tingkat kecerdasan itu kita bisa
tahu
bahwa dalam diri kita ini ada kecerdasan yang tidak pernah kita sadari meski dalam sekolah-
sekolah kita
tidak pernah mendapatkan rangking, orang selalu menganggap bahwa orang yang cerdas adalah
orang
yang dapat rangking kelas dan yang bisa jawab soal ujian, namun orang yang mampu dalam
menghias,
main musik tidak dianggap kecerdasan. Dari itu, sangat perlulah kita memahami intelegensi dan
tingkat
intelegensi biar tidak ada kesalah pahaman dalam mengartikan intelegensi itu sendiri.
Intelegensi juga mempunyai hubungan dan perbedaan dengan bakat maupun kreativitas,
tapi
yang perlu kita ketahui, bakat dan kreativitas adalah hasil yang didapat dari intelegensi itu
sendiri.