Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat dan kanunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “INTELEGENSI DAN
EMOSI”

dapat selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di

dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam
makalah

berikutnya dapat di perbaiki serta di tingkatkan kualitasnya.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak

yang telah membantu penyusunan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumus Masalah

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Intelegensi

B. Macam-macam intelegensi

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi

D. Hal-hal yang berhungan dengan intelegensi.

E. Apa yang dimaksud denganemosi?

F. Apa saja macam-macam dan ciri-ciriemosi?

G. Apa saja faktor penyebab emosi ?

H.Pengertian Motif

I. Macam-Macam Motif

J.Macam-Macam Motif

K.Konflik Motif

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT di
bumi
ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan manusia untuk berbuat lebih besar
dari pada otak mereka yang kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan
intelegensi. Manusia yang mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul
daripada manusia yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi merupakan kemampuan
yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang memungkinkan seseorang berbuat
sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan yang
bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.
Salah satu materi psikologi yang akrab sekali dengan kehidupan sehari-hari kita adalah
munculnya emosi, banyak orang yang beranggapan bahwasanya emosi itu adalah sesuatu hal
yang buruk, sesuatu yang diidentikan dengan amarah.Namun pada kenyataannya emosi itu
tidaklah hanya berupa amarah, emosi juga bisa dalam hal kebaikan.Lalu dari mana emosi itu
muncul, apakah timbul dari pikiran atau dari tubuh, agaknya tak seorangpun dapat menjawabnya
dengan pasti. Ada yang mengatakan itu merupakan tindakan dahulu (tubuh), baru muncul emosi,
ada yang mengemukakan emosi dulu(pikiran), baru timbul tindakan.
Emosi tidak hanya berupa amarah, ada beberapa macam emosi dasar yang sudah dimiliki oleh
manusia sejak lahir. Oleh karena itu kita perlu mempelajari materi psikologi tentang psikologi
agar kita dapat mengenali emosi pada diri kita sendiri sehingga kita dapat mengendalikan dan
mengembangkan emosi kita dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


Agar pembahasan dalam makalah ini tidak lari dari sub judul, ada baiknya penyusun
merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas, antara lain:
a. Pengertian intelegensi
b. Macam-macam intelegensi
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
d. Hal-hal yang berhubungan dengan intelegensi
e. Apa yang di maksud dengan emosi
f. Apa saja macam-macam dan ciri emosi
g. Apa saja faktor penyebab emosi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Intelegensi

Konsep Intelegensi menimbulkan kontroversi dan debat panas, sering kali sebagai reaksi

terhadap gagasan bahwa setiap orang punya kapasitas mentalumum yang dapat diukur dan

dikuantifikasikan dalam angka.[1] Inteligensi adalah suatu istilah yang popular. Hampir semua

orang sudah mengenal istilah tersebut, bahkan mengemukakannya. Seringkali kita dengar

seorang mengatakan si A tergolong pandai atau cerdas (inteligen) dan si B tergolong bodoh atau

kurang cerdas (tidak inteligen). Istilah inteligen sudah lama ada dan berkembang dalam

masyarakat sejak zaman Cicero yaitu kira-kira dua ribu tahun yang lalu dan merupakan salah

satu aspek alamiyah dari seseorang. Inteligensi bukan merupakan kata asli yang berasal dari

bahasa Indonesia. Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu “inteligensia“.

Sedangkan kata “ inteligensia “ itu sendiri berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti

diantara, sedangkan lego berarti memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai

pengertian kemampuan untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.

Menurut W. Stem dalam Abu Ahmadidan Widodo Supriyono mengemukakan intelegensi

adalah suatu daya jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat di dalam situasi

yang baru.[2] Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara

terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis

besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan

proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung,
melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari

proses berpikir rasional itu.

Menurut Wangmuba inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum

individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini,

terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik

ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan,

kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat

atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-

kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi. K. Buhler

mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau

pengertian. David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai

kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-

tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan

untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara

efektif.[3] Beberapa pakar menyebutkan bahwa intelegensi sebagai keahlian untuk memecahkan

masalah.[4]

Intelegensi merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil tidaknya

anak belajar disekolah. Dengan kata lain, intelegensi dianggap sebagai faktor yang menentukan
berhasil atau tidaknya anak disekolah.[5] Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada

dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang

membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses

informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan

dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Sternberg dalam Santrock mengatakan bahwa

secara umum intelegensi dibedakan menjadi 3 diantaranya:

· Inteligensi Analitis

Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung dalam proses penilaian objektif dalam suatu

pembelajaran dalam setiap pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap hasil

ujian. Misalnya: seorang individu dalam ujian disetiap pelajarannya selalu mendapatkan nilai di

atas rata-rata.

· Inteligensi Kreatif

Yaitu kecerdasan yang lebih cenderung pada sifat-sifat yang unik, merancang hal-hal yang baru.

Misalnya: seorang peserta didik diinstrusikan untuk menuliskan kata “P O H O N” oleh gurunya,

tetapi jawaban seorang individu yang kreatif dengan menggambarkan sebuah pohon.

· Inteligensi Praktis

Yaitu kecerdasan yang berfokus pada kemampuan untuk menggunakan, menerapkan,

mengimplementasikan, dan mempraktikan. Misalnya: seorang individu mendapatkan skor

rendah dalam tes IQ tradisional, tetapi dengan cepat memahami masalah dalam kehidupan
nyata, contohnya dalam pembelajaran praktikum di laboratorium, akan cepat memahami

karena dibantu dengan berbagai peralatan dan media.

2.2 Macam-macam IntelIgensi

Ada beberapa macam intelegensi, antara lain :

· Inteligensi keterampilan verbal

Yaitu kemampuan untuk berpikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk

mengungkapkan makna. Contohnya: seorang anak harus berpikir secara logis dan abstrak untuk

menjawab sejumlah pertanyaan tentang bagaimana beberapa hal bisa menjadi mirip. Contoh

pertanyaannya “Apa persamaan Singan dan Harimau”?. Cenderung arah profesinya menjadi:

(penulis, jurnalis, pembicara).


· Inteligensi keterampilan matematis

Yaitu kemampuan untuk menjalankan operasi matematis. Peserta didik dengan

kecerdasan logical mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap

kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya.

Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka

mengklasifikasikan benda dan senang berhitung. Cenderung profesinya menjadi: (ilmuwan,

insinyur, akuntan)

· Inteligensi kemampuan ruang

Yaitu kemampuan untuk berpikir secara tiga dimensi. Cenderung berpikir secara visual.

Mereka kaya dengan khayalan internal (Internal imagery) sehingga cenderung imaginaif dan

kreatif. Contohnya seorang anak harus menyusun serangkaian balok dan mewarnai agar sama

dengan rancangan yang ditunjukan penguji. Koordinasi visual-motorik, organisasi persepsi, dan

kemampuan untuk memvisualisasi dinilai secara terpisah. Cenderung menjadi profesi arsitek,

seniman, pelaut.

· Inteligensi kemampuan musical

Yaitu kepekaan terhadap pola tangga nada, lagu, ritme, dan mengingat nada-nada. Ia

juga dapat mentransformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan

musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai

menggunakan kosa kata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara

dalam sebuah komposisi music.


· Inteligensi Keterampilan kinestetik tubuh·

Yaitu kemampuan untuk memanipulasi objek dan mahir sebagai tenaga fisik. Senang

bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki control pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan,

dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.

Cenderung berprofesi menjadi ahli bedah, seniman yang ahli, penari.

· Inteligensi Keterampilan intrapersonal

Yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri dengan efektif mengarahkan hidup

seseorang. Memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri

sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat

dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan social. Mereka mengetahui

kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan. Cenderung berprofesi menjadi teolog,

psikolog.

· Inteligensi keterampilan interpersonal

Yaitu kemampuan untuk memahami dan secara efektif berinteraksi dengan orang lain.

Pintar menjalin hubungan social, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara

saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan

orang lain, serta mampu bekerja sama dengan orang lain.

· Inteligensi keterampilan naturalis

Yaitu kemampuan untuk mengamati pola di alam serta memahami system buatan

manusia dan alam. Menonjol ketertarikan yang sangat besar terhadap alam sekitar, termasuk

pada binatang, diusia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang
berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan, dan hujan, asal-usul binatang,

peumbuhan tanaman, dan tata surya.

· Inteligensi emosional

Yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan emosi secara akurat dan

adaftif (seperti memahami persfektif orang lain). Orang yang berjasa menemukan tes inteligensi

pertama kali ialah seorang dokter bangsa Prancis Alfred Binet dan pembantunya Simon. Tesnya

terkenal dengan nama tes Tes Binet-Simon. Seri tes dari Binet-Simon ini, pertamakali

diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama : “Chelle Matrique de l’inteligence” atau skala

pengukur kecerdasan. Tes binet-simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang

telah dikelompok-kelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan-

pertanyaaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan

pelajaran di sekolah. Seperti mengulang kalimat, dengan tes semacam inilah usia seseorang

diukur atau ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu sama

dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya

perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Quotient) pada tiap-tiap orang/anak.

Dewasa ini perkembangan tes itu demikian majunya sehingga sekarang terdapat

beratus-ratus macam tes, baik yang berupa tes verbal maupun nonverbal. Juga dinegeri kita

sudah mulai banyak dipergunakan te, dalam lapangan pendidikan maupun dalam memilih

jabatan-jabatan tertentu. Klasifikasi IQ antara lain :

· Genius 140 ke atas

· Sangat Cerdas 130-139


· Cerdas (superior) 120-129

· Di atas rata-rata 110-119

· Rata-rata 90-109

· Di bawah rata-rata 80-89

· Garis Batas 70-79


· Moron 50-69

· Imbisil, Idiot 49 ke bawah

2.3 Faktor yang mempengaruhi Inteligensi

Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang

berbeda. Perbedaan intelegensi itu, dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

a. Pengaruh faktor bawaan

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu

keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ) orang

yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi

dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – +0,20 ).[6]

b. Pengaruh faktor lingkungan

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada

hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian

makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru,

rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang

peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain

(khususnya pada masa-masa peka). Ada beberapa lingkungan yang berpengaruh terhadap

intelegensi, antara lain :


· Lingkungan keluarga;

· Pengalaman pendidikan;

c. Stabilitas inteIigensi dan IQ

Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang

kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene

hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas intelegensi tergantung

perkembangan organik otak.

d. Pengaruh faktor kematangan

Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap

organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan

menjalankan fungsinya (berkaitan erat dengaan umur).

e. Pengaruh faktor pembentukan

Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi

perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti disekolah) dan

pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).

f. Minat dan pembawaan yang khas

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi

perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong

manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Apa yang menarik minat seseorang
mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

g. Kebebasan

Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu

dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga

bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.

Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau

tidaknya seseorang, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut,

karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam

perbuatan intelegensi seseorang.

2.4 Beberapa hal yang berhubungan dengan Inteligensi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah intelegensi, antara lain :

a. Inteligensi Dengan Bakat

Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kamampuan umum individu dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan yang umum ini terdapat keampuan-

kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan ini memberikan pada individu suatu kondisi yang

memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan tertentu setelah

melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat atau aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak

dirancang khusus untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak

dengan segera diketahui lewat tes inteligensi. Demikian juga, karena rangsang lingkungan
dengan tidak sadar selalu diarahkan pada kemampuan-kemampuan khusus ini maka bakat tidak

selalu dengan sendirinya menampakkan diri.

Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut aptitude test

atau tes bakat. Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang khusus untuk mengungkap

kemampuan yang amat spesifik.


b. Inteligensi dan Kreativitas

Kreatifitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena keativitas juga

merupakan manifestsi dari suatu proses kognitif, meskipun demikian, hubungan antara

kreativitas dengan inteligensi tidak selalu menunjukkan keselarasannya. Walaupun ada

anggapan kreatifitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tetapi

bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung pendapat itu. Skor IQ yang

rendah memang diikuti tingkat kreativitas yang rendah, namun semakin tinggi skor IQ tidak

selalu diikuti oleh tingkat keativitas yang tinggi. Sampai pada skor IQ tertentu, masih dapat

korelasi yang cukup berarti.

Permasalahan diatas menimbulkan banyak pertanyaan mengapa ini terjadi. Salah satu

jawabannya diberikan oleh J. P. Guilfrod. Ia menjelaskan bahwa kreatifitas adalah suatu proses

berfikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan alternatif jawaban

berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk

mengukur proses berfikir yang bersifat konvergen, yakni kemampuan untuk memberikan satu

jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan

c. Hubungan inteligensi dengan kehidupan

Memang kecerdasan/intelegensi seseorang memainkan peranan yang penting dalam

kehidupannya. Akan tetapi kehidupan adalah sangat kompleks, intelegensi bukan satu-satunya

faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain,

seperti faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun

intelegensinya tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya.
Demikian pula meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirirnya dapat

gagal pula.

Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak di

antara orang-orang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak

mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan/karena misalnya, kekurangan-

mampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat,atau kurang memiliki cita-cita

yang tinggi, sehingga tidak/kurang adanya usaha untuk mencapainya.

Sebaliknya, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja,

dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya

dan tidak banyak faktor-faktor yang menggagu atau yang merintanginya. Akan tetapi intelejensi

yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orang

itu ulet dan bertekun dalam usahanya. Sebagai kesimpulan dapat kita katakan: Kecerdasan atau

intelejensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu

dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula

kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada. Jelaslah sekarang bahwa tidak

terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelegensi dengan tingkat kehidupan seseorang.

1. Pengertian Emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti

kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang

khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.Biasanya emosi merupakan reaksi

terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.Sebagai contoh emosi gembira mendorong

perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih

mendorong seseorang berperilaku menangis.

Menurut Williams James (Amerika serikat) dan Carl Large (Denmark)emosi adalah hasil

presepsi seseorang terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons

terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar[1]. Emosi terkadang juga diidentikan

dengan perasaan, yaitu suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan

senang atau tidak senang dalam hubungannya dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.

Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan

yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, parasaan

(feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun

oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.

Pertumbuhan dan perkembangan emosi seperti juga pada tingkah laku lainnya ditentukan

oleh pematangan dan proses belajar seorang bayi yang baru lahir dapat menangis tetapi ia harus

mencapai ringkas kematangan tertentu untuk dapat tertawa setelah anak itu sudah besar maka ia

akan belajar bahwa menangis dan tertawa digunakan untuk maksud-maksud tertentu atau untuk

situasi tertentu.
Makin besar anak itu makin besar pula kemampuannya untuk belajar sehingga

perkembangan emosinya makin rumit. Perkembangan emosi melalui proses kematangan hanya

terjadi sampai usia satu tahun. Setelah itu perkembangan selanjutnya lebih banyak ditentukan

oleh proses belajar


2. Macam-Macam dan Ciri-Ciri Emosi

Emosi ada dua macam yaitu emosi positif dan emosi negatif.Emosi positif (emosi yang

menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang

mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya.Emosi

negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada

orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.Emosi

positif adalah emosi yang harus dipupuk dan dikembangkan, sedangkan emosi negatif hendaklah

diminimalkan atau dikendalikan sehingga ekspresinya tidak meledak-ledak.

1. Emosi marah

Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk mencapai

tujuannya. Dengan demikian, ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda, bahkan

bertambah untuk menyalurkan ketegangan itu seseorang mengekpresikannya dengan marah

karena tujuannya tidak tercapai dan tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.

2. Emosi Takut

Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat

mungkin menghindari kontak dengan hal itu

3. Emosi Cinta

Emosi ini merupakan gambaran kesenangan bagi si pelaku, tentunya mereka akan

mendekatinya. Lalu apa itu definisi cinta sendiri? Tentunya sama halnya jika kita dsisuruh untuk

mendefinisikan ihwal dalam kebahagiaan. Dalam bukunya The Art of Loving, erich Fromm
sedemikian jauh telah berbicara mengenai cinta sebagai alat untk mengatasi keterpisahan

manusia, sebagai pemenuhan kerinduan akan kesatuan.

4. Emosi Depresi

Seseorang mulai menutup ekspresi terbuka daripada emosi-emosinya, dan akan

meluapkandalamdirinyasaja.

5. Emosi Gembira

Gembira adalah ekspresi dari kalangan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya

kegembiran itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba(surprise) dan kegembiraan

biasanya bersifat sosial, yaitu melibatkan orang-orang lain disekitar orang yang gembira tersebut,

6. Emosi cemburu

Cemburu adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari oleh kurang adanya

keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih [2]sayang dari seseorang.

Seseorang yang mempunyai rasa cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya.

7. Emosi khawatir

Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai objek yang jelas atau atau

tidak ada objeknya sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang,gelisah,tidak

tenang,tidak aman.

Bila dilihat dari sebab dan reaksi yang ditimbulkannya, emosi dapat dikelompokkan menjadi

tiga, yaitu berikut ini:

1. Emosi yang berkaitan dengan perasaan, misalnya perasaan dingin, panas,

hangat, sejuk dan sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan
karena faktor fisik di luar individu, misalnya cuaca, kondisi ruangan, dan tempat

dimana individu itu berbeda.

2. Emosi yang berkaitan dengan kondisi fisiologis, misalnya sakit, meriang, dan

sebagainya. Munculnya emosi seperti ini lebih banyak dirasakan karena faktor

kesehatan.

3. Emosi yang berkaitan dengan kondisi psikologis, misalnya cinta, rindu, sayang,

benci dan sejenisnya.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan empat ciri emosi, yaitu:

1. Pengalaman emosional bersifat pribadi dan subyektif. Pengalaman seseorang

memegang peranan penting dalam pertumbuhan rasa takut, sayang dan jenis-jenis

emosi lainnya. Pengalaman emosional ini kadang–kadang berlangsung tanpa

disadari dan tidak dimengerti oleh yang bersangkutan kenapa ia merasa takut pada

sesuatu yang sesungguhnya tidak perlu ditakuti.

2. Adanya perubahan aspek jasmaniah. Pada waktu individu menghayati suatu

emosi, maka terjadi perubahan pada aspek jasmaniah.Perubahan-tersebut tidak

selalu terjadi serempak, mungkin yang satu mengikuti yang lainnya. Seseorang jika

marah maka perubahan yang paling kuat terjadi debar jantungnya, sedang yang

lain adalah pada pernafasannya, dan sebagainya.

3. Emosi diekspresikan dalam perilaku. Emosi yang dihayati oleh seseorang

diekspresikan dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan

suara/bahasa.Ekspresi emosi ini juga dipengaruhi oleh pengalaman, belajar dan


kematangan.

4. Emosi sebagai motif. Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang

untuk melakukan kegiatan.Demikian juga dengan emosi, dapat mendorong sesuatu

kegiatan, kendati demikian di antara keduanya merupakan konsep yang

berbeda.Motif atau dorongan pemunculannya berlangsung secara siklik, bergantung

pada adanya perubahan dalam irama psikologis, sedangkan emosi tampaknya lebih

bergantung pada situasi merangsang dan arti signifikansi personalnya bagi individu.

3. Faktor Penyebab Emosi

1. Faktor Internal

Umumnya emosi seseorang muncul berkaitan erat dengan apa yang dirasakan seseorang secara

individu. Mereka merasa tidak puas, benci terhadap diri sendiri dan tidak bahagia. Adapun

gangguan emosi yang mereka alami antara lain adalah:

1. Merasa tidak terpenuhi kebutuhan fisik mereka secara layak sehingga timbul

ketidakpuasan, kecemasan dan kebencian terhadap apa yang mereka alami.

2. Merasa dibenci, disia-siakan, tidak mengerti dan tidak diterima oleh siapapun

termasuk orang tua mereka.

3. Merasa lebih banyak dirintangi, dibantah, dihina serta dipatahkan dari pada

disokong, disayangi dan ditanggapi, khususnya ide-ide mereka.

4. Merasa tidak mampu atau bodoh.

5. Merasa tidak menyenangi kehidupan keluarga mereka yang tidak harmonis

seperti sering bertengkar, kasar, pemarah, cerewet dan bercerai.


6. Merasa menderita karena iri terhadap saudara karena disikapi dan dibedakan

secara tidak adil.

2. Faktor eksternal

Menurut Hurlock (1980) dan Cole (1963) faktor yang mempengaruhi emosi negatif adalah

berikut ini.

1. Orang tua atau guru memperlakukan mereka seperti anak kecil yang membuat

harga diri mereka dilecehkan.

2. Apabila dirintangi, anak membina keakraban dengan lawan jenis.

3. Terlalu banyak dirintangi dari pada disokong, misalnya mereka lebih banyak

disalahkan, dikritik oleh orang tua atau guru, akan cenderung menjadi marah dan

mengekspresikannya dengan cara menentang keinginan orang tua, mencaci maki

guru, atau masuk geng dan bertindak merusak (destruktif).

4. Disikapi secara tidak adil oleh orang tua, misalnya dengan cara membandingkan

dengan saudaranya yang lebih berprestasi dan lainnya.

5. Merasa kebutuhan tidak dipenuhi oleh orang tua padahal orang tua mampu.

6. Merasa disikapi secara otoriter, seperti dituntut untuk patuh, banyak dicela,

dihukum dan dihina.[3]


2. MOTIF

a. Pengertian Motif

Motif diartikan sebagai suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan
organisme itu bertindak atau berbuat.

Menurut Winkel (1996) (didalam buku Psikologi belajar, karangan DR.Nyayu Khodijah),
menyatakan Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan
tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Azwar (dalam Irfan dkk,2000),(dalam DR.Nyayu Khodijah,2006), disebutkan bahwa


Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam diri seseorang yang disadari atau
tidak disadari yang membawa kepada terjadinya suatu perilaku.

Dari beberapa pendapat diatas, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya Motif merupakan
suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun
tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Macam-Macam Motif

Menurut WoodWorth dan Marquis (1957) (dalam DR.Nyayu khodijah), motif itu dapat
dibedakan menjadi tiga,yakni ;

1. Motif yang berhubungan dengan kebutuhan Kejasmanian (organic needs), yaitu


merupakan motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup indivisu atau organisme,
missal motif minum, makan, kebutuhan pernapasan, seks, kebutuhan beristirahat.

2. Motif darurat (emergency motives), yaitu merupakan motif untuk tindakan-tindakan


dengan segera karena sekitar menuntutnya, missal motif untuk melepaskan diri dari
bahaya, motif melawan, motif untuk mengatasi rintangan-rintangan, motif untuk
bersaing.

1. Motif Obyektif (obyective motives), yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan
dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda. Misalnya, motif
eksplorasi, motif manipulasi, minat. Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu
yang khusus.

c. Kekuatan Motif

Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan kekuatan motif yang
lain.Berhubung dengan hal tersebut beberapa eksperimen dilaksanakan untuk mengetahui
tentang kekuatan motif-motif itu.

Eksperimen banyak dilakukan dengan hewan karena beberapa pertimbangan :

1. Hewan lebih mudah dapat dikontrol karena sifat kesederhanaannya sedangkan kehidupan
social manusia sangat kompleks.

2. Pada hewan tidak ada kesadaran tentang pribadinya, karena itu hewan tidak mempunyai
perasaan malu atau perasaan harga diri.

3. Bila ada sesuatu hal yang tidak diinginkan sebagai akibat ddari eksperimen resikonya
tidak besar.

Sekalipun demikian ini tidk berarti bahwa eksperimen pada manusia tidak dapat dilaksanakan.

Contoh Eksperimen yang menggunakan tikus putih. Metode yang dipeergunakan dengan
“obstruction method “ (metode penghalang). Penghalangnya merupakan jari-jari yang diberi
aliran listrik bila tikus akan melalui jalan atau gang itu.

Tikus diberi insetif yang bewujud makanan, minuman atau benda-benda lain yang pada
pokoknya dapat digunakan sebagai alat penarik (insentif) agar tikus mau melalui jalan itu untuk
menuju ketempat ujung disebelah lain. Bila tikus akan melalui penghalang, penghalang diberi
aliran listrik hingga keadaan ini memberikan gangguan terhadap tikus yang akan melaluinya :
Dengan adanya gangguan atau penghalang ada kemungkinan tikus akan kembali lagi, tidak jadi
terus. Begitu selanjutnya. Kalau motifnya kuat, sekalipun ada rintangan atau penghalang,
rintangan itu akan diatasi atau dengan kata lain tikus akan melalui jalan itu.

d. Konflik Motif
Keadaan sehari-hari menunjukkan bahwa kadang-kadang orang menghadapi beberapa macam
motif yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Misalnya pada suatu waktu seseorang
mempunyai motif untuk belajar, tetapi juga mempunyai motif untuk melihat film. Dengan
keadaan demikian maka akan terjadi pertentangan atau konflik dalam diri orang tersebut antara
motif yang satu dengan motif yang lain. Jadi konflik motif akan terjadi bila adanya beberapa
tujuan yang ingin dicapai sekaligus secara bersamaan. Ada beberapa kemungkinan respon yang
dapat diambil bila individu menghadapi bermacam-macam motif, yaitu :

1. Pemilihan atau Penolakan

Dalam menghadapi bemacam-macam motif individu dapat mengambil pemilihan yang tegas.
Dalam pemilihan yang tegas individu dihadapkan kepada situasi dimana individu harus
memberikan salah satu respon (pemilihan atau penolakan) dari beberapa macam objek atau
situasi yang dihadapi

1. Kompromi

Jika individu menghadapi dua macam objek atau situasi, adanya kemungkinan individu dapat
mengambil respon yang bersifat Kompromi, yaitu menggabungkan kedua macam objek tersebut.
Tetapi, tidak semua objek atau situasi dapat diambil respon atau keputusan kompromi. Dalam hal
yang akhir ini individu harus mengambil pemilihan atau penolakan dengan tegas.

1. Meragu-ragukan (bimbang)

Jika individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan diantara dua objek atau hal yang
buruk atau baik, maka sering timbul kebimbangan pada individu. Kebimbangan terjadi karena
masing-masing objek mempunyai nilai-nilai positif ataupun negative, kedua-duanya mempunyai
sifat atau segi yang menguntungkan tetapi juga mempunyai segi yang merugikan.

Kebimbangan umumnya tidak menyenangkan bagi individu dan kadang-kadang meimbulkan


perasaan yang mengacaukan hingga keadaan psikis individu mengalami hambatan-hambatan.
Keadaan ini dapat diatasi dengan cara individu mengambil suatu keputusan dengan
mempertimbangkan dan pemeriksaan seteliti-telitinya segala aspek dari objek tersebut segala
untuk ruginya, sehingga mungkin perlu membuat sesuatu daftar alasan-alasan hingga dengan
demikian keputusan itu menunjukkan keputusan yang sebaik-baiknya.

e. Peran Motivasi dalam mencapai keberhasilan Belajar

motivasi merupakan salah satu unsur dalam mencapai prestasi belajar yang optimal selain
kondisi kesehatan secara umum, intelegensi dan bakat minat. Seorang anak didik bukan tidak
bisa mengerjakan sesuatu, tetapi ketidakbisaan itu disebabkan oleh kemauan yang tidak terlalu
banyak terhadap pekerjaan itu. Motif yang kurang menyebabkan dorongan dan kemauan tidak
kuat, sehingga hasil kerjanya tidak sesuai dengan kecakapan.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri
individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki akan tercapai.
Jika individu mempunyai motivasi belajar yang tinggi, maka individu tersebut akan mencapai
prestasi yang baik.

Motivasi belajar merupakan factor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas
adalah dalam penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Dengan demikian
motivasi memiliki peran strategis dalam belajar, baik pada saat memulai belajar, saat sedang
belajar maupun saat berakhirnya belajar. Agar perannya lebih optimal, maka prinsip-prinsip
motivasi dalam aktifitas belajar haruslah dijalankan. Prinsip-Prinsip tersebut adalah :

1. Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar

2. Motivasi intrinsic lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar

3. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman

4. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar

5. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar

6. Moivasi melahirkan prestasi dalam belajar.


BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dalam pembahasan Inelegensi memang harus benar-benar dipahami secara teliti biar kita
semua

bisa tau apa Intelegensi itu sendiri. Yang lebih penting lagi yang harus dipahami secara detail
dalam

pembagian kecerdasan/tingkat kecerdasan, dengan memahami tingkat kecerdasan itu kita bisa
tahu

bahwa dalam diri kita ini ada kecerdasan yang tidak pernah kita sadari meski dalam sekolah-
sekolah kita

tidak pernah mendapatkan rangking, orang selalu menganggap bahwa orang yang cerdas adalah
orang

yang dapat rangking kelas dan yang bisa jawab soal ujian, namun orang yang mampu dalam
menghias,

main musik tidak dianggap kecerdasan. Dari itu, sangat perlulah kita memahami intelegensi dan
tingkat

intelegensi biar tidak ada kesalah pahaman dalam mengartikan intelegensi itu sendiri.

Intelegensi juga mempunyai hubungan dan perbedaan dengan bakat maupun kreativitas,
tapi

yang perlu kita ketahui, bakat dan kreativitas adalah hasil yang didapat dari intelegensi itu
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai