Anda di halaman 1dari 27

Pengertian Sosiologi

Sosiologi adalah ilmu sosial yang mempelajari setiap kehidupan masyarakat. Objek
kajian dari sosiologi tidak lain adalah kehidupan manusia.
Kata sosiologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata 'socius' yang artinya
masyarakat, dan 'logos' yang artinya ilmu.

Istilah dari sosiologi pertama kali dikemukakan oleh seorang filsafat dari Prancis,
bernama Auguste Comte pada tahun 1839. Oleh karena itu, Auguste Comte dikenal
sebagai Bapak Sosiologi Dunia.

Pengertian Interaksi Sosial,


1. Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berhubungan dengan pemahaman interorientasi, mengenai
tindakan sosial yang berhubungan dengan suatu penjelasan sebab akibat mengenai
arah dan konsekuensinya.

2. Pitirin A. Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara macam-macam
gejala sosial.

3. Emile Durkheim
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fakta-fakta sosial, terkait cara
bertindak, berpikir dan perasaan di luar individu yang mempunyai kekuatan untuk
mengendalikan individu.

4. Sejarah Sosiologi
Pada awalnya, sosiologi lahir dan berkembang di Eropa. Sosiologi lahir didasari
akibat adanya guncangan sosial, dari efek revolusi industri di Prancis. Efek tersebut
mengakibatkan banyak terjadinya eksploitasi tenaga kerja dan urbanisasi dan
kekhawatiran di tengah masyarakat.

Atas dasar tersebut, kemudian August Comte merancang sebuah penelitian sosial yang
digunakan untuk mempelajari pola kehidupan perilaku masyarakat pada abad ke 19.
Penelitian sosial tersebut dilakukan secara ilmiah, yang kemudian dikenal sebagai
sosiologi, seperti dilansir e-Modul Sosiologi Kelas X yang disusun oleh Sri Uji
Partiwi, S.Sos. M.Pd.

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5756783/mengenal-sosiologi-pengertian-sejarah-
ruang-lingkup-dan-ciri-cirinya
Pengertian antropologi
Antropologi berasal dari bahasa Yunani anthropos yang berarti manusia dan logos
yang berarti wacana (bernalar, berakal) atau disebut ilmu. Secara etimologis,
antropologi berarti ilmu yang mempelajari manusia. Menurut Kamus Oxford,
antropologi adalah studi tentang masyarakat dan budaya manusia dan
perkembangannya. Dapat diartikan studi tentang karakteristik biologis dan fisiologis
manusia dan evolusinya.
Dikutip dari Cambridge, antropologi adalah studi tentang ras manusia, budaya dan
masyarakatnya dan perkembangan fisiknya. Dalam Encyclopaedia Britannica,
antropologi adalah ilmu kemanusiaan, yang mempelajari manusia dalam berbagai
aspek mulai dari biologi dan sejarah evolusi homo sapiens hingga ciri-ciri masyarakat
dan budaya yang secara tegas membedakan manusia dari spesies hewan lain.
Berikut ini pengertian antropologi menurut para ahli: David E. Hunter dalam The
Study of Anthropology (1976) menjelaskan, antropologi adalah suatu ilmu
pengetahuan yang lahir dari adanya keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia. William A. Haviland dalam Cultural Anthropology (1975), antropologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang umat manusia secara umum dengan
mempelajari warna fisik, bentuk fisik dan kebudayaan yang dihasilkan oleh
masyarakat.

Menurut Haviland, antropologi merupakan ilmu yang mencoba merumuskan hukum


yang bersifat general (umum) tentang manusia dan perilakunya. Conrad Philip Kottak
dalam Anthropology, the Exploration of Human Diversity (1974), menerangkan
antropologi merupakan ilmu yang mempelajari keragaman umat manusia secara
holistik. Ini meliputi aspek sosial budaya, biologis, bahasa dan lingkungannya dalam
dimensi waktu masa lalu, saat ini dan masa depan.

Menurut Kottak, antropologi merupakan studi terhadap semua masyarakat, dari


masyarakat yang primitif atau kuno hingga masyarakat modern, dari masyarakat
sederhana hingga masyaraat yang kompleks. Frank Robert Vivelo dalam Cultural
Anthropology Handbook: a Basic Introduction (1978) menjelaskan antropologi adalah
ilmu mengenai manusia, menelaah manusia secara budaya, biologi.

Simon Coleman dan Helen Watson dalam An Introduction to Anthropology (1992)


menerangkan antropologi sebagai kajian tentang manusia dan masyarakat, baik yang
masih hidup maupun yang sudah mati, yang sedang berkembang maupun yang sudah
punah. Alfred Louis Kroeber dalam Anthropology (1923) mengatakan antropologi
adalah ilmu yang paling humanis dan humaniora yang paling ilmiah. Antropologi
menggunakan metode penyelidikan ilmiah dan prinsip-prinsip analisis ilmiah serta
merangkul dimensi artistik, ekspresif dan simbolik perilaku manusia. Koentjaraningrat
dalam Pengantar Ilmu Antropologi (2002), menerangkan antropologi adalah studi
mengenal umat manusia dengan mempelajari berbagai bentuk fisik, warna dan budaya
yang dihasilkan masyarakat.

Masinambow dalam Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia (1997)


menjelaskan antropologi adalah disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat atau
kelompok manusia.

https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/15/133613469/antropologi-definisi-obyek-fungsi-
tujuan-dan-manfaatnya?page=all
Perbedaan sosiologi dan antropologi
Ilmu Antropologi

 Ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan.


 Memiliki kecenderungan mengkaji kelompok etnik.
 Mengkaji masyarakat yang sederhana dan primitif.
 Mengkaji masyarakat yang homogen.
 Antropologi memandang masyarakat dan kebudayaan sebagai holistik.
 Antropologi menggunakan metodologi induksi.
 Ilmu ini memiliki pengaruh pada pandangan humanities yang cukup besar.
Pandangan humanities dan induksi adalah pandangan konsep pemahaman
terhadap lapangan penelitian dahulu, kemudian baru bisa membangun teori.
 Hasil penelitian antropologi sebagian besar disebut dengan etnografi.

Ilmu Sosiologi

 Sosiologi mempelajari tentang masyarakat.


 Memiliki kecenderungan untuk mengkaji masyarakat heterogen.
 Kebanyakan ilmu sosiologi mengkaji masyarakat perkotaan.
 Sosiologi menggunakan metodologi deduksi. Metodologi tersebut menekankan
pemikiran pada bangunan teori dan konsep, kemudian baru dicari pada
lapangan penelitian.
 Pengaruh pandangan positivisme yang besar mampu mengadopsi pandangan
ilmu alam atau natural science kepada ilmu sosiologi. 

https://www.universitas123.com/news/ketahui-perbedaan-sosiologi-dan-
antropologi
Perbedaan Sosiologi dan Antropologi
Antropologi dan sosiologi adalah dua ilmu yang berbeda. Antropologi adalah ilmu
yang fokus mempelajari manusia, termasuk evolusi dan perkembangan manusia,
cara manusia berperilaku dan berkomunikasi, kebudayaan, cara manusia beradaptasi
dengan lingkungan yang dinamis, cara manusia bersosialisasi dan lainnya. Ruang
lingkup antropologi pun meliputi fisik, sosial dan budaya.
Selain itu, antropologi juga mempelajari tentang asal-usul prasejarah manusia, ciri
khas manusia sebahai salah satu spesies di muka bumi, dan keanekaragaman
manusia modern. Dalam kata lain, antropologi adalah studi tentang manusia yang
berkaitan dengan aspek biologis dan sosiokultural.
Seseorang yang ahli di bidang antropologi disebut sebagai antropolog. Seorang
antropolog ini bertugas mengeksplorasi lebih lanjut mengenai asal-usul manusia dan
zaman purba. Mereka melakukannya dengan meneliti nenek moyang kita melalui
survei arkeologis dan menganalisis budaya di seluruh dunia.
Sedangkan, sosiologi adalah ilmu tentang perilaku manusia yang berhubungan
dengan kehidupan sosial, perubahan, interaksi, penyebab dan hasil perilaku manusia.
Intinya, sosiologi adalah studi yang mempelajari tentang cara seseorang berinteraksi
satu sama lain dalam masyarakat, cara perilaku seseorang diarahkan sesuai dengan
struktur sosial, kategori dan lainnya.
Seseorang yang ahli di bidang sosiologi disebut sosiolog. Seorang sosiolog ini
bertugas mempelajari struktur, pola, proses, organisasi, budaya, dan perilaku
masyarakat dengan mengamati dan melacak perubahan-perubahan dalam setiap
elemen penting dari kelompok yang terorganisir, seperti komunitas, masyarakat dan
sebagainya.
Jadi perbedaannya, antropologi merupakan ilmu yang mempelajari asal-usul
manusia. Sementara, sosiologi adalah ilmu yang membantu kita mengenal perilaku
manusia di tengah kehidupan masyarakat, perilaku sosial, interaksi, struktur, proses,
pola hubungan dan bentuknya.
Fakta-fakta sosial yang dikumpulkan oleh sosiologi pun termasuk sikap, nilai-nilai,
kepercayaan, norma, tradisi, institusi dan sebagainya yang merupakan tatanan sosial.
Ilmu sosiologi ini pula yang membantu mengatasi sejumlah masalah sosial di
kehidupan masyarakat, seperti kepercayaan dan praktik masyarakat, mobilitas sosial,
stratifikasi, perubahan, kekacauan atau keresahan, dan permasalahan sosial lainnya.
https://penerbitbukudeepublish.com/materi/ruang-lingkup-antropologi/#:~:text=Ruang
%20lingkup%20antropologi%20pun%20meliputi,bumi%2C%20dan%20keanekaragaman
%20manusia%20modern.
Ruang Lingkup Antropologi

Antropologi merupakan disiplin ilmu yang sangat luas, karena gabungan dari
humaniora, sosial dan ilmu pengetahuan untuk menjelaskan tentang manusia. Ilmu
antropologi ini dibangun berdasarkan pengetahuan dari ilmu alam, termasuk asal-
usul dan evolusi homo sapiens, ciri-ciri fisik manusia, perilaku manusia dan variasi
di antara berbagai kelompok manusia, cara masa lalu evolusi homo sapiens
mempengaruhi budaya sosial dan kelompok.

Selain itu, antropologi juga dibangun berdasarkan ilmu-ilmu sosial yang


mempelajari tentang hubungan manusia sosial dan budaya, sistem keturunan dan
hubungan kekerabatan, spiritualitas dan religi, lembaga, konflik sosial, dan lainnya.

Antropologi pertama kali berasal dari Yunani klasik dan Persia yang mempelajari
dan mencoba memahami Keberagaman budaya. Sekarang ini, antropologi telah
menjadi sentral dalam pengembangan beberapa bidang interdisipliner baru, seperti
ilmu kognitif, studi globalisasi, genetik, dan berbagai penelitian etnis.

Tapi secara garis besar, ilmu yang mempelajari tentang manusia ini memiliki
beberapa ruang lingkup antropologi, antara lain:
1. Antropologi fisik atau biologi

Ruang lingkup antropologi fisik atau biologi ini mempelajari manusia sebagai
organisme biologi yang melacak perkembangan manusia berdasarkan evolusinya dan
variasi biologisnya dalam berbagai spesies.

Para ahli antropologi fisik telah berusaha melacak nenek moyang jenis manusia
untuk mengetahui proses, waktu dan awal mula semua orang menjadi makhluk sosial
seperti sekarang. Mereka melacaknya melalui analisis mendalam terhadap fossil-
fossil dan mengamati primata yang pernah hidup.

Di samping itu, ruang lingkup antropologi fisik atau biologi ini juga merupakan
cabang ilmu antropologi yang mempelajari tentang manusia dan primata bukan
manusia dalam hal biologis, evolusi dan demografi.
Ruang lingkup antropologi fisik atau budaya ini lebih fokus pada faktor biologis dan
sosial yang mempengaruhi evolusi manusia dan primata lainnya yang menghasilkan,
mempertahankan, mengubah variasi genetik dan fisiologinya.
2. Antropologi sosial budaya

Ruang lingkup antropologi sosial budaya lebih fokus pada kebudayaan manusia dan
cara hidupnya dalam masyarakat. Menurut Haviland, ruang lingkup antropologi
sosial budaya ini terbagi menjadi 3 bagian, yakni arkeologi, antropologi linguistik,
dan etnologi.

Menurut Burke, ruang lingkup antropologi budaya juga merupakan studi tentang
praktik-praktik sosial, bentuk-bentuk ekspresif dan penggunaan bahasa. 

Antropologi budaya juga sering dikaitkan dengan tradisi riset dan penulisan
antropologi di Amerika. Pada abad ke-20, Franz Boas, mengajukan hasil tinjauannya
terhadap asumsi-asumsi antropologi evolusioner serta implikasi yang cenderung
bersifat rasial. 

Sementara itu, antropologi sosial adalah studi yang mempelajari tentang hubungan
antara manusia perorangan dan kelompok. Antropologi budaya merupakan  studi
komparasi mengenai cara orang-orang memahami dunia di sekitar mereka dengan
metode yang berbeda-beda. 

Ruang lingkup antropologi sosial juga berkaitan erat dengan sosiologi dan sejarah
yang bertujuan mencari pemahaman struktur sosial dari suatu kelompok sosial yang
berbeda, seperti subkultur, etnik, dan kelompok minoritas. 

Namun, antropologi budaya lebih berkaitan dengan  filsafat, literatur atau sastra, dan
seni tentang cara suatu kebudayaan mempengaruhi pengalaman seseorang dan
kelompok, memberikan kontribusi untuk pemahaman yang lebih lengkap terhadap
pengetahuan, adat istiadat, dan pranata masyarakat.
3. Antropologi Psikologis

Ruang lingkup antropologi psikologis merupakan studi yang berkaitan dengan


fenomena psikologi yang menggunakan istilah karakter tidak terlalu diminati oleh
para peneliti. Istilah yang paling sering muncul dalam penelitian adalah istilah
kepribadian, yakni culture and personality dalam konsep generik.

Kedua istilah itu mengarah pada kondisi psikologis manusia, yang mana karakter
bisa disamakan dengan istilah kepribadian dan bisa dikatakan bahwa karakter
tergambar dari kepribadian individu.

Menurut White, ruang lingkup antropologi psikologis ini mengkaji tentang hubungan
antara seseorang dengan makna dan nilai kebiasaan sosial dari sistem budaya. Secara
historis. antropologi psikologi erat kaitannya dengan psikoanalisis daripada
psikologi eksperimental.

Ruang lingkup antropologi psikologis ini penting untuk memahami fenomena


karakter dalam suatu masyarakat individu. Karena, proses pembentukan dan
pengembangan karakter suatu masyarakat fokus pada perkembangan dan kondisi
psikologis dari manusia yang hidup dalam masyarakat tersebut.

Selain itu, pengalaman individu dan lingkungan sosial juga sebuah proses yang turut
berkontribusi pada pembentukan karakter manusia dalam masyarakat. Kajian
antropologi psikologi juga menjadi penghubung antara studi tentang kebudayaan dan
kepribadian guna menjelaskan suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa.

https://penerbitbukudeepublish.com/materi/ruang-lingkup-antropologi/
#:~:text=Ruang%20lingkup%20antropologi%20pun%20meliputi,bumi%2C
%20dan%20keanekaragaman%20manusia%20modern .
Pengantar sosiologi dan antapologi
M

ata kuliah Sosiologi dan Antropologi Pendidikan merupakan mata kuliah dasar
kependidikan. Sosiologi dan antropologi merupakan disiplin keilmuan yang
mempelajari proses dan struktur sosial serta kebudayaan. Sosiologi dan antropologi
memiliki perbedaan fokus dan cara bekerja. Sosiologi lebih memandang masyarakat
sebagai sistem hubungan peranan (role relationship systems) dan antropologi melihat
sebagai sistem jaringan nilai (values network systems). Kedua perspektif tersebut
dapat saling mengisi dan melengkapi dalam menganalisis orang di dalam masyarakat,
sekaligus orang di dalam kebudayaan untuk memahami konteks sosiokulturalnya.
Masyarakat pendidikan dapat mengambil manfaat dan menggunakan perspektif
tersebut untuk menjelaskan dan menganalisis fenomena, isu-isu, dan masalah sosial
yang dihadapi dalam masyarakat majemuk (multikultural).
Seorang antropolog pendidikan Theodore Bramled (Tilaar, 1999) mengkaji
keterkaitan yang erat antara pendidikan, masyarakat, dan kebudayaan. Pendidikan dan
kebudayaan memiliki hubungan yang erat karena keduanya sama-sama berkenaan
dengan nilai-nilai. Pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan dan hanya dapat
terlaksana dalam suatu masyarakat. Tidak ada suatu proses pendidikan tanpa
kebudayaan dan tanpa masyarakat, demikian pula sebaliknya. Pendidikan hanya dapat
berlangsung dan terlaksana dalam hubungan antarmanusia di dalam suatu masyarakat
tertentu.
Pendidikan digunakan oleh setiap masyarakat untuk mempertahankan kelangsungan
hidup masyarakat dan budaya nya, untuk mengupayakan agar setiap warga
masyarakat menjadi pendukung aktif institusi dan budaya yang bersangkutan. Melalui
pendidikan, keutuhan sosio-budaya beserta komponenkomponennya dipertahankan
dan dikembangkan. Pendidikan sosio-budaya menjadi suatu keharusan supaya
eksistensi masyarakat budaya dapat terjamin (Suyata, 2000). Pendidikan juga
merupakan proses transfer pengetahuan dan reproduksi sosial yang ada dalam suatu
masyarakat, baik dalam satu generasi yang sama maupun melibatkan orang-orang dari
generasi yang berbeda (PM. Laksono, 2016).
Oleh karenanya dapat dibayangkan, betapa suatu proses pendidikan yang terlepas dari
kebudayaan dalam masyarakat maupun kebudayaan tanpa proses pendidikan, hanya
akan menyongsong dan menuai kepunahan kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari
kebudayaan akan menyenangkan alienasi (keterasingan) dari subjek didik dan
kemungkinan matinya kebudayaan. Sebagaimana realitas yang terjadi, proses
kebudaya an dan proses pendidikan seringkali berjalan sendirisendiri, dan
kemungkinan saling bertabrakan satu dengan yang lain karena arah orientasi yang
tidak sama.
Di satu sisi, pendidikan merupakan proses, dimana terjadi interaksi antara pendidik
dan peserta didik di dalam suatu masyarakat. Di sisi lain, pendidikan memiliki suatu
visi
kehidupan yang hidup dalam suatu masyarakat. Pendidikan merupakan suatu proses
menaburkan benih-benih budaya dan menyemaikan peradaban manusia yang hidup
dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan dikembangkan di dalam
suatu masyarakat. Dalam konteks inilah pendidikan disebut sebagai proses
pembudayaan. Sedangkan kebudayaan merupakan sesuatu yang dinamis, bukan statis,
dalam arti kebudayaan senantiasa berada dalam proses transformasi melalui proses
pendidikan. Budaya yang tidak mengalami transformasi melalui proses pendidikan
merupakan budaya yang mati, yang berarti pula suatu masyarakat yang mati.
Pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia berbudaya Indonesia yang
inetraktif berkesinambungan dan konsentris. Maksudnya bahwa manusia Indonesia
berakar pada budaya bangsa dalam membawa manusia dan masyarakat Indonesia ke
dalam suatu masyarakat madani Indonesia memasuki pergaulan bangsa-bangsa di
dunia yang terbuka. Proses pemanusiaan berimplikasi bahwa proses pendidikan terjadi
dalam interaksi antarmanusia dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Proses
pemanusiaan itu merupakan suatu proses interkultural yang meliputi budaya lokal,
nasional, dan internasional (global) menuju kepada terciptanya suatu masyarakat
madani global.
Sosiologi dan Antropologi Pendidikan memandang fenomena tersebut secara utuh dan
komprehensif untuk memahami pendidikan nasional Indonesia secara keseluruhan.
Kajian sosiologik dan antropologik memberikan sumbangan dan kontribusi dalam
perumusan kebijakan, strategi, program, dan intervensi pendidikan bagi orang tua,
pendidik, dan para pemimpin pendidikan sesuai dengan posisi dan peranan mereka.
Dalam kajiannya, Suyata (2000) mengemukakan bahwa setiap
Sosiologi dan Antropologi Pendidikan

orang berada di dalam masyarakat (man in community/society) dan sekaligus berada di


dalam kebudayaan (man in culture). Setiap pribadi adalah makhluk biologis,
sosiologis, dan kultural (biososiokultural) melalui proses belajar di dalam masyarakat
(proses sosial) dan di dalam kebudayaan (proses budaya). Dalam konteks sosiologis,
pendidikan merupakan alat untuk memelihara kelangsungan hidup bersama di dalam
sistem yang ada. Adapun dalam konteks antropologis, pendidikan merupakan alat
dimana dengan itu kebudayaan masyarakat dilestarikan melalui proses pewarisan
kebudayaan yang bersangkutan.
Ruang lingkup perkuliahan Sosiologi dan Antropologi Pendidikan adalah:
• Pendidikan Kebudayaan
Melalui berbagai forum, alat, dan media, bagaimana suatu kebudayaan
masyarakat dipertahankan, diwariskan, dan dikembangkan.
• Pendidikan di dalam Kebudayaan
Proses pendidikan formal, informal, dan nonformal tidak berada di ruang
hampa, melainkan berlangsung di dalam konteks kebudayaan yang ada.
• Pendidikan Antar/Lintas Kebudayaan
Fenomena interaksi dan kontak antar sejumlah sistem dan atau unsur
kebudayaan, dampaknya, dan upaya mengharmoniskan hubungan antar
pendukung kebudayaan tersebut.
Perkuliahan Sosiologi dan Antropologi Pendidikan dengan demikian bertujuan untuk
a) memahami keberadaan kekuatan-kekuatan budaya dunia, posisi, dan dampaknya
dalam kehidupan; b) memahami keterkaitan timbal balik antara kebudayaan dan
pendidikan, baik informal maupun nonformal dengan keanekaragamannya; c)
memahami konfigurasi

kebudayaan di berbagai tingkatan kehidupan, baik regional, nasional, dan lokal; d)


memiliki kemampuan mendeskripsikan dan memahami fenomena pendidikan dan
fenomena belajar mengajar secara kultural; e) memiliki kemampuan menganali dan
memilih strategi kebudayaan untuk memberdayakan individu, kelompok, dan lembaga
serta melakukan intervensi pendidikan; f) memahami konsep dan praktik pengasuhan
anak oleh orang tua (keluarga) pada aneka ragam kebudayaan; dan g) memahami
budaya dan sub budaya sekolah serta dampaknya terhadap proses belajar mengajar
serta pemanfaatannya bagi upaya dan solusi permasalahan.

https://staffnew.uny.ac.id/upload/132326892/pendidikan/Sosio%20Antro%20Pend_Buku.pdf
Pengertian Ruang Lingkup Sosiologi

Ruang lingkup sosiologi mencakup pengetahuan dasar pengkajian kemasyarakatan.


Menurut buku Ada Apa Sosiologi yang dilansir Kemdikbud, ruang lingkup sosiologi
adalah semua interaksi sosial yang terjadi antara individu dan individu, individu dan
kelompok, atau antara kelompok dan kelompok.

Sosiologi biasanya digunakan untuk mempelajari suatu fenomena sosial yang terjadi
di masyarakat lewat sudut pandang bervariasi. Tidak hanya mempelajari, ruang
lingkup sosiologi juga termasuk merumuskan solusi untuk mengatasi masalah sosial
yang muncul di masyarakat.

Baca artikel detikjabar, "Ruang Lingkup Sosiologi Adalah: Pengertian dan Meliputi
Apa Saja" selengkapnya https://www.detik.com/jabar/berita/d-6222467/ruang-
lingkup-sosiologi-adalah-pengertian-dan-meliputi-apa-saja.

https://apps.detik.com/detik/

Ruang Lingkup Sosiologi

Ruang Lingkup Sosiologi mencakup pengetahuan dasar pengkajian kemasyarakatan,


yaitu sebagai berikut. 
1. Nilai-nilai dan norma-norma sosial yang mendasari atau memengaruhi sikap
dan perilaku anggota masyarakat dalam melakukan hubungan sosial.
2. Kedudukan dan peran sosial individu dalam keluarga, kelompok sosial, dan
masyarakat.
3. Masyarakat dan kebudayaan daerah sebagai submasyarakat serta kebudayaan
nasional Indonesia.
4. Perubahan sosial budaya yang terus-menerus berlangsung yang disebabkan
oleh faktor faktor internal maupun eksternal. 
5. Masalah-masalah sosial budaya yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
 
https://penerbitbukudeepublish.com/materi/pengertian-dan-ruang-lingkup-
sosiologi/
Fenomena Sosiologi
Untuk lebih memahami mengenai kajian sosiologi dalam kehidupan sehari-hari,
dibawah ini terdapat beberapa contoh mengenai kajian sosiologi adalah sebagai
berikut.

1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu contoh kajian sosiologi dalam kehidupan sehari-
hari. Seringkali kemiskinan tersebut bisa ditemui dalam lingkungan kehidupan sekitar
kita. Kemiskinan yang menjadi pusat perhatian sosiologi terutama berkaitan dengan
kekurangan pangan dan rendahnya tingkat kesejahteraan yang banyak dialami
masyarakat.

Untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan diperlukan berbagai upaya nyata,


dan agar upaya yang dilakukan tidak salah arah atau salah sasaran, perlu pengetahuan
yang memadai mengenai masalah kemiskinan yang dihadapi. Kemiskinan akibat
kegagalan panen, tidak sama dengan kemiskinan akibat bencana alam.

2. Kejahatan
Kejahatan merupakan salah satu bentuk kajian sosiologi dalam kehidupan sehari-hari.
Kejahatan menjadi salah satu hal yang cukup marak terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Hal tersebut dipengaruhi dengan adanya perubahan sosial dalam suatu
masyarakat.

Semakin pesat perubahan sosial di suatu masyarakat biasanya semakin tinggi pula
angka kejahatan yang terjadi. Angka kejahatan di masyarakat tradisional relatif stabil.
Sementara itu, di masyarakat industri modern yang sangat cepat berubah memiliki
angka kejahatan yang semakin tinggi, terutama di kota-kota besar.

Di dalam masyarakat pinggiran (tersisih) di kota-kota besar, banyak terjadi kejahatan.


Pada umumnya, anak-anak sulit dididik untuk mematuhi hukum karena mereka
umumnya berasal dari keluarga yang terpecah.

Kalaupun kedua orang tuanya masih lengkap, mereka mengalami konflik emosional
dan masalah kesehatan serta keuangan yang memengaruhi hubungan sosial dalam
keluarga mereka. Daerah-daerah kumuh mengalami kekurangan sarana pendidikan,
banyak pengangguran, pemukiman padat dan tidak sehat, serta kurang tersedianya
sarana rekreasi. Kondisi seperti ini membuat anak-anak lari ke jalanan.

3. Pengangguran
Pengangguran yang terjadi dalam kehidupan masyarakat merupakan salah satu bentuk
kajian sosiologi. Pengangguran tersebut juga termasuk dalam permasalahan
dalam proses sosial yang mengakibatkan suatu kesenjangan sosial. Pengangguran
tersebut tentu saja dikarenakan oleh banyak faktor ataupun banyak hal.

Salah satu contoh yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah minimalnya


tingkat lowongan pekerjaan yang ada.
4. Perceraian
Perceraian merupakan berakhirnya suatu pernikahan. Perceraian juga masuk dalam
kajian sosiologi dalam kehidupan sehari-hari.

Perceraian terjadi adanya ketidakharmonisan yang terjadi dalam suatu keluarga,


sehingga mengakibatkan pengambilan keputusan untuk melakukan pisah. Perceraian
merupakan hal yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan bermasyarakat.

5. Peperangan
Peperangan juga merupakan salah satu bentuk dari adanya kajian sosiologi dalam
kehidupan sehari-hari. Semakin maju masyarakat, maka semakin canggih teknologi
peperangan, sehingga semakin besar kerusakan yang ditimbulkan.

Perang merupakan wujud nyata adanya konflik terbuka antara dua masyarakat atau
lebih. Apabila konflik tidak menemukan jalan lain untuk pemecahannya, maka perang
dijadikan jalan keluarnya.

6. Pelaggaran Norma
Pelanggaran norma dalam masyarakat merupakan hal yang sudah tidak dapat
dipungkiri lagi dalam kehidupan bermsayarakat. Dalam kajian sosiologi norma juga
merupakan hal yang sering dibahas dalam mengatur perilaku individu masyarakat.

Norma-norma masyarakat mengatur perilaku setiap orang agar tidak merugikan diri
sendiri atau pihak lain. Setiap norma atau peraturan didasarkan pada nilai-nilai sosial
tertentu yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Namun, sering terjadi warga
masyarakat tidak mampu memenuhi tuntutan moral yang ada dan melakukan
pelanggaran.

7. Pelacuran
Pelacuran merupakan bentuk kajian sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat.
Pelacuran juga termasuk dalam pelanggaran norma susila dan norma agama bahkan
dapat dikategorikan sebagai penyakit sosial. Orang melacurkan diri karena beberapa
sebab. Secara kejiwaan, orang yang melacurkan diri mungkin memiliki latar belakang
masa kanak-kanak yang tidak cukup kasih sayang.

Secara ekonomi, mungkin mereka terjepit oleh kebutuhan hidup, sementara tidak
memiliki mata pencaharian lain yang lebih baik. Adapun secara sosial, mungkin
mereka dikecewakan oleh suami atau keluarganya. Selain melanggar kesusilaan dan
ajaran agama, pelacuran juga menyebabkan penularan penyakit kelamin dan AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang sangat membahayakan. Penyakit
kelamin dapat menyebabkan kerusakan fungsi reproduksi, dan penyakit AIDS
menyebabkan kerusakan sistem kekebalan tubuh.

8. Pencurian
Pencurian merupakan salah satu yang dikaji dalam ranah sosiologi. Pencurian adalah
tindakan yang tentu saja melanggar hukum. Pencurian tersebut terjadi karena seorang
individu memiliki pemikiran negatif, kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan
terjadinya suatu kesenjangan untuk fenomena sosial dalam kehidupannya.

Hal tersebut yang mengakibatkan orang melakukan hal nekat dengan cara mencuri
atau mengambil barang milik orang lain dengan sengaja.

9. Kenakalan Anak
Kenakalan anak timbul karena berbagai sebab yang umumnya merupakan bentuk
pelarian diri dari kondisi keluarga dan lingkungan yang tidak memuaskan. Anak-anak
dari semua golongan atau kelas sosial sama-sama berpotensi berperilaku nakal.

Kebutuhan ekonomi yang tidak terpenuhi menjadi sebab kenakalan anak-anak dari
kelas sosial bawah, sedangkan kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua
menjadi penyebab kenakalan anak-anak dari kelas sosial ekonomi atas. 

10. Perkelahian Pelajar


Perkelahian pelajar merupakan bentuk tindakan dimana merekan berusaha
menyingkirkan pihak lawan dengan melakukan tindakan kekerasan. Perkelahian
pelajar sering kali terjadi karena permasalahan antar siswa. Hal tersebut tentu saja
akan mengakibatkan suatu permasalahan sosial yang ada dalam

11. Anak Jalanan


Banyak faktor yang menyebabkan munculnya anak jalanan. Faktor-faktor utama yang
menyebabkan anak-anak usia sekolah memilih jalanan sebagai lingkungan sosialnya
adalah ekonomi, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan media massa.

Dari beberapa faktor-faktor tersebut, faktor ekonomilah yang sering digunakan alasan
utama anak-anak jalanan. Beberapa kasus menunjukkan, bahwa seorang anak menjadi
anak jalanan karena disuruh dan dipaksa oleh keluarganya. Mereka menjadi penopang
ekonomi keluarga yang seharusnya belum menjadi tanggung jawab mereka.
https://ipsterpadu.com/contoh-sosiologi/
Fenomena Antropologi
Agar dapat lebih memahami mengenai antropologi dalam kehidupan bermasyarakat,
dibawah ini terdapat beberapa contoh sebagai pemahaman mengenai antropologi
dalam kehidupan sehari-hari, antara lain;

1. Pola Perilaku Individu


Cabang ilmu antropologi biasanya sering digunakan dalam ilmu pengetahuan sosial.
Sebab keterkaitan ilmu ini dengan kehidupan bermasyarakat cukup erat. Antropologi
dapat digunakan untuk mempelajari pola perilaku manusia, baik secara individual,
kelompok, ataupun yang lebih luas yakni dalam sebuah suku bangsa.

Dengan ilmu ini, kita juga bisa membaca psikis seseorang. Memahami pola
berpikirnya sehingga menjadikan kita lebih mudah mendekatai orang tersebut.

2. Mendeteksi Permasalahan
Penerapan antropologi yang selanjutnya adalah untuk mendeteksi sebuah masalah.
Ilmu yang mempelajari tentang manusia dari sisi psikis, emosi, tingkah laku dan
lingkungannya ini dapat membantu seseorang untuk lebih peka. Cukup dengan
melihat raut muka atau perilaku biasanya ada atau tidaknya permasalahan bisa
terdeteksi dengan cepat.

3. Pemecahan Masalah
Sejalan dengan poin sebelumnya, selain mendeteksi masalah, ilmu antropolgi juga
mampu memecahkan problem. Pemahaman secara mendalam terhadap ilmu ini bisa
membantu pikiran untuk lebih sensitif terhadap penciptaan ide-ide baru atau solusi
terhadap masalah tertentu. Khususnya yang berhubungan dengan manusia, kejiwaan,
budaya dan proses sosial.

4. Karakter Tiap Bangsa di Dunia


Cakupan ilmu atropologi tidak hanya memahami karakter manusia secara individual
saja. Tapi juga dalam ruang yang lebih luas yakni kehidupan di masyarakat. Dengan
mempelajarinya maka kita bisa menambah wawasan tentang tata pergaulan bangsa di
tiap-tiap negara sesuai dengan ciri khas masing-masing.

5. Memahami Kebudayaan Manusia


Selain mengenal karakter manusia dari berbagai negara, antropologi juga bisa
diterapkan untuk mempelajari kebudayaan dunia. Tentunya hal ini sangat menarik.
Dengan mengenal budaya yang bervariasi maka bisa menjadikan kita pribadi yang
open mind, baik terhadap budaya politik, tradisi dan interaksi sosial.

6. Membentuk Sikap Toleransi


Penerapan antropologi yang selanjutnya adalah untuk membentuk sikap toleransi, baik
antar individu ataupun dalam pergaulan yang lebih luas di masyarakat. Dengan
memahami konsep-konsep ilmu atropologi, biasanya seseorang bisa menjadi lebih
memahami, saling tolong-menolong serta menghargai.

Sikap-sikap tersebut tentunya sangat penting untuk memupuk kekeluarga, sekaligus


membentuk kemajuan bangsa dan negara. Selain itu, sikap toleransi juga berguna
untuk melestarikan budaya. Sebab dengan saling mengerti maka kita bisa
menghormati budaya etnis lain tanpa harus menjatuhkan.

7. Pembangunan Bangsa dan Negara


Pembanguan bangsa dan negara tidak hanya dipengaruhi oleh aparat petingginya saja.
Tapi masyarakat pun juga mengambil peranan penting. Khususnya para pemuda-
pemudi. Mereka hendaknya tidak hanya terpaku dalam kehidupan bercinta, namun
memahami ilmu-ilmu yang berkaitan dengan perkembangan bangsa.

Salah satunya ilmu antropologi. Ilmu yang membahas tingkah laku manusia secara
keseluruhan ini, mulai dari sosial, alam, bahasa dan budaya dapat membantu
mempererat hubungan individu di suatu negara. Selain itu meningkatkan wawasan,
sehingga komunikasi antar bangsa juga bisa lebih baik.

8. Memahami Konsep Kemanusia Secara Keseluruhan


Untuk memahami konsep kemanusiaan tentunya tidak bisa jika digali secara
individual saja. Karena manusia itu bersifat sebagai makhluk sosial.

Tidak bisa hidup sendiri dan pastinya selalu menjalin hubungan dengan lainnya. Hal-
hal yang berkaitan dengan manusia, misalnya kejiwaan ini dipelajari mulai dari
kondisi kesehatannya, penerapannya dalam kehidupan nyata dan di sebuah
masyarakat.

9. Meningkatkan Taraf Hidup


Ketika seseorang dapat memahami ilmu antropologi secara baik, maka secara tak
langsung ia bisa meningkatkan taraf hidupnya. Mengapa demikian? Sebab ia mampu
menjadi seseorang yang lebih peka, mengerti kejiwaan dan perilaku orang lain.

Dengan demikian ia pun mudah diterima di lingkungan. Di samping itu, pembelajaran


ilmu ini yang juga mencakup bahasa, budaya, sosial dan sejarah juga dapat menambah
wawasan. Yang mana akan membantu interaksi yang lebih baik antar daerah, etnis,
bangsa ataupun negara.

10. Membangun Adaptasi yang Lebih Baik


Ketika kita dapat mempelajari keterkaitan tingkah laku dan aspek kejiwaan seseorang
maka itu bisa menjadi jalan untuk mempermudah beradaptasi dalam masyarakat.
Adaptasi yang baik adalah yang dilakukan lewat pemahaman masing-masing karakter,
saling mengenal dan menghargai. Dengan demikian terbentuklah dinamika kelompok
yang harmonis.
https://ipsterpadu.com/contoh-antropologi/

Sejarah Perkembangan Psikologi Paling Lengkap


Psikologi bermula dari konsep sederhana yang kemudian terus dikembangkan dengan
pemikiran kritis oleh para ahli psikolog, hingga dikenal sampai sekarang ini. Psikologi
kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejiwaan
dan respon tingkah laku manusia dengan lingkungannya. Berbagai macam pendapat
ahli bermunculan di jamannya, sebagai suatu proses penyempurnaan konsep psikologi
itu sendiri, hingga disepakati dan memiliki makna yang relevan. Sejarah
perkembangan psikologi dibagi menjadi beberapa periode jaman dari mulai pra
berdirinnya psikologi hingga psikologi seperti yang dikenal saat ini. Berikut ini adalah
ulasan sejarah perkembangan psikologi.

1. Periode Pra berdirinya Psikologi

Psikologi berasal dari bahasa Yunani kuno yang memiliku arti jiwa dan kata sehingga
diartikan keilmuan yang mempelajari tentang jiwa atau mental. Psikologi bersifat
abstrak. Akan tetapi, sifat ini memiliki batasan pada manifestasi dan ekspresi dari
jiwa. Sifat itu berupa tingkah laku atau proses melakukan suatu kegiatan. Sehingga
psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku
dan proses kejiwaan manusia.
Psikologi memiliki kisah perjalanan yang panjang, bahkan sebelum Wundt
mendeklarasikan tentang laboratoriumnya pada tahun 1879 yang dipandang sebagai
kelahiran psikologi sebagai ilmu. Psikologi dapat dikatakan sejalan dengan
perkembangan intelektual di Eropa. Berdasarkan pandangan tersebut, sejarah
psikologi dibagi menjadi beberapa periode dengan para tokoh ahli didalamnya.

Pra psikologi juga merupakan periode dimana psikologi belum dijadikan sebagai
keilmuan, atau juga masih menjadi dasar pemikirann- pemikiran yang menjadi dasar
terbentuknya psikologi. Hasil pemikiran- pemikiran kritis terhadap hubungan manusia
dengan lingkungannya yang memunculkan suatu pola tingkah laku khusus inilah yang
menjadi daya tarik Wundt untuk mendalami lebih lanjut hubungan ketiganya sehingga
muncul istilah psikologi. Psikologi sendiri merupakan ilmu yan gmempelajari tentang
kejiwaan manusia dan tingkah lakunya sebagai respon kaitan dengan lingkungan
tempat tinggalnya.
2. Psikologi sebagai Ilmu yang otonom

Pada akhir abad ke 19, merupakan babak baru dalam sejarah psikologi. Tahun 1879
Wilhem Wundt mendirikan sebuah laboratorium psikologi pertama sebagai titik awal
perkembangan sejarah psikologi. Laboratorium Wundt didirikan di Leipzig. Wundt
juga memperkenalkan metode instropeksi yang digunakan dalam penelitian-
penelitiannya. Dia juga dikenal sebagai tokoh penganut strukturalisme karena
mengungkapkan teori yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa
jiwa terbentuk dari elemen- elemen. Kemudian, memiliki mekanisme penting yang
menghubungkan antar elemen kejiwaan sehingga membentuk struktur jiwa yang utuh
dan disebut asosiasi. Oleh karena itu Wundt juga disebut sebagai tokoh asosianisme.
Kemudian, Edward bradford Titchener mencoba menyebarluaskan ajaran dari Wundt
ke Amerika. Namun orang Amerika kurang menyukai teori Wundt dan
menganggapnya terlalu abstrak dan sulit diterapkan secara langsung. Mereka akhirnya
membentuk aliran sendiri yang disebut fungsionalisme dengan tokoh tokoh seperti
William james, dan James Mc Keen Cattel. Aliran ini lebih berfokus pada fungsi jiwa
dari pada strukturnya. Cattel menemukan teknik evaluasi psikologi berupa psikotest
yang merupakan bukti bahwa orang Amerika cukup pragmatis. Meskipun sudah
pragmatis, namun aliran fungsionalisme masih dianggap terlalu abstrak. Sarjana
Amerika mengehendaki agar psikologi mempelajari hal hal yang objektif dan dapat
dilihat. John Broades Watson merupakan pelopor dalam hal ini yang kemudian
dikembangkan oleh Edward Chase Tolman dan B.F Skinner.

Selain di Amerika, di Jerman sendiri Wundt mulai mendapatkan kritikan dan koreksi.
Oswald Kulpe merupakan salah satu murid Wundt yang kurang puas terhadap
ajarannya dan kemudian menciptakan aliran sendiri. Dia menolak anggapan Wundt
bahwa berpikir itu selalu dalam piikiran atau bayangan. Kulpe berpendapat bahwa bila
tingkat berfikir yang semakin tinggi, tidak akan menyerupai bayangan, melainkan
pemikiran yang tidak terbayangkan.
Di Eropa muncul aliran gestalt. Aliran Gestalt menolak ajaran Wundt yang berfokus
pada elemen elemen dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan perlu dilihat sebagai
suatu hal yang bersifat keseluruhan dan tidak dapat dipecah- pecah menjadi bagian.
Krueger pada tahun 1924 mengenalkan istilah Ganzheit yang disebut hampir sama
dengan aliran gestalt, meskipun Krueger menyebutkan bahwa Ganzheit merupakan
bentuk pengembangan dari Gestalt. Krueger berpendapat bahwa teori Gestalt terlalu
berfokus pada persepsi objek. Hal ini menjadi keraguan karena penghayatan yang
menyeluruh adalah hal utama terhadap ruang dan waktu. Sehingga tidak dilihat
berdasarkan persepsi saja.
Perkembangan teori psikologi menurut Gestalt berkembang dari field teori atau teori
lapangan oleh Kurt lewin. Mulanya Lewin tertarik dengan faham yang dianut oleh
gestalt, namun kemudian dia memberikan kritik karena dianggap tidak adekuat. Lewin
kemudian mengembangkan psikologi kognitif di Amerika Serikat sebagai langkah
lanjutan. Psikologi kognitif merupakan gabungan dari aliran behaviorisme dan aliran
Gestalt yang dibawa pada tahun 1940- an. Aliran psikologi kognitif berfokus pada
proses- proses pusatseperti sikap, harapan, dan ide dalam membentuk tingkah laku.

Kognitif diartikan sebagai sesuatu yang terjadi di alam sadar/ kognisi. Salah satu
tokoh psikologi kognitif antara lain adalah L. Fertinger. Psikoanalisa kemudian lahir
membawa pengaruh yang besar dalam perkembangan psikologi hingga saat ini.
Psikoanalisa menjelaskan hal hal yang juga tidak tampak dari luar dan secara khusus
berusaha menjelaskan apa yang ada di dalam kesadaran

3. Perkembangan Psikologi Modern

Sejarah perkembangan psikologi berisi mengenai pendapat- pendapat para tokoh-


tokoh sejarah ilmu jiwa yang menjelaskan mengenai kejiwaan. Terbentuknya
psikologi modern tidak terlepas dari pengaruh para tokoh- tokoh psikologi di masa
lalu. Aliran modern yang muncul pada perkembangan psikologi adalah strukturalisme.

Strukturalisme ini adalah awal munculnya pernyataan psikologi sebagai disiplin ilmu
yang bersifat otonom dan dibangun menggunakan laboratorium penelitian. Namun
karena banyaknya pendapat dan pertentangan maka munculnya banyak aliran- aliran
psikologi lainnya, yaitu: fungsionalisme, behaviorisme, gestalt psychology,
psikoanalisis, humanistic psychology.
Berikut ini diuraikan lebih jelas lagi mengenai aliran- aliran tersebut:

 Strukturalisme
Psikologi pertama kali dikembangkan di laboratorium Wundt sebagai bapak
pendirinya. Dengan meneliti mulai dari filosofi- filosofi yang terkait dengan kejiwaan
dan mencapai tujuan untuk memajukan ilmu pengetahuan. Metode instropeksi
digunakan secara eksperimental untuk melakukan penelitian secara analisa. Tujuannya
untuk menentukan pengalaman kesadaran dengan mengobservasi dan menganalisa
unsur- unsur tertentu. Strukturalisme ini mempelajari psikologi dari unsur- unsur yang
sudah disusun.

 Fungsionalisme
Pelopor aliran Fungsionalisme adalah William James. James beranggapan bahwa
pendapat Wundt keliru apabila percobaannya lebih berpusat pada penemuan struktur
dan bukan kesadaran atau respon manusianya. c. Aliran ini beranggapan bahwa
kelangsungan hidup seseorang merupakan jiwa hubungannya dengan lingkungan.
Secara dinamis, aliran ini juga merupakan proses mental terjadinya aktivitas psikologi
tujuan dan fungsi.

 Behaviorisme
Behaviorisme masuk sebagai gerakan atau aliran psikologi yang kuat dan cukup
berpengaruh. Pendiri aliran behaviorisme ini adalah John B. Waston. Aliran ini fokus
pada gejala- gejala kesadaran atau dibawah alam sadar. Akan tetapi, masih sesuai
dengan tugas psikologi yang berusaha mengamati bentuk tingkah laku dan bagaimana
tingkah laku seseorang dikendalikan. B. F. Skinner menyatakan bahwa lingkungan
merupakan kunci pennyebab terbentuknya suatu tingkah laku atau respon manusia.
Untuk dapat lebih dalam memahami manusia, maka kita perlu melihat lingkungan
tempat manusia itu hidup.

 Gestalt Psychology
Aliran ini merupakan suatu bentuk pandangan yang terstruktur atau strukturalisme.
Pemikiran Gestalt membentuk suatu pola, atau dasar sebagai unit kesatuan sedangkan
alat yang mendasarinya adalah persepsi dari hasil pengamatan.

 Psikoanalisa
Aliran ini muncul pada tahun 1900- an. Psikologi dikembangkan awalnya dari dasar-
dasar tinjauan klinis- psikiatris dari aliran psikoanalisa. Psikoanalisa diawali oleh
Sigmund Freud seorang psikiater dari Australia. Pengobatan dilakukan untuk pasien
dengan gangguan kejiwaan dan teori kepribadian itu muncul sebagai pendekatan
psikoterapi dari berbagai pasien dengan gangguan mental yang berbeda.
 Humanistic Psychology
Aliran humanistik merupakan bantahan dari kekurangan kekurangan yang ada di
aliran behaviorisme dan psikoanalisa. Aliran humanistik ini didasarkan pada
pengalaman masa lalu yang memiliki pengaruh pada pembentukan kepribadian
manusia yang berbeda- beda.

Namun tetap perlu diakui bahwa keinginan manusia untuk bebas dalam membuat
keputusan bagi dirinya juga merupakan penentu pembentukan kepribadian dirinya
sendiri. Humanisme lebih menitikberatkan pada perkembangan manusia dengan faktor
subjektif seperti gambaran diri seseorang, penilaian akan tingkah laku, pengamatan
terhadap respon, cita- cita ideal, dan lainnya.

Keenam aliran besar ini diuraikan menjadi konsep keilmuan psikologi yang
menunjukkan perkembangan dalam mempelajari kejiwaan manusia. Para psikolog
yang tidak menganut aliran ini akan mengembangkan atau  menggunakan teori
psikologi lainnya. Teori psikologi terpilih memilika sifat yang lebih objektif guna
melengkapi dan menyempurnakan pemahaman dari masing- masing teori psikologi.

Tahapan perkembangan sejarah psikologi dimulai dari pra psikologi, psikologi sebagai
ilmu ototnom, sampai pada psikologi modern yang sudah dikenal dan digunakan
dalam berbagai keilmuan saat ini, semua itu tidak terlepas dari peran para tokoh-
tokoh terdahulu. Keilmuan psikologi yang mempelajari fokus tentang kejiwaan
manusia ini pun mendapat kritik kritik dan perbaikan perbaikan sehingga mencapai
apda keyakinan keilmuan yang dipercayai secara luas atau lebih global. Berbagai
pertentangan muncul pada zamannya sebagai bentuk pengembangan dari berfikir
kritis dalam menilai suatu teori baru untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Maka begitu berartinya keilmuan psikologi modern yang digunakan saat ini dalam
penerapannya berkaitan dengan mempelajari kejiwaan manusia dan respon lingkungan
serta tingkah laku sebagai efek dari kejiwaan tersebut.

https://dosenpsikologi.com/sejarah-perkembangan-psikologi
Sejarah Psikologi Indonesia
Dalam pengenalan terhadap psikologi, sangat banyak porsi kita diperkenalkan
mengenai sejarah psikologi di dunia. Mulai dari pada jaman yunani kuno, pemikiran
filsuf Aristoteles yang mengembangkan filsafat mengenai ilmu jiwa yaitu ilmu yang
mempelajari segala hal mengenai gejala kehidupan. Kemudian ilmu jiwa ini menjadi
ilmu yang otonom, terlepas dari ilmu filsafat, yang ditandai oleh berdirinya
laboratorium psikologi pertama pada tahun 1879 di University of Leipzig, Jerman.
Laboratorium ini didirikan oleh Wilhem Wundt (1832-1920), seorang Dokter dari
Jerman yang memiliki ketertarikan terhadap riset psikofisik mengenai proses sensori
dan atensi. Dengan berdirinya laboratorium ini, merupakan tonggak diakuinya
psikologi sebagai salah satu ilmu pengetahuan, sekaligus juga menjadikannya sebagai
“Bapak Psikologi” .

Dalam psikologi berkembanglah berbagai aliran dalam psikologi seperti psikoanalisa,


behaviorisme, humanistic, gestalt, social learning, dan lainnya. Yang hingga saat ini
semakin berkembang dengan psikologi positif, psikologi indegeneous, dan lainnya.

Di Indonesia sendiri, Psikologi mulai berkembang pada tahun 1952. Psikologi di


Indonesia diperkenalkan oleh seorang professor psikiater dari Universitas Indonesia
yang bernama Slamet Imam Santoso. Di tahun tersebut, Slamet Imam Santoso
ditunjuk sebagai ketua Jurusan Psikologi di Universitas Indonesia, sebagai Jurusan
Psikologi pertama di Indonesia. Lulusan pertama dari Jurusan Psikologi adalah Bapak
Fuad Hassan pada tahun 1958. Pada tahun 1960, Jurusan PSikologi berdiri sendiri
sebagai sebuah fakultas dengan Slamet Imam Santoso sebagai dekan pertama, yang
kemudian digantikan oleh Bapak Fuad Hassan (Psikologikucom, 2015).

Pada tahun 1961 berdiri Fakultas Psikologi di Universitas Padjajaran, Bandung yang
diprakarsai oleh anggota TNI yang juga dikirim ke Belanda dan Jerman untuk
mempelajari Psikologi dan kemudian ditempatkan di Angkatan Darat dan Angkatan
Udara Bandung. Universitas ketiga yang memiliki jurusan psikologi adalah
Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. Pada awalnya jurusan psikologi terdapat di dalam
Fakultas Pendidikan. Pada tahun 1964, Fakultas pendidikan berdiri sendiri sebagai
sebuah institute, namun Jurusan psikologi tetap berada di bawah naungan Universitas
Gajah Mada dan kemudian berdiri sebagai Fakultas. Universitas keempat adalah
Universitas Airlangga, Surabaya. Di Universitas ini pada awalnya psikologi tergabung
dalam Fakultas Ilmu Sosial. Namun pada tahun 1992, menjadi Fakultas Psikologi
dengan para staf nya sebagian besar adalah alumni fakultas psikologi Universitas
Gajah Mada (Psikologikucom, 2015). Setelah itu, Jurusan dan Fakultas Psikologi
semakin banyak bermunculan hingga saat ini.

Pendidikan Psikologi di Indonesia


Pada tingkat strata 1, minimal seorang sarjana harus telah lulus 140 SKS. Selama
menjalani perkuliahan, mahasiswa memiliki kebebasan untuk memilih mata kuliah
peminatan, antara lain: klinis, pendidikan, industri & organisasi, dan social &
komunitas. Sebelumnya, dikenal psikologi perkembangan dan eksperimen. Namun
sekarang ini, kedua area tersebut sudah dianggap sebagai salah satu pengetahuan dasar
yang harus dimiliki oleh semua lulusan sarjana psikologi.
Pada pendidikan magister profesi, lulusannya telah diakui untuk menyandang gelar
strata magister dan sekaligus menyandang gelar profesi psikolog. Dalam masa
pendidikannya, para lulusan ini hanya boleh Memilih 1 peminatan saja, antara lain:
klinis anak, klinis dewasa, industri & organisasi, pendidikan, dan sosial. Setiap
universitas memiliki kebebasan untuk memilih mana peminatan yang hendak dibuka,
sesuai dengan visi dan misi dari Fakultas Psikologi dari universitas tersebut.

Organisasi Psikologi di Indonesia


Pendidikan psikologi di Indonesia diatur dan dikontrol oleh departemen pendidikan
nasional, sedangkan ijin praktek psikolog diatur dan dikontrol oleh Himpunan
Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan departemen tenaga kerja. Di Indonesia terdapat
Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia (AP2TPI) yang
merupakan wadah bagi seluruh universitas yang menyelenggarakan pendidikan
psikologi di Indonesia untuk dapat merumuskan segala hal yang terkait dengan
pendidikan psikologi di Indonesia. Saat ini teradapat 142 Universitas dan Sekolah
Tinggi di Indonesia yang tergabung dalam AP2TPI ini (Administrator). AP2TPI
menyelenggarakan kolokium psikologi Indonesia secara berkala. Saat ini, untuk
akreditasi program studi psikologi mengacu pada Indonesian Qualification Framework
(IQF) atau dikenal juga dengan nama Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI) yang dirumuskan dalam Forum kolokium psikologi Indonesia
(Administrator).
HIMPSI sebagai wadah perhimpunan profesi psikologi di Indonesia, memiliki misi
mengembangkan keilmuan dan profesi psikologi di Indonesia. HIMPSI didirikan pada
11 Juli 1159 dengan nama Ikatan Sarjana Psikologi (ISPsi) (HIMPSI, 2013). Pada
tahun 1998, berlangsung Kongres Luar Biasa di Jakarta, ISPsi mengubah namanya
menjadi Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI). Hingga tahun 2013, terdapat
berbagai organisasi minat/ asosiasi dalam HIMPSI. Organisasi minat/ asosiasi tersebut
antara lain (HIMPSI, 2013):
1. Ikatan Psikologi Klini (IPK)
2. Ikatan Psikologi Sosial (IPS)
3. Ikatan Psikologi Olahraga (IPO)
4. Asosiasi Psikologi Indistri & Organisasi (APIO)
5. Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia (APPI)
6. Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia (APSI)
7. Asosiasi Psikologi Islami (API)
8. Asosiasi Psikologi Kristiani (APK)
9. Asosiasi Psikologi Kesehatan Indonesia (APKI)
10. Asosiasi Psikologi Penerbangan Indonesia
11. Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (APSIFOR)
12. Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI)
Setiap lulusan Fakultas Psikologi baik S1 maupun magister profesi sangat diharapkan
untuk dapat bergabung dalam HIMPSI dan asosiasi/ ikatan didalamnya. Keuntungan
dari bergabung dalam organisasi ini akan didapatkan baik oleh organisasi maupun
anggotanya. Untuk organisasi, semakin memahami kondisi di lapangan dan memiliki
akses yang luas untuk dapat menyebarkan informasi kepada semua praktisi sehingga
kontrol dan penyebaran informasi dapat dilakukan secara merata. Bagi anggota, akan
sangat berguna sebagai jaringan professional yang menunjang profesi dan juga
mendapatkan informasi yang selalu up to date.

https://psychology.binus.ac.id/2015/04/29/sejarah-psikologi-indonesia/
Sejarah psikologi di Indonesia
Keberadaan psikologi di Indonesia dimulai pada tahun 1952. Walaupun memiliki
sejarah yang jauh lebih pendek daripada keberadaan psikologi di Negara-negara Barat,
namun kebutuhan akan adanya psikologi di Indonesia sama besar dengan di Negara-
negara barat. Sebagai Negara berkembang, psikologi di Indonesia dibutuhkan dalam
bidan kesehatan, bisnis, pendidikan, politik, permasalahan sosial, dan lain-lain.

Seperti psikologi di Barat yang memiliki sejarah yang rumit, begitu pula psikologi di
Indonesia. Tetapi psikologi Barat tidak elalu dapat diterapkan di Indonesia. Bahkan
psikologi yang dapat diterapkan di Indonesia. Bahkan psikologi yang dapat diterapkan
di Indonesia. Bahkan psikologi yang dapat diterapkan pada etnik tertentu di Indoneisa
belum tentu berlaku pada etnik lainnya. Misalnya standard IQ dari Wechsler-Bellevue
yang berlaku di Negara-negara Barat tidak berlaku di Indonesia. Lebih lanjut lagi,
standar yang berlaku bagi golongan etnik atau kelas sosial tertentu di Indonesia belum
tentu berlaku bagi golongan etnik atau kelas sosial lainnya. Dengan demikian,
dieprlukan penelitian psikologi mengenai basic nature di Indonesia. DI sisi lain,
terdapat berbagai kendala seperti dana dan sumber daya manusia yang sangat terbatas.
Komunitas sosial berbagai institusi dan pemerintah sendiri yang semakin
membutuhkan psikologi sebagai ilmu terapan juga tidak mampu menyediakan dana
dan sarana yang memadai untuk penelitian.

Setelah pidato tersebut, diselenggarakan kursus pelatihan di Universitas Indonesia


terhadap para asisten psikolog, dan beberapa tahun kemudian kursus pelatihan
tersebut menjadi Jurusan Psikologi di Fakultas Kedokteran, Universitas Indoensia.
Slamet ditunjuk sebagai ketua jurusan tersebut. Psikolog pertama yang lulus adalah
FUad Hassan pada tahun 1958.Pada tahun 1960, Departemen Psikologi tersebut
berdiri sendiri menjadi Fakultas Psikologi dengan Slamet sebagai dekan pertama
sebelum digantikan oleh Fuad Hassan pada tahun tujuh-puluhan (selain menjadi guru
besar dan ekan fakultas Psikologi Universitsa Indonesia, Fuad Hassan kemudan
menjadi Duta Besar dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan).

Sementara itu, di tahun 1950-an terdapat juga beberapa psikolog yang dikirim oleh
TNI dan pemerintah untuk menjalani pendidikan psikologi di Belanda dan Jerman.
Sekembalinya di Indonesia mereka yang dikirm oleh TNI kmudian ditempatkan di
pusat Psikologi untuk ANgkatan Darat dan Angkatan Udara di Bandung, sedangkan
yang lainnya ditempatkan di Jakarta dan menjadi staf di Fakultas Psikologi,
Universitas Indonesia.

Para psikolog yang ditempatkan di Bandung kemudian mendirikan Fakultas Psikologi


di Univesitas Padjajaran pada tahun 1961. Pada tahun 1964, Fakultas Pendidikan di
Universitas Gajah Mada berdiri sendiri menjadi Institut Pengajaran dan Pendidikan
Yogyakarta. Namun jurusan Psikologi yang terdapat di dalam Fakultas Pendidikan
tersebut memilih untuk tetap di Universitas Gajah Mada dan kemudian menjadi
Fakultas Psikologi di universitas tersebut.

Universitas negeri keempat yang memiliki program pendidikan psikologi adalah


Universitas Airlangga di Surabaya. Pada awalnya, psikologi merupakan bagian dair
Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial hingga pada tahun 1992 berkembang menjadi Fakultas
Psikologi. Para stafnya pada awalnya sebagian besar adalah alumni Fakultas
Psikologi, Universitas Gajah Mada.

© Sejarah dan Perkembangan Psikologi di Indonesia Menurut Para Ahli - Psikologi


Multitalent - Website Psikologi Gratis Terbaik
Source: https://www.psikologimultitalent.com/2015/09/sejarah-dan-perkembangan-
psikologi-di.html

Anda mungkin juga menyukai