Anda di halaman 1dari 1

Metamorfosa

Bayi Perempuan lahir ke dunia dan ia diberi nama Nathasya Sekar Ayu Silalahi (NIM
15000123130186). Sejak bayi, ia jarang sekali menangis, bahkan tetangga tidak tahu bahwa ada bayi
di sebelah rumahnya karena bayi itu jarang sekali menangis atau tangisannya tidak kencang. Karena
ayah dan ibunya bekerja dan pulang malam, ia diasuh oleh kakak asuh dan neneknya yang selalu
bersamanya. Ia tumbuh bersama neneknya walau tetap bertemu dan bermain bersama orantuanya
setiap minggu. Saat pertama kali ia sekolah berumur 3 tahun, ia kebingungan melihat teman-temannya
menangis ditinggal orangtuanya, sedangkan ia biasa saja ibunya meninggalkannya karena ia sudah
terbiasa. Ia terbiasa dengan kesendirian terlebih ia anak tunggal, namun ia tetap suka berinteraksi
dengan teman-teman. Akan tetapi, terdapat beberapa temannya yang merundunginya bahkan sampai
mendorongnya jatuh saat ia berusia 5 tahun.

Memasuki sekolah dasar, ia mendapatkan perlakuan sangat disiplin dari guru-gurunya,


termasuk pemukulan dan cacian, beberapa temannya mengadu pada orangtua dan pindah sekolah,
tetapi ia tidak cerita pada orangtuanya, sejak itu ia menjadi pribadi yang bahkan lebih kuat dari
sebelumnya. Menginjak kelas 4, ia mulai mencoba berbagai hal yang menarik minatnya, terutama
bernyanyi, ia berhasil lolos seleksi paduan suara baik di sekolah maupun di gerejanya. Ia juga
mengikuti empat jenis les sekaligus untuk meningkatkan akademik nya karena disitulah
kelemahannya sejak dahulu. Waktu berlalu saat ia mulai menyukai membaca buku novel pada kelas 5,
ia menjadi suka membaca, prestasinya meningkat.

Hidupnya berlanjut ketika ia memasuki sekolah menengah pertama yang cukup bergengsi di
kutanya, ia tidak memiliki teman awalnya, namun akhirnya ia berhasil menemukan sahabat yang
bahkan bertahan sampai beberapa tahun ke depan. Pada saat ini, ia justru mengukir prestasi yang
skalanya lebih tinggi, tidak hanya di sekolah, tetapi juga kota bahkan provinsi. Namun, terdapat
berbagai konflik terjadi dalam hidupnya dalam waktu yang bersamaan, sekolah dan keluarga
semuanya bermasalah. Ia sampai berpikir bahwa tidak ada harapan lagi dan hampir kehilangan arah,
tetapi ia menolak itu dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, ia belajar lebih dekat dengan Tuhan
dan menjadi pribadi dengan emosi yang bahkan lebih stabil daripada sebelumnya. Ia merasakan
bahwa ia mengalami perubahan yang signifikan dalam masa ini.

Sekolah menengah atas yang ia jalani secara tak langsung atau daring karena pandemi terjadi.
Ia dapat mengeksplor kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya dan memenangkan beberapa kompetisi. Ia
bahkan mengikuti magang, sukarelawan, bahkan pertukaran pelajar. Pada fase ini, ia belajar untuk
lebih berani keluar dari zona nyaman dan ia membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia bisa dan
lebih dari yang ia pikirkan. Sampai ia jatuh sakit dan terus gagal. Akhirnya ia diterima di jurusan
psikologi yang selalu ia inginkan. Pelajaran ini membuatnya bangkit dari kejatuhan dan
bermetamorfosa menjadi lebih baik, namun belumlah akhir karena perjalanan masih panjang.

Anda mungkin juga menyukai