Anda di halaman 1dari 4

RESUME BUKU "JANGAN MENYERAH!

KISAH INSPIRATIF YATIM MENGGAPAI IMPIAN

ARIP BUDIMAN

Judul Buku   : Jangan Menyerah! Kisah Inspiratif Yatim Menggapai Impian


Penerbit        : Yatim Mandiri
Tahun Terbit : 2013
Penulis          : Sofie Beatrix
Tebal Buku   : 240 halaman
Jenis Buku    : Fiksi

Pelukan dan kasih sayang itu sangat penting bagi proses pendidikan seorang anak. Banyak ahli
pendidikan modern tidak menyarankan seorang anak yang belum akil balig dipisahkan dari orang tuanya. Maka
dari itu pada zaman dahulu ulama-ulama tak ada yang mendirikan boarding school atau pesantren untuk anak-
anak yang berusia sekolah dasar
Banyak orang yang keberatan dengan pendapat di atas. Bahkan ada yang mengatakan nabi Muhammad
pun sejak kecil sudah terpisah dengan orang tuanya. Namun faktanya, sang nabi menjadi panutan dan kekasih
Allah SWT. Ada juga yang berpendapat kepada saya, “pak anak saya sejak SD sudah sekolah di jawa, saya dan
istri tetap di Kalimantan. Tapi anak saya baik-baik saja dan selalu ranking pertama.”
Anda termasuk kelompok yang mana? Saya termasuk kelompok yang pertama. Lantas, bagaimana anak
yatim-piatu, dari mana kasih sayang bisa mereka dapatkan? Bagaimana agar ia bisa menjadi pemimpin di masa
yang akan datang? Anak yatim piatu akan menjadi orang-orang yang hebat bahkan pemimpin umat bila ia
dididik dan dibesarkan seperti Rasulullah. Bagaimana caranya?
          Anak-anak yatim piatu yang berkisah dalam buku ini adalah bukti bahwa mereka bisa berprestasi,
bersaing dan siap menjadi seorang pemimpin umat dimasa yang akan datang.
1 Mei 1993, seorang anak gadis terlahir dengan cinta dan keyakinan orang tuanya, itu semua membuat gadis ini
tumbuh menjadi gadis yang usil, banyak tanya dan ambisius. Dia diberi nama oleh kedua orang tuanya yaitu Lia
Dewi Anggraeni. Gadis ini tinggal bersama ayah, ibu dan nenek buyutnya. Sesuai teori Sigmund freud pakar
psikologi pun meyakini hal yang sama. Dimana seorang anak akan memilih dekat dengan orang tua yang
berlawanan jenis dengannya. Begitupun dengan gadis ini. Dia sangat dekat dengan ayahnya. Walaupun tidak
menutup kemungkinan dia juga dekat dengan ibunya. Tetapi seluruh hari gadis ini lebih banyak dihabiskan
dengan ayahnya.
Mulai dari terbit matahari hingga terbenam matahari. Bahkan tidak ada hari yang ia lewatkan tanpa ayah
disampingnya. Waktu terus berjalan hingga usia Lia menginjak angka 3 tahun. Keinginannya untuk bersekolah
sangat besar. Hingga suatu hari dia merengek untuk meminta sekolah kepada ayahanya. Esok harinya ayahnya
membelikan seragam, tas baru, dan mengantarkannya ke sekolah.
          Seiring berjalannya waktu Lia menginjak usia 5 tahun dan bertepatan juga dengan usia kandungan ibunya
yang menginjak masa 5 bulan. Kehamilan ibunya juga termasuk awal perubahan yang sangat besar dalam hidup
Lia.
Akalnya sebagai anak usia 5 tahun belum mengerti apa arti sebuah kematian, dia ditinggalkan oleh
ayahnya tanpa mengerti apa yang terjadi kepada ayahnya. Yang ia bisa lakukan hanya diam memendam rasa itu
tanpa bisa berbuat apapun. Bahkan saat ayahnya dibawa pergi yang ia fikirkan adalah berbagai pertanyaan
mengapa ayah pergi dan dimasukkan ke dalam tanah. Siapa yang akan mengantar aku ke sekolah? Siapa yang
akan mengajak aku jalan-jalan? Pertanyaan itu terus berputar dalam kepalanya tanpa ada yang bisa menjawab
pertanyaannya. Dia berfikir harinya gelap, masa depannya penuh tanda tanya tanpa kehadiran seorang ayah lagi
disisinya. Sepeninggal ayahnya ibu Lia menjadi tulang punggung keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Lia yang sudah merasa bosan duduk di bangku TK ingin cepat-cepat masuk ke Sekolah Dasar. Akhirnya berkat
ibu dan saudaranya Lia berhasil masuk SD dengan usia 5 tahun. Bertepatan dengan kelahiran adiknya.
          Setelah ayah pergi, hidup ibu Lia dan keluarganya kurang baik. Hingga kadang terjadi pertengkaran yang
membuat Lia tidak suka melihatnya. Ini semua yang akhirnya membuat sifat lia berubah. Lia ahirnya tumbuh
menjadi seorang anak yang tomboy dengan berbagai kelakuan yang akan melukai dirinya. Hingga tak terhitung
sudah berapa bekas luka yang ada di tubuhnya.
          Saat Lia duduk di bangku kelas 6 SD. Ibunya menikah lagi dengan seorang lelaki hingga dikarunia
seorang anak dari laki-laki itu. Ayah tirinya mempunyai hobi mabuk-mabukkan yang tidak disukai lia. Hingga
esok menjelang. Ibu Lia harus masuk puskesmas dan menjalankan operasi yang diseabkan sebuah kecelakaan.
Tanpa hadirnya ayah tirinya membuat Lia semakin membenci sosok ayah tirinya. Karena ketiadaan biaya.
Akhirnya Lia dan keluarganya memutuskan untuk menjual rumahnya. Sebagian untuk operasi ibunya, sebagian
lagi untuk membeli rumah baru.
          Cobaan yang tuhan berikan kepada keluarga Lia tidak hanya satu melainkan bertubi tubi. Mulai dari
meninggalnya ayah tiriya, ibunya yang lumpuh sebagian, hingga uang yang sebagian tadi utuk membeli rumah
dibawa kabur saudaranya yang hilang entah kemana. Tapi Lia yakin akan selalu ada pertolongan diluar
dugaannya. Atas izin tetngganya Lia dan nenek buyutnya membuat sebuah rumah yang ditempelkean ke
belakang rumah tetangganya. Bahkan lebih cocok disebut gubuk. Hanya beralaskan tanah dan atap yang terasa
sangat panas jika musim kemarau tiba. Untuk membiayai kuliah dan uang saku, Lia dan nenek buyutnya
berjualan sembako atau peyek. Tidak hanya itu, Lia mengerjakan pekerjaan sampingan seperti membersihkan
rumh tetangga yang nantinya uang hasil pekerjaannya itu untuk ongkos transportasi ke sekolahnya.
          Satu tahun ibu Lia dirawat di rumah sakit tidak menunjukan tanda-tanda bahwa ibunya akan sembuh.
Bahkan lebih parah dari sebelumnya. Hingga suatu hari bertepatan dengan ulang tahun ibunya.yang sebenarnya
Lia sudah mempersiapkan kata terindah untuk ibunya harus tertelan pahit tanpa sempat terdengan oleh ibunya
Lia harus merelakan ibunya pergi untuk selamnya dari kehidupannya.
          Sejak bagian hidupnya ada yang hilang, dia merasa mimpi-mimpi yang ia bangun terlihat buram.
Gambaran masa depan yang dirangkai menjadi irama yang hilang di sebagian tangga nadanya, hingga terdengar
sumbang. Tapi Lia yakin, semua usaha yang diupayakan seorang umat tidak akan sia-sia Allah selalu membalas
tiap keringat dengan senyuman. “mintalah, maka akan AKU beri. Itu janji Allah!”
          Setiap sholat tidak putus Lia memanjatkan doa, agar diberi yang terbaik. Hingga suatu hari Lia
menghadiri rapat pengurus kelas di rumah salah satu temannya yang sangat besar. Hingga Lia bertemu dengan
ayah dari temanku yang memiliki rumah itu. Dia menawarkan untuk membiayai Lia sekolah melanjutkan ke
jenjang bangku SMA. Saat itu Lia hanya berfikir inikah jawaban atas doa-doanya selama ini. Tidak ada yang
sia-sia bila kita bersabar dan berusaha. Kini Lia hidup bahagia dengan keluarga barunya. Keluarga barunya
selalu memberi Lia support untuk rajin belajar dan beribadah.
Menginjak bangku SMA Lia mulai membenahi hidupnya. Pergaulan Lia di sekolahnya dengan teman-
temannya membuatnya yakin untuk menatap masa depannya kembali. Menjadi anggota paskibraka
membawanya menjadi ketua OSIS. Lia tumbuh menjadi pribadi yang supel dan percaya diri. Semua yang
terjadi dalam hidupnya dijadikan motivasi olehnya untuk langkah ke depan. Saat kelas 3 difokuskan Lia untuk
belajar, belajar dan belajar. Menurutnya belajar itu pohonnya pahit tetapi buahnya sangat manis. Ini dialaminya
ketika ia lulus UN. Saat wisuda ia dipercaya untuk menyampaikan pesan dan harapan kelulusan, di depan
banyak orang. Lia tidak melihat seluruh orang, yang ia lihat hanya ibu, ayahnya yang duduk di bangku paling
depan. Dan ia membisikkan di dalam hatinya, “semua perjuangan ini untuk mereka.”
Hingga lulus dari SMA Lia ingin melanjutkan kuliah di STAN. Tapi takdir berkata lain. Lia tidak lulus
tes di STAN. Dia hanya meyakini ada jalan yang lebih baik daripada dia masuk STAN. Hingga suatu hari
temannya memberi informasi tentang kursus dan asrama gratis khusus yatim di Surabaya. Bersama temannya
lia mengikuti tes MEC (Mandiri Entrepreneur Center). Dan tanpa disangka Lia lolos tes tersebut. Di MEC Lia
mengambil jurusan Akuntansi Komputer.
Disaat semua temen Lia menjalani program magang. Hanya Lia yang belum mendapatkan tempat untuk
magang. Hingga akhirnya Lia magang di Konsultan Pajak. 2 minggu magang disana, Lia mendapatkan
panggilan kerja di perusahaan internasional. Dengan pertimbangan yang matang, akhinya Lia memutuskan
untuk mengambil pekerjaan tersebut.
          Gaji pertama diterima Lia yang nominalnya diluar bayangan Lia. Hingga dia bisa memberi jajan adik-
adiknya dan memberi uang belanja kepada nenek buyutnya. Lia sangat senang hingga berkata “ayah, ibu,
tidakkah kalian melihat ini semua? Melihat anakmu mencoba berdiri di kaki sendriri? Melihat buah hatimu
mampu menaklukan dunia?”
Tibalah saat wisuda di MEC. Ada peristiwa yang sungguh-sungguh diluar bayangan Lia. Lia terpilih sebagai
mahasiswa dengan IPK tertinggi seangkatannya. Tanpa Lia sadari, mimpi yang menjadi nyata itu tertulis di
kertas harapan saat MOS.
          Itu adalah keyakinan. Meski kita tidak menggebu, tidak ambisius untuk itu, tapi keyakinan akan
mengantarkan kita pada kenyataan.
          Lia memang tidak pernah tahu rahasia masa depan. Tapi yang hingga kini ia tahu, kayakinan dilandasi
usaha, mengantar pada keberhasilan. Ini memang masih setengah perjalanannya. Tapi Lia yakin rencana-Nya
jauh lebih indah untukknya. Baginya tidak penting menjadi “apa” karena terpenting menjadi “seperti apa”.
Sukses bukan karena kita kaya, mewah, glamour dan dipuja banyak orang. Tapi sukses adalah bermanfaat untuk
orang lain dan menjadi inspirasi orang lain untuk berlomba-lomba menuju kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai