KRITIK SOSIAL DALAM SERIAL FILM ALRAWABI SCHOOL FOR GIRLS KARYA
TIMA SHOMALI DAN SHIRIN KAMAL (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)
Disusun oleh :
F031191024
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra adalah ekspresi jiwa manusia berupa perasaan, pengalaman, pemikiran, dan
semangat dalam suatu bentuk gambaran kehidupan yang disampaikan melalui tulisan dan
lisan sehingga dapat membangkitkan pesona dengan keindahan bahasa. Kemunculan sastra
disebabkan ide-ide fiktif dan realita suatu gambaran kehidupan manusia. Sastra sebagai
suatu hasil proses kreatif pengarang yang diekspresikan kepada pembaca atau pendengar
melalui media berupa bahasa yang dituangkan dalam bentuk karya sastra.
Karya sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan produktif yang diciptakan oleh
pengarang dan memiliki nilai estetis serta mencerminkan realitas sosial dalam
lingkungannya. Hakikat karya sastra adalah rekaan atau yang lebih sering disebut imajinasi.
Imajinasi dalam karya sastra berdasar pada kenyataan. Karya sastra dapat memberi
kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran kehidupan, walaupun dilukiskan
dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin
pengarang yang dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya. Pesan-pesan dalam
karya sastra disampaikan dengan cara yang jelas ataupun bersifat tersirat. Salah satu karya
sastra yang dapat digunakan dalam menyampaikan pesan kebenaran yaitu berupa film.
Film merupakan salah satu media yang populer dan banyak digemari masyarakat
sebagai hiburan. Berbagai fenomena permasalahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai
bentuk realitas sosial dapat menjadi ide cerita menarik dalam pembuatan sebuah film. Film
disajikan dengan efek suara dan alur cerita yang menarik menjadi alasan audiens tidak bosan
menonton dan tidak perlu berimajinasi seperti layaknya membaca sebuah buku. Selain
dijadikan sebagai media hiburan dan media edukasi audiens, film juga dimanfaatkan sebagai
media representasi dari permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat sosial.
Film mengandung pesan-pesan tersirat yang disampaikan oleh pembuat film yang kemudian
dikemas secara apik dan menarik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sobur (2006) bahwa
film adalah salah satu media massa yang sangat efektif digunakan dalam menyampaikan
pesan. Dalam film sutradara dapat menggambarkan adegan atau peristiwa yang mengandung
nilai-nilai kehidupan. Film merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya keatas layar.
1
Salah satu film yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah AlRawabi School for
Girls. AlRawabi School for Girls merupakan serial yang berlatar negara Yordania berbahasa
Arab yang dirilis Netflix dengan jumlah total enam episode. Film ini diproduksi di Amman
Jordan oleh Tima Shomali dan Shirin Kamal. AlRawabi School for Girls menjadi serial
remaja Timur Tengah pertama yang mengangkat isu peran perempuan. Serial ini juga berani
mengangkat topik kontroversial yang sangat jarang ditampilkan di media Arab seperti
pembullyan, pelecehan seksual, penyakit mental, serta pembunuhan demi kehormatan
keluarga. Dikutip dari Netflix, Tima Shomali selaku sutradara menggambarkan cerita dan
perjuangan perempuan remaja Arab dengan cara yang belum pernah dilihat sebelumnya di
wilayah Timur Tengah dan bahkan sering diabaikan dalam dunia hiburan Arab. Maka dari
itu, kisah ini membawa perspektif baru disana karena menampilkan keberagaman
sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Film ini tayang dalam 32 bahasa di 190 negara.
AlRawabi School for Girls adalah serial film yang menceritakan bagaimana seorang
gadis mengalami diksriminasi di sekolah putri AlRawabi yang bergengsi. Serial film ini
mengisahkah seorang gadis remaja SMA bernama Mariam yang mendapatkan pembullyan
oleh sekumpulan siswi yang dipimpin oleh Layan. Layan dan kedua temannya, Raina dan
Ruqayya adalah murid popular di sekolah. Layan merupakan putri seorang tokoh ternama di
Yordania serta menjadi donator utama di sekolah AlRawabi. Kepala sekolahnya bernama
Mrs. Faten bersikap lunak kepada Layan. Mariam adalah murid teladan. Prestasi yang
gemilang membuatnya disukai oleh banyak guru yang mana berdampak pada
kecembururuan Layan padanya.
Perselisihan Mariam dan Layan sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Mariam kerap
kali membiarkan perbuatan usil Layan beserta teman-temannya. Pembullyan yang dilakukan
Layan semakin parah sehingga Mariam melaporkan Layan ke guru karena kabur dari bus
sekolah untuk bertemu dengan pacarnya. Hal ini dibalas oleh Layan yang mempermalukan
Mariam dengan menyebarkan jurnal hariannya pada seluruh siswi di sekolah dan menuduh
Mariam melakukan pelecehan seksual kepadanya. Mariam juga kerap kali dihina oleh Layan
di depan banyak orang mengenai bentuk tubuhnya, bahkan mendapat perilaku kekerasan dari
Layan beserta kedua temannya. Rania dan Ruqayya sampai membuat Mariam babak belur
dan dilarikan ke rumah sakit. Akibat pembullyan yang dilakukan Layan dengan kedua
2
temannya, dibukalah pertemuan orang tua dan murid untuk membahas masalah ini. Layan
justru menuduh hal tersebut adalah kesalahan Mariam terlebih teman-teman lainnya
mendukunnya. Orang tua Mariam kecewa dan tidak lagi mempercayainya sampai membuat
Mariam stress dan tertekan.
Mariam beserta kedua temannya, Noaf dan Dina akhirnya bersekongkol untuk
membalas perbuatan Layan dengan cara-cara yang tidak kalah licik. Perlahan, Mariam mulai
menikmati misi balas dendamnya. Ia tidak lagi menjadi anak yang bersikap lembut dan
pemaaf. Dendamnya kepada Layan membutakan Mariam. Target pertama Mariam ialah
Ruqayya. Trio Mariam Dina dan Noaf berpura-pura menjadi sosok pria melalui akun media
sosial palsu bernama Tareq yang jatuh cinta terhadap Ruqayya lalu meminta fotonya tanpa
jilbab dan menyebarkannya di grup sekolah. Hal ini menyebabkan kemarahan dalam
keluarga Ruqayya. Ibu Ruqayya menuduh Ruqayya telah mencoreng nama baik keluarga.
Dina dan Noaf berusaha mengingatkan Mariam untuk menghentingkan perbuatannya. Tetapi
alih-alih mendengarkan nasihat kedua temannya, ia malah balik membenci Dina dan Noaf
yang dianggap termakan bujukan Layan. Tindakan ternekat Mariam adalah membocorkan
lokasi Layan saat ia bolos sekolah untuk menemui pacarnya. Akibat dari perbuatan Mariam
inilah Layan meregang nyawa karena ditembak oleh Hazem sang kakak yang merasa malu
atas perbuatan Layan yang telah mempermalukan kehormatan keluarganya. Di akhir episode
ekspresi puas Mariam tergambar jelas. Ia senang melihat Layan kalah, namun ia tidak sadar
bahwa rencana jahatnya membuat temannya tewas.
Serial film ini tidak hanya mengangkat mengenai isu pembullyan saja, terdapat isu
lain yang diulas didalamnya. Salah satunya ialah adanya diskriminasi status sosial antara
guru dan murid. Status sosial orang tua dianggap melekat pada murid, sehingga anak
seorang pejabat atau donatur di sekolah akan mendapatkan perlakuan dan perhatian lebih
dari guru atau pihak sekolah. Hal tersebut menjadi menarik sebab sosok guru yang
seharusnya memberikan pengetahuan serta kedisiplinan dan kesopanan justru pada serial
film ini guru atau sekolah melakukan diskriminasi kepada murid-muridnya yang dapat
memicu rasa sakit hati pada siswa dan menimbulkan kebencian dan ketidakpercayaan
kepada guru.
3
Persoalan diskriminasi dan pelecehan seksual kepada kaum perempuan juga
beberapa kali terlihat dalam film ini. Perempuan kerap kali berada di posisi salah ketika
terlibat dalam sebuah skandal. Seharusnya dalam sebuah skandal yang terdapat perempuan
dan laki-laki di dalamnya harus diperlakukan secara adil bukan hanya menyalahkan salah
satu pihak saja. Hal tersebut terlihat pada sosok Rania yang mendapat kekerasan dari
ayahnya karena mengetahui Rania memiliki hubungan spesial dengan laki-laki. Lain halnya
pelecehan yang dialami oleh Noaf dari pria tua asing saat ia mengikuti kegiatan studi wisata
yang dilaksanakan sekolah. Namun, guru yang bernama bu Abeer malah menyalahkan Noaf
dan membiarkan perbuatan pria asing tadi.
Lebih jauh lagi yaitu menelisik budaya Yordania. Dalam serial AlRawabi School for
Girls diperlihatkan banyak siswi yang tidak memakai jilbab, namun adegan dimana Ruqayya
ketahuan melepas jilbab pada foto yang ia kirimkan dan tersebar luas adalah sebuah aib yang
besar di sana. Kasus Ruqayya dianggap lebih hina dibandingkan menindas orang.
Penghinaan yang diterima Ruqayya sangat buruk. Ia diibaratkan sebuah gelas retak yang
sudah tidak memiliki nilai lagi dan mencemarkan nama baik keluarga karena ibu Ruqayya
sendiri juga menuduhnya telah mencoreng nama baik keluarganya.
Hal menarik lainnya dari serial ini adalah bagaimana Tima Shomali dapat
menghadirkan kritik sosial terhadap kondisi sosial masyarakat Yordania, terutama
pandangan patriarki dalam masyarakat yang terbukti dari kurangnya film-film timur tengah
yang mengangkat isu remaja perempuan. Serial ini juga mampu memicu perdebatan setelah
penayangannya karena serial ini dianggap tidak merepresentasikan budaya Yordania dengan
baik. Semantara itu, fakta yang ada hingga saat ini ialah masih begitu banyak fenomena
pembullyan di sekolah-sekolah Yordania yang meningkat setiap tahunnya. Jumlah kasus
bullying di Yordania bahkan melebihi jumlah rata-rata di negara timur tengah. Fakta lainnya
yaitu, banyaknya laporan pelecahan terhadap anak perempuan di sekolah-sekolah Yordania,
mulai dari pelecahan verbal dan seksual hingga hukuman fisik. Namun, kekerasan terhadap
anak perempuan umumnya tidak dilaporkan demi menjaga kehormatan keluarga dan
kehormatan sekolah. Akibatnya, begitu banyak anak di Yordania, terutama perempuan
berisiko tinggi untuk putus sekolah. Di Yordania, anak perempuan berisiko mengalami
kekerasan seksual dan pernikahan dini atau paksa. Selama bertahun-tahun, masyarakat
4
Yordania didasarkan pada peran gender yang masih kaku dan tradisional, terbukti dengan
banyaknya hambatan yang dihadapi perempuan disana. Hal tersebut dikarenakan kesadaran
dan pengetahuan di kalangan masyarakat Yordania tentang kekerasan seksual masih
terbatas.
Persoalan-persoalan di atas merupakan hal yang menarik untuk diteliti lebih jauh.
Berbagai peristiwa yang dialami seseorang yang seharusnya menjadi contoh malah
digambarkan melakukan hal yang tidak semestinya, serta kontroversi masyarakat terhadap
serial ini yang bertentangan dengan fakta bahwa isu yang dihadirkan dalam serial AlRawabi
School for Girls kenyataannya memang terjadi di Yordania. Oleh sebab itu, penulis tertarik
untuk menganalisis kritik sosial pada serial film AlRawabi School for Girls dengan
pendekatan sosiologi sastra yang fokus pada isi berupa fenomena sosial apa yang
diungkapkan pengarang dalam karyanya dan dikaitkan dengan fakta sosial yang ada.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat diketahui jika serial
film AlRawabi School for Girls banyak mengandung kritik sosial yang ingin disampaikan
pengarang kepada penonton. Untuk mengetahui kritik sosial yang terkandung dalam film
tersebut maka perlu dimasukkan identifikasi masalah sebagai berikut :
5
4. Menelisik lebih jauh terkait budaya Yordania yang ada pada lingkungan keluarga.
5. Kritik sosial terhadap perilaku menyimpang yang terdapat pada serial film AlRawabi
School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
6. Kondisi sosial masyarakat yang ada di Yordania terutama dalam isu pendidikan dan
kesetaraan gender.
7. Perubahan tokoh protagonis menjadi antagonis yang dialami oleh tokoh utama pada
serial film AlRawabi School for Girls.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah ditujukan untuk menghindari adanya kekaburan masalah dan agar
tercapainya penelitian yang efektif. Maka dari itu, penulis membatasi masalah pada kritik
sosial yang dikritik dalam serial film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan
Shirin Kamal serta kondisi sosial masyarakat yang ada di Yordania.
1. Bagaimana kondisi sosial masyarakat Yordania pada saat serial film Alrawabi
School for Girls tayang?
2. Jenis-jenis kritik sosial apa saja yang terdapat pada serial film AlRawabi School
for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal ?
3. Bagaimana bentuk penyampaian kritik dalam serial film AlRawabi School for
Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal ?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu
6
3. Menganalisis bentuk penyampaian kritik dalam serial film AlRawabi School for
Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bukan hanya bagi peneliti sendiri
tetapi bagi semua pihak. Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut :
7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Film sebagai Media
Menurut Sobur (2013:2), film adalah salah satu media komunikasi bersifat
audio visual, film mampu bercerita dalam waktu yang singkat dan dapat
mempengaruhi penonton. Umumnya film dapat menyampaikan pesan yang ditujukan
untuk khalayak, baik berupa pesan sosial, hiburan, pendidikan dan yang lainnya.
Pada dasarnya film berangkat dari realitas yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat dan ditampilkan dalam layar. Berdasarkan Pasal 1 UU No. 33 Tahun
2009, film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media
komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa
suara dan dapat dipertunjukkan.
Film yang terdiri atas audio dan visual memiliki kemampuan dalam
mempengaruhi emosional penonton dari visual gambar yang dihadirkan. Dengan seni
audio visual yang dimiliki oleh film dan kemampuannya dalam menangkap realita
sekitar, tentu membuat film menjadi wadah alternatif untuk menyampaikan sebuah
pesan kepada penonton. Film membawa pesan-pesan komunikasi untuk diperlihatkan
pada penonton, sesuai yang ingin diberikan oleh sutradara entah dalam drama, horor,
komedi dan action. Seperti yang disebutkan dalam Dennis Mc Quail (1996:13), film
merupakan salah satu media hiburan yang sangat berpengaruh jika dibandingkan
dengan keberadaan radio dan surat kabar. Hal ini karena kekuatan audio visual yang
terdapat pada film dapat mempengaruhi emosi penonton seperti tertawa, marah,
sedih, dan lain-lain. Sehingga sangat mudah bagi penonton untuk mencerna pesan
yang ada pada sebuah film.
8
pesan yang ditujukan kepada khalayak baik berupa pesan moral, hiburan,
pendidikan, bahkan kritik sosial karena pada dasarnya film berangkat dari realitas
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kemudian ditampilkan dalam layar.
Kritik sosial dibentuk oleh dua kata, yaitu “kritik” dan “sosial”. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia “kritik” berarti kecaman atau tanggapan yang
kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil
karya, pendapat, dan sebagainya. Sementara itu, “sosial” menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia memiliki arti berkenaan dengan masyarakat. Dengan demikian,
dari kedua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa kritik sosial adalah kecaman atau
tanggapan terhadap sesuatu hal yang terjadi di masyarakat. Suatu hal tersebut
merupakan hal yang menyimpang dan tidak sesuai dengan keadaan seharusnya.
Sementara itu, Wilson (1984: 210) menyatakan bahwa kritik sosial yaitu
suatu penilaian atau pertimbangan terhadap segala sesuatu mengenai masyarakat,
segala sesuatu tersebut berupa norma, etika, moral, budaya, politik, dan segi-segi
kehidupan kemasyarakatan yang lain. Kritik sosial sosial dapat diartikan sebagai
kontrol, penilaian atau pertimbangan terhadap sesuatu mengenai masyarakat yang
menyimpang dari tatanan yang seharusnya terjadi sehingga mampu memperbaiki
keadaan dan menjaga stabilitas sosial. Selain itu, kritik sosial juga dapat sebagai
upaya untuk menentukan nilai hakiki masyarakat lewat berbagai pemahaman dan
penafsiran realitas sosial, yaitu dengan memberi pujian, menyatakan kesalahan, dan
memberi pertimbangan. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk melakukan kritik
adalah melalui karya sastra.
9
untuk mengetuk nurani pembaca agar keadilan sosial ditegakkan dan diperjuangkan.
Kritik sosial adalah sanggahan terhadap hal-hal yang dianggap melanggar aturan,
hukum dan nilai-nilai yang sudah menjadi norma umum. Kritik sosial adalah
sanggahan terhadap hal-hal yang dianggap menyalahi aturan, hukum dan tata nilai
yang sudah menjadi konvensi umum. Kritik sosial dalam karya sastra merupakan
sarana pengarang untuk menyampaikan ketidakpuasannya terhadap sendi-sendi
kehidupan masyarakat. Sebagaimana yang dikatakan Waluyo (2014:2) jika kritik
sosial dalam sebuah karya sastra merupakan upaya yang dilakukan oleh seorang
pengarang, dengan memberikan tanggapan terhadap sebuah persoalan-persoalan
yang dapat dilihat pada masyarakat. Kritik sosial yang ada dalam karya sastra dapat
berupa kritik terhadap kehidupan sosial yang ada dalam kehidupan nyata, yaitu
berupa ketimpangan sosial yang sering menimbulkan masalah-masalah. Dalam karya
sastra pengarang tentunya memunculkan masalah-masalah manusia dan
kemanusiaan.
Maka dari itu, kajian kritik sosial dalam penelitian ini berdasar pada
pendapat bahwa kritik sosial merupakan salah satu tema dalam karya sastra yang
didalamnya terdapat sanggahan terhadap hal-hal yang dianggap melanggar aturan,
hukum dan nilai-nilai yang sudah menjadi norma umum serta adanya ketidakpuasan
terhadap sendi-sendi kehidupan di masyarakat yang mana kritik sosial memiliki
tujuan untuk mengetuk nurani pembaca agar ketidak adilan sosial dapat ditegakkan
dan diperjuangkan.
10
element dalam fungsi masyarakat seharusnya saling terkait, sehingga jika satu
element atau lebih berlawanan dengan dengan element lain maka gesekan tersebut
akan menghambat keberlangsungan hidup kelompok dan terjadilah masalah sosial.
11
c. Kritik Sosial Masalah Pendidikan
12
Dapat disimpulkan bahwa kritik sosial masalah kebudayaan membahas
berbagai unsur pokok kebudayaan itu sendiri artinya masalah-masalah yang
muncul akibat penyimpangan terhadap unsur-unsur kebudayaan.
Moral merupakan sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara
baik sebagai manusia. Sistem nilai tersebut terbentuk dari nasihat, wejangan,
peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun-temurun
melalui agama dan kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup
(Salam, 1997:10).
Dapat disimpulkan bahwa kritik sosial masalah moral adalah kritik yang
membahas segala sesuatu yang berhubungan tentang suatu sistem nilai yang
dianut dalam kehidupan bermasyarakat, menyampaikan nilai-nilai kebenaran dan
mengkritik nilai-nilai moral yang tidak memperhatikan segi kemanusiaan.
Maka dari itu kritik sosial pada masalah keluarga membahas mengenai
disorganisasi keluarga yang mana dikarenakan anggotanya gagal dalam
memenuhi kewajibannya sesuai dengan peranan sosialnya. Disorganisasi keluarga
13
biasanya terjadi akibat adanya perbedaan pandangan atau faktor ekonomi. Dengan
adanya kritik sosial diharapkan konflik pada disorganisasi keluarga dapat
diminimalisir dan terciptanya keluarga yang harmoni.
Pada dasarnya sifat dan sasaran agama adalah meletakkan dasar ajar
moral, supaya manusia dapat membedakan mana perbuatan baik dan mana
perbuatan yang buruk (Salam, 1997:183). Secara ideal, manusia sebagai makhluk
ciptaan-Nya harus senantiasa taat dengan cara bertaqwa kepadaNya. Namun
realitasnya masih begitu banyak orang yang menyimpang dari ajaran agama,
karena sifat agama yang tidak memaksa dan memberi kebabasan kepada umatnya
menentukan sikap. Manusia yang memiliki pondasi iman yang kuat maka akan
terus berusaha untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
14
Kritik sosial masalah agama ditujukkan terhadap kehidupan beragama
seseorang. Kritik muncul karena lemahnya iman manusia sehingga manusia
menjalankan apa yang dilarang dan menjauhi perintah-Nya. Ketidakmampuan
inilah yang dapat menimbulkan penyimpangan yang nantinya memunculkan
berbagai macam masalah sosial.
Menurut Ataupah (2012), pada setiap kritik sosial secara langsung terdapat
kegiatan penilaian, kajian atau analisis terhadap suatu kondisi masyarakat tertentu
dilakukan secara langsung seperti aksi sosial, aksi unjuk rasa dan demonstrasi,
sedangkan kritik sosial secara tidak langsung dapat berupa suatu tindakan simbolis
yang menyajikan penilaian maupun kecaman terhadap keadaan sosial masyarakat
tertentu yaitu melalui puisi, lagu, film dan teatrikal, dan lain sebagainya. Maka dari
itu, film merupakan salah satu bentuk kritik sosial yang bersifat tidak langsung
15
namun, film itu sendiri juga menampilkan adanya kritik sosial yang terkandung di
dalamnya.
Sarwadi (1975: 4-6), menyatakan bahwa kritik sosial dalam sastra merupakan
salah satu wujud pencerminan aktif terhadap situasi masyarakat. Selanjutnya,
Sarwadi juga menyatakan bahwa sastrawan dalam menyampaikan kritiknya terhadap
kehidupan sosial dapat menggunakan cara yang berbeda-beda tergantung jenis karya
sastra, yaitu :
1. Kritik yang bersifat lugas, ialah kritik yang penyampaiannya secara langsung.
Tidak dengan lambang atau kiasan dan tidak bersifat konotatif. Namun kata
langsung dalam kritik ini bukan kata-kata dalam kehidupan sehari-hari,
melainkan kritik langsung dalam cipta sastra, yaitu sebagai kata tidak
langsung dalam kehidupan sehari-hari sebab kritik ini dijelmakan dalam
wujud keindahan.
2. Kritik yang bersifat simbolik, yaitu kritik yang dalam penyampaiannya
menggunakan bahasa kiasan atau lambang-lambang mewakili makna
sebenarnya. Penyampaian kritik secara simbolik sifatnya lebih terbuka.
3. Kritik yang bersifat humor, yaitu kritik yang mengemukakan kritik-kritiknya
secara humor. Pembaca akan tersenyum bahkan mungkin tertawa saat
membaca karya sastra yang sarat humor tersebut. Penyampaian kritik dengan
humor sekaligus berfungsi untuk menghibur para pembaca.
16
4. Kritik yang bersifat interpretatif, yaitu kritik yang menyampaikan kritiknya
dengan cara halus. Pemaknaan kritik dengan cara interpretatif membutuhkan
pengalaman, wawasan, dan pengetahuan pembaca.
5. Kritik yang bersifat sinis, yaitu sastra kritik yang mengemukakan kritik-
kritiknya dengan bahasa yang mengandung makna atau ungkapan kemarahan,
kejengkelan, jijik, atau tidak suka terhadap kehidupan yang dipandang pahit,
penuh penderitaan, penindasan, atau penyelewengan.
17
Pengarang, sebagai pencipta karya sastra adalah anggota masyarakat. Dalam
menciptakan karya sastra, tentu dia juga tidak dapat terlepas dari masyarakat
tempatnya hidup, sehingga apa yang digambarkan dalam karya sastra pun sering kali
merupakan representasi dari realitas yang terjadi dalam masyarakat. Demikian juga,
pembaca yang menikmati karya sastra. Pembaca pun merupakan anggota
masyarakat, dengan sejumlah aspek dan latar belakang sosial budaya, politik, dan
psikologi yang ikut berpengaruh dalam memilih bacaan maupun memaknai karya
yang dibacanya. (Wiyatmi, 2013).
Wellek dan Waren (1993), membuat klasifikasi sosiologi sastra atas tiga
masalah, yaitu
18
1. Perspektif pertama yaitu memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang
di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan
(Swingewood dan Laurenson: 1972:13). Perspektif ini memfokuskan
perhatiannya pada teks sastra sebagai objek kajian sehingga kita dapat melihat
suatu fenomena tertentu di dalam cermin yang dianalogikan sebagai potret
kehidupan masyarakat. Sastra bukan hanya sekedar sebagai cerminan
masyarakat, namun sastra merupakan sebuah cermin dari struktur sosial,
hubungan kekeluargaan, trend masa kini, serta konflik di dalam masyarakat itu
sendiri..
2. Perspektif kedua yaitu mengungkapkan jika sastra sebagai cermin situasi sosial
penulisnya (Swingewood dan Laurenson, 1972:17). Perspektif kedua ini fokus
pada pengarang sebagai pencipta karya sastra. Swingewood menyebutkan bahwa
pendekatan ini berpindah dari topik pembahasan karya sastra ke pembahasan
produksi karya sastra, khususnya bagaimana situasi pengarang. Bagaimanapun
juga sebuah karya sastra tercipta tidak lepas dari latar belakang pangaranya.
3. Perspektif ketiga yakni menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah
dan keadaan sosial budaya (Swingewood dan Laurenson, 1972:21). Perspektif ini
memfokuskan tentang bagaimana penerimaan masyarakat terhadap karya sastra
terkait pada suatu momen sejarah tertentu.
Berdasarkan paparan di atas, dalam penelitian ini akan menggunakan
pendekatan sosiologi karya dengan perspektif teori Alan Swingewood yang
menyatakan bahwa karya sastra sebagai dokumen sosial budaya yang merekam
suatu zaman. Sosiologi karya mengkaji isi karya dan apa yang tersirat dalam
karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya karena sosiologi karya sastra juga
mengkaji sastra sebagai cermin masyarakat, sastra sebagai dokumen sosial budaya
yang mencatat kenyataaan sosiobudaya suatu masyarakat pada masa tertentu. Apa
yang tersirat dalam karya sastra dianggap mencerminkan atau menggambarkan
kembali realitas yang terdapat dalam masyarakat. Kajian sosiologi karya sastra
memiliki kecenderungan untuk tidak melihat karya sastra sebagai suatu
keseluruhan, tetapi hanya tertarik kepada unsur-unsur sosiobudaya yang ada di
dalam karya sastra.
19
2.2 Penelitian yang Relevan
Pada dasarnya belum ada penelitian yang mengkaji tentang kritik sosial pada film
AlRawabi School for Girls Namun demikian, penelitian ini memiliki relevansi dengan
penelitian sebelumnya yang juga bertema kritik sosial dalam karya sastra yang berupa novel
atau film. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penelitian sosiologi sastra dalam film “Di Timur Matahari” Karya Ari Sihasale
yang dilakukan oleh Novita Lestari (2017) yang berjudul “Kritik Sosial Dalam Film di
Timur Matahari Sutradara Ari Sihasale Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya
sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA” Universitas Mataram. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam film Di Timur Matahari karya Ari Sihasale terdapat tiga kritik
sosial, yakni kritik sosial terhadap problematika pendidikan, kritik sosial terhadap masalah
kemiskinan dan kritik sosial terhadap perang antarsuku. Adapun hasil implementasi film
Di Timur Tengah sebagai bahan ajar sastra di SMA yaitu film ini dapat digunakan sebagai
bahan ajar sastra karena sesuai dengan kriteria pemilihan bahan ajar sastra.
2. Prasetyo (2015)
Penelitian sosiologi sastra dalam novel “Slank 5 Hero dari Atlantis” karya
Sukardi Rinakit yang dilakukan oleh Prasetyo (2015) yang berjudul “Kritik Sosial dalam
Novel Slank 5 Hero dari Atlantis Karya Sukardi Rinakit Sebuah Kajian Sosiologi Sastra”
Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang
dikritik dalam novel Slank 5 Hero dari Atlantis yaitu masalah birokrasi, peperangan, dan
kejahatan. Adapun bentuk penyampaian kritik dalam novel Slank 5 Hero dari Atlantis,
20
yaitu penyampaian kritik secara langsung dan tidak langsung; penyampaian kritik sacara
langsung, yaitu penyampaian kritik secara lugas sedangkan penyampaian kritik secara
tidak langsung, yaitu dengan cara simbolik, humor, dan sinis.
3. Yuliana (2019)
Penelitian sosiologi sastra dalam novel “Calabai” karya Pepi Al-Bayqunie yang
dilakukan oleh Yuliana (2019) yang berjudul “Kritik Sosial dalam Novel Calabai karya
Pepi Al Bayqunie Tinjauan Sosiologi Sastra” Universitas Muhammadiyah Makassar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang dikritik pada novel Calabai
karya Pepi Al-Bayqunie adalah kritik sosial dalam keluarga, masyarakat lingkungan
sekitar dan keagamaan. Percakapan yang terdapat pada novel ini sangat jelas jika terdapat
adanya kritik sosial. Pengalaman langsung yang dialami tokoh dalam novel ini
menunjukkan jika tokoh tersebut mengalami masalah berupa penolakan masyarakat
sekitar yang berupa penolakan dari orang tua, teman, masyarakat dan agamawan.
21
Keterkaitan masalah yang diteliti dengan teori serta subjek/objek dijelaskan pada
bagian kerangka pikir. Pada penelitian ini, kerangka pemikiran disajikan singkron dengan
rumusan masalah. Tujuannya, agar masalah dan teori bisa relevan dengan simpulan
penelitian yang nanti akan dihasilkan. Adapaun bagan dari kerangka pikir yang dapat
dilihat dibawah ini.
22
Kerangka Pemikiran
Kritik Sosial
Kondisi Sosial Masyarakat Jenis-jenis kritik sosial yang Bentuk Penyampaian Kritik
Yordania pada Saat Serial Terdapat pada Serial Film dalam Serial Film AlRawabi
Film Alrawabi School for AlRawabi School for Girls School for Girls
Girls Tayang.
Kesimpulan
METODE PENELITIAN
Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal
dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, mengikuti, sesudah, sedangkan hodos
berarti jalan, cara, arah. Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara,
strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian
sebab akibat berikutnya. Sebagai alat, sama dengan teori, metode berfungsi untuk
menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipaham (Ratna, 2013).
Metode penelitian menurut Faruk (2015:55), adalah cara untuk memperoleh pengetahuan
mengenai objek tertentu dan, karenanya, harus sesuai dengan kodrat keberadaan objek itu
sebagaimana yang dinyatakan oleh teori.
Berdasarkan definisi diatas peneliti harus mampu menganalisis metode apa yang
digunakan sesuai dengan objek kajiannya. Berdasarkan analisis penulis dalam melakukan
penelitian terhadap kritik sosial terhadap film AlRawabi School for Girls karya Betsy Giffen
Nowrasteh dan Cyrus Nowrasteh maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.
Setiap data yang dikumpulkan dari berbagai sumber dapat membantu dalam
menganalisis objek penelitian. Sumber data adalah tempat atau sumber dimana data
tersebut diperoleh. Adapun sumber data yang dimaksudkan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
Sumber data primer yaitu serial film berasal dari Yordania dengan judul
AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal yang dirilis pada
tahun 2021 berjumlah enam episode yang setiap episodenya berdurasi 44 menit. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi yang berupa dialog dari
transkip film dan visual adegan yang mengandung kritik sosial dalam serial film
AlRawabi School for Girl.
Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku sastra,
penelitian terdahulu, referensi-referensi serta kajian internet yang relevan dengan
objek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh adegan dan dialog dalam film
AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal sebagai objek
penelitian.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Adapun teknik yang digunakan dalam mengambil sampel yaitu
teknik sampling. Teknik sampling terbagi atas dua yaitu probability sampling dan
nonprobability sampling. Peneliti menggunakan nonprobabilty sampling dengan
teknik purposive. Teknik purposive adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013: 218-219). Alasan peneliti mengambil
purposive sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai
dengan fenomena yang diteliti.
Sampel dalam penelitian ini adalah dialog atau adegan yang membahas
tentang kritik sosial dalam serial film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali
dan Shirin Kamal.
3.5 Metode Analisis Data
a. Pulpen
Pulpen berfungsi untuk mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan
penelitian.
b. Smartphone
Smartphone digunakan untuk mengakses internet agar memudahkan pencarian
referensi yang berkaitan dengan penelitian.
c. Buku catatan
Digunakan untuk merangkum informasi-informasi penting yang berhubungan
dengan penelitian yang dilakukan.
d. Laptop
Laptop digunakan untuk menonton objek penelitian yang dikaji serta mencari
referensi yang berkaitan dengan penelitian. Laptop juga berfungsi untuk
mengetik, mengedit, maupun menyimpan file penelitian.
3.7 Prosedur Penelitian
1. Mempersiapkan objek yang akan dikaji yaitu serial film AlRawabi School for Girls
karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
2. Menonton berulang kali film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan
Shirin Kamal.
3. Mengumpulkan referensi yang relevan terkait objek penelitian.
4. Mengidentifikasi masalah sosial yang teradapat pada serial film AlRawabi School for
Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
5. Menandai dan mengklasifikasi data yang menggambarkan kritik sosial dalam serial
film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
6. Menganalisis bentuk penyampaian kritik sosial dalam serial film AlRawabi School for
Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
7. Membuat kesimpulan terhadap hasil penelitian.