Anda di halaman 1dari 30

SEMINAR PROPOSAL

KRITIK SOSIAL DALAM SERIAL FILM ALRAWABI SCHOOL FOR GIRLS KARYA
TIMA SHOMALI DAN SHIRIN KAMAL (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)

Disusun oleh :

Salsabilla Rachadianti Insani

F031191024

PROGRAM STUDI SASTRA ASIA BARAT

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sastra adalah ekspresi jiwa manusia berupa perasaan, pengalaman, pemikiran, dan
semangat dalam suatu bentuk gambaran kehidupan yang disampaikan melalui tulisan dan
lisan sehingga dapat membangkitkan pesona dengan keindahan bahasa. Kemunculan sastra
disebabkan ide-ide fiktif dan realita suatu gambaran kehidupan manusia. Sastra sebagai
suatu hasil proses kreatif pengarang yang diekspresikan kepada pembaca atau pendengar
melalui media berupa bahasa yang dituangkan dalam bentuk karya sastra.

Karya sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan produktif yang diciptakan oleh
pengarang dan memiliki nilai estetis serta mencerminkan realitas sosial dalam
lingkungannya. Hakikat karya sastra adalah rekaan atau yang lebih sering disebut imajinasi.
Imajinasi dalam karya sastra berdasar pada kenyataan. Karya sastra dapat memberi
kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran kehidupan, walaupun dilukiskan
dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat memberikan kegembiraan dan kepuasan batin
pengarang yang dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya. Pesan-pesan dalam
karya sastra disampaikan dengan cara yang jelas ataupun bersifat tersirat. Salah satu karya
sastra yang dapat digunakan dalam menyampaikan pesan kebenaran yaitu berupa film.

Film merupakan salah satu media yang populer dan banyak digemari masyarakat
sebagai hiburan. Berbagai fenomena permasalahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai
bentuk realitas sosial dapat menjadi ide cerita menarik dalam pembuatan sebuah film. Film
disajikan dengan efek suara dan alur cerita yang menarik menjadi alasan audiens tidak bosan
menonton dan tidak perlu berimajinasi seperti layaknya membaca sebuah buku. Selain
dijadikan sebagai media hiburan dan media edukasi audiens, film juga dimanfaatkan sebagai
media representasi dari permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat sosial.
Film mengandung pesan-pesan tersirat yang disampaikan oleh pembuat film yang kemudian
dikemas secara apik dan menarik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sobur (2006) bahwa
film adalah salah satu media massa yang sangat efektif digunakan dalam menyampaikan
pesan. Dalam film sutradara dapat menggambarkan adegan atau peristiwa yang mengandung
nilai-nilai kehidupan. Film merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya keatas layar.

1
Salah satu film yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah AlRawabi School for
Girls. AlRawabi School for Girls merupakan serial yang berlatar negara Yordania berbahasa
Arab yang dirilis Netflix dengan jumlah total enam episode. Film ini diproduksi di Amman
Jordan oleh Tima Shomali dan Shirin Kamal. AlRawabi School for Girls menjadi serial
remaja Timur Tengah pertama yang mengangkat isu peran perempuan. Serial ini juga berani
mengangkat topik kontroversial yang sangat jarang ditampilkan di media Arab seperti
pembullyan, pelecehan seksual, penyakit mental, serta pembunuhan demi kehormatan
keluarga. Dikutip dari Netflix, Tima Shomali selaku sutradara menggambarkan cerita dan
perjuangan perempuan remaja Arab dengan cara yang belum pernah dilihat sebelumnya di
wilayah Timur Tengah dan bahkan sering diabaikan dalam dunia hiburan Arab. Maka dari
itu, kisah ini membawa perspektif baru disana karena menampilkan keberagaman
sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Film ini tayang dalam 32 bahasa di 190 negara.

AlRawabi School for Girls adalah serial film yang menceritakan bagaimana seorang
gadis mengalami diksriminasi di sekolah putri AlRawabi yang bergengsi. Serial film ini
mengisahkah seorang gadis remaja SMA bernama Mariam yang mendapatkan pembullyan
oleh sekumpulan siswi yang dipimpin oleh Layan. Layan dan kedua temannya, Raina dan
Ruqayya adalah murid popular di sekolah. Layan merupakan putri seorang tokoh ternama di
Yordania serta menjadi donator utama di sekolah AlRawabi. Kepala sekolahnya bernama
Mrs. Faten bersikap lunak kepada Layan. Mariam adalah murid teladan. Prestasi yang
gemilang membuatnya disukai oleh banyak guru yang mana berdampak pada
kecembururuan Layan padanya.

Perselisihan Mariam dan Layan sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Mariam kerap
kali membiarkan perbuatan usil Layan beserta teman-temannya. Pembullyan yang dilakukan
Layan semakin parah sehingga Mariam melaporkan Layan ke guru karena kabur dari bus
sekolah untuk bertemu dengan pacarnya. Hal ini dibalas oleh Layan yang mempermalukan
Mariam dengan menyebarkan jurnal hariannya pada seluruh siswi di sekolah dan menuduh
Mariam melakukan pelecehan seksual kepadanya. Mariam juga kerap kali dihina oleh Layan
di depan banyak orang mengenai bentuk tubuhnya, bahkan mendapat perilaku kekerasan dari
Layan beserta kedua temannya. Rania dan Ruqayya sampai membuat Mariam babak belur
dan dilarikan ke rumah sakit. Akibat pembullyan yang dilakukan Layan dengan kedua

2
temannya, dibukalah pertemuan orang tua dan murid untuk membahas masalah ini. Layan
justru menuduh hal tersebut adalah kesalahan Mariam terlebih teman-teman lainnya
mendukunnya. Orang tua Mariam kecewa dan tidak lagi mempercayainya sampai membuat
Mariam stress dan tertekan.

Mariam beserta kedua temannya, Noaf dan Dina akhirnya bersekongkol untuk
membalas perbuatan Layan dengan cara-cara yang tidak kalah licik. Perlahan, Mariam mulai
menikmati misi balas dendamnya. Ia tidak lagi menjadi anak yang bersikap lembut dan
pemaaf. Dendamnya kepada Layan membutakan Mariam. Target pertama Mariam ialah
Ruqayya. Trio Mariam Dina dan Noaf berpura-pura menjadi sosok pria melalui akun media
sosial palsu bernama Tareq yang jatuh cinta terhadap Ruqayya lalu meminta fotonya tanpa
jilbab dan menyebarkannya di grup sekolah. Hal ini menyebabkan kemarahan dalam
keluarga Ruqayya. Ibu Ruqayya menuduh Ruqayya telah mencoreng nama baik keluarga.
Dina dan Noaf berusaha mengingatkan Mariam untuk menghentingkan perbuatannya. Tetapi
alih-alih mendengarkan nasihat kedua temannya, ia malah balik membenci Dina dan Noaf
yang dianggap termakan bujukan Layan. Tindakan ternekat Mariam adalah membocorkan
lokasi Layan saat ia bolos sekolah untuk menemui pacarnya. Akibat dari perbuatan Mariam
inilah Layan meregang nyawa karena ditembak oleh Hazem sang kakak yang merasa malu
atas perbuatan Layan yang telah mempermalukan kehormatan keluarganya. Di akhir episode
ekspresi puas Mariam tergambar jelas. Ia senang melihat Layan kalah, namun ia tidak sadar
bahwa rencana jahatnya membuat temannya tewas.

Serial film ini tidak hanya mengangkat mengenai isu pembullyan saja, terdapat isu
lain yang diulas didalamnya. Salah satunya ialah adanya diskriminasi status sosial antara
guru dan murid. Status sosial orang tua dianggap melekat pada murid, sehingga anak
seorang pejabat atau donatur di sekolah akan mendapatkan perlakuan dan perhatian lebih
dari guru atau pihak sekolah. Hal tersebut menjadi menarik sebab sosok guru yang
seharusnya memberikan pengetahuan serta kedisiplinan dan kesopanan justru pada serial
film ini guru atau sekolah melakukan diskriminasi kepada murid-muridnya yang dapat
memicu rasa sakit hati pada siswa dan menimbulkan kebencian dan ketidakpercayaan
kepada guru.

3
Persoalan diskriminasi dan pelecehan seksual kepada kaum perempuan juga
beberapa kali terlihat dalam film ini. Perempuan kerap kali berada di posisi salah ketika
terlibat dalam sebuah skandal. Seharusnya dalam sebuah skandal yang terdapat perempuan
dan laki-laki di dalamnya harus diperlakukan secara adil bukan hanya menyalahkan salah
satu pihak saja. Hal tersebut terlihat pada sosok Rania yang mendapat kekerasan dari
ayahnya karena mengetahui Rania memiliki hubungan spesial dengan laki-laki. Lain halnya
pelecehan yang dialami oleh Noaf dari pria tua asing saat ia mengikuti kegiatan studi wisata
yang dilaksanakan sekolah. Namun, guru yang bernama bu Abeer malah menyalahkan Noaf
dan membiarkan perbuatan pria asing tadi.

Lebih jauh lagi yaitu menelisik budaya Yordania. Dalam serial AlRawabi School for
Girls diperlihatkan banyak siswi yang tidak memakai jilbab, namun adegan dimana Ruqayya
ketahuan melepas jilbab pada foto yang ia kirimkan dan tersebar luas adalah sebuah aib yang
besar di sana. Kasus Ruqayya dianggap lebih hina dibandingkan menindas orang.
Penghinaan yang diterima Ruqayya sangat buruk. Ia diibaratkan sebuah gelas retak yang
sudah tidak memiliki nilai lagi dan mencemarkan nama baik keluarga karena ibu Ruqayya
sendiri juga menuduhnya telah mencoreng nama baik keluarganya.

Hal menarik lainnya dari serial ini adalah bagaimana Tima Shomali dapat
menghadirkan kritik sosial terhadap kondisi sosial masyarakat Yordania, terutama
pandangan patriarki dalam masyarakat yang terbukti dari kurangnya film-film timur tengah
yang mengangkat isu remaja perempuan. Serial ini juga mampu memicu perdebatan setelah
penayangannya karena serial ini dianggap tidak merepresentasikan budaya Yordania dengan
baik. Semantara itu, fakta yang ada hingga saat ini ialah masih begitu banyak fenomena
pembullyan di sekolah-sekolah Yordania yang meningkat setiap tahunnya. Jumlah kasus
bullying di Yordania bahkan melebihi jumlah rata-rata di negara timur tengah. Fakta lainnya
yaitu, banyaknya laporan pelecahan terhadap anak perempuan di sekolah-sekolah Yordania,
mulai dari pelecahan verbal dan seksual hingga hukuman fisik. Namun, kekerasan terhadap
anak perempuan umumnya tidak dilaporkan demi menjaga kehormatan keluarga dan
kehormatan sekolah. Akibatnya, begitu banyak anak di Yordania, terutama perempuan
berisiko tinggi untuk putus sekolah. Di Yordania, anak perempuan berisiko mengalami
kekerasan seksual dan pernikahan dini atau paksa. Selama bertahun-tahun, masyarakat

4
Yordania didasarkan pada peran gender yang masih kaku dan tradisional, terbukti dengan
banyaknya hambatan yang dihadapi perempuan disana. Hal tersebut dikarenakan kesadaran
dan pengetahuan di kalangan masyarakat Yordania tentang kekerasan seksual masih
terbatas.

Cerita dalam serial tersebut merupakan cerminan suatu zaman yang


merepresentasikan dinamika dan kondisi sosial masyarakat Yordania dan berbagai daerah
lainnya. Serial ini mampu mengangkat realitas yang ada pada zamannya. Serial AlRawabi
School for Girls terdapat pertentangan yang terjadi di kehidupan nyata sehingga dapat
dijadikan sebagai refleksi dalam kehidupan.

Persoalan-persoalan di atas merupakan hal yang menarik untuk diteliti lebih jauh.
Berbagai peristiwa yang dialami seseorang yang seharusnya menjadi contoh malah
digambarkan melakukan hal yang tidak semestinya, serta kontroversi masyarakat terhadap
serial ini yang bertentangan dengan fakta bahwa isu yang dihadirkan dalam serial AlRawabi
School for Girls kenyataannya memang terjadi di Yordania. Oleh sebab itu, penulis tertarik
untuk menganalisis kritik sosial pada serial film AlRawabi School for Girls dengan
pendekatan sosiologi sastra yang fokus pada isi berupa fenomena sosial apa yang
diungkapkan pengarang dalam karyanya dan dikaitkan dengan fakta sosial yang ada.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat diketahui jika serial
film AlRawabi School for Girls banyak mengandung kritik sosial yang ingin disampaikan
pengarang kepada penonton. Untuk mengetahui kritik sosial yang terkandung dalam film
tersebut maka perlu dimasukkan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Berlatar sekolah perempuan di dunia Arab yang ditujukan untuk memperlihatkan


fenonema kontroversial yang sering diabaikan dalam dunia hiburan Arab.
2. Respon masyarakat Yordania terhadap serial film AlRawabi School for Girls karya Tima
Shomali dan Shirin Kamal.
3. Berbagai persoalan seperti diskrimanasi guru terhadap murid, diskriminasi pada kaum
perempuam, serta ketidakpedulian sosial yang terdapat pada serial film AlRawabi School
for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.

5
4. Menelisik lebih jauh terkait budaya Yordania yang ada pada lingkungan keluarga.
5. Kritik sosial terhadap perilaku menyimpang yang terdapat pada serial film AlRawabi
School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
6. Kondisi sosial masyarakat yang ada di Yordania terutama dalam isu pendidikan dan
kesetaraan gender.
7. Perubahan tokoh protagonis menjadi antagonis yang dialami oleh tokoh utama pada
serial film AlRawabi School for Girls.
1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah ditujukan untuk menghindari adanya kekaburan masalah dan agar
tercapainya penelitian yang efektif. Maka dari itu, penulis membatasi masalah pada kritik
sosial yang dikritik dalam serial film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan
Shirin Kamal serta kondisi sosial masyarakat yang ada di Yordania.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah


penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana kondisi sosial masyarakat Yordania pada saat serial film Alrawabi
School for Girls tayang?
2. Jenis-jenis kritik sosial apa saja yang terdapat pada serial film AlRawabi School
for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal ?
3. Bagaimana bentuk penyampaian kritik dalam serial film AlRawabi School for
Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal ?
1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu

1. Mendeskripsikan kondisi sosial masyarakat Yordania pada saat serial film


Alrawabi School for Girls tayang.
2. Menganalisis kritik sosial yang terdapat pada serial film AlRawabi School for
Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.

6
3. Menganalisis bentuk penyampaian kritik dalam serial film AlRawabi School for
Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bukan hanya bagi peneliti sendiri
tetapi bagi semua pihak. Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat secara Teoritis


Pada bagian ini akan dijelaskan tentang manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi peneliti sendiri dapat mendapat wawasan serta pengalaman secara ilmiah
mengenai kritik sosial yang terdapat pada dunia perfilman.
2. Sebagai bahan kajian landasan dalam penelitian lain yang lebih baik terkhusus
pada penelitian mengenai kritik sosial dalam film.
3. Penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi mengenai kritik sosial
yang ada pada film.
1.6.2 Manfaat secara Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi untuk penelitian berikutnya yang
memiliki hubungan dengan kritik sosial pada film.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada kita mengenai
kritik sosial terkait dalam kehidupan masyarakat.
3. Sebagai bahan inventaris pada penelitian sastra mengenai kritik sosial yang
terdapat pada film.

7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Film sebagai Media

Menurut Sobur (2013:2), film adalah salah satu media komunikasi bersifat
audio visual, film mampu bercerita dalam waktu yang singkat dan dapat
mempengaruhi penonton. Umumnya film dapat menyampaikan pesan yang ditujukan
untuk khalayak, baik berupa pesan sosial, hiburan, pendidikan dan yang lainnya.
Pada dasarnya film berangkat dari realitas yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat dan ditampilkan dalam layar. Berdasarkan Pasal 1 UU No. 33 Tahun
2009, film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media
komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa
suara dan dapat dipertunjukkan.

Film yang terdiri atas audio dan visual memiliki kemampuan dalam
mempengaruhi emosional penonton dari visual gambar yang dihadirkan. Dengan seni
audio visual yang dimiliki oleh film dan kemampuannya dalam menangkap realita
sekitar, tentu membuat film menjadi wadah alternatif untuk menyampaikan sebuah
pesan kepada penonton. Film membawa pesan-pesan komunikasi untuk diperlihatkan
pada penonton, sesuai yang ingin diberikan oleh sutradara entah dalam drama, horor,
komedi dan action. Seperti yang disebutkan dalam Dennis Mc Quail (1996:13), film
merupakan salah satu media hiburan yang sangat berpengaruh jika dibandingkan
dengan keberadaan radio dan surat kabar. Hal ini karena kekuatan audio visual yang
terdapat pada film dapat mempengaruhi emosi penonton seperti tertawa, marah,
sedih, dan lain-lain. Sehingga sangat mudah bagi penonton untuk mencerna pesan
yang ada pada sebuah film.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, film adalah salah satu media


komunikasi bersifat audio visual yang dapat mempengaruhi emosional penonton
seperti tertawa, marah, dan sedih karena kekuatan audio visual yang dihadirkan
dalam film. Sehingga film dapat dijadikan sebagai media untuk menyampaikan

8
pesan yang ditujukan kepada khalayak baik berupa pesan moral, hiburan,
pendidikan, bahkan kritik sosial karena pada dasarnya film berangkat dari realitas
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kemudian ditampilkan dalam layar.

2.1.2 Kritik Sosial

Dalam kehidupan sosial banyak permasalahan sosial yang tidak dapat


dihindari oleh manusia, misalnya masalah ekonomi, kemiskinan, kejahatan, dan
politik. Berbagai permasalahan tersebut mendorong manusia untuk melakukan kritik.
Kritik yang menyangkut kehidupan bermasyarakat disebut kritik sosial.

Kritik sosial dibentuk oleh dua kata, yaitu “kritik” dan “sosial”. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia “kritik” berarti kecaman atau tanggapan yang
kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil
karya, pendapat, dan sebagainya. Sementara itu, “sosial” menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia memiliki arti berkenaan dengan masyarakat. Dengan demikian,
dari kedua kata tersebut dapat disimpulkan bahwa kritik sosial adalah kecaman atau
tanggapan terhadap sesuatu hal yang terjadi di masyarakat. Suatu hal tersebut
merupakan hal yang menyimpang dan tidak sesuai dengan keadaan seharusnya.

Sementara itu, Wilson (1984: 210) menyatakan bahwa kritik sosial yaitu
suatu penilaian atau pertimbangan terhadap segala sesuatu mengenai masyarakat,
segala sesuatu tersebut berupa norma, etika, moral, budaya, politik, dan segi-segi
kehidupan kemasyarakatan yang lain. Kritik sosial sosial dapat diartikan sebagai
kontrol, penilaian atau pertimbangan terhadap sesuatu mengenai masyarakat yang
menyimpang dari tatanan yang seharusnya terjadi sehingga mampu memperbaiki
keadaan dan menjaga stabilitas sosial. Selain itu, kritik sosial juga dapat sebagai
upaya untuk menentukan nilai hakiki masyarakat lewat berbagai pemahaman dan
penafsiran realitas sosial, yaitu dengan memberi pujian, menyatakan kesalahan, dan
memberi pertimbangan. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk melakukan kritik
adalah melalui karya sastra.

Menurut Herman J. Waluyo (1987:119), kritik sosial merupakan sebuah tema


dalam karya sastra tentang adanya ketidakadilan dalam masyarakat, dengan tujuan

9
untuk mengetuk nurani pembaca agar keadilan sosial ditegakkan dan diperjuangkan.
Kritik sosial adalah sanggahan terhadap hal-hal yang dianggap melanggar aturan,
hukum dan nilai-nilai yang sudah menjadi norma umum. Kritik sosial adalah
sanggahan terhadap hal-hal yang dianggap menyalahi aturan, hukum dan tata nilai
yang sudah menjadi konvensi umum. Kritik sosial dalam karya sastra merupakan
sarana pengarang untuk menyampaikan ketidakpuasannya terhadap sendi-sendi
kehidupan masyarakat. Sebagaimana yang dikatakan Waluyo (2014:2) jika kritik
sosial dalam sebuah karya sastra merupakan upaya yang dilakukan oleh seorang
pengarang, dengan memberikan tanggapan terhadap sebuah persoalan-persoalan
yang dapat dilihat pada masyarakat. Kritik sosial yang ada dalam karya sastra dapat
berupa kritik terhadap kehidupan sosial yang ada dalam kehidupan nyata, yaitu
berupa ketimpangan sosial yang sering menimbulkan masalah-masalah. Dalam karya
sastra pengarang tentunya memunculkan masalah-masalah manusia dan
kemanusiaan.

Maka dari itu, kajian kritik sosial dalam penelitian ini berdasar pada
pendapat bahwa kritik sosial merupakan salah satu tema dalam karya sastra yang
didalamnya terdapat sanggahan terhadap hal-hal yang dianggap melanggar aturan,
hukum dan nilai-nilai yang sudah menjadi norma umum serta adanya ketidakpuasan
terhadap sendi-sendi kehidupan di masyarakat yang mana kritik sosial memiliki
tujuan untuk mengetuk nurani pembaca agar ketidak adilan sosial dapat ditegakkan
dan diperjuangkan.

2.1.3 Jenis-jenis Kritik Sosial

Gillin dan Gillin mengklasifikasikan jenis-jenis kritik sosial berlandaskan


pada konsep sosiologi masalah sosial, dengan berdasarkan konsep lembaga-lembaga
kemasyarakatan, sehingga peninjauan kritik dilakukan berdasarkan permasalahan
yang terjadi dalam masyarakat. Gillin dan Gillin (1994: 740), menyatakan bahwa
sosial patologi adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan bermacam
element susunan budaya yang dapat mengancam kelangsungan hidup kelompok,
dengan kata lain dapat menciptakan gangguan dalam dasar keinginan dari
anggotanya, dan dapat menghancurkan sosial kohesi atau ketertarikan sosial. Setiap

10
element dalam fungsi masyarakat seharusnya saling terkait, sehingga jika satu
element atau lebih berlawanan dengan dengan element lain maka gesekan tersebut
akan menghambat keberlangsungan hidup kelompok dan terjadilah masalah sosial.

Berdasarkan uraian di atas maka kritik sosial diklasifikasikan menjadi


sembilan aspek yang berasal dari pengembangan konsep masalah sosial menurut
Gillin dan Gillin yaitu meliputi politik, ekonomi, budaya, pendidikan, keluarga,
moral, gender, agama, dan teknologi.

a. Kritik Sosial Masalah Politik

Sistem politik adalah aspek masyarakat yang berfungsi untuk


mempertahankan hukum dan keterlibatan di dalam masyarakat dan untuk
mengetahui hubungan-hubungan eksternal di antara dan dikalangan masyarakat
Sanderson (dalam Retnasih, 2014: 28). Manusia adalah makhluk berpolitik karena
manusia mempunyai kemampuan untuk mengatur kesejahteraan, keamanan, dan
pemerintahan di dalam kelompoknya. Dalam usaha mengatur pemerintahannya,
manusia harus menjalankan suatu mekanisme yang sesuai sehingga tidak terjadi
ketimpangan-ketimpangan yang merugikan masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa kritik sosial masalah politik merupakan kritik


yang sering muncul seiring dengan terjadinya ketimpangan pada aspek-aspek
politik.

b. Kritik Sosial Masalah Ekonomi

Menurut Sumaatmadja (1980:70), kritik sosial pada masalah ekonomi


membahas berbagai permasalahan yang menyangkut cara bagaimana individu
dapat memenuhi berbagai kebutuhannya dari sumber daya yang terbatas hingga
yang langka jumlahnya.

Dengan demikian, kritik sosial mengenai masalah ekonomi ditujukan


terhadap ketidakmampuan individu atau masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari karena sumber daya yang terbatas.

11
c. Kritik Sosial Masalah Pendidikan

Definisi mengenai pendidikan dikemukakan oleh Ahmadi, dkk (2001: 70),


bahwa pendidikan pada hakekatnya suatu kegiatan secara sadar dan disengaja,
serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada anak,
sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan
yang dicita-citakan dan berlangsung terus- menerus. Dengan pendidikan, manusia
dapat menghadapi masalah-masalah yang terjadi pada dirinya sendiri dan
masyarakat. Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam
kehidupan, sehingga pendidikan tidak dapat dipisahkan sama sekali dengan
kehidupan, baik dalam keluarga maupun dalam kehidupan bangsa dan negara.

Masalah-masalah yang disebabkan oleh faktor pendidik antara lain:


masalah kemampuan ekonomi, kemampuan pengetahuan dan pengalaman,
kemampuan skill, kewibawaan, kepribadian, attitud (sikap), sifat, kebijaksanaan,
kerajinan, tanggung jawab, kesehatan, dan sebagainya. Dengan adanya karya
sastra, diharapkan pesan dan kritik sosial yang disampaikan pengarang melalui
karyanyadapat mengurangi bahkan menghapus kesenjangan-kesenjangan
terutama masalah pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa kritik sosial masalah pendidikan merupakan kritik yang disebabkan adanya
masalah yang disebabkan oleh faktor pendidik dan anak didik itu sendiri.

d. Kritik Sosial Masalah Budaya

Menurut Koentjaraningrat (2002:180), kebudayaan merupakan


keseluruhan sistem gagasan, tindakan dah hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik Bersama degan belajar. Timbulnya
kebudayaan disebabkan karena interaksi manusia sebagai anggota masyarakat
dengan lingkungan sosialnya.

12
Dapat disimpulkan bahwa kritik sosial masalah kebudayaan membahas
berbagai unsur pokok kebudayaan itu sendiri artinya masalah-masalah yang
muncul akibat penyimpangan terhadap unsur-unsur kebudayaan.

e. Kritik Sosial Masalah Moral

Moral merupakan sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara
baik sebagai manusia. Sistem nilai tersebut terbentuk dari nasihat, wejangan,
peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun-temurun
melalui agama dan kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup
(Salam, 1997:10).

Dengan demikian moral selalu menunjukkan baik buruknya perbuatan


atau tingkah laku manusia. Tolak ukur untuk menilai baik buruknya tingkahlaku
manusia disebut norma. Prinsip moral yang amat penting adalah melakukan yang
baik dan menolak yang buruk.

Dapat disimpulkan bahwa kritik sosial masalah moral adalah kritik yang
membahas segala sesuatu yang berhubungan tentang suatu sistem nilai yang
dianut dalam kehidupan bermasyarakat, menyampaikan nilai-nilai kebenaran dan
mengkritik nilai-nilai moral yang tidak memperhatikan segi kemanusiaan.

f. Kritik Sosial Masalah Keluarga

Menurut Soekanto (2007: 44), disorganisasi keluarga adalah perpecahan


keluarga sebagai suatu unit, karena anggotanya gagal memenuhi kewajibannya
sesuai dengan peranan sosialnya. Disorganisasi keluarga dapat terjadi dalam
masyarakat kecil yaitu keluarga, ketika terjadi konflik sosial atas dasar perbedaan
pandangan atau faktor ekonomi. Melalui kritik yang disampaikan dalam sebuah
karya sastra, diharapkan konflik disorganisasi keluarga dapat teratasi dan tercipta
keluarga yang serasi dan harmonis.

Maka dari itu kritik sosial pada masalah keluarga membahas mengenai
disorganisasi keluarga yang mana dikarenakan anggotanya gagal dalam
memenuhi kewajibannya sesuai dengan peranan sosialnya. Disorganisasi keluarga

13
biasanya terjadi akibat adanya perbedaan pandangan atau faktor ekonomi. Dengan
adanya kritik sosial diharapkan konflik pada disorganisasi keluarga dapat
diminimalisir dan terciptanya keluarga yang harmoni.

g. Kritik Sosial Masalah Gender

Menurut Mansour (dalam Retnasih, 2014:41), perbedaan gender


merupakan interpretasi sosial dan kultural terhadap perbedaan jenis kelamin.
Gender mengacu pada peran dan kedudukan wanita di masyarakat dalam rangka
bersosialisasi dengan masyarakat lain. Wanita sering dianggap lemah dan seolah
olah tidak dapat memimpin. Anggapan tersebut kemudian memunculkan sikap
ketidakadilan bagi kaum wanita. Kedudukan wanita selalu ditempatkan berada di
bawah laki-laki sehingga wanita tidak bebas untuk mengemukakan pendapat.

Dapat disimpulkan bahwa kritik sosial masalah gender yaitu mengkritik


adanya permasalahan mengenai perbedaan gender terhadap peran dan
kedudukannya di masyarakat.

h. Kritik Sosial Masalah Agama

Menurut Salam (1997:182), agama memiliki fungsi penting yaitu untuk


memperkaya, memperhalus dan membina kebudayaan manusia. Namun,
kebudayaan itu sendiri tidak memberi pengaruh terhadap pokok ajaran yang
ditetapkan oleh suatu ajaran agama.

Pada dasarnya sifat dan sasaran agama adalah meletakkan dasar ajar
moral, supaya manusia dapat membedakan mana perbuatan baik dan mana
perbuatan yang buruk (Salam, 1997:183). Secara ideal, manusia sebagai makhluk
ciptaan-Nya harus senantiasa taat dengan cara bertaqwa kepadaNya. Namun
realitasnya masih begitu banyak orang yang menyimpang dari ajaran agama,
karena sifat agama yang tidak memaksa dan memberi kebabasan kepada umatnya
menentukan sikap. Manusia yang memiliki pondasi iman yang kuat maka akan
terus berusaha untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

14
Kritik sosial masalah agama ditujukkan terhadap kehidupan beragama
seseorang. Kritik muncul karena lemahnya iman manusia sehingga manusia
menjalankan apa yang dilarang dan menjauhi perintah-Nya. Ketidakmampuan
inilah yang dapat menimbulkan penyimpangan yang nantinya memunculkan
berbagai macam masalah sosial.

i. Kritik Sosial Masalah Teknologi

Kemajuan teknologi tidak hanya memberikan dampak positif bagi


manusia, tetapi juga dampak negatif. Selain lebih mudah, lancar, efektif, dan
efisien, penggunaan teknologi yang secara terus menerus juga dapat mengurangi
peforma manusia dalam melakukan berbagai aktivitas. Dampak negatif kemajuan
teknologi lainnya adalah adanya kesenjangan sosial, yaitu kesenjangan sosial
antara masyarakat ekonomi menengah ke atas dan masyarakat ekonomi menengah
ke bawah (Harun, 2018).

Berdasarkan penjelasan dari berbagai macam kritik sosial yang telah


diungkap disimpulkan bahwa masalah sosial itu adalah ketidak sesuaian antara
unsur kebudayaan dalam suatu masyarakat yang dapat membahayakan kehidupan
suatu kelompok sosial. Masalah sosial terjadi akibat perbuatan manusia itu
sendiri. Penelitian ini mengungkap kritik sosial mengenai pendidikan, gender,
keluarga, norma dan budaya yang nantinya akan diulas satu persatu dalam
penelitian ini.

2.1.4 Bentuk Penyampaian Kritik Sosial

Menurut Ataupah (2012), pada setiap kritik sosial secara langsung terdapat
kegiatan penilaian, kajian atau analisis terhadap suatu kondisi masyarakat tertentu
dilakukan secara langsung seperti aksi sosial, aksi unjuk rasa dan demonstrasi,
sedangkan kritik sosial secara tidak langsung dapat berupa suatu tindakan simbolis
yang menyajikan penilaian maupun kecaman terhadap keadaan sosial masyarakat
tertentu yaitu melalui puisi, lagu, film dan teatrikal, dan lain sebagainya. Maka dari
itu, film merupakan salah satu bentuk kritik sosial yang bersifat tidak langsung

15
namun, film itu sendiri juga menampilkan adanya kritik sosial yang terkandung di
dalamnya.

Menurut Nurgiyantoro (2010:335-339) bentuk penyampaian kritik dibagi


menjadi dua, yaitu bentuk penyampaian langsung dan tidak langsung. Bentuk
penyampaian kritik secara langsung menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan
tidak menggunakan penafsiran yang lebih lanjut. Dengan kata lain kritik yang
disampaikan kepada pembaca dilakukan secara eksplisit dan lugas. Sedangkan
bentuk penyampaian kritik tidak langsung memungkinkan pesan yang terkandung
dalam cerita bersifat tersirat saja, karena berpadu secara koherensif dengan unsur
cerita lainnya.

Sarwadi (1975: 4-6), menyatakan bahwa kritik sosial dalam sastra merupakan
salah satu wujud pencerminan aktif terhadap situasi masyarakat. Selanjutnya,
Sarwadi juga menyatakan bahwa sastrawan dalam menyampaikan kritiknya terhadap
kehidupan sosial dapat menggunakan cara yang berbeda-beda tergantung jenis karya
sastra, yaitu :

1. Kritik yang bersifat lugas, ialah kritik yang penyampaiannya secara langsung.
Tidak dengan lambang atau kiasan dan tidak bersifat konotatif. Namun kata
langsung dalam kritik ini bukan kata-kata dalam kehidupan sehari-hari,
melainkan kritik langsung dalam cipta sastra, yaitu sebagai kata tidak
langsung dalam kehidupan sehari-hari sebab kritik ini dijelmakan dalam
wujud keindahan.
2. Kritik yang bersifat simbolik, yaitu kritik yang dalam penyampaiannya
menggunakan bahasa kiasan atau lambang-lambang mewakili makna
sebenarnya. Penyampaian kritik secara simbolik sifatnya lebih terbuka.
3. Kritik yang bersifat humor, yaitu kritik yang mengemukakan kritik-kritiknya
secara humor. Pembaca akan tersenyum bahkan mungkin tertawa saat
membaca karya sastra yang sarat humor tersebut. Penyampaian kritik dengan
humor sekaligus berfungsi untuk menghibur para pembaca.

16
4. Kritik yang bersifat interpretatif, yaitu kritik yang menyampaikan kritiknya
dengan cara halus. Pemaknaan kritik dengan cara interpretatif membutuhkan
pengalaman, wawasan, dan pengetahuan pembaca.
5. Kritik yang bersifat sinis, yaitu sastra kritik yang mengemukakan kritik-
kritiknya dengan bahasa yang mengandung makna atau ungkapan kemarahan,
kejengkelan, jijik, atau tidak suka terhadap kehidupan yang dipandang pahit,
penuh penderitaan, penindasan, atau penyelewengan.

Berdasarkan paparan diatas, bentuk-bentuk kritik sosial terdiri dari kritik


sosial secara langsung dan tidak langsung. Aksi sosial, aksi unjuk rasa dan
demonstrasi merupakan suatu bentuk kritik sosial secara langsung. Adapun
bentuk kritik sosial secara tidak langsung antara lain seperti kritik melalui puisi,
kritik melalui lagu, kritik melalui film, aksi teatrikal. Namun, di dalam film itu
sendiri juga mengandung kritik sosial yang ingin disampaikan oleh
pengarangnya. Bentuk penyampaian kritik sosial terbagi menjadi dua yaitu
langsung yang mana disampaikan secara lugas dan bentuk penyampaian tidak
langsung yang terbagi menjadi beberapa macam cara yaitu sinis, simbolik, humor,
dan interpretatif.

2.1.5 Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra, yang memahami fenomena sastra dalam hubungannya


dengan aspek sosial, merupakan pendekatan atau cara membaca dengan memahami
sastra yang bersifat interdisipliner. Swingewood (1972), menyatakan jika sosiologi
merupakan studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat,
studi mengenai lembaga-lembaga dan proses sosial.

Sebagai pendekatan yang memahami, menganalisis, dan menilai karya sastra


dengan mempetimbangkan segi-segi kemasyarakatan (sosial), maka dalam perspektif
sosiologi sastra, karya sastra tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang otonom,
sebagaimana pandangan strukturalisme. Keberadaan karya sastra dengan demikian
selalu harus dipahami dalam hubungannya dengan segi-segi kemasyarakatan. Sastra
dianggap sebagai salah satu fenomena sosial budaya, sebagai produk masyarakat.

17
Pengarang, sebagai pencipta karya sastra adalah anggota masyarakat. Dalam
menciptakan karya sastra, tentu dia juga tidak dapat terlepas dari masyarakat
tempatnya hidup, sehingga apa yang digambarkan dalam karya sastra pun sering kali
merupakan representasi dari realitas yang terjadi dalam masyarakat. Demikian juga,
pembaca yang menikmati karya sastra. Pembaca pun merupakan anggota
masyarakat, dengan sejumlah aspek dan latar belakang sosial budaya, politik, dan
psikologi yang ikut berpengaruh dalam memilih bacaan maupun memaknai karya
yang dibacanya. (Wiyatmi, 2013).

Swingewood (dalam Wiyatmi, 2013), mengatakan ada dua metode penelitian


sastra. Pertama, sosiologi sastra diawali dengan lingkungan sosial untuk melihat
keterkaitan sastra dengan faktor di luar karya sastra atau disebut sebagai sociology of
literature. Kedua, sosiologi sastra menghubungkan struktur karya kepada genre dan
masyarakat atau disebut sebagai literary of sociology.

Wellek dan Waren (1993), membuat klasifikasi sosiologi sastra atas tiga
masalah, yaitu

1. Sosiologi pengarang, pendekatan ini mengkaji mengenai gejala yang


berhubungan dengan pengarang itu sendiri, seperti keadaan sosial, status,
serta hal yang berkaitan dengan pengarang.

2. Sosiologi karya, mengkaji mengenai masalah-masalah sosial dan


mencerminkan realitas yang terdapat dalam masyarakat.

3. Sosiologi pembaca, pendekatan ini berkaitan dengan permasalahan


pembaca serta penaruh sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut.

2.1.6 Teori Sosiologi Sastra Alan Swingewood

Dalam konsep sosiologi sastra yang memiliki keterkaitan dengan masyarakat,


Swingewood mengemukakan tiga konsep yang dapat digunakan dalam melihat
fenomena sosial dalam karya sastra, yaitu :

18
1. Perspektif pertama yaitu memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang
di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan
(Swingewood dan Laurenson: 1972:13). Perspektif ini memfokuskan
perhatiannya pada teks sastra sebagai objek kajian sehingga kita dapat melihat
suatu fenomena tertentu di dalam cermin yang dianalogikan sebagai potret
kehidupan masyarakat. Sastra bukan hanya sekedar sebagai cerminan
masyarakat, namun sastra merupakan sebuah cermin dari struktur sosial,
hubungan kekeluargaan, trend masa kini, serta konflik di dalam masyarakat itu
sendiri..
2. Perspektif kedua yaitu mengungkapkan jika sastra sebagai cermin situasi sosial
penulisnya (Swingewood dan Laurenson, 1972:17). Perspektif kedua ini fokus
pada pengarang sebagai pencipta karya sastra. Swingewood menyebutkan bahwa
pendekatan ini berpindah dari topik pembahasan karya sastra ke pembahasan
produksi karya sastra, khususnya bagaimana situasi pengarang. Bagaimanapun
juga sebuah karya sastra tercipta tidak lepas dari latar belakang pangaranya.
3. Perspektif ketiga yakni menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah
dan keadaan sosial budaya (Swingewood dan Laurenson, 1972:21). Perspektif ini
memfokuskan tentang bagaimana penerimaan masyarakat terhadap karya sastra
terkait pada suatu momen sejarah tertentu.
Berdasarkan paparan di atas, dalam penelitian ini akan menggunakan
pendekatan sosiologi karya dengan perspektif teori Alan Swingewood yang
menyatakan bahwa karya sastra sebagai dokumen sosial budaya yang merekam
suatu zaman. Sosiologi karya mengkaji isi karya dan apa yang tersirat dalam
karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya karena sosiologi karya sastra juga
mengkaji sastra sebagai cermin masyarakat, sastra sebagai dokumen sosial budaya
yang mencatat kenyataaan sosiobudaya suatu masyarakat pada masa tertentu. Apa
yang tersirat dalam karya sastra dianggap mencerminkan atau menggambarkan
kembali realitas yang terdapat dalam masyarakat. Kajian sosiologi karya sastra
memiliki kecenderungan untuk tidak melihat karya sastra sebagai suatu
keseluruhan, tetapi hanya tertarik kepada unsur-unsur sosiobudaya yang ada di
dalam karya sastra.

19
2.2 Penelitian yang Relevan

Pada dasarnya belum ada penelitian yang mengkaji tentang kritik sosial pada film
AlRawabi School for Girls Namun demikian, penelitian ini memiliki relevansi dengan
penelitian sebelumnya yang juga bertema kritik sosial dalam karya sastra yang berupa novel
atau film. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Novita Lestari (2017)

Penelitian sosiologi sastra dalam film “Di Timur Matahari” Karya Ari Sihasale
yang dilakukan oleh Novita Lestari (2017) yang berjudul “Kritik Sosial Dalam Film di
Timur Matahari Sutradara Ari Sihasale Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya
sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA” Universitas Mataram. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam film Di Timur Matahari karya Ari Sihasale terdapat tiga kritik
sosial, yakni kritik sosial terhadap problematika pendidikan, kritik sosial terhadap masalah
kemiskinan dan kritik sosial terhadap perang antarsuku. Adapun hasil implementasi film
Di Timur Tengah sebagai bahan ajar sastra di SMA yaitu film ini dapat digunakan sebagai
bahan ajar sastra karena sesuai dengan kriteria pemilihan bahan ajar sastra.

Relevansi antara penelitian penulis dengan penelitian terdahulu ialah sama-sama


mengkaji kritik sosial dalam film dan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.
Relevansi selanjutnya adalah sama-sama menggunakan perspektif Alan Swingewood.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada film yang menjadi
objek penelitian serta sebagai implementasi bahan ajar sastra di SMA.

2. Prasetyo (2015)

Penelitian sosiologi sastra dalam novel “Slank 5 Hero dari Atlantis” karya
Sukardi Rinakit yang dilakukan oleh Prasetyo (2015) yang berjudul “Kritik Sosial dalam
Novel Slank 5 Hero dari Atlantis Karya Sukardi Rinakit Sebuah Kajian Sosiologi Sastra”
Universitas Negeri Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang
dikritik dalam novel Slank 5 Hero dari Atlantis yaitu masalah birokrasi, peperangan, dan
kejahatan. Adapun bentuk penyampaian kritik dalam novel Slank 5 Hero dari Atlantis,

20
yaitu penyampaian kritik secara langsung dan tidak langsung; penyampaian kritik sacara
langsung, yaitu penyampaian kritik secara lugas sedangkan penyampaian kritik secara
tidak langsung, yaitu dengan cara simbolik, humor, dan sinis.

Relevansi antara penelitian penulis dengan penelitian terdahulu ialah sama-sama


mengkaji kritik sosial hanya berbeda pada objek yang diteliti. Penelitian terdahulu
meneliti tentang kritik sosial dalam novel sedangkan objek penelitian ini meneliti kritik
sosial dalam film. Relevansi berikutnya adalah sama-sama menggunakan pendekatan
sosiologi sastra hanya saja penelitian terdahulu menggunakan perspektif Wellek dan
Warren sedangkan penelitian penulis mengunakan perspektif Alan Swingewood.

3. Yuliana (2019)

Penelitian sosiologi sastra dalam novel “Calabai” karya Pepi Al-Bayqunie yang
dilakukan oleh Yuliana (2019) yang berjudul “Kritik Sosial dalam Novel Calabai karya
Pepi Al Bayqunie Tinjauan Sosiologi Sastra” Universitas Muhammadiyah Makassar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan yang dikritik pada novel Calabai
karya Pepi Al-Bayqunie adalah kritik sosial dalam keluarga, masyarakat lingkungan
sekitar dan keagamaan. Percakapan yang terdapat pada novel ini sangat jelas jika terdapat
adanya kritik sosial. Pengalaman langsung yang dialami tokoh dalam novel ini
menunjukkan jika tokoh tersebut mengalami masalah berupa penolakan masyarakat
sekitar yang berupa penolakan dari orang tua, teman, masyarakat dan agamawan.

Relevansi antara penelitian penulis dengan penelitian terdahulu yakni sama-sama


sama-sama mengkaji kritk sosial hanya berbeda pada objek yang diteliti. Penelitian
terdahulu meneliti tentang kritik sosial dalam novel sedangkan objek penelitian ini
meneliti kritik sosial dalam film. Relevansi berikutnya adalah sama-sama menggunakan
pendekatan sosiologi sastra Alan Swingewood.

2.3 Kerangka Pemikiran

21
Keterkaitan masalah yang diteliti dengan teori serta subjek/objek dijelaskan pada
bagian kerangka pikir. Pada penelitian ini, kerangka pemikiran disajikan singkron dengan
rumusan masalah. Tujuannya, agar masalah dan teori bisa relevan dengan simpulan
penelitian yang nanti akan dihasilkan. Adapaun bagan dari kerangka pikir yang dapat
dilihat dibawah ini.

22
Kerangka Pemikiran

Serial Film AlRawabi School for Girls


karya Tima Shomali dan Shirin Kamal

Pendekatan Sosiologi Sastra


Teori Alan Swingewood

Kritik Sosial

Kondisi Sosial Masyarakat Jenis-jenis kritik sosial yang Bentuk Penyampaian Kritik
Yordania pada Saat Serial Terdapat pada Serial Film dalam Serial Film AlRawabi
Film Alrawabi School for AlRawabi School for Girls School for Girls
Girls Tayang.

Keluarga Budaya Gender Moral Pendidikan Langsung Tidak Langsung

Kesimpulan
METODE PENELITIAN
Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal
dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, mengikuti, sesudah, sedangkan hodos
berarti jalan, cara, arah. Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara,
strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian
sebab akibat berikutnya. Sebagai alat, sama dengan teori, metode berfungsi untuk
menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipaham (Ratna, 2013).

Metode penelitian menurut Faruk (2015:55), adalah cara untuk memperoleh pengetahuan
mengenai objek tertentu dan, karenanya, harus sesuai dengan kodrat keberadaan objek itu
sebagaimana yang dinyatakan oleh teori.

Berdasarkan definisi diatas peneliti harus mampu menganalisis metode apa yang
digunakan sesuai dengan objek kajiannya. Berdasarkan analisis penulis dalam melakukan
penelitian terhadap kritik sosial terhadap film AlRawabi School for Girls karya Betsy Giffen
Nowrasteh dan Cyrus Nowrasteh maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan masalah sosial


apa saja yang dikritik dalam film AlRawabi School for Girls Berdasarkan tujuan tersebut,
maka metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif
artinya penelitian jenis ini mengfokuskan pada pengumpulan data berupa kata-kata bukan
bilangan. Metode yang digunakan pada kajian ini diuraikan ke dalam langkah-langkah
sesuai dengan tahap pelaksanaannya, yaitu yang pertama tahap penyediaan data, lalu
kedua adalah analisis data dan terakhir tahap penyajian hasil analisis data.

Moleong (2005:11), mendeskripsikan penelitian deskripsi sebagai laporan


penelitian yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan
tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape,
dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.
3.2 Data dan Sumber Data

Setiap data yang dikumpulkan dari berbagai sumber dapat membantu dalam
menganalisis objek penelitian. Sumber data adalah tempat atau sumber dimana data
tersebut diperoleh. Adapun sumber data yang dimaksudkan dalam penelitian ini sebagai
berikut :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu serial film berasal dari Yordania dengan judul
AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal yang dirilis pada
tahun 2021 berjumlah enam episode yang setiap episodenya berdurasi 44 menit. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi yang berupa dialog dari
transkip film dan visual adegan yang mengandung kritik sosial dalam serial film
AlRawabi School for Girl.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku sastra,
penelitian terdahulu, referensi-referensi serta kajian internet yang relevan dengan
objek penelitian.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi dan teknik catat. Teknik dokumentasi merupakan pengumpulan data dengan
menelaah catatan-catatan atau dokumentasi sebagai sumber data yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti. Dalam penerapannya, teknik dokumetasi ini dilakukan
untuk memperoleh data dalam bentuk gambar dari serial film AlRawabi School for Girls
karya Tima Shomali dan Shirin Kamal. Kemudian dilanjutkan dengan teknik catat yang
mana teknik ini digunakan untuk memperoleh data dengan cara mencatat data-data.
Teknik dokumentasi dan teknik catat dilakukan untuk memperoleh data berupa gambar
yang kemudian diamati serta mencatat dialog-dialog yang mengandung kritik sosial yang
ada pada serial film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan unuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini yaitu :
1. Menonton film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin
Kamal secara berulang-ulang.
2. Mencari bentuk-bentuk kritik sosial yang terdapat dalam film AlRawabi
School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
3. Mencatat dan mengklasifikasikan data yang termasuk kritik sosial yang ada
pada film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
3.4 Populasi dan Sampel
a. Populasi

Menurut Sugiyono (2013:115) populasi adalah wilayah generalisasi yang


terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh adegan dan dialog dalam film
AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal sebagai objek
penelitian.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Adapun teknik yang digunakan dalam mengambil sampel yaitu
teknik sampling. Teknik sampling terbagi atas dua yaitu probability sampling dan
nonprobability sampling. Peneliti menggunakan nonprobabilty sampling dengan
teknik purposive. Teknik purposive adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013: 218-219). Alasan peneliti mengambil
purposive sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai
dengan fenomena yang diteliti.

Sampel dalam penelitian ini adalah dialog atau adegan yang membahas
tentang kritik sosial dalam serial film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali
dan Shirin Kamal.
3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu proses mengatur urutan data,


mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
(Muhammad, 2016:221). Adapun tahapan dalam analisis data dalam penelitian ini
sebagai berikut :

1. Identifikasi data, mengidentifikasi kondisi sosial dan elemen-elemen yang tergolong


kritik sosial dalam serial film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan
Shirin Kamal.
2. Klarifikasi data, yaitu mengelompokkan data berdasarkan jenis kritik sosial dalam
serial film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
3. Deskripsi data, yaitu gambaran data dalam bentuk tampilan yang mudah terbaca dan
akan dipaparkan dalam bentuk pembahasan.
4. Interpretasi data, memberikan data tafsiran secara umum tentang hasil penelitian yang
diperoleh, hal tersebut terlihat pada kesimpulan penelitian
3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto merupakan alat bantu bagi


peneliti dalam mengumpulkan data.

Berdasarkan uraian di atas, instrument yang digunakan dalam penelitian ini


meliputi :

a. Pulpen
Pulpen berfungsi untuk mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan
penelitian.
b. Smartphone
Smartphone digunakan untuk mengakses internet agar memudahkan pencarian
referensi yang berkaitan dengan penelitian.
c. Buku catatan
Digunakan untuk merangkum informasi-informasi penting yang berhubungan
dengan penelitian yang dilakukan.
d. Laptop
Laptop digunakan untuk menonton objek penelitian yang dikaji serta mencari
referensi yang berkaitan dengan penelitian. Laptop juga berfungsi untuk
mengetik, mengedit, maupun menyimpan file penelitian.
3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan penjelasan langkah-langkah yang harus ditempuh


dalam suatu penelitian. Adapun prosedur dalam penelitian ini yaitu :

1. Mempersiapkan objek yang akan dikaji yaitu serial film AlRawabi School for Girls
karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
2. Menonton berulang kali film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan
Shirin Kamal.
3. Mengumpulkan referensi yang relevan terkait objek penelitian.
4. Mengidentifikasi masalah sosial yang teradapat pada serial film AlRawabi School for
Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
5. Menandai dan mengklasifikasi data yang menggambarkan kritik sosial dalam serial
film AlRawabi School for Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
6. Menganalisis bentuk penyampaian kritik sosial dalam serial film AlRawabi School for
Girls karya Tima Shomali dan Shirin Kamal.
7. Membuat kesimpulan terhadap hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai