Anda di halaman 1dari 5

Wayang Sebagai Media Pembangun Karakter Murid Sekolah Dasar

Pendidikan karakter merupakan modal awal yang harus dimiliki oleh setiap manusia, karakter berbeda dengan kepribadian, kepribadian merupakan pemberian dari Tuhan sejak dilahirkan, manusia memiliki 4 tipe kepribadian : 1. Koleris : merupakan kepribadian yang mandiri, tegas, dan suka tantangan 2. Sanguinis : suka kejutan, ceria, suka dengan kegiatan sosial 3. Phlegmatis : suka bekerjasam, tidak suka perubahan mendadak, dan menghindari konflik 4. Melankolis : perfection, detail, dan jelas Dari keempat tipe kepribadian ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Nah disinalah fungsi karakter, yaitu untuk mengatur emosi dan pemikiran untuk mengatasi kelemahan-kelamahan yang dimiliki. Manusia yang berkarakter akan memiliki emosi dan pemikiran yang selalu mencari jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi, mereka tidak putus asa dengan masalah yang ada pada diri sendiri. Untuk itu karakter harus dibangun dan proses pembangunan karakter tidak instan. Pendidikan karakter pada usia dini akan memiliki dampak yang besar pada proses tumbuh kembang anak. Pada saat ini otak mereka akan menangkap setiap pembelajaran yang diberikan dengan baik, dan memori tersebut akan tersimpan dalam otak bawah sadar mereka. Otak bawah sadar akan menyimpan memori dengan baik setiap pembelajaran yang bersifat visual dan histori disertai dengan tokoh-tokoh idola dalam pewayangan. Tokoh-tokoh pewayangan yang terkenal adalah : 1. Yudhistira (Sang Ludira Seta) Yudhistira adalah lambang dari pria yang tangguh, teguh hati, penyabar, dan suka perdamaian, sangat setia pada istri dan anak dan keluarganya. Yudhistira sangat membenci permusuhan. Watak dan sifat dari Yudhistira ini bisa dicontoh oleh anak muda sekarang yang cenderung melakukan tawuran antar pelajar. 2. Arjuna (Lanange Jagad) Arjuna memiliki sifat dan watak fitrah dan murni, dan lembut hatinya. Tampangnya yang gagah adalah lambang dari kehalusan dan keagungan budi seorang pria. Arjuna dikenal memiliki kesukaan terhadap keindahan, keharmonisan, asri. Watak dan tokoh Arjuna ini

sangat perlu dicontoh oleh anak-anak Indonesia untuk menjaga keharmonisan dalam bergaul. 3. Kresna (Politikus) Kresna adalah lambang pria yang ramah, mudah bergaul, supel, banyak kawan, dan suka bercanda (humor). Kresna yang terkenal sebagai seorang politikus yang handal pada masanya sering dijadikan sebagai konsultan. Kresna juga terkenal kewibawaanya dikalangan teman-temanya, bersikap adil kepada istri-istrinya. Watak dan sifat dari Kresna ini harus dicontoh dalam membangun karakter anak muda Indonesia yang memiliki berbagai macam suku dan bahasa. 4. Drestharasta (Gagal Membina istri) Drestharasta sebenarnya memiliki watak yang baik, suka mengalah dan penyabar, namun sifat karena hal ini, istrinya memanfaatkan Drestharasta untuk mangatur suami agar mengikuti perintahnya. Drestharasta merupakan lambang suami yang tidak memiliki kekuasaan terhadap istrinya, suami yang tidak berani melawan kehendak buruk istri. Karakter dari Drestharasta perlu dicontoh oleh anak-anak Indonesia, walaupun seseorang memiliki karakter yang baik tapi apabila mudah terpengaruh orang lain dan tidak mengikuti berbagai macam budaya asing. 5. Bima (Si mahal cinta) Bima merupakan pria yang perkasa, dikaruniakan kekuatan yang luar biasa, namun kekuatanya itu tidak membuatnya tinggi hati, sombong, dan bertindak sewenang-wenang. Bima sangat sayang terhadap orang tuanya dan keluarganya. Bima merupakan lambang pria yang selalu bersikap jujur, dan suka menolong, tidak mudah dihasut oleh siapapun, teguh memegang prinsip, dan teguh memegang syariat agama dan negara, dengan segala kelebihan dari Bima namun tidak membuat Bima bersikap melecehkan terhadap wanita, Bima melihat wanita dari sikapnya, luhur hatinya, hal ini tercermin dari istrinya yaitu Dyah Ayu. Watak Bima patut dicontoh oleh pemuda kita, sehingga lebih bersifat saling tolong menolong dan tidak egois sesamanya. 6. Durna (paranormal pengeruk keuntungan) Durna merupakan tokoh wayang yang jelek. Durna memiliki wajah tampan pada masa mudanya, namun karena sikapnya Durna sendiri yang hadigang hadigung, Durna dihajar oleh musuhnya sehingga wajahnya rusak. Durna dikenal dengan watak bermuka dua.

Pria yang tidak berpendirian kuat dan penuh prasangka buruk. Durna tega memanfaatkan orang yang minta tolong padanya. Watak tokoh Durna ini merupakan watak yang harus dihilangkan dari setiap jiwa. Durna merupakan contoh watak pewayangan yang tidak patut dicontoh oleh pemuda kita, sifatnya yang hedonisme dan hanya mencari keuntungan pribadi saja tidak patut dicontoh oleh pemuda Indonesia. 7. Semar (si pembantu bijaksana) Semar memilki watak yang bijaksana, suka mengasuh, walaupun hanya seorang pembantu namun Semar sebenarnya adalah keturunan bangsawan. Dengan segala kekurangannya semar memilki banyak kelebihan yaitu, sangat intuitif, memiliki insting yang tajam dan kedewasaan. Semar senantiasa adil dan bijaksana dalam memutuskan sebuah perkara. Semar selalu berpenampilan sebagai sosok titah sawantah belaka. Semar contoh watak yang memiliki kekurangan tetapi bisa memberikan kemanfaatn bagi lingkungan sekitar. Sikap dan perilaku dari Semar marupakan lambang dari sikap dan perilaku rakyat golongan bawah yang tidak menggantungkan hidup pada orang lain, tetap berjuang walaupun menjadi pembantu. Walaupun golongan bawah tetapi tetap bersikap bijaksana dan mau menolong orang lain. 8. Baladewa (mudah marah, mudah memaafkan) Ia adalah lambang pria yang suka bersemedi, suka pati raga dan tirakat. Ia lebih banyak berkecimpung di dalam dunia ilmu ghaib. Baladewa memiliki watak sangat menyayangi keluarganya, terlebih kepada saudara perempuannya, Dyah Ayu Sembadra. arakter yang menonjol dari Baladewa adalah mudah marah tapi juga mudah memberi maaf kembali. Baladewa bisa dilambangkan sebagai gambaran sosok pria yang setiap bertindak selalu serampangan, tanpa dipikir panjang terlebih dahulu, akhirnya justru malu sendiri setelah ketahuan kekeliruannya. Kelebihan lain dari Baladewa adalah berani mengakui secara jantan atas kekeliruan dan kekhilafannya. Dari beberapa watak dan sifat tokoh pewayangan ini, banyak yang bisa diambil sebagai contoh yang baik dan contoh yang buruk. Sifat dan watak ini yang kemudian ditanamkan pada setiap siswa-siswi sekolah dasar, sifat dan watak yang diceritakan melalui sebuah tokoh melalui cerita-cerita pewayangan akan lebih mengena pada setiap murid, dan akan tersimpan dalam memori otak bawah sadarnya sehingga bisa di aplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya pada proses tumbuh kembang anak.

Dewasa ini anak-anak Indonesia sudah mulai terpengaruh budaya-budaya asing, mulai dari bangsa-bangsa Eropa, bangsa Korea, dan bangsa-bangsa lain yang sejatinya budaya-budaya tersebut selain akan menggerus budaya-budaya asli Indonesia juga akan mempengaruhi karakter anak-anak bangsa sendiri, mereka akan lebih mencontoh perilaku-perilaku bangsa Eropa yang cenderung menganut asas kebebasan. Mereka akan mempraktekan apa-apa yang mereka lihat melalui film, game, dan tontonan yang lain. Ketika mereka diberi game yang bernuansa kan peperangan dan perkelahian, anak-anak akan meniru adegan tokoh-tokoh yang dikaguminya, karena itu timbul lah berbagai macam perkelahian anatara pelajar di Indonesia, padahal pada usia 5-15 tahun adalah masa yang produktif bagi anak-anak untuk menyerap dan menyimpan apa yang dilihat, didengar. Kemudian ada kecendrungan bagi mereka untuk melakukan seperti apa yang dilihat dan didengar. Jadi, tontonan harus bisa menjadi tuntunan bagi anak-anak Indonesia. Pertunjukan wayang pada anak-anak di sekolah dasar akan membuat mereka memiliki rasa cinta pada budaya Indonesia dan mereka memiliki tontonan yang bisa menjadi tuntunan, mereka memiliki tokoh idola yang bisa menjadi panutan. Panutan dalam hal perilaku dan watak yang dimiliki oleh setiap lakon pewayangan. Dalam setiap penceritaan wayang, ada satu tokoh yang menjadi lakon, lakon yang memiliki sifat-sifat tertentu sesuai cerita, hal ini dapat menjadikan pelajaran kehidupan bagi murid sekolah dasar sehingga bermanfaat bagi kehidupanya kedepan. Pertunjukan wayang bisa dilakukan di sekolah dasar minimal 1 bulan sekali, sehingga murid tidak jenuh dengan keseharian yang ada di sekolah, mereka lebih terhibur dengan pertunjukan wayang yang ada di sekolah nya. 1 bulan sekali, merupakan waktu yang minimal diadakan pertunjukan wayang, biasanya dalam 1 bulan murid mengalami kejenuhan dalam belajar. Jadi untuk tiap sekolahan perlu adanya upaya-upaya yang membuat murid dapat bersemangat kembali dalam belajar. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pertunjukan wayang, pertunjukan wayang tidak harus dilakukan oleh dalang yang profesional tetapi bisa juga dilakukan oleh guru-guru disekolahan oleh kepala sekolah atau bahkan dari muridnya sendiri bisa melakukan cerita wayang, hal ini dapat dijadikan keunikan tersendiri bagi sekolahan dan bisa sebagai ajang adu kreasi dalam hal cerita wayang. Untuk masalah cerita pewayangan, bisa dicari diinternet ataupun melalui buku-buku tentang pewayangan. Wayangwayang nya juga tidak harus dari kulit asli yang mahal, tetapi juga bisa berkreasi dengan wayang

kertas yang lucu-lucu yang bisa menarik anak-anak dalam menonton sehingga pertunjukan tidak monoton, ada unsur pendidikannya, budayanya dan pesan moralnya, juga bisa dikombinasikan dengan menggunakan tehnik pencahayaan yang baik, sehingga menjadi daya tariki bagi anakanak. Hal ini selaras dengan apa yang dilakukan oleh dalang Slamet Gundono dari Tegal yang terkenal dengan wayang rumputnya dan dalang Ki Enthus Susmono dari Tegal yang terkenal dengan wayang orangnya yang dibuat dari kayu. Kedua dalang ini dalam melakukan pertunjukannya menampilkan hal-hal yang menarik, tetapi tanpa menghilangkan nilai-nilai dari wayang itu sendiri, dalam penyampaian ceritanya mereka biasa menceritakan tidak hanya dunia pewayangan, tetapi juga mengenai nilai-nilai moral bangsa, keluhuran bangsa, dan yang tidak kalah penting yaitu mereka mempunyai guyonan atau cerita lucu yang memiliki makna bagi kehidupan manusia. Para dalang di sekolahan bisa meniru kedua dalang tersebut dalam hal penampilan wayang di sekolahan, ataupun dalang-dalang yang lain yang tidak kalah menghiburnya. Karena saat ini era digital, pertunjukan wayang bisa dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang modern. Hal ini akan menambah daya tarik murid sendiri dalam menikmati pertunjukan wayang. Pesan-pesan yang terkandung dalam penceritaan akan tersampaikan dengan baik kepada murid. Sumber Penulisan : Tokoh dan karakter wayang Soegiyono MS, Guru SMP Muhammadiyah 1 Wates Kulonprogo, anggota Sanggar Seni Sastra Kulonprogo Pendidikan karakter Timothy Wibowo diakses dari http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakterdalam-melengkapi-kepribadian/ pada 30 November 2012 pukul 06.50

Anda mungkin juga menyukai