Anda di halaman 1dari 7

1.

Penggambaran Langsung Tokoh :


Ayu adalah gadis hitam manis yang lembut dan ramah juga memiliki ukuran tubuh yang lebih mungil
dari teman-teman sebayanya ini, memiliki banyak teman dan salah satunya adalah Lisa, yang merasa
sangat nyaman berteman dengan Ayu karena menurutnya, Ayu adalah teman yang baik untuknya.

Berdasarkan penggambaran tokoh secara langsung di atas, dapat kita ketahui bahwa tokoh Ayu memiliki
karakter yang lembut, ramah dan baik hati.

2. Penggambaran Fisik dan Perilaku :


Vania sangat heran mendengar pernyataan teman-temannya yang mengatakan bahwa anak baru yang
bernama Alex adalah cowok yang paling perfect di sekolahnya. Memang, Vania juga mengakui bahwa
Alex memiliki wajah tampan dengan rahang yang tegas, kulit putih, bertubuh atletis dan juga mata yang
indah, namun perilakunya yang tidak mau saling bertegur sapa kepada siapa saja yang lewat
dihadapannya membuat Vania membenci Alex.

Berdasarkan gambaran fisik dan perilaku, kemungkinan besar bahwa tokoh Alex memiliki sifat yang
angkuh dan sombong.

3. Penggambaran Karakter dari Lingkungan :


Lisa dan Ayu mendapatkan nilai 10 besar, sehingga mereka berdua masuk dalam kelas 1A. Kelas 1A
merupakan kelas yang dihuni oleh siswa-siswi yang berprestasi dan mendapatkan nilai ujian 40 terbaik,
kelas 1B diduduki oleh siswa-siswi 41-80 terbaik dan kelas 1C diisi oleh siswa siswi yang menempati
peringkat 80-120.

Dari penggambaran tokoh di atas, maka dapat diketahui bahwa tokoh Lisa dan Ayu memiliki karakter
yang pintar dan cerdas.

4. Penggambaran Tokoh dari Ketatabahasaan :


“Heh,, dasar gak punya otak lo!! Lo pikir dengan lu pake kerudung terus gue bisa langsung maafin elo,
hah?? Gak segampang itu Al. Sampe lu nangis darah pun gue nggak akan maafin lo Alya! Inget itu!!”

Dari bahasa yang dikemukakan oleh tokoh di atas, maka dapat diketahui tokoh Maya memiliki karakter
yang kasar dan pemarah.

5. Penggambaran Tokoh Oleh Tokoh Lain :


“Ya ampun, Aga!! coba lu liat ke sana deh!! Itu kan Alfri. Teryata bener ya, kata cewek-cewek di
sekolah ini kalo ketua kelas IPA1 yang baru itu ternyata ganteng dan ramah banget ya! Tuh,, liat deh! dia
senyum ke arah kita!!” ucap Crishtine semangat.

Dari penggambaran di atas, dapat diketahui bahwa karakter tokoh Alfri memiliki sifat yang ramah.

6. Penggambaran Tokoh dari Jalan Pikiran yang dikemukakan oleh penulis :


“Mungkin yang lo rasain bukan pengin punya cowok Joy, tapi perasaan ingin dicintai, ingin berharga
buat orang lain dan ingin merasa kita cantik.” Wening menerawang dengan wajah penuh arti sekaligus
begitu teduh.

Dari kalimat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tokoh Wening memiliki karakter tokoh yang pengertian
dan juga tenang

1. Penerapan Tokoh Berdasarkan Penggambaran Fisik


Penerapan tokoh berdasarkan penggambaran fisik tokoh ditandai oleh umur, jenis kelamin, ciri-ciri
tubuh, cacat jasmaniah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, keadaan tubuh:
tinggi-pendek, kurus-gemuk, suka senyum-cemberut, dll. Ciri fisik ini dapat dihubungkan dengan
perwatakan.

2. Penerapan Tokoh Berdasarkan Gambaran Psikis


Penerapan tokoh berdasarkan gambaran psikis dapat dilakukan dengan menganalisis karakter tokoh,
kebiasaan-kebiasaan, aspirasi, motivasi, dan sikap hidup, dan pertualangan tokoh. Gambaran psikis
tokoh itu dapat terjadi pada tokoh protagonis, yaitu tokoh yang membawa ide dan mengembangkan jalan
cerita, maupun tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang ide dan mengembangkan jalannya cerita.

3. Penerapan Tokoh Berdasarkan Gambaran Sosial


Penerapan tokoh berdasarkan gambaran sosial tampak pada profesi, pekerjaan, dan aktivitas rutin yang
dilakukan tokoh dalam naskah. Seorang penganalisis naskah harus mampu menandai status sosial tokoh
dalam naskah. Ani dan Ina adalah wanita penghibur. Tompel adalah pengangguran yang mengawal Ani
dan Ina pada saat bekerja mencari pelanggan. Kakek adalah penunggu kolom, mantan pengusaha yang
gagal. Babah Liem adalah pedagang yang berjiwa sosial. Dan prosedur penerapan watak tokoh dalam
naskah drama dilakukan dengan langkah-langkah berikut: Pertama, Membaca naskah secara keseluruhan.
Kedua, Menentukan tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Ketiga,
Membuat analisis karakter tokoh dari aspek fisik, psikologis, dan sosial baik tokoh utama maupun
pembantu, baik tokoh protagonis maupun antagonis

A. Pendeskripsian secara langsung

Penggambaran tokoh secara langsung adalah penggambaran tokoh secara tersurat yang ada di dalam

sebuah cerita. Pengarang langsung menjelaskan sifat atau karakter tokoh-tokohnya, misal rajin, pemalas,

sombong, dermawan dan lain sebagainya. Teknik secara langsung dapat dipahami oleh pembaca dalam
memahami isi cerpen tersebut. Biasanya penulis akan memberikan sifat-sifat para tokoh secara detail

atau jelas di dalam alur ceritanya.

B. Pendeskripsian secara tidak langsung

Penggambaran tokoh secara tidak langsung atau sering disebut juga dengan teknik dramatik. Teknik

dramatik disebut juga penggambaran tokoh secara tersirat yang ada dalam sebuah cerita. Ada beberapa

cara pengarang dalam memberikan sifat-sifat para tokoh di dalam cerita melalui teknik ini, diantaranya:

1. Melalui bentuk fisik secara lahir.

2. Melalui jalan pikiran tokoh.

3. Melalui tindakan tokoh.

4. Melalui lingkungan tokoh.

5. Melalui dialog antartokoh.

Berikut ini beberapa teknik penokohan dalam cerita

Teks 1

Eka memang sangat menarik. Dia cantik dengan rambut ikalnya yang panjang. Hidungnya kecil dan

lancip, matanya yang lebar dilengkapi dengan bulu mata yang lebat dan lentik. Wajahnya

disempurnakan dengan bibirnya yang merah, meski tak memakai lipstik. Dia sangat supel sehingga

disukai teman-temannya. Teman-temannya pun beragam mulai dari kalangan ekonomi lemah sampai

dengan ekonomi atas. Eka sendiri berasal dari keluarga yang kaya, tetapi sangat mengedepankan

kesederhanaan. Tak heran kalau Eka terbiasa rajin dan rapi untuk urusan pribadinya.

Teks 2
Deni sedang tiduran di kamarnya yang luas. Ukurannya tak kurang dari 4 X 4 m. Ranjangnya yang

berukuran no. 1 terlihat acak-acakan. Spreinya sangat kusut. Diatas tempat tidurnya tedapat buku-buku

berserakan yang bercampur dengan baju seragam yang baru dilepasnya. Sepatunya terlihat di ranjang

tapi hanya yang sebelah kanan, sedangkan sepatu yang sebelah kiri terlihat di sudut kamar di belakang

pintu. Di belakang pintu kamar itu terlihat terdapat kapstok yang dipenuhi pakain kotor. Di lantai kamar

terlihat berpasang-pasang kaos kaki dan pakaian yang entah sudah berapa hari tidak dicuci. Televisi di

kamar Deni juga tertutupi debu yang tebal. Di sana Dina telentang dengan kaos kaki yang masih melekat

di kakinya.

Teks 3

Rina : “Sin, bagaimana sebenarnya Lita ya ?

Sinta : “Ya bagaimana lagi ! Dia itu memang judes sich !

Tapi sebenarnya dia baik juga lho …..”

Rina : “Ya emang. Kemarin aku juga diajarin dia waktu aku kesulitan mengerjakan PR matematika.”

Sinta : “Itulah, biar saja dia sekarang marah. Sebentar lagi juga dia akan baik. Dia itu nggak bakalan

tahan kalau marah lama-lama. Lagian, kalau kamu nggak nyinggung dia duluan, dia juga ndak mungkin

semarah itu.”

Rina : “Aku emang salah. Tapi tadi aku sudah minta maaf. Cuma Lita emang marah banget, jadi pas

aku minta maaf dia malah pergi.”

Teks 4

Dina menatap wajah ibunya. “Ibuku memang cantik batinnya. Meski sudah lanjut usia, kecantikan ibu

masih terlihat jelas di wajahnya. Aku sangat menyayangi wanita ini. Sikapnya yang tegas telah ikut

membentuk karakterku. Kasih sayangnya padaku tak pernah habis. Perhatiannya padaku juga sangat luar
biasa. Meski sejak usiaku 10 tahun ayah sudah meninggal, tapi ibuku sampai kini tak menikah lagi. Ibu

sangat kuat dan tabah dalam menapaki hari-hari bersamaku, mendidikku, mengajariku, membimbingku

sendirian. Aku ingin sekali bisa sekuat dia,” begitu pikir Dina.

Teks 5

Pulang sekolah tanpa mengetuk pintu, Tono langsung masuk rumah dan dibantingnya pintu rumahnya

dengan keras. Ibunya yang sedang berada di dapur sampai terkejut. Begitu masuk, Tono langsung

menuju meja makan, segera dibukanya tudung saji. Ketika dilihatnya lauknya hanya itu-itu saja,

dibantingnya tudung saji sampai gelas yang ada di meja makan jatuh dan hancur berkeping-keping.

Dengan muka masam ia menuju ke kamarnya. Ditendangnya pintu kamarnya sampai terbuka, lalu masuk.

Dibantingnya pintu itu untuk menutup. Kemudian ia membantingkan badannya di tempat tidur tanpa

mencopot sepatu. Tangannya meraih tape recorder, lalu dia menyetel lagu-lagu rock dengan volume

maksimal.

Teks 6

Ayu adalah gadis hitam manis yang lembut dan ramah juga memiliki ukuran tubuh yang lebih mungil

dari teman-teman sebayanya ini, memiliki banyak teman dan salah satunya adalah Lisa, yang merasa

sangat nyaman berteman dengan Ayu karena menurutnya, Ayu adalah teman yang baik untuknya.

Teks 7

Vani sangat heran mendengar pernyataan teman-temannya yang mengatakan bahwa anak baru yang

bernama Alex adalah laki-laki yang paling perfect di sekolahnya. Memang, Alex memiliki wajah tampan

dengan rahang yang tegas, kulit putih, bertubuh atletis dan juga mata yang indah. Ia tidak mau saling

bertegur sapa kepada siapa saja yang lewat dihadapannya membuat Vani membenci Alex.

Teks 8
Lisa dan Ayu mendapatkan nilai 10 besar, sehingga mereka berdua masuk dalam kelas 10A. Kelas 10A

merupakan kelas yang dihuni oleh siswa-siswi yang berprestasi dan mendapatkan nilai ujian 40 terbaik,

kelas 10B diduduki oleh siswa-siswi 41-80 terbaik dan kelas 10C diisi oleh siswa siswi yang menempati

peringkat 80-120.

Teks 9

Haji Marhaban Hamim bin Muktamar Aminudin nama lengkapnya, sama sekali bukan guru ngaji yang

kejam, bukan sama sekali bukan, tapi ia tak lain manusia terpilih penyebar syiar islam, ulama penting

penyelamat anak-anak Melayu dari rayuan Iblis. Ia memiliki sifat penyayang kepada murid-muridnya.

Teks 10

Sering aku menyamar memakai mukena sepupuku, menyelinap dalam saf putri dan membuat onar. Pada

saat bulan puasa, aku melubangi buku-buku dengan menggunakan linggis. Bambu di dekat jendela kuisi

air dan karbit. Lalu kuarahkan ke jendela masjid saat seisi kampung tarawih. Ini merupakan pengalaman

buruk bagiku dan tidak akan aku ulangi lagi perbuatan itu.

Teks 11

Tubuhnya kurus kering. Matanya kecil seperti biji sawo. Rambutnya panjang dan bercabang, terikat

sekenanya di belakang tengkuknya. Gadis itu pucat, bibirnya berkomat-kamit sambil memeluk buku-

buku usang.

Teks 12

”Aku tidak peduli! Pokoknya hari ini, malam ini, detik ini juga kalian angkat kaki dari rumah ini!”

Sang juragan menatap Adi dan ibunya dengan mata penuh api.

”Juragan, kasihanilah kami. Beri waktu seminggu lagi, kami akan segera lunasi uang kontrakan,” ibu

memandang sang juragan dengan air mata berlinang.


Teks 13

Aku memang tak senang dengan dia. Dia tak bisa menyimpan rahasia. Mulutnya ember, bocor, tak ada

remnya. Aku sudah bilang, tolong jangan cerita pada orang lain. Eh, baru sehari udah banyak orang yang

tahu. Dia bukanlah orang yang dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia. Aku sudah tidak mau lagi

berbicara masalah yang sedang dihadapi kepada dia.

Teks 14

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat

anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin

penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan. Begitulah Rafli menjaga Nania siang

dan malam. Dibawanya sebuah Al Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di

ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili

mereka,melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra.

Teks 15

Sampai jauh malam Isna masih terjaga. Ia terus menguatkan hati. Ia tak boleh merasa lemah oleh

masalah dan kesulitan. Ia harus terus melangkah maju. Kehidupan serba sulit yang saat ini

ditanggungkan keluarganya harus ia ubah. Isna yakin, dengan cara sekolah setinggi-tingginya

kemiskinan yang membalut keluarganya bisa ia lawan.

Anda mungkin juga menyukai