Anda di halaman 1dari 3

SENI TEATER KELAS XII

Membuat Naskah Drama


Pementasan drama/ teater seringkali mengangkat cerita yang sudah ada. Baik naskah tersebut
hasil karya penulis naskah dari luar negeri maupun dalam negeri. Namun, selain menggunakan
naskah yang sudah ada, kita bisa membuat naskah drama sendiri. Untuk membuat naskah drama
sendiri kita bisa menjalani beberapa langkah, antara lain :
1. Menentukan Tema Cerita. 
Tema cerita atau ide cerita dapat kita ambil dari pengalaman pribadi maupun pengalaman
orang lain. Kita bisa melakukan pengamatan tentang kehidupan masyarakat di sekitar kita
untuk memperoleh ide cerita. 
Pengamatan atau observasi ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Pengamatan langsung dilakukan dengan langsung mendatangi suatu peristiwa. Pengamatan
tidak langsung dilakukan dengan mencari informasi mengenai suatu peristiwa dari majalah,
koran atau berita televisi.
2. Menentukan Tokoh dan Karakternya. 
Setelah tema atau ide cerita diperoleh, langkah berikutnya adalah menentukan tokoh cerita.
Tokoh cerita adalah tokoh yang mengalami konflik dalam tema yang telah kita peroleh. Tokoh
cerita dilengkapi dengan informasi yang lengkap dari segi fisiologis, sosiologis maupun
psikologis. Di samping keadaan fisik, usia, serta mata pencaharian, perlu ditentukan juga
karakter atau sifat-sifat tokoh tersebut. 
3. Menentukan Plot/ Alur Cerita.
Setelah semua tokoh dalam cerita telah ditetapkan, kita bisa menentukan alur cerita dari tahap
eksposisi, tahap komplikasi, tahap klimaks, tahap penyelesaian, sampai tahap keputusan.
4. Mengembangkan Dialog.
Setelah alur selesai dibuat, dialog dikembangkan dari masing-masing tokoh yang mengalami
konflik. Percakapan dalam naskah dapat dibuat bervariasi antara bentuk monolog maupun
dialog.
5. Melengkapi Naskah dengan Petunjuk Teknis dan Kelengkapan lain.
Naskah yang sudah siap kemudian bisa dilengkapi dengan teks samping yang menjadi
petunjuk teknis diterapkannya naskah ke dalam pementasan teater. Petunjuk teknis ini akan
membantu pemain dalam menafsirkan situasi atau lakon yang ingin ditampilkan. 
Contoh Cara Membuat Naskah Drama
Agar lebih jelas lagi coba perhatikan contoh langkah pembuatan naskah sederhana berikut ini: 
1. Tema: sifat iri dan dengki akan merugikan orang lain 
2. Tokoh dan sifat-sifatnya:
a. Lina 

 Gadis berusia 16 tahun


 Berwajah cantik
 Berambut panjang
 Kakinya cacat/ timpang
 Sifatnya pemalu karena cacat yang dideritanya
 Rendah hati sehingga disukai teman-temannya 
 Gemar dan pandai mengarang
 Lina adalah pelajar sebuah SMP di Semarang 

b. Susan

 Teman sekelas Lina


 Berwajah cantik
 Anak orang kaya
 Sombong dan angkuh
 Selalu bersaing dengan Lina untuk menjadi murid terbaik di kelasnya. 

c. Rusdi

 Anak laki-laki seusia Lina dan Susan 


 Seorang ketua kelas yang berwibawa 
 Mampu memberikan jalan tengah atau penyelesaian apabila teman-temannya mengalami
permasalahan. 

d. Pak Guru

 Laki-laki dewasa, berusia 45 tahun.


 Berwibawa Guru mata pelajaran bahasa Indonesia selalu adil kepada semua murid di kelas. 

3. Plot atau alur cerita : menggunakan alur maju


a. Tahap eksposisi: Latar belakang tokoh Lina dan Susan. 
b. Tahap komplikasi: Konflik timbul karena Pak Guru memilih Lina untuk mewakili sekolah
dalam lomba mengarang, Susan merasa iri 
c. Tahap klimaks: Susan menghancurkan buku latihan mengarang milik Lina sehingga Lina
tidak bisa memperlihatkan hasil persiapan lombanya kepada pak guru 
d. Tahap resolusi: Rusdi mengetahui kejadian tersebut dan melaporkan kepada Pak Guru. 
e. Tahap katastrope: Susan menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada Lina.
4. Pengembangan dialog 
Contoh dialog dalam Tahap komplikasi: 
Susan : Heh Lina! Kamu datang mengemis ke pak Guru Ya? Seharusnya kan aku yang
dikirim lomba mengarang? Kamu memanfaatkan cacat kakimu itu ya? 
Lina : Sabar Susan! Aku tidak pernah meminta pada Pak Guru! Keputusan itu diambil setelah
melihat hasil latihan mengarang kita semua! 
Susan: Ah, nggak percaya! Bohong! Pasti kamu yang memohon-mohon supaya diikutkan
lomba! Karanganku kan lebih baik dari karanganmu! Dasar timpang! Jalan saja nggak bener!
Mau ikutan Lomba mengarang segala! 
Lina: Bener Susan, aku tidak pernah meminta, kalau kau tak percaya, tanyakan saja pada Pak
Guru... 
5. Melengkapi dengan petunjuk teknis pemanggungan. 
Contoh:
WAKTU ISTIRAHAT TELAH TIBA. ANAK-ANAK BERHAMBURAN KE LUAR
KELAS, TAPI LINA HANYA DUDUK DI DALAM KELAS SAMBIL MEMBALIK-
BALIK BUKU CATATANNYA. LINA MEMANG JARANG KELUAR KELAS KARENA
CACAT KAKI MEMBUATNYA AGAK SULIT BERJALAN. TIBA-TIBA SUSAN
MASUK KEMBALI KE DALAM KELAS. Susan: (BERKACAK PINGGANG DAN
MARAH-MARAH)
Susan : Heh Lina! Kamu datang mengemis ke pak Guru ya? Seharusnya kan aku yang dikirim
lomba mengarang? Kamu memanfaatkan cacat kakimu itu ya?
Lina  : Sabar Susan! Aku tidak pernah meminta pada Pak Guru! Keputusan itu diambil setelah
melihat hasil latihan mengarang kita semua! 
Susan : Ah, nggak percaya! Bohong! Pasti kamu yang memohon-mohon supaya diikutkan
lomba! Karanganku kan lebih baik dari karanganmu! Dasar timpang! Jalan saja nggak bener!
Mau ikutan Lomba mengarang segala! 
Lina : (MENANGIS TERISAK-JISAK) Benar Susan, aku tidak pernah meminta, kalau kau
tak percaya, tanyakan saja pada Pak Guru... 
MENDENGAR PERTENGKARAN ITU, MURID-MURID YANG LAIN MASUK KE
DALAM KELAS. RUSDI, SANG KETUA KELAS BERUSAHA MELERAI KEDUANYA
DENGAN SABAR. 

Setelah dilengkapi dengan petunjuk teknis pemanggungan, naskah telah siap digunakan untuk
berlatih, mempersiapkan pementasan.

Anda mungkin juga menyukai