Anda di halaman 1dari 6

Tugas Bahasa Indonesia

Ringkasan Novel Berjudul ‘’Waddaeng’’


Dibuat untuk memenuhi Nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Guru Bidang Studi : Zaibah, S. Pd.

Disusun oleh :
Nama : Arasyintia Riska
NIS : 9023
Kelas : XII PIA 5

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 KUNDUR


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
Judul Waddaeng
Tokoh dan 1. Aras : Pintar, penyabar, setia kawan,selalu berpikiran positif, lugu, polos,taat peraturan,
Karakter rajin, santai, cuek, tetapi kalau sudah dekat Aras ini selalu ceplas-ceplos saja
ngomongnya.
2. Lia : Pintar, ambisius, rajin, perajuk, sedikit egois, lugu, polos, tidak percaya diri,taat
peraturan, tidak banyak bicara, setia kawan.
3. Fani : Blak-blakan, berani, ambisius, percaya diri, memiliki tekad yang kuat, ramah,
ceria
4. Dina : Blak-blakan, ramah, ceria, percaya diri, cerdik.
5. Esah : Blak-blakan, tomboy, periang, ramah, galak, penyayang.
6. Rina : Ceria, ramah, baik hati, terkadang tidak percaya diri,setia kawan.
7. Lutfin : Ramah, baik hati,dan tidak sombong.
8. Tasia : Baik hati, suka menolong, dan ramah.
Alur Menggunakan Alur maju, menceritakan runtut mulai dari awal masuk sekolah hingga lulus dan
berteman baik hingga sekarang.
Latar Waktu :
1. Pagi hari
2. Hari demi hari berlalu
3. Beberapa bulan kemudian
4. Bertahun-tahun
5. Pada saat kenaikan kelas 11
Tempat :
1. Di sekolah (Mts)
2. Di kelas
3. Di studio foto
4. Di luar rumah (di jalan)
Sosial/Suasana :
1. Menyenangkan
2. Mengharukan
3. Bahagia
4. Marah
5. Pertengkaran

Amanat - Persahabatan yang sesungguhnya itu adalah tentang kepedulian, pengertian, dan
perhatian satu sama lain.
- Usaha tidak akan mengkhianati hasil
- Jangan iri dengan keberhasilan orang lain, justru dari situ kita bisa belajar dari
keberhasilan orang tersebut.
- Jika akan mengkritik orang lain, janganlah sampai menyakiti perasaaan orang tersebut.
- Terima lah pendapat orang lain dan jangan egois.
Mengisahkan tentang 6 remaja perempuan dengan kepribadian yang berbeda-beda dan menjalin
persahabatan. Aras, pada pagi hari itu yang merasa terpaksa bersekolah di Mts di kotanya tersebut mulai
beradaptasi dan berkenalan dengan teman-teman sekelasnya. Pada saat Matsama ( Masa Taaruf Siswa Madrasah )
sebenarnya Aras sudah kenal dengan Fani di sosial media tetapi tidak pernah bertemu secara langsung, sedangkan
Lia ia sering mendengarkan cerita cerita teman SD nya dulu tentang Lia yang kebetulan tetangganya, begitupun Lia
yang mendengar cerita tentang Aras lewat tetangganya itu.

Pada saat pembagian kelas, ternyata Aras tidak sekelas dengan teman-teman SD nya. Sehingga salah satu
teman SD nya yaitu Tasia mengenalkan Aras kepada temannya yang bernama Lutfin yang merupakan teman
sekelas Aras. Dari situlah Aras bergantung kepada Lutfin dan mengikutinya kemanapun dia pergi. Pada saat
Matsama, Aras duduk bersebelahan dengan Fani dan Lia, lalu dia pun menyapa Fani terlebih dahulu.
‘’Ardila Sufany ya ?’’
‘’ Iya, ini Aras?’’
‘’Iya, salam kenal ya!’’
Pada saat itu Aras belum sadar bahwa disamping Fani adalah Lia karena ia belum pernah bertemu. Tetapi rupanya
diam-diam Lia sudah mengetahui itu bahwa itu adalah Aras karena tanda pengenal yang terpasang di tasnya.

Hari demi hari berlalu, dan kegiatan Matsama pun selesai dan tibalah saatnya pembelajaran di dalam kelas.
Aras memilih duduk sebangku bersama Lutfin sedangkan Fani tentu saja duduk sebangku bersama Lia. Lama
kelamaan Aras dan Lia mulai akrab. Dikelas ternyata Aras cukup aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
dari guru dan mampu bersaing dengan teman sekelasnya. Disinilah mulai nya konflik, Lia ternyata tidak suka
ketika ada yang nilainya lebih tinggi darinya. Aras dikelas memang cukup pintar, tetapi kadang terlalu polos
sehingga menganggap semua dari sudut pandang positif. Sehingga pada suatu ketika nilai ulangan Aras dan Lia
ternyata sama. Dan ini membuat Lia marah kepada Aras, tentu saja Aras bingung dimana letak salahnya. Lama-
kelamaan mulai terbongkar sifat asli dari Lia, ternyata Lia adalah orang yang sensitif, perajuk, egois,dan ambisius.
Sehingga karena itulah teman-teman sekelas suka bercerita kepada Aras yang merupakan teman dekatnya perihal
perangainya itu.Walaupun begitu Aras tetap setia menjadi teman dekat Lia. Lia pun lama kelamaan mulai luluh dan
menunjukkan perubahan ke arah yang positif. Begitupun juga Aras, perlahan-lahan ia mulai merubah sikap
buruknya menjadi lebih baik berkat bantuan Lia.

Perlahan-lahan keduanya mulai mengoreksi diri sendiri, menerima masukan satu sama lain, dan terbuka. Dan
bersaing secara sehat tanpa menjatuhkan satu sama lain. Dikarenakan kerja kerasnya, Aras dan Lia pun berhasil
mendapatkan juara kelas. Saat ini, mereka tidak lagi mempermasalahkan siapa yang juara 1 tapi kerjasama antar
keduanya sehingga mereka bisa meraih juara kelas ini.

Beberapa bulan kemudian,pada saat kenaikan kelas 11, Aras duduk sebangku dengan Lia, dan Fani sebangku
dengan Dina. Dina pada saat itu mempunyai teman dekat juga yaitu Rina dan Esah. Disinilah
Aras,Fani,Lia,Dina,Rina, dan Esah mulai dekat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama seperti merayakan
ulang tahun bersama, jalan-jalan sore, foto studio bersama, atau kerja kelompok. Walaupun pada awalnya Aras
kurang merasa nyaman didekat Dina,Esah, dan Rina dikarenakan mereka itu selalu terang-terangan ketika memberi
kritik tanpa melihat situasi.

Hari-hari berlalu, walaupun terkadang adanya konflik namun bisa terselesaikan dengan baik. Dina, yang
notaben nya merupakan orang suku bugis sering memanggil teman-temannya dengan sebutan ‘daeng’ yang katanya
sih artinya itu kakak. Karena kami tinggal di daerah melayu dan cukup kental dengan Bahasa melayu, kadang kami
memanggil teman-teman dengan sebutan wak. Nah disinilah kami mulai memanggil satu sama lain dengan sebutan
Wakdaeng.

Tetapi entah bagaimana ceritanya, mungkin karena penyebutan wakdaeng itu susah jadi lama kelamaan kami
menyebut nya Waddaeng. Geng kami yang kami sebut Waddaeng itu pun mulai terkenal di sekolah kami, karena
prestasi sih ada beberapa tetapi juga ke kenakalan remaja. Aras dan Lia terkadang tidak ikut-ikutan kalau yang lain
sudah merencanakan sesuatu yang macam-macam. Karena dua orang ini sangat taat peraturan. Walaupun semenjak
berteman dengan geng waddaeng ini mereka menjadi sedikit lebih terbuka dan bebas berekspresi di sekolahnya.
Terkadang masalah percintaan pun teman-teman waddaeng ini sering ikut campur, Jadi jika ada teman-teman lain
yang ingin mencelakai salah satu anggota waddaeng ini tidak akan berani.

Pernah ada suatu ketika ada yang ingin mendekati Aras, tetapi dihalang oleh anggota geng waddaeng karena
menurut mereka cowok tersebut tidak baik perilakunya. Alhasil, usaha cowok tersebut pun sia-sia.
Begitulah hingga sekarang sudah bertahun-tahun mereka berenam sudah duduk dibangku SMA kelas 12.
Persahabatan mereka masih akrab walaupun sekarang beda kelas, terkadang mereka sering teringat kenangan-
kenangan masa lalu disaat mereka duduk dibangku Mts. Terkadang mereka masih jalan-jalan bersama, bukber
bersama, dan membantu satu sama lain.

TAMAT---

Anda mungkin juga menyukai