Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN HASIL OBSERVASI

YAYASAN PENDIDIKAN MUTIARA HATI SIDOARJO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah

Intervensi Inklusi

Dosen pengampu

Dra. Psi. Mierrina, M. Si,

Disusun oleh kelompok 4

Atika Khoirona B93216072

Eka Andriyanti B93216079

Fina Nur Lili Mufidah B93216082

Indah Eka Ramadhani B93216084

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2019

1
LAPORAN KONSELING INDIVIDU
Konselor : Atika Khoirona (B93216072)

A. IDENTITAS SUBYEK
Nama : Nisa
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Sekolah : SLB Autis Mutiara Hati
Kelas :2
Tempat/tgl lahir : Sidoarjo, 15 Desember 2012
Jenis kelainan : Autis Ringan
Type kelainan : hyperaktif, kesulitan berbahasa.
B. ASSESMENT
1. Pertemuan Pertama 5 April 2019
Pada pertemuan pertama saya dan anggota kelompok melakukan observasi
terlebih dahulu pada lembaganya. dari pengamatan yang kami lakukan, kami
berpendapat bahwa guru-guru SLB kurang mengerti bagaimana cara mendidik
anak ABK. Dilihat dari bagaimana guru-guru memperlakukan muridnya seperti
memperlakukan anak-anak normal, atau bisa dibilang sedikit kasar. Selain itu bu
Emi selaku kepala sekolah juga menjelaskan bahwa guru-guru di SLB Autis
Mutiara Hati bukan dari jurusan konseling, psikologi, atau pendidikan guru SLB,
melainkan ada yang dari jurusan olahraga, matematika dan lain-lain.
Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 5 April di SLB Autis Mutiara Hati
adalah memperingati isra’ mi’raj jadi semua siswa siswi memakai busana muslim
dan mengikuti kegiatan keagaam sepeerti belajar memakai mukenah yang benar
bagi perempuan, dan belajar memakai sarung, kopyah, serta adzan bagi laki-laki.
Ketika selesai acara, kami mendampingi siswa siswi untuk menunggu
dijemput orangtuanya. Nah disini saya bertemu dengan Nisa. Saya lalu mencoba
mulai membangun hubungan dengan Nisa, dan ternyata Nisa mudah bersosialisasi
dengan orang baru. Mula-mula saya mengajaknya berkenalan.
Konselor : Namanya siapa ?
Nisa : “iiihaa” (Dengan suara yang tidak jelas).

2
Konselor : siapa ?
Bu Siska : Nisa bu
Konselor : nisa kelas berapa ?
Nisa : (memberikan isyarat dua dengan jarinya)

Bu siska adalah guru yang mendampingi kelasnya Nisa. Saya lalu bertanya
kepada bu Siska tentang nisa. Menurut bu siska Nisa ini autis, hiperaktif,
bicaranya susah dipahami karena dia tidak bisa berbicara terlalu panjang cuma
satu atau dua kata, kadang tiga kalau moodnya lagi bagus. Ayahnya TNI AL.
Orangtuanya perhatian sekali dengan anaknya. Nisa tidak pernah tantrum yang
sampai parah, kalau sedang marah dia biasanya jadi sedikit galak dan nada
suaranya meninggi. Tapi nisa ini anak yang baik, ceria, dan aktif dikelas dan bisa
beradaptasi dengan orang baru.

2. Pertemuan Kedua 25 April 2016

Pada pertemun ini Nisa tidak masuk sekolah. Saya ditugaskan oleh bu Emi
untuk menggantikan bu Yeny, karena bu Yeny ada keperluan sebentar. Jadi saya
melakukan pendampingan kepada Arya. Kegiatan dikelas pada waktu itu adalah
mewarnai buah-buahan. Arya masih belum paham betul tentang warna-warna
buah. Waktu itu sedang mewarnai pisang, ketika saya bilang “ini pisang
warrnanya apa ?” Arya mengambil warna orange. Lalu saya bilang “pisang
warnanya kuning” sambil saya contohkan mewarnai pisang dengan warna kuning
dikertas gambarnya. Arya memperhatikan dengan baik tanpa berkata-kata. Ketika
saya berikan crayon kuning padanya dia lalu melanjutkan dari apa yang sudah
saya contohkan. Setelah selesai mewarnai pisang, lanjut ke mewarnai daunnya.
Disini arya mengambil warna hijau. Hasil mewarnai Arya sudah cukup bagus,
meskipun ada beberpa yang keluar garis dan tidak teratur, mengingat Arya adalah
penyandang autis.

3
3. Pertemuan Ketiga 2 Mei 2016

Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ketiga adalah belajar menghitung.


Nisa bisa menghitung angka 1-5 saja dan bisa menjumlahkan angka-angka
sederhana seperti 1+1, atau 1+2. Selama proses belajar mengajar Nisa
memperhatikan dengan baik meskipun perhatiannya juga mudah teralihkan oleh
temannya.

Ketika pulang sekolah saya mewawancarai ibu Nisa. Menurut ibunya nisa itu
anaknya semangat, ceria, meskipun bicaranya susah dipahami tapi dia agak
nyambung kalau diajak berkomunikasi. Dirumah ibu Nisa membiarkan Nisa
bergaul dengan siapa saja namun tetap dipantau, karena nisa susah mengendalikan
emosi. Kadang memarahi temannya, kadang memeluk temannya, moodnya bisa
berubah-ubah.

4. Pertemuan keempat 10 Mei 2016


Saya memberikan materi belajar tentang cara berjalan di jalan yang baik,
bagaimana cara menyebrang jalan, dan berhati-hati ketika ada rel kereta api.
Pembelajaran kami adalah belajar sambil bermain. Pertama saya menjelaskan
kalau berjalan dijalan hendaknya disebelah kanan. Kalau mau menyebrang harus
menoleh kanan dan kiri. Awalnya anak-anak hanya diam saja, jadi saya ulang
berkali-kali. Dari satu kelas ada yang mengikuti, ada juga yang tidak. Anak-anak
diajak role play bermain kereta api, ada yang sebagai penyebrang, ada yang
sebagai gerbong kereta.
Dalam progres 2 ini, saya fokus kepada Nisa.
Nisa adalah anak yang ceria dan aktif. Ketika di
suruh bergantian menjadi kereta, dia menurut. Nisa
sangat antusias dalam mengikuti kegiatan belajar.
Nisa bisa berbicara, namun hanya satu sampai tiga
kata. Ketika diajak bernyanyi, Nisa hanya
mengikuti kalimat terakhir yang diucapkan guru.
Misalnya “tangan ke atas” sambil mengangkat
tangan “atas”.
Nisa memiliki empati yang baik meskipun tidak
stabil. Dia akan memeluk temannya yang diganggu dengan teman yang lain. Nisa

4
juga menunjukkan sikap khawatir ketika melihat temannya tidur. Ia mengira
temannya yang tidur sedang sakit. Jadi nisa memegangi kepala dan tangannya
sambil menunjukkan wajah panik. Namun ketika sedang buruk moodnya nisa bisa
memarahi teman-temannya sampai tidak dibolehkan duduk dekat2 dengan dirinya.
Hasil asesmen pada pertemuan ke dua adalah sebagai berikut:
a) Akademis
Nisa mulai masuk SLB Autis Mutiara Hati pada usia 10 tahun di kelas
bu Siska yang dalam satu kelasnya terdiri 6 orang siswa. Nisa menyukai
pelajaran seni, karena dia antusias ketika belajar mewarnai. Ketika
didalam kelas nisa termasuk siswa yang aktif dan ceria. Ketika guru
bertanya dan dengan cepat menjawab meskipun ada beberapa jawaban
yang salah. Nisa kurang bisa membaca dikarenakan keterbatasan dalam
berbicara. Namun, pada kemampuan berhitung nisa sudah bisa menghitung
angka 1-5 dan bisa menjumlahkan penjumlahan dasar seperti 1+1 atau
2+2. Tetapi dalam materi pengurangan nisa masih perlu bimbingan
b) Keluarga
Nisa adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. Orangtua sangat menyayangi
nisa. Orangtuanya tidak membatasi pergaulan Nisa karena Nisa mampu
bersosialisasi dengan baik meskipun keterampilan berbahasanya kurang.
dukungan keluarga dalam pendidikan Nisa Pendidikan ana sangat besar,
hal ini ditunjukkan dengan memasukkan nisa ke sekolah SLB Autis
Mutiara Hati agar dapat mengikuti pelajaran disekolah. Orang tua selalu
menjemput anaknya tepat waktu. Ibunya selalu aktif memberikan
pengajaran tambahan dirumah. Nisa juga belajar Al-Qur’an di TPQ dekat
rumahnya.
c) Kemandirian
Nisa bisa menyapu, membersihkan makanan setelah makan. Ia juga
dapat memakai sepatu dan baju sendiri meskipun semuanya harus
disiapkan terlebih dahulu. Ketika setelah selesai pelajaran peralatan
sekolah masih disiapkan oleh gurunya.
d) Sosial emosi
Nisa mampu bersosialisasi dengan semua teman, terutama teman
sebaya atau teman sekelasnya. Dia juga dapat berkomunikasi denganbaik
meskipun belum lancar berbahasa. Nisa juga sangat senang dengan

5
kehadiran tim observer, hal itu terbukti ketika dia belum dijemput, kami
tidak boleh pulang dulu. anak belum mampu mengendalikan emosi. ketika
tidak diberikan apa yang dia inginkan, Nisa tidak mau mengikuti intruksi
lagi. Walaupun emosi masih mengikuti ego, Nisa memiliki rasa empati
yang baik. Karena ketika ada temannya yang mengganggu teman lainnya,
Nisa mencoba melerai. Jika temannya ada yang tersakiti, nisa memeluk
dan mengusap kepala temannya.
e) Kemampuan mengikuti tugas
No Aspek kemampuan Bisa Tidak
1. Duduk mandiri dikursi V
2. Kontak mata saat dipanggil namanya V
3. Kontak mata saat diberi perintah “lihat, sini” V
4. Merespon terhadap arahan “tangan dilipat, duduk V
yang main, tangan keatas dsb”
f) Kemampuan Meniru Gerakan motorik kasar
No. Aspek kemampuan Bisa Tidak
1. Tepuk tangan V
2. Merentangkan kedua tangan V
3. Memegang kepala dengan kedua tanga V
4. Mengangguk V
5. Menepuk meja
g) Kemampuan Meniru Gerakan Motorik Halus
No. Aspek kemampuan Bisa Tidak
1. Menunjuk sesuatu V
2. Mengacungkan jempol V
3. Menyatukan telunjuk dengan telunjuk V
4. Menumpu kedua tangan untuk meminta V
5. Meremas sesuatu
h) Imitasi Gerakan Motorik Mulut
No. Aspek kemampuan Bisa Tidak
1. Menutup mulut V
2. Membuka mulut V
3. Meniup V

6
4. Mengantupkan gigi V
5. Membentuk mulut seperti huruf O
i) Assesment bahasa dan komunikatif non verbal/gerak tubuh/ dengan isyarat
Nisa sudah baik. Nisa juga merespon ketika dipanggil, merespon ketika
dilarang dan diperintah,
j) Assesment bahasa dan komunikatif verbal. Nisa bisa mengucapkan
namanya, kata sederhana (bola, mama, adik) meski belum konsisten,
sehingga perlu bimbingan dana arahan untuk melatih kemampuan
verbalnya agar berkembang maximal.
k) Kemampuan motorik kasar Nisa perlu dilatih sesuai dengan kondisi fisik
Nisa, mulai dari gerak sederhana ke gerakan yang lebih komplek.
l) Kemampuan motorik halus perlu bimbingan lebih agar lebih maximal.
m) Kemampuan interaksi sosial Nisa sudah bagus. Dia mampu membaur
dengan teman-temannya. Sedangkan emosi, nisa mood2an. Jadi kalau
moodnya baik ketika dilarang dia menurut, jika moodnya sedang buruk dia
bisa marah dengan tidak mau mengikuti intruksi lagi.
n) Kemampuan mandiri Nisa sudah bagus, namun masih perlu pengawasan.
C. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN / DIAGNOSA

Nisa mengalami autis ringan. Nisa bisa bersosialisasi dengan baik, merespon
ketika dipanggil namanya dan kontak matanya sudah bagus. Nisa Bisa menunjukkan
ekspresi-ekspresi muka dan dalam berkomunikasi dua arah walaupun terjadinya hanya
sesekali. Namun, nisa masih belum bisa mengontrol emosinya. Ketika dilarang
melakukan sesuatu dia merespon dengan berteriak. Ketika ia merasa diganggu oleh
temannya, Nisa sering kali mengalami meltdown yaitu berteriak-teriak, menangis,
memegangi kepalanya, serta memaksa orang lain untuk memeluknya.

7
D. PEMBAHASAN BERDASARKAN TEORI
1. Autis
Autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang
kebanyakan terjadi karena diakibatkan oleh faktor hereditas dan kadang-kadang
telah dapat dideteksi sejak bayi berusia 6 bulan. Gejala autisme ini biasanya
muncul sejak anak memasuki usia 30 bulan sejak kelahiran hingga usia maksimal
3 tahun. Deteksi dan terapi sedini mungkin bisa meredakan penderita autisme dari
gangguan-gangguannya dan mencoba beradaptasi dengan kehidupan normalnya.
Terapi untuk autis harus dilakukan selama seumur hidup, namun bagi penderita
autis yang memiliki kecerdasan terapi yang dilakukan dari usia dini akan
membuat anak tersebut menjadi anak yang bisa dikatakan normal dan dapat
mengikuti sekolah umum serta menjadi sarjana dan bekerja memenuhi standart
yang dibutuhkan, tetapi pemahaman dari rekan selama bersekolah dan rekan
sekerja sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan tersebut, misalnya tidak
menyahut atau tidak memandang mata si pembicara, ketika diajak berbicara.1
Menurut Aqila, setiap anak autis memiliki hambatan yang berbeda-beda,
sebagian dari anak autis dapat bergaul dan berinteraksi dengan anak normal
lainnya dikelas regular dan menghabiskan sedikit waktu untuk berada di dalam
kelas khusus. Anak autis yang dapat berbaur dengan anak normal lainnya mereka
mempunyai kemampuan untuk dapat berkomunikasi serta memiliki kemampuan
kognitif yang lumayan bagus. Jadi mereka dapat membangun hubungan baik
dengan anak-anak lainnya. Akan tetapi juga ada anak autis yang harus berada
dalam sekolah khusus yang terstruktur bagi anak tersebut. Mereka terbiasa dengan
keadaan yang tidak ingin mendapat teman baru, mereka lebih senang berdiam diri
menikmati dunianya sendiri.2 Sehingga agar tidak terbiasa sendiri, kita harus
membuat penderita autis nyaman dan merasa aman terhadap lingkungan sekitar
kita dan membiasakan penderita autis pada lingkungan sekitar. Anak autis
memiliki gangguan pada :
a) Komunikasi
- Kemampuan bicara mengalami keterlambatan
- Daya imajinasinya kurang dalam permain dan cenderung monoton
- Selalu mengulang ulang bahasa atau kata kata yang disukainya

1
Julia Maria. Anakku Terlambat Bicara. (Jakarta; 2007), hal : 196-197.
2
Aqila Smart. Anak Cacat Bukan Kiamat. (Jakarta; 2012), hal : 105-106.

8
- Tampak seperti tuli
- Echolalia (suka meniru)
b) Interaksi sosial
- Ketidak mampuan anak berempati kepada orang lain
- Anak tidak dapat menunjukkan ekspresi wajah dan enggan untuk
menatap mata orang lain
- Sulit bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
c) Gangguan sensoris
a. Sensitif terhadap suara, Biasanya mereka akan menutup telinga jika
mendengar sura yang sangat keras.
b. Tidak sensitif terhadap sakit dan rasa takut.
c. Suka mencium dan menjilati benda atau pun mainan.
d. Sensitif terhadap sentuhan, (tidak suka dipeluk.)
d) Pola bermain
a. Suka dengan benda yang berputar
b. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya
c. Suka dengan benda benda tertentu dan dibawa kemana mana
d. Tidak bermain seperti anak anak biasanya
e) Gangguan perilaku
a. Berperilaku hiperaktif atau hipoaktif.
b. Seringkali melakukan hal hal yang tidak berguna
c. Terdapat preokupasi pada suatu pola perilaku yang tidak normal
f) Gangguan emosi
a. Sering marah marah tanpa alasan, suka tertawa dan menangis tanpa
alasan.
b. Temper tantrum (mengamuk tidak terkendali) jika dilarang melakukan
sesuatu
c. Suka menyerang dan merusak ,terkadang menyakiti diri snediri dan tidak
mempunyai empati dan tidak mengetahui perasaan orang lain
2. Meltdown
Meltdown berbeda dengan tantrum, yaitu amukan atau ledakan amarah anak
pada umumnya. Pada kasus meltdown,anak-anak dengan autisme tidak mencari
perhatian siapa pun. Mereka justru cenderung tidak peduli dengan orang-orang di
sekitarnya. Selain itu, meltdown terjadi karena anak dengan autisme merasa tak

9
berdaya. Sedangkan tantrum terjadi karena anak merasa ia punya kekuatan dan
cara agar keinginannya dikabulkan.3
Pada anak dengan autisme, meltdown bisa terjadi karena berbagai hal.
Misalnya karena ia tidak tahan dengan cahaya yang menyilaukan, suara bising,
perubahan rencana, atau rasa makanan yang asing di mulut. Hal ini membuatnya
jadi resah. Keresahan ini diungkapkan misalnya dengan cara menangis, menjerit-
jerit, menggaruk kulit, memukul, menendang, atau menggigit kuku.
E. METODE PENDAMPINGAN
1. Terapi Pendidikan
Kami berencana memberikan terapi pendidikan berupa pengenalan rambu-
rambu lalu lintas. Memberikan pembelajaran tentang pengembangan diri dengan
Pengenalan tentang rambu-rambu lalu lintas. Alasannya karena Pembelajaran
tentang rambu-rambu lalu lintas juga termasuk pembelajaran pengembangan diri
yaitu menghindari dan menyelamatkan diri dari bahaya. Secara umum tujuan dari
mengenal rambu-rambu lalu lintas ditinjau dari pengembangan diri adalah
memberikan keterampilan dasar bertransportasi. Diharapkan setelah anak autis
mengenal rambu lalu lintas di lingkungan sekitar, anak akan mampu menerapkan
dalam kehidupan sehari-harinya dengan mampu bertransportasi secara mandiri
dan menghindari bahaya.
Evaluasi Terapi Pendidikan
Terapi pendidikan diberikan pada pertemuan keempat tanggal 10 Mei 2019.
Kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan lancar meskipun ada beberapa
siswa yang tidak memperhatikan dan asyik dengan dunianya sendiri.

Selanjutnya pada pertemuan ke 5 tanggal 23 Mei 2019 kami berencana


untuk memberikan terapi pendidikan lagi dengan materi yang sama yaitu
pengenalan rambu lalu lintas, hanya saja pembelajaran akan difokuskan pada

3
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/autisme/mengajari-anak-dengan-autisme-mengendalikan-diri/
diakses pada 28 Mei 2019 pukul 1.39 WIB.

10
rambu larangan yaitu dilarang berhenti dan dilarang parkir. Namun, pada tanggal
23 Mei 2019, Nisa kembali tidak masuk sekolah. Jadi pada pertemuan kelima saya
tetap memberikan pengajaran rambu-rambu lalu lintas kepada siswa yang lain,
tapi materi ini tidak berjalan dengan lancar karena kurangnya fokus dari siswa
siswi yang lain. Hanya ada beberpa yang bisa fokus memperhatikan yaitu Akbar
dan Aliyah.
Di pertemuan ke lima saya melakukan pendampingan kepada Aliyah. Aliyah
adalah anak yg hipoaktif serta sosialisasinya kurang. Dia sangat pendiam, kalau
berbicara suaranya lirih sekali sampai tidak terdengar. Saya mencoba membangun
hubungan dengan bertanya “aliya sudah bisa menulis?” namun aliya tetap diam
tidak merespon. Lalu saya ambil buku gambarnya dan memberikan dia spidol.
Aliya ternyata bisa memegang spidol dengan baik. Saya lalu menyuruh Aliya
untuk menulis namanya, tapi lagi-lagi dia tidak merespon, hanya diam sambil
menunduk. Setelah itu saya menggambar garis putus-putus berbentuk A dan L
saya menyuruh aliya mengikuti intruksi “Aliyah cobak diikuti garisnya seperti
ini”. Aliya lalu mempraktekkan sesuai dengan apa yang saya contohkan. Setelah
berhasil Aliyah saya beri semangat dan pelukan. Kemudian Aliya tersenyum.
2. Upaya untuk mengendalikan meltdown
Pada Pertemuan keenam tanggal 24 Mei 2019. Di SLB Autis Mutiara Hati
kebetulan ada acara Buka Bersama, jadi saya mendampingi Nisa dari pagi hingga
sore. Pada pertemuan ini Saya berencana untuk memberikan terapi pendidikan
tentang rambu-rambu lalu lintas lagi, namun hal itu tidak memungkinkan
diberikan kepada Nisa karena dia mengalami meltdown akibat diganggu oleh
temannya Karin. Nisa tidak mau didekati dan tidak mau belajar . Ekspresi
mukanya marah serta nada bicaranya tinggi.
Berkali-kali saya mencoba mendekatinya, namun dia tidak mau didekati.
Ketika saya mencoba merayunya dengan mengajak berfoto dan membukakan
youtube, Nisa lalu mengambil HP saya. Ketika saya minta dia teriak. Saya bujuk
dia bahwa HP saya mati harus di cas, Nisa tetap tidak mau memberikan. Saya lalu
menarik paksa dari tangannya dan langsung memasukkan kedalam tas dan berkata
“sudah habis batrainya”. Beruntung Nisa bisa mengerti dan kemudian teralihkan.
a. Menetapkan batas waktu, dengan menjelaskan bahwa kegiatan belajar
sebentar lagi akan selesai dan sudah bisa pulang.
b. Memberikan arahan yang jelas.

11
Ketika Nisa marah karena tasnya di pindahkan oleh temannya saya
memberikan arahan bahwa tasnya baik-baik saja. Setelah ini dibereskan
dan dijemput Bunda.
c. Menyanjung perilaku baik anak. .
Menyanjung bukan dengan memberikan pujian yang terlalu banyak,
namun cukup dengan memberi tahu bahwa perilaku yang baik perlu
dipertahaknkan. Ketika Nisa sudah mulai tenang saya memegang
tangannya lalu memeluknya dan berkata kepada Nisa
“tasnya Nisa baik-baik saja”
d. Menggunakan kalimat positif misalnya “tasnya nisa baik-baik saja, ayo
tenang dulu, bicaranya pelan-pelan yaa” selanjutnya saya menyuruh karin
untuk meminta maaf. Karin lalu memeluk nisa.
F. LAMPIRAN

12
LAPORAN KONSELING INDIVIDU
Konselor : Eka Andriyanti (B93216079)

I. IDENTITAS SUBYEK

Nama : Nazzila Nur Rahma


Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke :2
Jumlah Saudara kandung: 1
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Alamat : Damri Buduran, Bluruh permai Blok F, Sidoarjo
Tempat/tgl lahir : Jombang, 8 Desemer 2005
Sekolah : Yayasan Pendidikan Autis Mutiara Hati Sidoarjo
Kelas :3
Kelaninan anak
Berdasarkan keterangan guru: Tunalaras, hiperaktif, ketidak setabilan emosi
yang berlebihan dan juga kerusakan syaraf
Identitas Ayah
Nama Lengkap : Sujiwo Widodo
Kewarganegaraan : WNI
Agama : Islam
Pendidikan : - (lupa tidak menanyakan)
Pekerjaan : Guru
Alamat : Damri Buduran, Bluruh permai Blok F, Sidoarjo.
Identitas Ibu
Nama Lengkap : Damayanti
Kewarganegaraan : WNI
Agama : Islam
Pendidikan : - (lupa tidak menanyakan)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Damri Buduran, Bluruh permai Blok F, Sidoarjo

13
II. ASESMENT
A. Pertemuan pertama Jum’at 5 April 2019
Pertemuan pertama kami selaku konslor melapor kepada pemilik
Yayasan yaitu Ibu Emy Purnawanti selaku kepala sekolah Bapak Giant Sutoyo
Putra, untuk melakukan izin observasi, dan alhamdulillah kami diterima
dengan baik. Alamat lengkap Yayasan Pendidikan Mutiara Hati. Jl. Balai Desa
Jati No.22, Dusun Bluru Kidul, Jati, Kec. Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa
Timur 61226.
Pertemuan pertama kami menggunakan tekhik observasi. Dimana
hanya mengamati, Yayasan terebut, bagaimana gurunya, bagaimana siswanya,
dan bagaimana metode pengajaran yang dilakukan oleh Yayasan Mutiara Hati.
Di Yayasan Mutiara Hati bisa full day ataupun setengah hari sampai jam 12,
bagi yang full day, pagi sampai jam 12 mengikuti pelajaran seperti bisa, lalu
mereka akan tidur siang sampai jam 1 atau jam 2, setelah itu mereka akan
melakukan bina diri. Jika mengikuti sekolah sampai jam 12 mereka akan
pulang dijemput oleh orang tuanya, pembagin kelas yang dilakukan disana
adalah berdasarkan umur, tidak berdasarkan kategori. Padalah di Yayasan
beberapa kategori, seperti autis, ADHD, GDD, Tuna rungu, Tuna daksa,dll
namun pembagiannya hanya berdasarkan. Guru yang bekerja disana tidak
berbasik dari lulusan Psikologi, ataupun Konseling, hingga dari pengamatan
yang saya lakukan perosen pembelajarannya tidak efektif. Tidak jarang kami
mendengar umpatan bahkan kata-kata yang kasar yang sering dilontarkan oleh
guru-guru disana. Jumlah gurunya sekitar 12 orang, jumlah muridnya sekitar
53 siswa, itupun tidak tetap karna banyak siswa-siswi yang keluar masuk
tanpa izin.
Pada hari pertama ini kami diperkenalkan kepada seluruh siswa,
karna pada saat itu bertepatan dengan Isra’ Micraj jadi para siswa dianjurkan
untuk memakai pakaian muslim, kami memeperkenalkan diri di depan, lalu
membantu para guru untuk mengajarkan kepada siswa tentang keagamaan,
untuk yang perempuan belajar memakai mukenah, sampai dengan melepas,
melipat dan meletakkan lagi di dalam tas mereka masing-masing, lalu untuk
yang laki-laki mereka diajarkan untuk memakai, sarung, memakai kopyah,
menata sajadah, lalu belajar adzan dan iqomah. Setelah itu mereka diajarkan

14
membaca surah surah pendek seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, Al-Fatiha,
doa untuk kedua orang tua, kemudian mereka diminta maju satu persatu untuk
mengaji Iqro’.
Lalu pada saat akan pulang saya dikagetkan oleh salah satu siswa yang
tiba-tiba tantrum atau marah yang berlebihan, dia adalah siswi perempuan,
pada saat akan pulang, tiba-tiba dia meronta berteriak, marah-marah, dan
beberpa teman yang kena pukul oleh siwi tersebut, dia juga menggigit dan
mencakar guru yang menggandengnya. Lalu saya mengikuti dari belakang
untuk keluar ke halaman depan, saya melihat siswi tersebut dijemput oleh
kedua orang tuanya dengan mengendarai mobil. Pada saat akan memasuki
mobil dia kembali marah dan memukul kepala ibunya, menggigit tangan
ayahnya. Sampai di dalam mobil saya melihat siswa ini masih terus marah dan
memukuli ibunya, karna dia didudukkan di kursi belakang bersama ibunya.
Lalu saya sangat penasaran ada apa dengan siswi tersebut, selanjutnya
saya melakukan wawancara dengan salah satu guru yang kebetulan duduk
santai di teras.

Konselor: “ Bu, kalau boleh tau, kenapa ya bu anak yang barusan itu?...”

Ibu ayu: “ biasa mbak kumat?”

Tidak puas dengan jawaban itu konselor kembali bertanya.

Konselor: “kumat gimana ya bu maksudnya?....”

Ibu ayu: “tantrum e kumat mbak, biasa ada orang baru, mesti caper”.

Konselor: “karna ada kita ya bu?, tapi perasaan anak itu ada di belakang bu,
saya dan teman-teman juga tidak terlalu fokus dibelakang, kami banyak
membatu di depan”

Ibu ayu: “iya mbak, tapi dia tau kalau ada orang baru, kan mbaknya tadi
sempet kenalan di depan”

Konselor: “kalau boleh tau siapa ya bu namanya”.

Ibu ayu: “Zila, mbak”

Konselor: “Zila itu masuk kategori apa ya bu?”

15
Ibu ayu: “ haduhh mbak zila itu sudah campur campur, autis iya, sarafnya iya,
pokoknya konslet semua”

Konslor: “tantrumnya itu setiap hari atau gimana bu?”

Ibu ayu: “setiap hari mbak, guru-guru gak ada yang sanggup, orang tuanya gak
tegas sama sekali kok”

Konselor: “kalau misalkan lagi tantrum tapi kondisinya sedanga pelajaran


gimana bu?”

Ibu ayu: “yang pegang zila biasanya pak giant mbak, tapi kalau lagi gak ada
pak giant terus marah, pasti diatasi sama bu yuni”

Konselor: “terus metodenya gimana bu untuk mengatasi tantrumnya”

Ibu ayu: “kalau sama bu yuni takut mbak zila, soalnya bu yuni kalau mukul
beneran. Ohh ya mbak zila itu gak suka dama orang yang memakai kacamata.

Konselor: “ohh iya ta bu?”

Ibu ayu: “tak kasih tau mbak, soalnya kamu sama teman-temanmu kan pakek
kacamata semua, jadi mending dilepas aja, kalau ada zila, kalau zila gak
masuk sih aman mbak pakek aja”

Konselor: “dari mana bu tahu nya kalau zila tidak suka dengan orang yang
memakai kacamata?”

Ibu ayu: “udah 3 kali zila matahkan kacamata temannya mbak, jadi kami
memutuskan menjauhkan zila dari anak yang memakai kacamata”

Sesi wawancara tidak berlanjut karna ibunya berpamitan untuk kedalam,


menyiapkan anak-anak yang mau tidur siang.

B. Pertemuan kedua Jum’at 25 kamis 2019


Pertemuan kedua kita langsung diarahkan oleh seorang guru laki-laki
yang saya lupa namanya, kita berempat, diarahkan untuk mengisi dua kelas
yang kosong karna gurunya berhalangan untuk hadir. Atika dan Fina berada
dalam satu kelas dengan siswa-siswi yang berusia sekitar 6-10 tahun, lalu
saya sama indah berada dalam satu kelas yang usianya sekitar 14-17 tahun.

16
Dan tepat sekali kelas yang akan saya isi bersma Indah adalah kelas nya Zila,
pada saat itu saya lupa memberi tahu Indah untuk melepas kacamatanya.
Indah masuk duluan tanpa melepas kacamata, lalu saya ikuti dari belakang dan
memberikan kode kepada Indah untuk melepas kacamatanya, akan tetapi
sebelum melepas kacamata indah sempat menyapa para murut yang ada di
dalam. Kelas itu hanya berisi empat orang siswa, dua laki-laki, dan dua
perempuan, termasuk Zila didalamnya.
Saat masuk, seketika perasaan takut, panik, bingung menjadi satu,
yang saya takutkan adalah jika Zila tiba-tiba tantrum. Isi kelas sangat tidak
sesuai dengan kondisi dan perkataan Ibu Ayu, kemari Ibu Ayu mengatakan
kalau Zila tidak bisa dekat dengan orang atau anak yang memakai kacamata,
sedangkan isi kelasnya salah satu teman Zila, dia memakai kacamata (laki-
laki).
Pada saat saya masuk bersama indah mereka berempat sedang
memakan bekal yang dibawakan oleh orang tuanya, karna memang jadwlanya
mereka makan jam 10.00. dan benar saja seperti yang saya takutnya, Zila
dalam keadaan tantrum lagi, dia menumpahkan makanannya, saat saya aja
berkenalan, lalu menumpahkan makanan temannya, saya sempat disembur
dengan air. Disitu saya dan indah sangat panik, bingung, tidak tau harus
bagaimana.
Sampai akhirnya Zila memukul wajah temannya yang menggunakan
kacamata, merampas minuman temannya dan menungkan kelantai, sering
memukul Indah, dan juga menarik jilbab saya. Tidak ada yang bisa saya
lakukan selain berusaha membuat Zila tidak marah, lalu saya memanggil guru
kelas sebelah untuk memindahkan ketiga teman Zila ini, karna Zila masih
terus berusaha memukul teman-temannya.
Indah pun tidak betah, dan memilih untuk bergabung di kelasnya Atika
dan Fina, lalu saya sendiri yang mendampingi Zila, saya tidak berani
berhadapan atau bertatap muka dengan Zila, saya selalu menggandeng
tangannya dari samping.
Lalu pada saat itu ada seorang guru yang memanggil Zila, guru
tersebut ber nama F, meminta saya untuk membawa Zila di kelanya, saat di
dalam kelas bu F, Zila juga masih marah, menjungkir balikkan meja yang
isinya bekal makanan siswa bu F, lalu Zila dipukul dan dijambak oleh bu F..

17
Zila diserat dan dipaksa untuk memunguti semua nasi yang ada dibawah,
sampai Zila teriak teriak. Lalu Zila di ajak bernyanyi, saat di ajak bernyanyi
Zila berulah lagi dengan menonjok wajah teman yang ada di depannya, lalu bu
F membalas menampar wajah Zila, bu F mengatakan “sakit gak kalau
wajahnya di pukul?” lalu Zila menjawab “zakittt”, lalu bu F mencontohkan
dengan menampar wajah Zila berkali kali. Lalu saat Zila ingin kabur dan tidak
mau bernyanyi kakinya ditusuk dengan penggaris papan sampai dia
mengatakan ampun-ampun.
Saya selaku konselor sangat tidak tega, meskipun saya takut dan tidak
tahu harus bagaimana untuk mengatasi tantrum Zila, namun saya rasa tidak
demikian caranya. Pada akhirnya saya memutuskan untuk mendampingi Zila
selama perose observasi berlangsung.
Saya ingin membuktika apakah benar Zila benar-benar tidak bisa
dikendalikan selain dengan kekerasan (memukul, menjambak, menendang)
bahkan dengan makian dan lebel seperti goblok, konslet, eror, gendeng. Dll
sebagainya.
Penggalian data saya lakukan kepada pak giant selaku guru kelas Zila,
berikut ini adalah data yang saya peroleh dari hasil wawancara, dan
pengamatan langsung atau observasi
1. Keluarga
a. Anak ke?
Zila adalah anak yang kedua, dia memiliki seorang kakak perempuan
yang saya lupa menanyakan siapa namanya. Kakanya sangat cantik,
saat ini kakaknya baru lulus SMA.
b. Dukungan terhadap pendidikan
Orang tua sangat mendukung dalam pendidikannya Zila, terbukti
bahwa ayah dan ibu Zila setiap hari yang mengantar dan menjemput
Zila. Dikarenakan Zila yang sering tantrum secara tiba-tiba, maka
demi keselamatannya Zila tidak pernah dijemput menggunakan motor
melainkan dengan mobil, dan selalu Ayah dan Ibunya yang
menjemput. Setiap minggu Ibu Zila rutin mananyakan perkembangan
Zila kepada guru kelasnya. Apakah ada perkembangan, tetap, atau
justru menurun.
c. Membatasi dengan lingkungan

18
Untuk pembatasan lingkungan, Zila tinggal di daerah komplek yang
tertutup dimana jarang sekali ada anak bermain di luar, oleh karna itu
Zila jarang keluar rumah. Namun jika sore hari orang tuanya selalu
membukakan pintu rumah, jika Zila ingin keluar akan di izinkan
namun tetap diawasi.
d. Perhatian keluarga
Kedua orang tua Zila sangat perhatian, meskipun Zila sering tantrum
marah, memukul, menjambak, dan tidak jarang juga mencekik Ibunya,
ibunya tidak pernah sama sekali memukul Zila. Ibunya sangat sabar
bigitu juga dengan Ayahnya. Guru-guru Zila disekolah sering
menyarankan untuk megikat Zila pada saat dia marah, namun Ibu dan
Ayahnya tidak mau karna tidak tega.
e. Interaksi dengan Ayah, Ibu
Dari hasil pengamatan di sekolah, interaksi Zila kepada orang tuanya
tidak setabil, marah dan sering memuluk, namun orang tuanya tetap
sabar. (belum melakukan observasi secara langsung dengan orang tua
Zila, belum ada waktu, karna pada saat dijemput, atau pada saat akhir
pembalajaran, kondisi Zila selalu tidak setabil)
f. Interaksi dengan saudara kandung
Berdasarkan informasi dari guru-guru hasil wawancara yang saya
lalukan, berinteraksi biasa jika sedang dalam kondisi tenang, jika
sedang tantrum akan berlaku sama marah dan bahkan bisa melukai
fisik kakaknya.
2. Kemandirian
a. Kemampuan membantu
Untuk kemampuan membantu Zila masih sangat kurang, dia lebih
sering menutuh, bahkan sering merampas milik temannya.
b. Kemampuan menyiapkan keperluan pribadi
Untuk segala keperluan masih disiapkan oleh orang tua dan guru
ditempat sekolah.
c. Kemampuan menyiapkan dan memakai seragam
Untuk seragam masih dipakaikan orang tua, saat di sekolah
seragamnya berantakan, kancing baju banyak yang terlepas, Zila tidak
perduli dan tidak bisa membenarkan sendiri, masih dibantu oleh guru.

19
d. Sekolah/sepatu
Dipakaikan oleh Ibunya, kalau untuk makan dan minum Zila bisa
melakukannya sendiri, meskipun sering berantakan, ditumpahkan jika
sedang dalam kondisi tidak setabil.
e. Kemampuan berangkat/Pulang sekolah
Diantar dan di jemput oleh orang tua.
f. Kehiudupan religius
Bisa membaca surah alfatihah, dan sebagian surah-surah pendek, doa
harian, bisa melakukan gerakan solat, bisa melantunkan lagu nisa
sabyan yang berjudul maulana ya maulana, bisa memakai mukenah
sendiri, meskipun harus dibantu
3. Sosial emosi
a. Bagaimana bersosialisasi
Sosial Zila kurang baik, sering jail kepada teman, tidak suka pada
orang yang berkacamata, sila sudah empat kali merusak kaca mata
temannya, dan Ibunya haru mengganti. Namun terkadang saat
temennya dia ingin membantu misalkan ada kegiatan yang harus
berkumpul jadi satu di koridor, maka para guru akan meminta tolong
beberapa siswa siswinya untuk mengambil tikar, lalu disitu Zila sering
sekali ingin membantu, namun tidak di izinkan oleh guru kelasnya
karna di khawatirkan akan berrantem dengan temannya.
b. Komunikasi dengan guru/Orang dewasa
Ada sebagian guru yang sangat di takuti oleh Zila karna guru tersebut
sering bermain fisik kepada Zila, dari hasil pengamatan yang saya
lihat dari mata dan kepala saya sendiri, Zila pernah di pukul
kepalanya, pernah ditusuk kakinya dengan penggaris papan yang
besar, bernah ditampar wajahya, karna waktu itu dia memukul wajah
temannya, lalu gurunya menunjukan kalau orang yang dipukul
wajahnya itu sakit lalu guru tersebut memukul wajah Zila sebagai
contoh. Tidak jarng juga Zila di olok-olek oleh para guru bahwa dia
bodoh, goblok, konslet dll
c. Pergaulan di sekolah
Zila bisa mengucapkan kata-kata kotor saat marah, meludah,
menendang, dia juga sering mencakar wajah orang yang ada di

20
depannya terutama temannya, namun Zila tidak berani sama guru-
gurunya, menyemburkan air minumnya, menyemburkan makanannya,
merampas milik temannya.
d. Konsdisi emosi
Dari hasil pengamatan saya saat observasi. Saya mengamati bahwa
ketidak setabilan emosi pada diri Zila dikarenakan perilaku yang dia
peroleh dari 2 lingkungan sangat berbeda derastis. Dirrumah, jika
sedang bersama kedua orang tuanya, saat dia mara dia tidak pernah
mendapat perlakuan kasar, namun saat disekolah, sedikit saja berulah
dia akan dimaki-maki, diperlakukan secara tidak baik baik secara
verbal maupun fisiknya. Hal itu yang membuat kondisi Zila tidak
setabil.
Zila hanya membutuhkan ketegasan dalam penangannya, penekanan
kata, sedikit dibentakk, namun tidak perlu ada makian dan kata-kata
kasar bahkan kata-kata yang mendokrin bahwa dia tidak akan bisa
setabil emosinya.
4. Kesehatan
Untuk kesehatannya secara fisik yang terlihat sehat, guru-gurunya juga
mengatakan bahwa Zila anaknya kebal, dan jarang sakit. Zila cukup tinggi,
cantik putih dan bersih.
5. Akademis
a. Usia masuk sekolah
15 tahun, dan baru 1 tahun masuk sekolah Mutiara Hati
b. Pelajaran yang disukai
belum pernah melihat Zila belajar seperti menulis atau menggambar,
dua kali bertemu zila saat kegiatan ke agamaan, memakai mukenah dan
belajar solat, pada kegiatan itu Zila mengikuti dengan baik, meskipun
terkadang diiringi dengan emosi yang naik turun kadang marah, kadang
tersenyum, terkadang juga memukul dan menari mukenah teman, yang
kedua Zila sangat suka jika di putarkan musik, lalu di ajak bernyanyi.
c. Pernah/tidak tinggal kelas
Zila pernah sekolah di SD umum berkali-kali tidak naik kelas, para guru
tidak sanggup mengatasi emosinya, penah homescooling, dan terakhir
di sekolah yang sekarang langsung di temapatkan di kelas III.

21
d. Penempatan dalam kelas
Dari penuturan para guru pengkategarian berdasarkan kemampuan,
bukan berdasarkan kondisi anaknya. Zila berada di kelas III dengan
Guru Pak Gian besama 3 teman. Namun menurut saya penematannya
tidak sesuai. Ke tiga temannya sangat ketakutan pada Zila, dana salah
satu teman satu kelasnya ada yang memakai kaca mata, saya lupa
namanya, bukankan guru disana tau bahwa Zila tidak bisa dekat dengan
orang yang memakai kacamata, kenapa justru di jadikan satu, dan
membuat emosi Zila tidak setabil.
e. Keaktifan anak dalam kelas
Dicampur tidak dalam satu kategori.
C. Pertemuan ketiga Kamis 2 Mei 2019
Ada petemuan ini sebenarnya saya ingin lebih membangun tras kepada
Zila agar peroses intervensi berikutnya Zila tidak lagi terlalu kaku saat
bertemu dengan saya, namun pada kenyataannya pada pertemuan ini Zila tidak
hadir dikelas dan saya menghendel kelas lain, jadi tidak ada progres pada
pertemuan ketiga ini, hanya saja tambahan informasi yang saya dapatkan
melalui gru-guru.
III. IDENTITAS PERMASALAHAN
Ciri-ciri tuna laras (gangguan emosi dan tingkah laku)
Kemampuan
No. Aspek yang di asesmen
YA Tidak
1. Bersikap membangkang V
2. Mudah terangsang emosi/ mudah marah-marah V
3. Sering mealkukan tindakan agresif, merusak, dan V
menganggu
4. Sering bertindak melanggar tata tertib V
5. Kurang memperhatikan penampilan V
6. Sering berbicara kasar dan kotor V
7. Melukai secara fisik V
Kesimpulan:
Ciri-ciri di atas sangat menujukan bagaimana sikap Zila dari hasil observsi
selama di lapangan

22
Ciri-ciri anak autis (gangguan perkembangan dan penguasaan diri)
Kemampuan
No. Aspek yang di asesmen
YA Tidak
1. Interaksi sosial tidak memadai V
2. Kontak mata sangat kurang V
3. Ekspresi muka kurang hidup V
4. Gerak-gerik yang kurang tertuju V
5. Menolak saat di peluk V
6. Tidak menengok saat di panggil V
7. Tidak tertarik pada mainan V
8. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya V
9. Kurang hubungan (komunikasi) sosial dan V
emosional yang timbal balik
10. Bicara lambat atau sama sekali tidak berkambang V
Kesimpulan:
Dari ciri-ciri diatas juga menunjukan bagaimana keadaan Zila

Tabel diatas hanya saja patoakan dan bentuk sikap yang sering muncul, karna
dikatakan atuis, dari ciri-ciri autis satu sampai lima saya masih menemukan tiga.
Sebenarnya saya selaku konselor yang mendampingi Zila belum berani
menyimpulkan atau mendiagnosis bagaimana Zila sebenarnya, dari hasil
pengamatan yang belum terlalu mendalam dan saran serta konsultasi yang saya
lakukan terhadap dosen pembimbing, kesimpulan sementara adalah Global
Developmental Delay.
Karna dalam kondisi tidak marah Zila dapat diajak bicara dengan baik
mekipun kadang tidak jelas kosa katanya, dia juga bisa mengadu mana yang
sakit, siapa yang memukul, memukul itu dosa, bisa bejanji. Saat di panggil tatapan
mata terkadang juga bisa fokus, hanya saja tatapannya lebih banyak meunjukan
kekhawatirah, dan panik, terlihat dari raut wajahnya dan alisnya yang selelu naik
ke atas dan menengok kanan kiri dengan cepat.
IV. PEMBAHASAN BERDASARKAN TEORI
1. Definisi Global Developmental Delay (GDD)

23
Masalah perkembangan pada anak khususnya keterlambatan
perkembangan umum sering dijumpai dan membutuhkan evaluasi dari aspek
neurologi anak. Oleh karena itu diagnosis awal dan pengenalan tanda-tanda
gangguan perkembangan sangatlah penting. Keterlambatan perkembangan
umum (KPU) atau global developmental delay (GDD) adalah bagian dari
ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai usia, dan didefinisikan
sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan motor
kasar/motor halus, bicara/berbahasa, kognisi, personal/sosial dan aktifitas
sehari-hari. Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang dari lima
tahun. Istilah KPU menggambarkan keadaan klinis yang berhubungan dengan
berbagai penyebab dan ketidaksesuaian perkembangan adaptasi serta belajar
pada kelompok umur tertentu. Prevalensi yang sebenarnya keterlambatan
perkembangan umum tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan 5%-10%
anak mengalami masalah keterlambatan perkembangan. Keterlambatan
perkembangan umum merupakan bagian dari keterlambatan perkembangan,
dengan prevalensi 1%-3%.4
Global developmental delay (GDD) atau Keterlambatan Perkembangan
Global (KPG) adalah keterlambatan yang signifikan pada dua atau lebih
domain perkembangan anak, diantaranya: motorik kasar, halus, bahasa, bicara,
kognitif, personal atau sosial aktivitas hidup sehari-hari. Istilah KPG dipakai
pada anak berumur kurang dari 5 tahun, sedangkan pada anak berumur lebih
dari 5 tahun saat tes IQ sudah dapat dilakukan dengan hasil yang akurat maka
istilah yang dipergunakan adalah retardasi mental. Anak dengan KPG tidak
selalu menderita retardasi mental sebab berbagai kondisi dapat menyebabkan
seorang anak mengalami KPG seperti penyakit neuromuskular, palsi serebral,
deprivasi psikososial meskipun aspek kognitif berfungsi baik.5
Jadi dapat disimpulakn bahwa Global Developmental Delay (GDD)
adalahgejala keterlambatan secara metal, dan motorik, baik motorik kasar atau
motorik halus, saat keadaan seorang anak tidak memungkinkan untuk
ditetapkan niagnosis, misalkan seorang anak akan di diagnosis autis akan

4
Global Development Delay Evaluation: Evidence-based approach. Diunduh dari: http://pedclerk.bsd.uchicago.edu/
5
Shevell MI. The evaluation of the child with a global developmental delay Seminar Pediatric Neurology.
1998;5:21–26.

24
tetapi 6 ciri-ciri anak autis hanya ada 4 ciri-ciri, lalu anak ini dikatakan
hiperaktif, namun ada kalanya anak ini bisa menjadi sangat pendiam. Namun
saat di ajak bicara sulit penuh penekana, disinilah seorang pesikolog akan
menyimpulkan atau menegakkan diagnosis awal, yaitu Global Developmental
Delay (GDD).
2. Ciri-ciri anak dengan Global Developmental Delay (GDD)
Global development delay adalah manifestasi dari berbagai kelainan
neurodevelopmental (mulai dari disabilitas belajar hingga kelainan
neuromuscular). Penyebab yang dapat memicu terjadinya GDD adalah faktor
yang diperoleh karena suatu penyebab antara lain :
a. Penyabab saat Prenatal / Perinatal :
 Terpapar teratogens atau racun
 Asfiksia intrapartum
 Prematur
 Infeksi kongenital
 Kongenital hipotiroidisme
 Trauma saat kelahiran
 Hemoragicintracranialb.
b. Penyebab saat Postnatal :
 Infeksi (meningitis, ensefalitis)
 Trauma otak
 Penyebab dari lingkungan, misalnya kurangnya nutrisi(Pediatric
Clerkship –University of Chicago, 2012).
Penyebab lain GDD antara lain genetik atau sindromik, metabolik, endokrin,
trauma, penyebab dari lingkungan, malformasi serebral, cerebral palsy, infeksi,
dan toxin (Walters, 2010). Salah satu penyebab GDD pada beberapa kasus yaitu
akibat infeksi seperti virus rubella. Pada ibu yang telah terinfeksi virus rubella,
maka virus ini akan terbawa oleh aliran darah ibu. Virus akan menginfeksi janin
yang berada dalam kandungan ibu melewati tali pusat janin. Virus yang berhasil
menembus dinding penghalang plasenta, maka dipastikan janin akan terinfeksi.
Beberapa kemungkinan seperti keguguran dan immaturasi otak yang
menyebabkan gangguan lain. Jangka waktunya kurang lebih 5 hari setelah
konsepsi (Ramadhan, 2012).

25
Virus yang berhasil menginfeksi janin maka, akan merusak sistem pada janin.
Kerusakan sistem ini yang membuat anak lahir dengan gejala penyerta seperti
gangguan pendengaran serta penglihatan (Matalia andShirke, 2016). Hal ini juga
menjadi pemicu terjadinya gangguan perkembangan pada anak, tapi
keterlambatan perkembangan ini sering tidak diperhatikan oleh orang tua. Untuk
itu terdapat beberapa tanda dan gejala yang bisa membantu orang tua untuk
memantau perkembangan anak antara lain :
a. Anak belum mampu duduk mandiri / tanpa bantuan saau usia 8 bulan
b. Belum mampu merangkak pada usia 12 bulan
c. Kemampuan sosial/interaksi yang buruk
d. Umur 6 bulan belum mampu untuk berguling secara mandiri
e. Memiliki masalah komunikasi
f. Masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus(Shields, 2009and
IDAI, 2013).
V. METODE PENDAMPINGAN
Nama Sekolah : Yayasan Pendidikan Autis “Mutiara Hati”
Kelompok Usia : 7 – 8 Tahun
Tema / Sub Tema : Kebutuhanku / Keamanan (Rambu Lalu Lintas)
Model Pembelajaran : Model Kelompok
Waktu : 07.45 - 12.00 ( 255 Menit)

A. STANDAR KOMPETENSI :
1. Anak mampu mengenal berbagai konsep sederhana rambu lalu lintas
2. Anak mampu mengenal symbol rambu lalu lintas
B. KOMPETENSI DASAR :
Anak dapat mengenal symbol-simbol rambu lalu lintas
C. INDIKATOR :
1. Anak dapat melakukan perintah/instruksi sederhana “samakan” dengan benar
2. Anak dapat Menempel warna lampu lalu lintas( merah, kuning, hijau)
3. menunjukkan lokasi tempat peribadatan, jalan, dan fasilitas umun
4. menunjukkan rambu lalu lintas (Larangan)
D. TUJUAN :
1. Dapat melakukan perintah sederhana satu tahap (instruksi “samakan”)

26
2. Dapat menyamakan warna rambu lalu lintas
E. KEMAMPUAN AWAL :
1. Anak sudah dapat duduk mandiri dikursi
2. Anak dapat melakukan kontak mata
F. MATERI AJAR :
Melakukan perintah sederhana satu tahap
Menempel warna lampu lalu lintas( merah, kuning, hijau)
menunjukkan lokasi tempat peribadatan, jalan, dan fasilitas umun
menunjukkan rambu lalu lintas (Larangan)
G. MEDIA :
1. Kertas Warna
2. Bahan dan Alat Peraga :
a. kertas
b. lem
c. gambar rambu lalu lintas
d. lembar kerja siswa
H. METODE PEMBELAJARAN :
1. Demonstrasi
2. Pemberian tugas
I. KEGIATAN PEMBELAJARAN :
1. Kegiatan Awal (± 60 menit )
a. Mengkondisikan siswa, untuk mengikuti pembelajaran
b. Duduk mandiri di kursi
c. Kontak mata
d. Berdoa
2. Kegiatan Inti ( pukul 08.20 – 10.00 )
a. Siswa duduk mandiri di kursi
b. Siswa melakukan kontak mata ketika dipanggil namanya
c. Siswa menempel warna merah dengan merah
d. Siswa menempel warna kuning dengan kuning
e. Siswa menempel warna hijau dengan hijau
f. Siswa dan guru menyanyikan lagu rambu lalu lintas
3. Istirahat (pukul 10.00 – 10.30)
a. Cuci Tangan

27
b. Makan
c. Bermain Bebas
4. Kegiatan Akhir ( pukul 10.30 – 11.20)
a. Guru dan siswa mengulang kembali materi yang diajarkan
b. Mengakhiri pelajaran dengan menyanyi
c. Berdoa sesudah belajar
J. EVALUASI / PENILAIAN
a. Catatan Anekdot

A. Pertemuan ketiga Kamis 23 Mei 2019


Untuk saya dan Zila. Pendampingan yang awalnya saya rencanakan bersama
kelompok saya tidak berjalan sesuai rencana, karna pertemuan pada tanggal 2
mei yang akan saya terapkan tidak berjalan, karna Zila tidak masuk, jadi
masih melanjutkan penggalian informasi kepada para guru.
Lalu pada pertemuan ini saya tidak di izinkan untuk mendampingi Zila, karna
ada sebagian guru yang mempercayakan dan sebagian guru melarang, karna
sikap tantrumnya.

28
Saya hanya dapat mengawasi Zila dari jauh saat berkumpul di ruang tengah,
beberapa kelas tidak kondusif, dikarenakan ada guru-guru yang cuti, akhirnya
pada hari ini saya mengisi kelas usia 6-8 tahun

B. Pertemuan keempat Jum’at 24 Mei 2019


Pada pertemuan terakhir ini saya mendampingi Zila mulai jam 12 siang
sampai jam 5 sore, dikarenakan di Yayasan sedang di adakan buka bersama
dan berbagi takjil, maka kami diberikan tanggung jawab untuk menghendel
semua siswa, semua siswa dikeluarkan dari kelas, ditempatkan di tempat
berkumpul, lalu menontom film, sedangkan saya langsung mengambil alih
Zila, karna pada saat itu dia baru selesi mandi, dan ada guru yang meminta
bantuan untuk mennyisirkan rambutnya, akhirnya saya yang mengambil alih.
Saat mengobrol saya selalu ada di samping atau di belakangnya,
menghindari tatapan wajah, dan juga menjauhkan dari anak kecil.
Saya ajarkan dia untuk meminta maaf, setelah dia memukul teman. Pada saat
itu saya iseng bertanya kepada Zila “Zila baik apa jahat se?” lalu Zila
menjawab “jahat”. Saya mengatakan kalau mau apa-apa bilang, jangan mukul
29
jangan marah, berkali kali saya elus dadanya lalu saya katakan “zila itu baik,
zila itu cantik, zila itu pinter” lalu saya menyuruh zila untuk mengulangi apa
yang saya katakan, dia mau mengucapkan meskipun tidak jelas.
Dia juga sempet meminta antar untuk pipis, saya bantu melepas celana
sekaligus celana dalamnya, saya awasi dari depan pintu, saya bilang, pipis
yang benar, lalu disiram, dibersikan yang baik,. Untuk beberapa jam Zila bisa
tenang nonton TV, sampai akhirnya di ajak bercanda oleh atika, setelah itu
Zila beralasan ingin pipis, dan kabur lewat gerbang belakang, saya bersama
salah seorang guru mengejarnya sampai ujung gang.
Sedikit saya simpulkan bahwa emosi Zila sangat tidak setabil, saat dia
sering tertawa, atau banyak bicara dengan orang yang belum ada tras dengan
dia maka dia kan marah, memukul, bahkan kabur, seperti saat didekati atika,
padahal awalnya bercanda, lalu tiba-tiba lari keluar dari sekolah

30
LAPORAN KONSELING INDIVIDU
Konselor : Indah Eka Ramadhani (B93216084)

I. IDENTITAS SUBJEK
a. Identitas Anak
Nama :Dina
Jenis kelamin :Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Sekolah : SLB Autis Mutiara Hati
Kelas : 7 SMP
b. Kelainan Anak
Jenis kelainan : Autis
Type kelainan : spectrum autis
c. Identitas Ayah
Nama Lengkap : Suryanto Aji Saputro
Kewarganegaraan : WNI
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Polisi
Alamat : Sidoarjo
d. Identitas Ibu
Nama Lengkap : Aliswatul Badiah
Kewarganegaraan : WNI
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Polwan
Alamat : Sidoarjo

Dina sapaan Akrab gadis cantik dengan tubuh tinggi,sedikit berisi dan
mempunyai kulit putih ini bersekolah di SLB Autis Mutiara Hati sejak mulai ia
SD sampai sekarang. Setiap harinya dina diantar dan dijemput oleh neneknya

31
yang sangat sabar karna ayah dan ibu diva berprofesi sebagai seorang polisi dan
polwan yang sedang ditugaskan dipulau garam (madura). Dina gadis cantik ini
mengidap penyakit spectrum autis atau disebut juga sebagai Autism spectrum
disorder (ASD) merupakan suatu gangguan perkembangan pada anak yang berat
dan kompleks. Dina sangat menarik perhatian saya saat pertama kali saya
memasuki kelasnya yang kebetulan pada saat itu mereka yang ada dalam satu
kelas sedang makan siang tiba2 dina langsung menghampiri saya dan
mengulurkan tanganya untuk bersalaman dan memperkenalkan dirinya. saya pun
langsung spontan merespon dina dengan mengulurkan tangan dan juga
menyebutkan nama kemudia saya kembali bertanya kepada diva ”mbak dina
kesekolah biasanya dianter sama siapa ??” dengan jawaban yang cepat dina
menjawab “mbah uti,mbah uti,mbah uti” ia mengulangi kata kata itu berulang
kali. penyakit yang diderita oleh dina cukup membuatnya merasa terganggu ia jadi
susah untuk bersosialisasi dengan teman teman lainya, dan dina juga sangan
lambat ketika mengerjakan sesuatu.

dina Agak sedikit kesulitan ketika disuruh mengerjakan sesuatu seperti


membuat gelang dengan manik-manik, menulis bahkan mewarnai. terkadang dina
juga belum berani untuk buang air sendiri jadi harus ditemani ketika ingin ke
kamar mandi. saya ingin melakukan pendampingan kepada dina agar ia lebih bisa
mandiri dan terbiasa melakukan hal yang pada awalnya tidak bisa ia lakukan
sendiri menjadi bisa ia lakukan sendiri. karna saya yakin dina adalah anak yang
luar biasa cerdas jadi tidak susah untuk membuatnya mandiri dan tidak sulit untuk
membuat apa yang seharusnya ia lakukan sendiri.

II. ASSESMENT
Assesment yang digunakan untuk mengetahui tentang bagaimana keadaan
subjek / anak tersebut dengan melakukan observasi dan wawancara. Subjek merupak
murid di yayasan pendidikan autis Mutiara Hati sidoarjo. Wawancara dilakukan
kepada guru kelas ( pak affan ) dan wali murid ( nenek ) dan juga melkukan
pengamatan langsung.

Pengamatan Hari Pertama

Hari jum’at 5 mei ( pembelajaran didalam kelas ) perkenalan

32
1. Dina tidak bisa duduk diam
2. mengulang ulang kata yang sudah diucapkan
3. tidak dapat berkomunikasi dengan baik
4. Malu saat disuruh perkenalan didepan kelas
5. Selalu menunduk ketika berbicara
6. Belum berani ke toilet sendiri ( Harus diantar )

Pendampingan Hari Kedua

Hari Jum’at 11 mei 2019 ( pembelajaran dikelas ) Belajar Tematik ( penjumlahan dan
pengurangan )

1. Kidak dapat menulis apa yang ada dipapan


2. Kesulitan dalam menggambar
3. Kesulitan dalam berhgitung
4. Mengulang ulang kata yang sudah diucapkan
5. Mudah lupa
6. Kurang komunikasi dengan teman teman nya

Pengamatan Hari ketiga

Hari Kamis 23 mei 2019 ( pembelajaran mewarnai dan menggambar dikelas )

1. Tidak bisa membedakan warna warna yang ada


2. Masih berantakan dalam memberi warna
3. Tidak berhenti berbicara
4. Sulit melakukan apa yang diperintahkan
Pengamatan hari ke empat

Hari jum’at 3 Mei 2019 ( Pembelajaran Keagamaan di Aula )

1. Malu ketika maju di depan teman teman nya


2. Sudah banyak menghafal surah pendek ( An – nas, Al – alaq, Al-ikhlas )
3. Lebih banyak berinteraksi dengan teman teman nya

Wawancara dengan guru ( pak affan )

 Berapa lama anda mengajar disekolah ini ?


 Baru menjai guru di yayasan tersebut belum sampai satu tahun

33
 Apakah anda mengenal dekat dengan subjek
 Iya, meskipun belum lama mengajar disana tapi sudah begitu dengan
dengan kelain karna termasuk wali kelas subjek
 Baimana komunikasi dan sikap subjek terhadap teman temannya ?\
 Kurang baik karna subjek termasuk anak yang pemalu dan pendiam
jadi kurang begitu dekat dengan teman teman nya
 Apakah subjek selalu mengerjakan tugas yang diberikan anda ?
 Iya meskipun kadang tugas yang saya berikan sering salah tapi subjek
berusaha untuk mengerjakan nya

Wawancara dengan wali murid subjek ( mbah uti )

 Sejak kapan subjek tinggal bersama anda ?


 Sejak subjek baru lahir oleh orang tuanya langsung dititipkan
kepadanya

 Seberapa dekar anda dengan subjek ?


 Dekat sekali karna subjek adalah cucu satunya yang tinggal bersama
 Bagaimana sikap subjek ketika sedang berada dirumah ?
 Sangat baik kadang kadang subjek ikut membantu pekerjaan rumah
 Apakah subjek memiliki teman bermain
 Tidak subjek selalu bermain didalam rumah
GEJALA
NO GEJALA YA TIDAK
1 Tidak merespon jika setiap kali dipanggil 
namanya
2 Lebih suka bermain sendiri 
3 Tidak suka kontak mata dan menunjukkan 
ekspresi wajah yang datar
4 Berbicara dengan nada atau ritem yang tidak 
normal, terkadang ucapanya seperti robot
5 Sering mengulang kata atau frasa kata demi 
kata, namun tidak mengerti cara
menggunakannya

34
6 Sulit mencerna pertanyaan atau petunjuk 
sederhana
7 Tidak bisa mengontrol perasaannya sendiri
8 Tidak suka dipeluk atau hanya membolehkan 
dipeluk saat mereka ingin saja
9 Tidak akan melihat lurus objek saat orang lain 
menunjuk ke arah objek tersebut
10 Kesulitan mengenali isyarat non-verbal, 
seperti menafsirkan ekspresi wajah orang lain,
postur tubuh, atau nada suaranya
11 Melakukan aktivitas yang bisa melukai dirinya 
sendiri
12 Sering melakukan gerakan berulanG 
13 Memiliki indra yang sangat sensitif 

Dari hasil pengamatan subyek yang diambil dengan menggunakan instrument


tersebut, subyek mengalami ciri-ciri autis yang ditunjukkan pada hasil instrument
diatas subyek memiliki 9 ciri-ciri anak autis

III. DIAGNOSIS

Dari semua data dan informasi yang terkumpul baik itu memlaui observasi maupun
wawancara konselor dapat menemukan bahwa klien mengalami kelainan spectrum
autis disorder yang dimana Autism spectrum disorder adalah gangguan perkembangan
yang bisa dimulai sejak usia dini. Secara umum, gejalanya sudah bisa terdeteksi pada
usia awal perkembangan anak, yaitu sebelum mencapai tiga tahun.

Istilah “spektrum” dalam gangguan spektrum autisme mengacu pada berbagai gejala
dan tingkat keparahan yang unik – dari tingkatan yang rendah hingga tinggi. Artinya,
setiap anak yang mengalami autism spectrum disorder memiliki gejala yang berbeda
antara satu anak dengan anak lainnya.

Sebagai contoh, ada beberapa anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang lebih
rendah dari normal sehingga sulit untuk belajar. Sedangkan beberapa anak lainnya ada
juga yang memiliki kecerdasan tinggi dan mampu belajar dengan cepat, tapi

35
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dan menerapkan apa yang mereka ketahui
dalam kehidupan sehari-hari dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya

IV. PEMBAHASAN MENURUT TEORI

Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan pada anak yang
ditandai oleh hambatan dalam berinteraksi sosial, komunikasi, serta memiliki pola
perilaku dan minat yang terbatas dan berulang. Hambatan perkembangan ini dapat
terlihat sebelum anak berusia 3 tahun sehingga diagnosis autisme sudah dapat
ditegakkan. Bahkan, dalam beberapa kasus autisme sudah dapat didiagnosis semenjak
usia 18 bulan. Hal ini menekankan bahwa keterlambatan perkembangan terkait
autisme dapat dikenali dan diatasi lebih awal. Meskipun begitu, sindrom-sindrom
yang muncul dapat didiagnosis pada semua kelompok umur.

Fakta :

1. 1/3 dari populasi orang dengan autisme tetap mengalami nonverbal


2. 1/3 dari populasi orang dengan autisme mengalami keterbatasan intelektual
3. Ada beberapa masalah kesehatan medis dan mental yang mengikuti autisme,
seperti gangguan tidur, ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity
Disorder), kecemasan, fobia dan gangguan pencernaan.

Karakteristik

1. Mengalami hambatan dalam komunikasi, bahasa, dan perilaku. Misalnya, anak


tidak mampu merespons ekspresi emosi orang lain serta sulit menggunakan isyarat
tubuh sebagai penekanan komunikasi lisannya.
2. Menunjukkan gerakan stereotip berulang tanpa tujuan yang jelas. Sebagai contoh,
anak suka berputar-putar atau mengepakkan tangannya.
3. Tidak dapat melakukan kontak mata
4. Tidak dapat menunjukkan ekspresi wajah
5. Menyakiti diri sendiri
6. Tantrum ketika objek yang dikenal dipindahkan dari tempat biasanya. Sebagai
contoh, anak terbiasa melihat boneka kesukannya berada di atas meja. Tiba-tiba,
boneka tersebut dipindahkan ke tempat lain dan menyebabkan anak

36
mengalami tantrum. Tantrum yang dialami anak tidak akan berhenti sampai
boneka tersebut diletakkan kembali di atas meja (tempat semula).
7. Memiliki reaksi tidak biasa terhadap bunyi, bau, rasa, tekstur, cahaya atau warna

Penyebab

Para peneliti menyatakan, autisme dapat berkembang karena kombinasi genetik


dan nongenetik, lingkungan, serta pengaruh lainnya. Pengaruh yang muncul ini
dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami autisme. Perlu diketahui,
peningkatan risiko tidak sama dengan penyebab autisme. Sebagai contoh,
beberapa gen yang berhubungan dengan autisme juga dapat ditemukan pada orang
yang tidak mengalami autisme. Selain itu, tidak semua orang yang berada di
lingkungan berisiko autisme akan mengalami autisme nantinya.

1. Faktor keturunan keluarga. Tingkat kemungkinan seorang anak mengalami


autisme ketika saudara kandungnya sudah ada yang mengalami sebesar 2-8%.
Selain itu, kembar monozygotic lebih mungkin terkena autis sebesar 90%
dibandingkan kembar dizygotic yang hanya memiliki kemungkinan sebesar
10%.
2. Faktor infeksi dari lingkungan semasa kehamilan. Pengaruh lingkungan
berupa penyakit epidemis seperti, rubella dan cytomegalovirus dapat
meningkatkan risiko autisme pada anak yang sedang dalam masa kandungan.
3. Abnormalitas pada struktur otak. Abnormalitas ini terjadi pada
bagian amygdala dan nucleus accumbens yang berpengaruh terhadap respons
sosial dan emosional seseorang dengan autisme

Terapi untuk Memaksimalkan Potensi

Terapi Wicara

Terapi wicara dilakukan untuk mengatasi permasalahan komunikasi yang dialami


anak autis. Melalui terapi wicara, anak mempelajari bahasa serta simbol verbal
maupun nonverbal yang digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perlu
diketahui, keterbatasan kemampuan bicara pada anak dengan autisme berbeda-beda.

37
Oleh karena itu, terapi melakukan diagnosis awal terlebih dahulu untuk melihat
kemampuan bahasa seperti apa yang perlu dikembangkan.

Beberapa contoh terapi wicara yang dilakukan antara lain: mengenalkan isyarat dalam
bahasa, mengenalkan kata melalui gambar yang tertulis kata di bawahnya. atau
mengembangkan artikulasi bicara dengan melatih atau memijat bibir dan otot wajah.

Occupational Therapy

Terapis occupational mempelajari tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia


dan interaksinya dengan lingkungan melalui kegiatan sehari-hari.
Terapis occupational ahli dalam menangani pengaruh sosial, emosional, dan fisiologis
dari penyakit atau luka yang dialami. Pengetahuan ini nantinya akan mengembangkan
keterampilan seseorang dengan autisme untuk mandiri.

Gejala dan tanda

Saat ini penentuan ada tidaknya GSA dilakukan dengan melakukan wawancara
psikiatrik orangtua dan observasi anak. Wawancara dilakukan dengan
berpedoman pada kriteria diagnostik yang ada dalam Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders V (DSM V, 2013) atau Pedoman Penggolongan
Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJIII,1993).
Secara singkat, gejala dan tanda dari GSA berdasarkan DSM V dapat
digambarkan sebagai berikut:

1. Defisit yang menetap dari komunikasi sosial dan interaksi sosial yang meliputi
berbagai konteks kehidupan anak dan sudah timbul dalam diawal perkembangan
anak namun seringkali manifestasi gejala baru tampak jelas bagi orangtua saat
perkembangan anak berjalan lebih lambat dibandingkan dengan anak seusianya.
Defisit tersebut dapat berupa kesulitan sampai dengan kegagalan dalam menjalin
komunikasi verbal timbal balik; berkurangnya sampai dengan kehilangan
keinginan untuk berbagi ketertarikan, emosi, atau afeksi; kegagalan untuk
memulai atau berespons dalam menjalin interaksi sosial; abnormalitas dalam
kontak mata dan bahasa tubuh atau defisit dalam pemahaman dan penggunaan
bahasa tubuh dalam berkomunikasi; kehilangan secara total ekspresi wajah dan

38
komunikasi non-verbal; kesulitan dalam menyesuaikan perilaku dalam berbagai
konteks sosial.
2. Adanya pola perilaku, minat atau aktivitas yang terbatas dan berulang, seperti pola
perilaku stereotipik; echolalia (mengulang atau imitasi kata atau pembicaraan
orang lain); perilaku ritualistik; minat yang terbatas pada objek atau benda
tertentu; preokupasi dengan objek atau benda tertentu; hiper- atau hiposensitivitas
terhadap rangsang indera tertentu; minat yang tidak wajar terhadap benda atau
kegiatan tertentu, misalnya terlalu fokus terhadap satu jenis mainan tertentu
sehingga tidak bisa melepaskan diri dari benda tersebut.
3. Gejala-gejala pada umumnya sudah mulai timbul dalam periode awal.
perkembangan (seringkali gejala baru dikenali orangtua pada saat anak berusia
sekitar 2 tahun atau saat perkembangan yang diharapkan tidak sesuai dengan anak
seusianya).
4. Gejala di atas menimbulkan hendaya yang bermakna secara klinis dalam aspek
sosial, pekerjaan atau fungsi sehari-hari anak saat ini

Deteksi dini

Anak dengan GSA seringkali sudah menampilkan berbagai gejala dini seperti bayi
tidak menunjukkan adanya senyum sosial pada saat diajak bermain dan kontak
mata yang minim saat bayi berusia 2 – 3 bulan, atau ketidakmampuan untuk
melakukan ikatan emosi timbal balik dengan ibu atau pengasuhnya. Beberapa
orangtua juga mengeluhkan bahwa anak mereka belum mampu berkomunikasi
baik secara verbal maupun non-verbal pada saat mereka berusia 2 tahun ke atas
dan anak di usia tersebut seharusnya sudah mampu menguasai keterampilan
tersebut. Disamping itu, mereka juga menunjukkan adanya perilaku terbatas dan
berulang sehingga mengganggu fungsi dasar anak sehari-hari.

Deteksi dini dapat dilakukan melalui kuesioner Checklist for Autism in Toddlers
(CHAT). Kuesioner ini dapat digunakan untuk deteksi dini anak dengan GSA
yang berusia 18 – 36 bulan, dilakukan dengan observasi dan mengajukan
pertanyaan kepada orangtua yang menemukan adanya satu atau lebih gejala,

39
seperti; (1) keterlambatan bicara; (2) gangguan komunikasi/ interaksi sosial; (3)
perilaku yang berulang ulang pada anak mereka.
CHAT terdiri dari 2 bagian, yaitu:

A. Sembilan buah pertanyaan yang diajukan pada orangtua/pengasuh dengan


jawaban Ya atau Tidak:

1. Senang di ayun-ayun, diguncang-guncang


2. Tertarik memperhatikan anak lain
3. Suka memanjat tangga
4. Suka main ciluk-ba, petak umpet
5. Bermain pura-pura membuat minuman
6. Meminta dengan menunjuk
7. Menunjuk benda
8. Bermain dengan benda kecil
9. Memberikan benda utk menunjukkan sesuatu

Lima pengamatan perilaku anak, yang dijawab dengan jawaban Ya atau Tidak

1. Anak memandang mata pemeriksa


2. Anak melihat ke benda yang ditunjuk
3. Bermain pura-pura membuat minum
4. Menunjuk benda yang disebut
5. Menumpuk kubus
Interpretasi (penafsiran) CHAT

 Risiko tinggi menderita Gangguan Spektrum Autisme jika menjawab tidak


pada butir A5, A7, B2-4
 Risiko rendah menderita Gangguan Spektrum Autisme jika menjawab tidak
pada butir A7, B4
 Kemungkinan adanya gangguan perkembangan lain jika menjawab tidak pada
3 butir atau lebih dari butir A1-4, A6, A8-9, B1, B5

40
Dengan menggunakan CHAT maka deteksi GSA dapat diharapkan lebih
dini dan intervensi juga dapat dilakukan lebih awal sehingga diharapkan hasil
akhir tatalaksana menjadi lebih baik.

V. METODE PENDAMPINGAN
 Membangun Komunikasi yang baik dulu karna biasanya anak autis mengalami
kesulitas berbicara. mereka bisa berbicara tapi sulit untuk berinteraksi atau
berkomunikasi secara normal dengan orang lain. inilah kenapa membangun
komunikasi sangat penting
 Mengurangi perilaku yang kurang baik seperti menggerak gerakkan tubuh
secara berulang ulang kali dsb.
 Mendampingi pada saat pelajaran dikelas untuk melihat perkembangannya
 Mengajari untuk mengenal warna,huruf dll
 Memberikan contoh bagaimana untuk menjadi anak yang mandiri.

VI. EVALUASI
pada saat pertemuan terakhir dengan dina sudah banyak perubahan yang diperlihatnya
mulai dari komunikasi dengan teman temannya dan sudh bermain ke kelas kelas
lainnya mulai bisa menulis menggambar dan mewarnai sendiri sudah bisa menjawab
dengan cepat ketika ditanya, tidak malu bertemu dengan orang baru dan mudah
mengingat juga sudah bisa kekamar mandi sendiri tanpa diantar atau didampingi
namum perilaku yang sulit konselor rubah adalah melakukan gerakan berulang ulang
kali.

VII. DOKUMENTASI

41
LAPORAN KONSELING INDIVIDU
Konselor : Fina Nur Laili Mufidah (B93216082)

I. IDENTITAS
Identitas Anak
Nama : Akbar
Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 13 Oktober 2011
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Kelas :2
Alamat : Sidoarjo
Identitas Orang Tua (Ibu)
Nama : Hardina
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga, (Punya Usaha di Rumah)
II. ASSESMENT
Assesmen yang digunakan untuk mengetahui tentang keadaan subyek adalah dengan
melakukan observasi, Wawancara, dan Instrumen. Subyek merupakan murid di Yayasan
Pendidikan Autis “Mutiara Hati” Bluruh Kidul Sidoarjo. Wawancara dilakukan kepada 2
Signifikan Other yaitu Guru Kelas, dan Orang tua (Ibu). Dan juga melakukan
pengamatan dengan menggunakan instrument. Observasi dilakukan mulai tanggal 05
April – 24 Mei 2019 yang dilakukan secara berkala.
Kunjungan yang dilakukan pertama kali adalah melihat proses pembelajaran kepada
murid yang mayoritas mengalami autis dan slow learner. Jadwal di hari tersebut adalah
melakukan pembelajaran mewarnai. Murid diperintahkan untuk mewarnai bunga di
kertas yang sudah disediakan. Untuk penderita autis, dikelas tersebut mempunyai
kategori yang berbeda-beda.. Sebagian murid harus diberikan bantuan berupa promting.
Ada anak autis (Michel) yang tidak mau mewarnai kertas yang telah disediakan Murid
tersebut lebih suka menggambar. Dia menggambar rel dan palang kereta api. Dia
menggambar sekaligus menirukan suara kereta api. Di kelas tersebut murid ada salah
satu murid autis (Kanza) yang ketika selama proses belajar ia tidak pernah mau untuk
duduk di kursi dia lebih suka duduk di bawah. setelah sebagian murid selesai mewarnai,
selanjutnya waktunya makan siang. Ada salah satu murid penderita autis (Akbar) yang
42
selalu diberikan tugas untuk mengambilkan kotak makan semua teman-temanya. Murid
tersebut sangat hafal tempat makan dan akan membagikan tempat makanan tersebut
kepada setiap teman-temannya.
Pendampingan yang sudah dilakukan
Pengamatan Ke 1
Hari Jumat, 5 April 2019 (pukul 09.00-selesai), Pembelajaran di Kelas (mewarnai)
 Subyek tidak bisa duduk diam
 Langsung bergerak cepat ketika ada yang mengetuk pintu
 Meniru omongan guru
 Langsung merespon ketika mendengar suara adzan
 Tidak bisa diam (berbicara/membeo terus)
 Selalu memberikan pernyataan
 Mengulang kata
 Kontak mata melihat ke atas
 Mengambilkan semua kotak makan milik teman
 Mudah untuk disuruh
 Tidak bisa makan sendiri
Pengamatan Ke 2
Jum’at, 25 April 2019 (09.00-selesai), Pembelajaran di Kelas
 Menuruti perintah guru (menghapus papan tulis)
 Membantu memasukkan krayon yang jatuh
 Keluar masuk kelas
 Berbicara/membeo terus selama proses mewarnai
 Menutup telinga ketika mendengar bunyi keras
 Mengulang kata
 Kontak mata melihat ke atas
 Tertawa sendiri
 Menggenggam tangan sendiri dengan erat

Pengamatan ke 3
Kamis, 2 Mei 2019 (10.00- selesai), Permainan Bebas di Kelas
 Tiba-tiba marah, tiba-tiba tertawa sendiri
 Tidak bisa duduk diam

43
 Selalu berbicara sendiri
 Mengulang kata
 Kalau sudah mendengar adzan subyek langsung meminta untuk pulang
 Tidak sabaran
 Merengek
 Kontak mata melihat ke atas
 Mau memimpin do’a

Pengamatan ke 4
Jum’at 3 Mei 2019 (pukul 10.30-selesai), di area depan kelas (keagamaan)
 Tidak bisa duduk diam
 Selalu memanggil nama-nama guru dengan berulang
 Mengulang kata guru yang memimpin di depan
 Mau maju kedepan (membaca surat pendek dengan bantuan guru)
 Sangat senang dan antusias ketika di jemput oleh mamanya
Wawancara 1 dengan Guru Kelas
Narasumber : Siska
Waktu : Jum’at 25 April 2019. Pukul 10.00-selesai
Tempat : Ruang Kelas
 Sudah berapa tahun anda mengajar di sekolah ini ?
Jawab : sekitar 5 tahun lebih, dari tahun 2014
 Seberapa kenal anda dengan subyek ?
Jawab : sangat kenal sekali, dia murid yang cukup dekat dengan saya
 Bagaimana perkembangan subyek selama anda mengajar di kelas tersebut ?
Jawab : perkembangan selama dia berada di kelas saya, sudah baik, dia termasuk
yang paling ringan kelainannya dibanding teman-temannya.
 Apakah subyek lebih suka gaya belajar sendiri atau berkelompok ?
Jawab : sendiri juga bisa berkelompok juga bisa,dia hubungan sosialnya sudah
bagus sekali, dia yang sering membantu saya untuk mengkondisikan kelas
 Bagaimana hubungan subyek dengan teman-teman di kelas ?
Jawab : ya bagus mbak dia mampu bersosialisasi dengan baik, dia juga bisa tenang
jika ada orang baru.
 Apakah anda selalu memberikan tugas rumah kepada Subyek ?

44
Jawab : iya di yayasan ini memang memprogram untuk selalu memberi tugas untuk
dikerjakan dirumah.
 Bagaimana komunikasi subyek dengan guru atau teman yang lain ?
Jawab : sudah baik, dia ingatannya sangat kuat, dia selalu memanggil nama guru-
guru disini dengan berulang-ulang.
 Bagaimana emosi yang dimiliki oleh subyek ?
Jawab : emosi ya kadang naik turun mbak, kan memang anak seperti itu. Tapi dia
kalo meminta sesuatu tapi tidak di turuti langsung merengek berteriak-teriak dan
selalu bertanya.
Wawancara 2 dengan Orang Tua (Ibu)
Narasumber : Hardina
Waktu : Kamis, 2 Mei 2019. Pukul 11.30-selesai
Tempat : Teras Depan Sekolah
 Subyek mempunyai saudara berapa ?
Jawab : dia anak ke 3 dari 3 bersaudara
 Apa kegiatan yang dilakukan subyek ketika di rumah ?
Jawab : dirumah ya biasa mbk, bermain, nonton tv, ngaji di TPA juga
 Pada waktu kapan orang tua menemani subyek ?
Jawab : Kalo saya (ibu) sepulang sekolah sampai nanti sore dia mengaji, terus habis
maghrib belajar sama kakaknya.
 Apakah saudara-saudaranya menemani subyek bermain ?
Jawab : iya mbak, dia ngintil sama kakaknya yang paling tua itu
 Apakah subyek sering bermain dengan teman-teman di sekitar rumah ?
Jawab : gimana ya mbk, subyek jarang sekali bermain di luar rumah, mungkin kalo
waktunya mengaji saja, dia lebih suka bermain sendiri. pokoknya kalau malam dia
sudah focus di rumah entah nonton tv atau bermain sendiri.

Pengamatan Ke 5
Hari Jum’at 3 Mei 2019 (09.00-selesai), di dalam Kelas
 Berkeliaran (tidak bisa duduk diam)
 Menyebut nama gurunya dengan berulang-ulang
 Berbicara tapi tidak bisa diartikan
 Membeo

45
 Mondar mandir sambil berbicara tanpa jelas
 Sangat respon terhadap suara
 Sering meremas tangan
 Mengulang-ulang kalimat
 Mengerang marah ketika keinginannya tidak dituruti
 Memaksa keinginan agar dituruti
 Selalu menghindari kontak mata
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada hari tersebut, observer mengajak
subyek untuk belajar membaca huruf abjad, dan subyek pun mampu mengetahui
hurufabjad namun belum bisa membaca tulisan secara utuh, subyek hanya bisa mengeja
saja. Kemudian menghitung benda-benda yang ada di dalam kelas. Setelah selesai
membaca huruf abjad dan menghitung kemudian waktunya makan siang. Subyek tidak
bisa mau makan nasi, subyek tidak mau untuk membuka mulutnya ketika disuapin,
subyek hanya makan sangat sedikit sekali dan itu harus diselangi dengan minum.
Menurut informasi dari orangtuanya, subyek memang takut dengan nasi.
Pengamatan Ke 6
Hari Jum’at 10 Mei 2019, 12.30 – Selesai
Ketika pembelajaran diluar kelas, subyek mondar mandir mengitari semua
teman-teman yang sedang duduk. Subyek sangat responsive dan takut ketika ada
sesuatu yang dilemparkan ke dirinya dan subyek merasa geli dan merasa jijik. Setelah
subyek bisa duduk diam yang ditenangkan oleh salah satu gurunya kemudian subyek
menghampiri saya (observer) dengan tertawa sendiri. Kemudian subyek meminta untuk
dipangku dengan masih berbicara namun tidak berkomunikasi. Subyek kemudian
memukul-mukulkan tangannya ke mulutnya sendiri dengan keras dan berulang-ulang.
Saya (observer) lansung menghentikan sikapnya dengan menggenggam kedua
tangannya dan diajak bernyanyi sambil bergerak(read:lagu kepala, pundak, lutut, kaki).
Namun setelah itu subyek berbalik memegang tangan saya dan memukul-mukulkan di
mulutnya sambil tertawa.
Pengamatan Ke 7
Hari Kamis 23 Mei 2019
Ketika melihat ada sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan kelas, Subyek
sangat memberikan respon kemudian menatap sinar tersebut dengan lama sambil
memegang tangannya yang terkena sinar matahari tersebut. Subyek masih terus

46
mengulang-ulang kalimat yang diucapkan. Ketika berada diruang tengah, subyek
awalnya tidak bisa duduk diam dia mondar mandir di depan teman-temannya sambil
tertawa-tertawa sendiri dan bertepuk tangan. Pada saat itu subyek tidak akan
memberikan respon ketika dipanggil. Ketika diajak berkomunikasi subyek tidak mau
melihat yang mengajak bicara (tidak mempunyai kontak mata) subyek selalu
menghadap keatas dan terus menerus mengulang kalimat. Subyek termasuk anak yang
sangat aktif dan sangat mudah sekali untuk disuruh, subyek juga hafal semua tempat
dan barang yang berada di yayasan tersebut.
Pengamatan Ke 8
Hari Jum’at 24 Mei 2019
Ketika acara buka bersama di halaman sekolah, subyek sangat senang sekali
ketika bersama ibunya, ketika mendengar suara adzan subyek langsung ingin pulang
dan ingin papanya yang menjemputnya. Ia kemudian mengulang kalimat “dijemput
papa ya” secara terus menerus. Subyek sangat sering bertepuk tangan sambil
menghadap keatas. Subyek juga tidak menyukai keramaian, ia selalu menutup telinga
jika ada suara-suara keras. Subyek tidak bisa menunggu lama subyek sering tertawa
sendiri dan juga merengek sendiri ketika keinginanya belum dipenuhi.

47
INTRUMEN DETEKSI AUTISMA (ICD-10 DARI WHO)

NO. GEJALA CHECK


1. Kontak mata sangat kurang
2. Ekspresi muka kurang hidup
3. Gerak-gerik yang kurang tertuju
4. Menolak untuk dipeluk
5. Tidak menengok bila dipanggil
6. Menangis atau tertawa tanpa sebab
7. Tidak tertarik pada mainan
8. Bermain dengan benda yang bukan mainan
9. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
10. Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain
11. Kurangnya hubungan social dan emosional yang timbal balik
12. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang
13. Menarik tangan bila ingin sesuatu, Bahasa isyarat tak berkembang
14. Sering menggunakan Bahasa yang aneh dan diulang-ulang
15. Cara bermain kurang variatif, kurang imajintif dan kurang bisa
meniru
16. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat
khas dan berlebih-lebihan
17. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistic atau rutinitas yang
tidak ada gunanya
18. Ada gerakan –gerakan yang aneh yang khas dan diulang-ulang
19. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda
20. Panic terhadap suara-suara
21. Mengulangi atau membeo kata-kata, kalimat-kalimat, atau
nyanyian
22. Marah atau tak menghendaki perubahan-perubahan
Total 13

Dari hasil pengamatan subyek yang diambil dengan menggunakan instrument tersebut,
subyek mengalami ciri-ciri autis yang ditunjukkan pada hasil instrument diatas subyek
memiliki 13 ciri-ciri anak autis menurut ICD

48
III. DIAGNOSIS
Dari hasil Assemen yang telah dilakukan oleh peneliti, berdasarkan dari proses
pengamatan pada saat subyek berada di kelas maupun diluar kelas dan melakukan
wawancara kepada guru kelas dan orang tua (ibu) yang dilakukan di Sekolah untuk
mengetahui lebih lanjut tentang kelainan yang dialami oleh subyek.
Berdasarkan hasil diatas subyek mengalami kelainan Autis Ringan dengan jenis
Asperger Syndrome, kelainan jenis tersebut lebih banyak terdapat pada anak laki-laki.
Perkembangan bicaranya tidak terganggu, tetapi mereka kurang bisa berkomunikasi
secara timbal balik. Berbicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi
kurang menggunakan bahasa tubuh. Sangat terobsesi kuat pada suatu benda.
Mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan dalam pelajaran di
sekolah.
Dilihat dari assessment tersebut, subyek menunjukkan banyak tanda-tanda yang
mengarah bahwa subyek mengalami autis tersebut. Subyek sering menghindar ketika
kontak mata, lebih sering menghadap keatas, menggunakan kata atau kalimat secara
berulang-ulang. Suka berbicara atau membeo, ketika sedang menggambar atau
melakukan sesuatu subyek sering menirukan bunyi dari benda yang digambar tersebut.
Sering bertepuk tangan dengan keras sambil mondar mandir, sering terlihat tertawa
sendiri, Jika keinginannya tidak terpenuhi maka subyek akan menangis dengan
berteriak dan memberikan pernyataan secara berulang-ulang. Disamping itu subyek
juga memiliki kelebihan dengan selalu membantu gurunya, subyek selalu
mengambilkan semua kotak makan milik temannya, memiliki daya ingat yang kuat.
IV. PEMBAHASAN DENGAN TEORI
Secara etimologis kata autisme berasal dari kata auto dan isme, auto artinya diri
sendiri, sedangkan isme berarti suatu aliran atau paham. Autisme bisa diartikan sebagai
6
suatu paham yang hanya tertarik pada dunianya sendiri. Autis merupakan salah satu
gangguan mental, dimana autisme merupakan gangguan perkembangan yang ditandai
dengan kesulitan berinteraksi, sosialisasi dan juga karakter stereotip. Selain itu
gangguan mental ini berkembang dan bisa menghambat masalah atau menghambat
perkembangan.
Menurut Lumbantobing, anak autis mengalami gangguan perkembangan fungsi otak
yang mencakup bidang sosial dan afektif, komunikasi verbal dan nonverbal, imajinasi,

6
Yosfan Azwandi. Mengenal dan Membantu Penyandang Autisme.( Jakarta: Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi2005), hal. 13

49
fleksibelitas, minat, kognisi dan atensi. Ini suatu kelainan dengan ciri perkembangan
yang terlambat atau yang abnormal dari hubungan sosial dan bahasa.7 Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa anak autis mengalami gangguan perkembangan fungsi
otak yang mencakup bidang sosial dan afektif serta kognisi dan atensi. Hal ini
dikarenakan anak autis pada umumnya sering mengalami gangguan pada
perkembangan bidang sosial yang bisa menyebabkan anak menarik diri.
Sebagian besar anak autis akan menunjukan beberapa gejala seperti, kurang respon
terhadap orang lain, mengalami kendala berat dalam berkomunikasi, dan memunculkan
respon aneh dari berbagai aspek lingkungan disekitarnya, semua ini berkembang pada
30 bulan pertama dari masa kelahirannya8. Pendapat tersebut menyatakan bahwa
hampir secara keseluruhan anak yang mengalami gangguan autis memiliki karakter-
karakter yang mengarah pada gangguan komunikasi dan interaksi sosialnya. Perilaku-
perilaku tersebut bisa muncul setiap saat sesuai dengan kondisi anak saat menerima
stimulasi dari lingkungannya.
Menurut Faisal autis ditandai oleh ciri-ciri utama yaitu : 9
 Tidak peduli dengan lingkungan sosial.
 Tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosialnya
 Perkembangan bahasa dan berbicara tidak normal.
 Reaksi atau pengamatan terhadap lingkungan terbatas serta berulang-ulang.
Jika interaksi sosial anak dengan gangguan autisme sangat minim dengan lingkungan
sekitar dan untuk komunikasi anak mengalami gangguan. Seperti anak tidak mau
berbicara dengan orang disampingnya atau belum bisa berbicara sesuai dengan usianya,
menarik diri (with drawl), dan selalu melakukan aktifitas yang berulang-ulang.
Berikut pendapat lain tentang ciri-ciri anak autis, sebagai berikut :
1. Sulit sosialisasi
2. Tidak berempati
3. Benci Disentuh
4. Sulit kontak mata
5. Anak sulit dipanggil dengan namanya
6. Gerakan tidak terfokus
7. Emosional buruk

7
Pamuji. Model Terapi Terpadu Bagi Anak Autis. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2007), hal. 1
8
Setiati Widihastuti, Pola Pendidikan Anak Autis. (Yogyakarta: Datamedia, 2007), hal. 2
9
Agus Suryana. Terapi Autisme. (Jakarta: Progres, 2004), hal. 13

50
8. Menggunakan bahasa aneh
9. Senang benda dinamis
10. Suka pada satu hal secara berlebihan
11. Sulit meniru
12. Asyik sendiri
13. Monoton
14. Eskpresi wajah
Apabila dilihat dari segi perilaku, anak-anak autis cenderung melukai diri sendiri, tak
percaya diri sendiri, bersikap agresif, menanggapi secara kurang bahkan berlebihan
terhadap suatu stimulus eksternal, dan mengerak-gerakkan tubuhnya secara tidak
wajar.
Penyebab Autis
Menurut Koegel dan lazebnik mengatakan bahwa penyebab anak mengalami
gangguan autis adalah adanya gangguan neurobiologis. Berdasarkan penjelasan ini
bahwa kelainan yang dialami anak autis disebabkan ada kelainan dalam neurobiologis
10
atau gangguan dalam sistem syarafnya. Autis banyak disebabkan oleh gangguan
syaraf otak, virus yang ditularkan ibu ke janin, dan lingkungan yang terkontaminasi zat
beracun. Penjelasan tersebut menegaskan bahwa yang menyebabkan anak mengalami
autisme terdiri dari beberapa faktor internal dan juga faktor eksternal.
Menurut Nakita gangguan autis disebabkan oleh :
a. Faktor genetik atau keturunan
b. Prenatal atau waktu hamil
1. Jika terjadi infeksi TORCH (toksoplasma, Rubella, cytomegalovirus, dan
herpes)
2. Cacar air, virus yang masuk ke ibu akan mengganggu sel otak anak
3. Polusi logam berat seperti tambal gigi waktu hamil dan makanan yang
terkontaminasi
c. Neonatal
1. Kekurangan oksigen waktu proses persalinan
2. Lahir premature
3. Lahir dengan berat bayi rendah
4. Pendarahan pada otak bayi

10
Tin Suharmini. Psikologi Anak berkebutuhan Khusus. (Yogyakarta: Kanwa Publiser, 2002) hal. 72

51
d. Pascanatal
1. Jatuh atau sering terbentur pada kepala atau tulang belakang
2. Kontaminasi logam berat atau polusi lainnya
3. Trauma di kepala, kecelakaan yang mengakibatkan terlukanya pembuluh
darah
4. Kekurangan oksigen
Berdasarkan pendapat diatas mengenai penyebab anak mengalami autis, maka
dapat disimpulkan bahwa anak autis bisa disebabkan karena gangguan atau kelainan
yang dialami pada saat prenatal, neonatal, pascanatal dan karena faktor genetik.
Ternyata setelah diteliti lebih lanjut ada banyak jenis penyakit autis yang memiliki
penanganan berbeda-beda. Berikut adalah beberapa diantaranya:
1. Autistic Disorder
2. Asperger Syndrome
3. Childhood Disintegrative Disorder
4. Pervasive Developmental Disorder (Not Otherwise Specified)
Dari hasil assessment yang dilakukan, observer menarik kesimpulan dari ciri-ciri yang
ada subyek mengalami gangguan autis jenis Asperger Syndrom. Tidak seperti autistic
disorder, asperger syndrome lebih bisa berinteraksi dengan orang lain dan tidak memiliki
masalah dalam keterlambatan berbahasa. Bahkan beberapa anak justru memiliki kemampuan
berbahasa yang lebih baik tapi hanya pada bidang yang memang disenanginya. Sekilas orang
melihat kalau asperger syndrome ini tidak memiliki empati.
Mereka memiliki empati, memahami sebuah peristiwa tapi tidak bisa
memberikan respons yang umum dilakukan orang-orang. Kalau secara penampakan
fisik, anak-anak yang mengidap jenis penyakit autis tipe ini masih bisa berkomunikasi
secara normal tapi tidak menampakkan ekspresi, kecenderungan mendiskusikan diri
sendiri ataupun hal-hal yang dianggapnya menarik.
Para dokter melihat sindrom Asperger sebagai sebuah bentuk autisme.
Seringnya, disebut sebagai "autisme yang memiliki banyak fungsi/high-functioning
autism". Hal ini berarti setiap penderita sindrom Asperger terlihat seperti halnya
bukan seorang autis, tetapi ketika dilihat, otak mereka bekerja secara berbeda dari
orang lain. Para dokter juga sering mengambil kesimpulan yang salah mengenai
sindrom Asperger setelah mendiagnosis penderitanya, dan memvonisnya sebagai
pengidap skizofrenia, ADHD, sindrom Tourette atau kelainan mental lainnya.

52
Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh pengidap Asperger dan autisme sangat mirip,
tetapi Asperger dianggap sebagai bentuk autisme ringan. Pengidap Asperger tidak
memiliki kesulitan dalam belajar, berbahasa, maupun memproses informasi. Mereka
justru biasanya menunjukkan kecerdasan di atas rata-rata, cepat menguasai bahasa
dan kosakata baru, serta mampu menghafal berbagai hal dengan detail. Tak seperti
kebanyakan kasus orang dengan autisme, mereka yang mengidap sindrom Asperger
umumnya bisa menjalani fungsi dan aktivitas sehari-hari dengan baik, meskipun
membutuhkan penyesuaian tertentu.
Sindrom ini sudah bisa dideteksi gejalanya sejak anak menginjak usia 3 tahun.
Namun, beberapa orang baru akan menunjukkan gejalanya saat memasuki usia
sekolah, remaja, bahkan dewasa. Mereka yang mengidap sindrom Asperger
mengalami gangguan perkembangan mental. Hal ini mengakibatkan persepsi dan pola
pikir yang berbeda dengan orang kebanyakan. Penyebab pastinya belum ditemukan
hingga saat ini, tetapi para ahli percaya bahwa pemicunya antara lain faktor
lingkungan dan genetik.
Ciri-Ciri Dan Gejala Sindrom Asperger
Diagnosis untuk sindrom Asperger bisa ditegakkan setelah dokter atau
spesialis melakukan serangkaian tes dengan instrumen tertentu. Namun, umumnya
mereka yang mengidap Asperger akan menunjukkan ciri-ciri berikut ini.11
a. Gangguan berkomunikasi
Orang atau anak yang memiliki gangguan Asperger akan menunjukkan
kesulitan berkomunikasi. Meskipun kemampuan berbahasa mereka sangat piawai,
mereka biasanya mengartikan segala hal secara harfiah atau makna
sesungguhnya. Masalahnya, dalam berkomunikasi Anda tentu tak hanya
bergantung pada kosakata saja. Orang yang mengidap Asperger juga cenderung
memotong pembicaraan orang lain yang dia anggap berputar-putar atau bertele-
tele. Dia sendiri biasanya akan berbicara secara lugas dan jujur, bahkan kadang
terlalu jujur bagi orang-orang yang tidak memahami kondisinya.
b. Gangguan interaksi sosial
Selain masalah dalam berkomunikasi, orang yang mengidap Asperger juga
bermasalah dalam interaksi sosial. Karena mereka kerap merasa berbeda dari
orang lain dan kesulitan memahami atau dipahami dalam masyarakat, mereka

11
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/autisme/apa-itu-sindrom-asperger/

53
cenderung menarik diri dari pergaulan. Ketika masih kanak-kanak, mereka sering
mendapat teguran karena berlaku tidak sopan. Padahal, mereka tak bermaksud
untuk menyinggung orang lain. Mereka hanya kesulitan untuk memahami norma
sosial atau common sense yang biasanya tidak bisa dijelaskan dengan nalar.
c. Rutinitas yang repetitive
Layaknya orang-orang dalam spektrum autisme, pengidap Asperger juga tidak
menyukai kejutan atau hal-hal yang tak bisa diprediksi. Oleh sebab itu, biasanya
orang dengan sindrom Asperger memiliki rutinitas yang sudah pasti dan tidak
bisa diubah-ubah. Misalnya, setiap hari mereka akan sarapan dengan menu dan
takaran yang persis sama. Untuk urusan berpakaian, mereka juga memiliki jadwal
kapan harus memakai baju tertentu. Berangkat ke sekolah dan kantor pun harus
melewati rute yang sama setiap hari. Jika ada perubahan tak terduga dalam jadwal
harian seorang pengidap Asperger, ia akan langsung cemas, gelisah, dan panik.
d. Ketertarikan yang sangat intens terhadap hal tertentu
Orang yang mengidap sindrom Asperger biasanya memiliki ketertarikan dan
hobi yang begitu digelutinya. Misalnya hobi mengoleksi dan merawat berbagai
jenis miniatur mobil. Pengidap Asperger tak hanya senang mengumpulkan
miniatur mobil tersebut, tapi menjadikan miniatur-miniaturnya
sebagai passion. Ia hafal segala jenis spesifikasinya dan tahu banyak sekali fakta-
fakta soal mobil. Ada juga yang hobi membongkar dan mengotak-atik alat-alat
elektronik atau hobi mengumpulkan dan menghafalkan berbagai seri peta.
e. Indra yang sangat peka
Mirip dengan kasus orang dengan autisme, pengidap sindrom Asperger
memiliki indra yang sangat peka. Mereka mudah merasa terganggu ketika melihat
warna tertentu, mendengar suara bising, mengonsumsi makanan atau minuman
yang rasanya kuat, atau menyentuh tekstur yang asing. Dalam beberapa kasus
bahkan mereka akan merasakan pusing, nyeri, dan sakit di kelopak mata, telinga,
kulit, atau kepala. Setiap orang akan menunjukkan tingkat kepekaan yang
berbeda-beda sehingga kadang sulit untuk menentukan apa saja yang aman bagi
seorang pengidap sindrom Asperger.
Pengobatan Sindrom Asperger
Tak ada obat yang bisa menyembuhkan gangguan ini. Biasanya pengidap
sindrom Asperger akan dianjurkan untuk menjalani terapi guna melatih kepekaan
sosial serta pengelolaan emosi. Jika pengidapnya mengalami gangguan kecemasan

54
atau depresi, dokter akan meresepkan obat penenang atau antidepresan. Banyak
orang dengan Asperger tumbuh dewasa, membangun karier, serta hidup berkeluarga
seperti orang pada umumnya. Namun, sindrom ini memang akan terus melekat
seumur hidupnya.
V. METODE INTERVENSI/PENDAMPINGAN
1. Membangun kedekatan terhadap subyek, agar dapat memudahkan subyek untuk
lebih terbuka.
2. Memberikan pengajaran membaca kepada klien.
3. Memberikan pengajaran tentang rambu lalu lintas
4. Menenangkan klien ketika klien sudah mulai memukul dirinya sendiri dan juga
menengkan ketika mulai mondar-mandir sambil bertepuk tangan dengan tertawa
sendiri
5. Memberikan semangat dan juga pujian dalam proses perkembangan membaca dan
menulisnya
6. Menunjukkan kasih sayang, sehingga subyek lebih dekat hingga mau mendekat
dan mau dipangku
7. Menyuapi ketika makan dan membantu ketika akan pergi ke Kamar mandi.

55
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suryana, 2004, Terapi Autisme, Jakarta: Progres.

Aqila Smart, 2012, Anak Cacat Bukan Kiamat, Jakarta.

Global Development Delay Evaluation: Evidence-based approach. Diunduh dari:


http://pedclerk.bsd.uchicago.edu/
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/autisme/mengajari-anak-dengan-autisme-
mengendalikan-diri/ diakses pada 28 Mei 2019 pukul 1.39 WIB.

https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/autisme/apa-itu-sindrom-asperger/

Julia Maria, 2007 Anakku Terlambat Bicara, Jakarta.


Pamuji, 2007, Model Terapi Terpadu Bagi Anak Autis, Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Setiati Widihastuti, 2007, Pola Pendidikan Anak Autis, Yogyakarta: Datamedia.
Shevell MI. 1998, The evaluation of the child with a global developmental delay Seminar
Pediatric Neurology.

Tin Suharmini. 2002, Psikologi Anak berkebutuhan Khusus, Yogyakarta: Kanwa Publiser.

56

Anda mungkin juga menyukai