Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dewi Hafsah

NIM : 201601055
Kelas/Prosdi : 2B S1 Ilmu Keperawatan

1 A .Gangguan perkembangan jiwa pada anak


BOCAH INI ALAMI GANGGUAN JIWA KARENA KEBANYAKAN LES
Keinginan agar anaknya menguasai berbagai bidang pelajaran sejak usia dini
menimbulkan malapetaka. Hal inilah yang terjadi pada seorang bocah berusia enam tahun
yang sedang hangat dibicarakan kalangan netizen.
Kisah bocah yang belum diketahui namanya ini dibagikan oleh Andi Teposs di akun
Facebook-nya. Cerita itu didapatnya dari kerabatnya yang berteman dengan ibu bocah yang
tampak mengenakan kerudung itu.

"Hari ini saya berkunjung ke sebuah rumah sakit, membesuk anak teman saya yang
sedang sakit. Teman saya ini seorang wanita karir lulusan S2 dari sebuah universitas
ternama. Anaknya adalah seorang anak perempuan yang cantik, umurnya baru 6
tahunan. tak lupa saya membawakan sebuah boneka sebagai buah tangan.
Waktu saya datang dia langsung mengenali saya sebagai teman mamanya ..
"Bu Siti ya?"
"Iya" jawab saya, agak terharu karena dia mengenali saya
"Ayoo.. Bu Siti.. 42:6 berapa?"
"Kalau do'a masuk kamar mandi?"
Kemudian dia menirukan gaya mengajar bu gurunya di kelas, ada senam bersama,
lalu dia menirukan gerakan senam versi dia kemudian menyanyikan lagu 5x5=25,
setelah itu dia melafalkan doa sebelum makan.
"Bu Siti, Ayo buat kalimat. Saya pergi ke sekolah setelah itu pulangnya ke mal,
bisa?"
Lucu?? Pintar?? Cerdas??.. mungkin itu juga yang ada di benak teman-teman saat
mengikuti celoteh anak perempuan teman saya itu.
Namun selama saya hadir di situ sang bunda terus menerus menyeka air matanya.
Ÿä.. saya turut prihatin dengan penyakit yang sedang diderita oleh anaknya. Penyakit
apakah itu? Yang pasti bukan sembarang penyakit seperti anak anak biasa, bukan
demam, bukan batuk, dan bukan pilek.
Jangan terkejut teman-teman karena saya berkunjung bukan di rumah sakit biasa,
saya sedang berada di Rumah Sakit Jiwa... Ya... sebuah Rumah Sakit Jiwa di
kawasan Jakarta Timur.
Minggu-minggu terakhir ini sang anak sangat suka menangis. Kalau ditanya apa saja,
jawabnya sering ngelantur, "7" "24:6= 4""how are you", dan jawaban lain seperti huruf
hijaiyah, kemudian menirukan gaya gurunya mengajar.
Menurut psikolog , anak ini terlalu diforsir, dia mengikuti les matematika & k**** yang
target tugasnya satu buku harus selesai 10 menit, kemudian les bahasa inggris, terus PR
sekolah, les mengaji dan lain-lain shg mengakibatkan anak terlalu jenuh.
Si anak hanya mau bercerita sama psikolognya,tetapi kalau ditanya oleh orang lain
jawabannya angka-angka, bahasa inggris atau pelajaran mengaji. "apa ini? huruf, hijaiyyah"
jadi dia menirukan gaya gurunya dan jika bertemu orang yang memakai baju guru dia
langsung tertekan.
Yang lebih mengharukan lagi, saat melihat sang bunda menangis, si anak cuma bilang
"Bunda jangan nangis, aku kan pinter, tapi aku enggak mau tidur sama bunda yaa, aku
maunya sama dokter ganteng atau cantik aja."
Dia memang tinggal di kamar VIP, jadi memang ada dokter yang menemani sehari-hari.
Dan ternyata ada lima anak kecil yang masuk rumah sakit jiwa itu, tapi dia yang paling kecil,
sisanya umur 12 tahunan karena broken home.
Hanya dia sendiri yang mengalami gangguan akibat terlalu banyak tekanan belajar. Sungguh
kasihan.
Pelajaran berharga untuk para orang tua agar tetap memperhatikan tahapan perkembangan
anak, usia TK adalah usia bermain, belajarpun harus melalui permainan dan jangan
korbankan anak-anak kita karena AMBISI kita sebagai orangtua.
Biarkan mereka bermain dan berikanlah kenangan masa kecil yang terindah untuk mereka.
Hingga saat ini, belum diketahui identitas orangtua bocah malang tersebut."

1.A Gangguan Perkembangan Jiwa


Teori : Piaget (Kognitif)
Tahap Sensori motorikBelajar tentang diri sendiri dan lingkungan dengan indra dan
aktifitas motorik
Seperti kasus diatas.
Fase : Remaja (12-18 tahun)
Seperti pada kasus tersebut merupakan kasus perkembangan anak yang mengalami
gangguan akibat terlalu banyak tekanan belajar. Sungguh kasihan.
Pelajaran berharga untuk para orang tua agar tetap memperhatikan tahapan
perkembangan anak, usia TK adalah usia bermain, belajarpun harus melalui permainan
dan jangan korbankan anak-anak kita karena AMBISI kita sebagai orangtua.

1.B. Gangguan psikososial pada anak


Agus, seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun. Ia senang melakukan kegiatan olahraga,
khususnya futsal. Ia memiliki kemampuan akademik yang cukup memadai. Meskipun
demikian, gurunya menyatakan bahwa prestasi belajarnya sangat kurang. Gurunya meyakini
bahwa Agus akan menjadi lebih baik dalam prestasi belajarnya apabila guru lebih banyak
memberikan perhatian khusus kepadanya. Di sekolah, Agus sangat jarang mengerjakan tugas
dan menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya walaupun waktu yang disediakan cukup lama. Ia
sering mengganggu teman-teman sekelasnya saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Ia
sering meninggalkan tempat duduknya dan selalu bertanya-tanya sesuatu yang kurang
bermanfaat kepada gurunya dan teman sebangkunya. Bahkan, ia sering menyakiti teman-
temannya, misalnya menusuk tubuh temannya dengan ujung pensil yang telah di runcingkan.
Saat melakukan futsal, ia bergerak kesana ke mari ke segala posisi dengan gerakan yang
dilakukan secara berantai tanpa henti-hentinya. Namun, ia tidak segera menyelesaikan tugas
sebagai seorang pemain yang sedang bermain futsal. Di rumah, Agus termasuk anak yang
sulit di atur. Rumahnya menjadi berantakan karena ia sering melakukan aktivitas
memprakarsai unuk mencoba-coba membongkar dan memasang benda-benda yang ada di
sekitrnya tanpa di selesaikan dengan baik. Sering kali ia membanting dan melempar benda-
benda yang ada di sekitar ruangannya. Ayahnya melaporkan kepada gurunya bahwa Agus
sering lupa terhadap apa yang pernah ia lakukan sehingga ayahnya frustasi oleh ulahnya dan
sering membentak dengan keras saat Agus berperilaku tidak mau diam, bahkan menjadi
berlebihan. Berikut ini deskripsi kasus agus secara klinis.. Agus secara jelas merupakan anak
dengan karakteristik hiperaktif yang mempunyai kesulitan pemusatan perhatian secara
berlarut-larut dalam melakukan suatu tugas yang di berikan kepadanya. Akibatnya, semua
tugas yang di berikan kepadanya tidak pernaj terselesaikan dan seiring tidak mendengarkan
dengan baik saat seorang berbicara dengan dirinya. Agus sering menunjukkan aktivitas
geraknya yang sulit di hentikan. Anak-anak semacam Agus termasuk anak-anak hiperaktif
yang berperilaku tidak mampu untuk diam sejenak dengan tenang di kursi belajarnya untuk
beberapa menit (paling lama hanya lima menit) dan sering menunjukan gejala-gejala
kegelisahan saat berada di ruang belajar. Dengan sikapnya tersebut menyebabkan gurunya
dan teman-teman sekelasnya menjadi frustasi terhadap ulahnya. Dalam permainan futsal
secara beregu, sering di lakukan pertemuan singkat saat waktu jeda dan sering kali Agus
bertanya-tanya sambil berteriak-teriak terhadap pelatihnya (impulsivity).

1.B Gangguan Psikososial Anak


Teori : Erikson (psikososial)
Industri Vs rendah diri anak belajar percaya diri dengan bekerjama sama dan
kompetitif
Fase ; Usia sekolah(6-12 tahun)
Seperti pada kasus diatas yang dialami oleh anak Agus merupakan termasuk anak-anak
hiperaktif yang berperilaku tidak mampu untuk diam sejenak dengan tenang di kursi
belajarnya untuk beberapa menit (paling lama hanya lima menit) dan sering menunjukan
gejala-gejala
kegelisahan saat berada di ruang belajar

2.A. Kecanduan Smartphone, 2 Pelajar di Bondowoso Alami


Gangguan Jiwa
Meski kondisi kedua pasien berangsur membaik, namun hingga kini mereka masih mendapat
terapi khusus dan harus selalu didampingi pihak keluarga sebagai bagian dari proses
penyembuhan. Menurut dokter jiwa, peran keluarga memang sangat penting untuk
menghindari anak dari kecanduan ponsel pintar. "Saya yakin diluar sana banyak pecandu
gadget yang mungkin tidak menyadari perubahannya dan tidak menyadari bahwa ini
merupakan gangguan jiwa," kata dokter Jiwa RSUD Koesnadi. Kedua pasien dibawa berobat
oleh orang tuanya ke poli jiwa karena mengalami perubahan kepribadian secara drastis.
Mereka tidak mau sekolah, menjadi pemurung, mengurung diri dalam kamar, dan
menghabiskan hampir seluruh waktu memegang smartphone.

2.A Jenis gangguan jiwa : gangguan yang dialami pelajar tersebut ialah gangguan tingkah
laku.

Faktor Predisposisi : Kepribadian, karena anak tersebut mengalami pecandu tingkat akut
ponsel pintar sehingga ia mengalami perubahan kepribadian secara drastis. Dan
mengalami gangguan jiwa yang dapat melukai dirinya sendiri dan orang lain.
Faktor Precipitasi : Pelajar tersebut marah besar sampai membanting – banting benda. Saat
keluarga melarang mereka bermain ponsel pintar.

2. B. Mizadila
Mirzadila adalah seorang anak yang berkebutuhan khusus, yang bersekolah di SD Negeri 3
Kota Bengkulu. Mirza, demikianlah nama panggilannya beralamatkan di Pinang Mas Kota
Bengkulu. Mirza terlahir sebagai anak luar biasa yaitu penyandang autisme. Menurut
penuturan Wali Kelasnya, Yulianti, awal kepindahannya dari MIN 1 ke SD Negeri 3, Mirza
sering memberontak dan menangis tanpa diketahui penyebabnya. Ketika beberapa bulan di
SD 3, sulung dari tiga bersaudara ini mulai bisa tenang. Hanya saja dia tidak mau
bersosialisasi dengan teman-temannya. Dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran
dia tetap duduk di bangkunya dan tidak mau bersosialisasi dengan temannya. Bapak Mirza
yang bernama Edi adalah seorang Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Kantor Kelurahan.
Sedangkan Ibunya sedang merampungkan program doktoral (S3) di Bogor. Bisa dikatakan
yang mengurusi segala keperluan Mirza adalah sang Ayah. Adiknya yang pertama bersekolah
di MIN 1 Kota Bengkulu kelas 4 dan adiknya kedua masih pada tingkat nol besar di sebuah
Taman Kanak Kanak.
Pada saat pembelajaran, ketika Mirza disuruh menulis oleh gurunya dia tidak merespek apa
yang dikatakan oleh gurunya. Namun, ketika dibimbing oleh gurunya secara intensif (face to
face) barulah Mirza mau mengikuti apa yang dikatakan oleh gurunya. Menurut penuturan Ibu
Yulianti bahwa Mirza sering menyenandungkan ayat-ayat Al-Quran.
Ketika pembelajaran telah selesai, teman-temannya mengantarkan Mirza ke pos satpam. Di
pos satpam bapaknya yang menjemputnya. Begitulah setiap hari. Selama bersekolah di SD
Negeri 3, Mirza tidak pernah dijahili oleh teman-temannya. Sebaliknya, teman-temannya
perhatian terhadap Mirza terbukti dengan teman-temannya mengantarkan Mirza ke pos
satpam, kemudian teman-temannya membimbing Mirza saat pembelajaran, dan mengajak
Mirza bermain walaupun Mirza tidak menanggapi mereka. Dari pengamatan gurunya teman-
temannya perhatian terhadap Mirza dan menyayangi Mirza.
Dari yang dikatakan oleh bapaknya kepada wali kelasnya (Ibu Yulianti), di rumah Mirza mau
untuk menulis pelajaran. Hanya saja ketika di sekolah kemauannya berkurang. Pihak sekolah
telah menyarakan kepada orang tua Mirza agar memindahkan Mirza ke Sekolah Luar Biasa.
Namun, orangtua Mirza menolak saran tersebut. Orangtua Mirzapun telah memeriksakan
Mirza ke psikolog yaitu Ibu Anik Suprapti dengan pernyataan bahwa Mirza masih bisa
disekolahkan di SD biasa. Mungkin karena alasan itu pula orangtua Mirza menolak anaknya
disekolahkan di SD Luar Biasa.
2. B Jenis gangguan jiwa : gangguan yang dialami mirzaialah gangguan RM ringan
Faktor predisposisi : Faktor intern, karena mirza terlahir sebagai anak luar biasa yaitu
penyandang autism. ketika Mirza disuruh menulis oleh gurunya dia tidak merespek apa
yang dikatakan oleh gurunya.
Faktor precipitasi : Saat disekolah mirza tidak mau bersosialisasi dengan teman-
temannya. Dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran dia tetap duduk di
bangkunya dan tidak mau bersosialisasi dengan temannya.
3. Retardasi Mental
MIRISNYA KONDISI KAMPUNG IDIOT DI PONOROGO
Mereka yang memiliki masalah keterbelakangan mental tersebut kondisinya amat
memprihatinkan. Mereka hidup di bawah garis kemiskinan sehingga tak heran jika ada
tinggal di sebuah rumah berdinding kayu, berlantai tanah. Pada beberapa orang ada yang
dikurung dalam ruangan gelap maupun dirantai.
Tubuh mereka sebagian kurus akibat menderita kekurangan gizi. Lalu mereka juga
mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran. Kondisi miris ini pun menjadi sorotan
media asing asal Inggris, DailyMaildalam laporannya pada 28 Maret 2016.
Sijum misalnya, wanita berusia 40 tahun ini mengalami kondisi Down'sSyndrome. Ia tidak
bisa banyak bergerak dan untuk makan harus disuapi oleh ibunya. Beda lagi cerita dengan
Saimun, pria berusia 45 tahun ini sudah 20 tahun kakinya diikat -- dipasung-- oleh
orangtuanya karena ia mengalami gangguan jiwa.
Penduduk lokal dan pemerintah mengatakan hal tersebut terjadi karena pernikahan sedarah,
kekurangan gizi dan kekurangan yodium.
Diperkirakan sekitar 400 orang mengalami kondisi disabilitaspsikososial di
Ponorogo. Pemasungan memang kerap jadi cara yang dilakukan keluarga terhadap anggota
keluarganya dengan keterbelakangan mental. Padahal hal ini sudah dilarang pemerintah
Indonesia sejak 1977.

3. Berdasarkan data dari Human RightsWatch (HRW) terdapat ribuan orang Indonesia yang
alami gangguan mental dipasung.

"Tidak seharusnya ada orang dibelenggu pada 2016 ini. Orang mengatakan kepada kami
bahwa hal tersebut seperti hidup di neraka," jelas peneliti laporan tersebut, Kriti Sharma.

Faktor Penyebab RM : keterbelakangan mental tersebut terjadi akibat gangguan


metabolisme,pertumbuhan atau gizi ,pada kasus tersebut mayoritas penduduknya kurus
dan memprihatinkan karena hidup dalam kemiskinan dan akibat pernikahan sedarah
sehingga menyebabkan kekurangan gizi dan yodium.
4. JURNAL 1
Penatalaksaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Diplegi Suspect Autism Et Causa
Hydrocephalus Diyayasan Pendidikan Anak Cacat Surakarta

Metode yang dilakukan untuk terapi .

1. METODE : Teknologi fisioterapi yang digunakan terapi ini :

 Neuro Sensori
Gerakan 1 ; Usapan taktil
Gerakan 2 : Bintang halus dan bintang gelombang
Gerakan 3 :Grounding/usapan angka satu
Gerakan 4 :Usapan angka 8
Gerakan 5: Terapis menggunakan bagian lateral tangan untuk menekan daerah
persendiaan yang akan ditekan . Lakukan sebanyak 3 kali pengulangan .
 Fasilitasi duduk,berdiri, dan berjalan
 Mobilisasi trunk
Teknik mobilisasi trunk dengan menstrect otot abdominal.
Teknik mobilisasi trunk kearah side flexi.
Teknik mobilisasi trunk kearah rotasi.

 Body massage
Tenik massage general.

JURNAL 2
Analisis Potensi Interaksi Obat Pada pentalaksanaan Pasien Skizofrenia Dewasa Di Instalasi
Rawat Inap Rumah Saki Provinsi Jawa Barat

Penatalaksanaan Paien Skizofrenia Dewasa ( n= 118).

Kelas Terapi :

 Hipnotik.
 Anti Depresan .
 Anti Kolinergik Konvulsan.
 Analgesik.
 Antimania.
 Antibiotik.
 Antitukak.
 Mukolitik.
 Vitamin.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2018, Januari Selasa). Liputan6.com. Diambil kembali dari
http://m.liputan6.com/news/read/3230086/kecanduan-smartphone-2-pelajar-di-bondowoso-
alami-gangguan-jiwa
Desideria, B. (2016). Liputan6.com. Dipetik Maret Rabu, 2018, dari
http://m.liputan6.com/health/read/2470459/mirisnya-kondisi-kampung-idiot-di-ponorogo
Hidayat, Q. (2016). OkeZone News. Dipetik Maret Selasa, 2018, dari
https://news.okezone.com/read/2016/07/21/338/1443742/bocah-ini-alami-gangguan-jiwa-
karena-kebanyakan-les?page=2
Latifah, I. (t.thn.). Iffah Pelangi.blogspot.com.
Lisni, I. (2016). Analisis Potensi Interaksi Obat Pada Penatalaksanaan Pasien Skizofrenia Dewasa Di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat.
Mardliyah, Q. S. (2017). PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL
PALSY DIPLEGI SUSPECT AUTISM ET CAUSA HYDROCEPHALUS DI YAYASAN
PENDIDIKAN ANAK CACAT (YPAC) SURAKARTA .
Mustofa, A. (2010). Wordpress.com. Dipetik Maret Rabu, 2018, dari
https://4yu8.wordpress.com/2010/02/23/contoh-kasus-anak-adhd/

Anda mungkin juga menyukai