Menurut hasil wawancara penulis kepada Ibu Dewi, karena SMP Negeri
17 Pekanbaru merupakan sekolah umum, tidak ada pengkhususan terhadap murid
tersebut., guru mata pelajaran tetap mengajar seperti biasa, seharusnya memang
ada guru yang khusus untuk menangani.
Dia hanya melihat saja, tidak pernah merespon. Terkadang dia hanya
mengangguk, tersenyum, jika diminta untuk mengerjakan tugas dia mengerjakan
tetapi memang kemampuannya kurang.
Tidak. Dia hanya diam, mendengarkan, apa yang diminta untuk dikerjakan
maka murid tersebut mengerjakan.
Nilainya jauh dari standar. Tetapi terkadang jika ulangan yang kebetulan
soal objektif, murid tersebut bisa menjawabnya. Apakah memang bisa atau asal
menebak tidak diketahui. Tetapi untuk tugas individu kebanyakan tidak
dikerjakan, seperti IPA Ibu Dewi pernah mengajarkan materi tentang rantai
makanan dan meminta murid-muridnya untuk membawa bahan dari rumah tetapi
murid tersebut tidak ada membawa. Diminta untuk dikerjakan di rumah pun,
sampai hari ini (hari wawancara) tidak ada dikumpulkan.
Menurut Ibu Dewi murid tersebut bukan murid autis, tetapi kategori
tunagrahita. Karena tunagrahita itu perkembangan otak tidak sesuai dengan
perkembangan tubuh. Daya tangkapnya tidak sama dengan anak normal.
Seharusnya murid tersebut dibawa ke orang yang lebih ahli agar tidak
memperparah keadaannya.