Disusun Oleh :
FAKULTAS PSIKOLOGI
T.A 2021/2022
A.Pendahuluan
B.IDENTITAS MASALAH
1. Identitas
1.1 Identitas subjek
Nama : SDL
Jenis Kelamin :Perempuan
Tempat/Tanggal lahir :-
Anak ke :-
Status : Siswi
Suku bangsa :-
Agama :-
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Siswi
Alamat :-
NPM : 188600079
188600081
188600143
Tanggal
No Kegiatan Hasil Observasi
wawancara
Wawancara dengan siswi yang cenderung
guru wali kelas menyendiri juga termasuk
anak yang biasa saja dan
tidak pernah membuat
masalah di kelas maupun di
sekolah. Dalam bidang
belajar juga SDL termasuk
anak yang pasif dan tidak
pernah memberikan
pendapat baik saat dalam
belajar kelompok maupun
saat guru sedang
memberikan pertanyaan.
Dengan wali kelasnya,
beliau mengaku bahwa
SDL cukup dekat dengan
dirinya dalam menceritakan
permasalahan yang SDL
alami. Masalah yang
pernah SDL ceritakan
kepada beliau yaitu tentang
sulitnya subyek membaca
tulisan
Wawancara dengan SDL termasuk siswi yang
guru mata pelajaran ramah, sopan, dan cukup
hormat dengan guru-guru.
Beliau mengaku bahwa
dengannya SDL sangat
dekat. Kadang SDL juga
cukup sering bergurau
dengan beliau saat beliau
masuk kelas.
Wawancara dengan SDL ini menurut
teman subjek pandangannya merupakan
anak yang baik dan cukup
periang jika sudah kenal
dan dekat dengan orang
lain. SDL juga tidak pernah
terlibat perselisihan seperti
bertengkar dengan teman-
temannya. Ia juga mengaku
bahwa SDL sangat
menyukai hobinya
menyanyi. Jika ada lomba
menyanyi, SDLingin sekali
dapat mengikuti kompetisi
tersebut.
Wawancara dengan SDL anak yang sangat
orang tua dekat dengan dirinya.
Beliau mengungkapkan
bahwa jika terdapat
masalah SDL biasanya
tidak sungkan untuk
Menceritakan
permasalahannya, namun
kadang SDL juga tertutup.
Sang ibu juga mengaku
bahwa ia pernah terlibat
perselisihan dengan subyek
kasus karena SDL pernah
sempat menyatakan ingin
berhenti masuk sekolah,
namun beliau melarangnya
dengan menjelaskan
kepada SDL dengan ucapan
yang baik dan memotivasi.
3. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Konsep Diri
a. Kondisi fisik
Kesehatan yang buruk dan cacat fisik menghalangi individu untuk
berinteraksi dengan orang lain, sehingga menyebabkan individu merasa
berbeda dengan orang lain. Reaksi yang datang dari orang lain terutama
dari orang terdekat yang dianggap penting akan mempengaruhi individu
dalam melakukan penilaian terhadap kondisi fisiknya. Individu yang
mudah sakit akan berbeda dalam menilai tubuhnya dibandingkan dengan
individu yang tahan terhadap penyakit, individu yang sakit mudah merasa
frustasi dengan kondisi fisiknya. Kondisi-kondisi tersebut akan
mempengaruhi konsep diri individu.
b. Bentuk tubuh
Postur tubuh yang tidak sesuai dengan yang diinginkan mengakibatkan
rendahnya konsep diri. Citra mengenai bentuk tubuh yang ideal telah
menjadi harapan setiap individu terhadap dirinya.
c. Nama dan julukan
Nama yang menimbulkan cemoohan atau menggambarkan status keluarga
yang minoritas dapat mengakibatkan perasaan rendah diri. Julukan yang
negatif pada individu akan menimbulkan konsep diri individu menjadi
rendah.
d. Status sosial dan ekonomi
Individu yang merasa mempunyai status sosial yang lebih tnggi dari
individu lain cenderung mempunyai gambaran yang positif 17 terhadap
dirinya. Demikian sebaliknya individu yang merasa memiliki status sosial
ekonomi yang lebih rendah dari individu lain cenderung mempunyai
gambaran yang negatif terhadap dirinya.
e. Dukungan sosial
Ada atau tidaknya dukungan dari orang lain memengaruhi pembentukan
konsep diri individu.
f. Keberhasilan dan kegagalan
Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas ataupun permasalahan
memberikan rasa percaya diri dan menerima dirinya sendiri, sedangkan
kegagalan akan menimbulkan perasaan kurang mampu yang menyebabkan
penilaian negatif terhadap dirinya.
g. Jenis kelamin
Pandangan bahwa peran yang dijalankan wanita lebih rendah dari pria
menyebabkan menurunya penilaian wanita terhadap dirinya. Namun dalam
lingkungan masyarakat sekarang ini sudah terbentuk adanya konsep bahwa
pria dan wanita memiliki hak dan perlakuan yang sama dalam semua
bidang seperti pendidikan, pekerjaan, keterampilan dan lain sebagainya.
Perlakuan yang sama akan sangat berpengaruh terhadap konsep diri
individu tanpa memandang jenis kelamin.
h. Intelegensi
Individu yang berintelegensi kurang dari rata-rata akan merasakan
penolakan dari kelompoknya, penolakan tersebut akan menyebabkan
individu memiliki penilaian negatif terhadap dirinya. Hal itu disebabkan
karena individu merasa ada yang kurang dan berbeda dengan kondisi
dirinya dibandingkan dengan orang lain yang berintelegensi normal.
C. Bentuk Konsep Diri
Setiap siswi pasti memiliki konsep diri, baik positif atau negatif. Siswi
yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik,
dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif
dalam berbagai situasi. Rakhmat (2007:104) menyatakan bahwa individu yang
memiliki konsep diri positif ia akan mampu bertindak berdasarkan penilaian yang
baik, memiliki keyakinan pada kemampuannya mengatasi persoalan, merasa sama
dengan orang lain, serta sanggup menerima dirinya sendiri. Sedangkan siswi yang
memiliki konsep diri negatif ia akan memandang dan meyakini bahwa dirinya
lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang,
tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidupnya sendiri.
Pada akhir masa remaja, seorang siswi jiwanya sudah tidak mudah
terpengaruh serta sudah mampu untuk memilih dan menyeleksi. Siswi juga mulai
belajar bertanggung jawab pada dirinya, keluarga, dan lingkungan, mulai sadar
akan dirinya sendiri dan tidak mau diperlakukan seperti anak-anak lagi. Proses
perkembangan dapat membantu terbentuknya konsep diri pada siswi yang
bersangkutan. Hal ini karena perkembangan konsep diri merupakan suatu proses
yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Symonds (dalam Agustiani,
2006:143) menyatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada
saat individu dilahirkan, melainkan berkembang secara bertahap seiring dengan
munculnya kemampuan perseptif.
Konsep diri penting artinya karena siswi dapat memandang diri dan
dunianya, tidak hanya mempengaruhi perilaku siswi, tetapi juga tingkat kepuasan
yang diperoleh dalam hidupnya. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Mulyana (2000:7) bahwa konsep diri itu penting adanya agar individu dapat
mengenal siapa dirinya yang sebenarnya, dan informasi tersebut diperoleh lewat
informasi yang diberikan orang lain kepada dirinya.
Setiap siswi pasti memiliki konsep diri, baik positif atau negatif. Siswi
yang memiliki konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik,
dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat berperilaku efektif
dalam berbagai situasi. Sependapat dengan apa yang dikemukakan menurut
Rakhmat (2007:104) menyatakan bahwa individu yang memiliki konsep diri
positif ia akan mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik, memiliki
keyakinan pada kemampuannya mengatasi persoalan, merasa sama dengan orang
lain, serta sanggup menerima dirinya sendiri. Sedangkan siswi yang memiliki
konsep diri negatif ia akan memandang dan meyakini bahwa dirinya lemah, tidak
berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak
menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidupnya sendiri.
RANCANGAN INTERVENSI
1. Rencana Kegiatan :
Melakukan pendekatan konseling REBT dengan teknik menyerang rasa
malu, di mana latihan ini subyek kasus melakukan konfrontasi/ penyerangan
terhadap ketakutan untuk malu pada rasa malu yang ada dalam diri subyek kasus
itu sendiri.
2. Tujuan Kegiatan :
Bertujuan untuk mengubah konsep diri negatif yang dialami oleh SDL.
3. Kerangka Berfikir :
ilE
T
n
a
k
td
v
Ti n
fi
ti
sIe
ju m
rh
D
o
g
P
aklju t
d
Ev alu
s i
en alh
asId
m k asi
fi
ti
Trea tm
e n
iag n
D
g n
ro
P
si
si
o
o
SDL, Perempuan
Saifullah, Fitrian. (2016). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Bullying Pada
Siswa-Siswi SMP Negeri 16 Samarinda. (online). Vol 4. No (2). hal. 200-
214. Tersedia: http://ejournal.psikologi.fisipunmul.ac.id. Diakses: 24
Desember 2016.
Rumini, Sri dan Sundari. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Rineka Cipta