Oleh :
Oleh:
M. Rizky Anggriawan (I4A011012)
Ahmad Fauzan Arifani (I4A011055)
Aulia Azizaturridha (I4A012002)
Tia Ajarida Laily (I4A012011)
Pembimbing
dr. H. Akhyar Nawi Husin, Sp. KJ
Agustus, 2016
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An.NH
Usia
: 7 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
TTL
Alamat
Pendidikan
: SD kelas 1
Pekerjaan
:-
Agama
: Islam
Suku
: Banjar
Bangsa
: Indonesia
: 1 Agustus 2016
Menurut ibu os, saat di rumah os kadang bisa merawat dirinya sendiri
seperti mandi dan makan sendiri, walaupun kadang-kadang harus disuruh
bahkan dipaksa. Ketika ibu os meminta bantuan kepada os untuk melakukan
suatu hal, os bisa dan mau membantunya, misalnya mencuci piring. Hal yang
paling disukai oleh os adalah bermain dengan temannya. Pada saat sendiri pun
os lebih senang menghabiskan waktunya untuk bermain tab daripada belajar.
Os seperti ini dimulai dari memasuki SD saja. Sebelumnya ketika di TK os
termasuk anak yang aktif, rajin bersekolah, tidak pernah ada masalah, senang
bermain dengan teman-temannya, os tidak pernah menangis ketika ditinggal
ibunya saat sekolah berlangsung. Guru os pun mengatakan bahwa os anak yang
ceria dan suka bermain.
Autoanamnesis:
Os datang dengan ibunya dan diwanwancara dalam posisi duduk di
hadapan pemeriksa. Selama wawancara terkadang jawaban os tidak sesuai
dengan pertanyaan, pasien tidak menatap pemeriksa dan saat berbicara
pengucapan pasien kurang jelas, perhatian pasien juga terkadang suka
teralihkan, selain itu juga pasien setiap diberi pertanyaan sering cengar-cengir.
Dalam wawancara, saat os disuruh membaca sebuah kata, os tidak bisa
membaca dengan benar, os juga tidak bisa menulis saat disuruh untuk
menuliskan namanya, tetapi pasien dapat menyebutkan huruf alphabet dari a-z
dan dapat menghitung 1-10 walaupun sedikit terbata-bata, dan pasien juga
os. Selama bayi, os tidak ada gangguan makan, sehingga os makan dan tidur
nyenyak. Os selama bayi, sudah mendapatkan imunisasi yang lengkap, kecuali
imunisasi yang terakhir karena berat badan os tidak mencukupi untuk imunisasi.
3. Early Childhood (1,5 3 tahun) Autonomy vs. Shame & Doubt
Os mulai tengkurap usia 1 tahun, bicara usia 2,5 tahun, dan mulai bisa
berjalan usia 3 tahun. Orangtua selalu mengawasi pergerakan os.
4. Inisiative vs. Guilt (3 6 tahun)
Os masuk TK usia 6 tahun, saat sekolah os anak yang ceria dan suka
bermain. Os pernah kejang saat usia 6 tahun, durasi kejang sekita 15 menit.
Menurut ibu os, os adalah anak yang tempramental, saat ditegur os cepat marah,
bahkan tak segan meleparkan sesuatu ke wajah ibunya saat marah.
5. Industry vs. Inferiority (6 12 tahun)
Os masuk SD usia 7 tahun, os mulai takut bersekolah, os tidak bisa
menerima pelajaran dengan baik, os tidak bisa membaca dan menulis. Tetapi os
masih bisa berinteraksi dengan teman sebayanya.
6. Identity vs. Role Diffusion (12 20 tahun)
Data tidak mendukung
7. Riwayat Perkawinan
Data tidak mendukung
8. Riwayat Pekerjaan
Data tidak mendukung
E. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
Keterangan :
= Penderita
= Laki-laki
= Perempuan
/
= meninggal dunia
AFEKTIF,
PERASAAN,
: Euthyme
2. Ekspresi afektif
: Luas
3. Keserasian
: Appropriate
EKSPRESI
AFEKTIF,
4. Stabilitas
: Tidak stabil
5. Pengendalian
: Terkendali
6. Empati
: Dapat diraba-rasakan
7. Sungguh-sungguh : Sungguh-sungguh
8. Dalam/dangkal
: Dalam
C. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran: Compos Mentis
2. Orientasi : Waktu
: Baik
Tempat
: Baik
Orang
: Baik
3. Konsentrasi
: Buruk
4. Daya ingat
: Jangka panjang
: Buruk
Jangka pendek
: Buruk
Segera
: Buruk
: Baik
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi A/V/O/G/T
: -/-/-/-/-
:-
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir : a. Produktivitas
: Spontan
b. Kontinuitas
: Inkoheren
c. Hendaya berbahasa
2. Isi Pikir
: a. Preokupasi
: (-)
b. Waham
: (-)
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik
G. DAYA NILAI
a. Daya norma sosial : sulit dievaluasi
b. Uji daya nilai
: sulit dievaluasi
c. Penilaian realita
: sulit dievaluasi
H. TILIKAN
Sulit dievaluasi
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Dapat dipercaya.
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT
1. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
: Baik
Tinggi badan
: 120 cm
Berat badan
: 25 kg
IMT
: 17.36 kg/cm2
Tanda vital
: TD
N
10
: 110/70 mmHg
: 75 x/menit
RR
: 19 x/menit
: 36o Celcius
Bentuk badan
: Kurus
Kulit
Kepala
Mata
Leher
Thoraks
I : bentuk simetris
P : fremitus raba simetris
P : Pulmo : sonor
Cor
: S1/S2 tunggal
I : simetris
P : hepar/lien/massa tidak teraba
P : timpani
A : BU (+) normal
11
Ekstremitas Superior : edema -/- parese -/- tremor -/Inferior : edema -/- parese -/- tremor -/2. STATUS NEUROLOGIS
N 1-XII
: normal
: tidak ada
Refleks patologis
: tidak ada
Refleks fisiologis
: normal
Gangguan sensorik
Gangguan motorik
: Kelemahan otot
Autoanamnesa
Os tidak bisa membaca dengan benar, os juga tidak bisa menulis saat
disuruh untuk menuliskan namanya, tetapi pasien dapat menyebutkan huruf
alphabet dari a-z dan dapat menghitung 1-10 walaupun sedikit terbata-bata.
Saat ditanya kenapa alasan os tidak mau masuk sekolah lagi, os hanya diam
tidak mau menjawab.
12
: None
2. Aksis II
VIII. PROGNOSIS
Diagnosis penyakit
: dubia ad bonam
Perjalanan penyakit
: dubia ad bonam
Diagnosa kepribadian
: dubia ad malam
13
Stressor psikososial
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
Pendidikan
: dubia ad bonam
Ekonomi
: dubia ad bonam
Lingkungan sosial
: dubia ad bonam
Organobiologi
: dubia ad bonam
Pengobatan psikiatrik
: dubia ad bonam
Kesimpulan
: dubia ad bonam
14
c. Pendidikan Keluarga
Tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil
mempertahankan harapan yang realistik untuk pasien.
X. DISKUSI
Berdasarkan pedoman diagnosis PPDGJ III penderita dalam kasus ini
didiagnosis
retardasi mental sedang, dimana pada pasien ditemukan penggunaan bahasa yang
cenderung terlambat, masalah kemampuan bicara, masalah dalam membaca dan
menulis, dan adanya disabilitas fisik berupa kesulitan berjalan, serta riwayat
kejang pada usia 6 tahun.
Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dengan intelegensia yang
kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anakanak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut
juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.
Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah
rata-rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri
atau berprilaku adaptif.1
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III
(PPDGJ III) adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh hendaya keterampilan selama masa
15
Kelainan Kromosom
i Sindrom Down
Sindrom down adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya
kelebihan kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan
retardasi mental serta anomali fisik yang beragam.Untuk seorang ibu
usia pertengahan (> 32 tahun), resiko memiliki anak dengan sindroma
Down adalah kira-kira 1 dalam 100 kelahiran. Retardasi mental adalah
ciri yang ada pada sindrom Down. Sebagian besar pasien berada
dalam kelompok retardasi sedang sampai berat., hanya sebagian kecil
yang memiliki IQ di atas 50. Diagnosis sindrom Down relatif mudah
pada anak yang lebih besar tetapi seringkali sukar pada neonatus.
Tanda yang paling penting pada neonatus adalah hipotonia umum,
fisura palpebra yang oblik, kulit leher yang berlebihan, tengkorak yang
kecil dan datar, tulang pipi yang tinggi, dan lidah yang menonjol. Dapat
dilihat juga tangan tebal dan lebar, dengan garis transversal tunggal
pada telapak tangan, dan jari kelingking pendek dan melengkung ke
dalam.
16
ii Sindrom Fragile X
Sindrom fragile X merupakan bentuk retardasi mental yang
diwariskan dan disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom X. Diyakini
terjadi pada kira-kira 1 tiap 1000 kelahiran laki-laki dan 2000 kelahiran
perempuan. Derajat retardasi mental terentang dari ringan sampai
berat. Ciri perilakunya adalah tingginya angka gangguan defisit
atensi/hiperaktivitas, ganguan belajar, dan gangguan perkembangan
pervasif seperti gangguan akuisitik. Defisit dalam fungsi bahasa adalah
pembicaraan yang cepat dan perseveratif dengan kelainan dalam
mengkombinasikan kata-kata membentuk frasa dan kalimat.
iii Sindrom Prader-Willi
Kelainan ini akibat dari penghilangan kecil pada kromosom 15, biasanya
terjadi secara sporadik. Prevalensinya kurang dari 1 dalam 10000. Orang dengan
sindrom ini menunjukkan perilaku makan yang kompulsif dan sering kali
obesitas, retardasi mental, hipogonadisme, perawakan pendek, hipotonia, dan
tangan dan kaki yang kecil. Anak anak dengan sindrom ini seringkali memiliki
perilaku oposisional yang menyimpang.
17
18
dan
nonverbal
biasanya
sangat
terganggu
atau
tidak
Gambar 3. Phenylketouria
19
Faktor Prenatal
Beberapa kasus retardasi mental disebabkan oleh infeksi dan
penyalah gunaan obat selama ibu mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi
adalah Rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyakit ibu juga dapat
menyebabkan retardasi mental, seperti sifilis, cytomegalovirus, dan herpes genital.
Obat-obatan yang digunakan ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi bayi
melalui plasenta. Sebagian dapat menyebabkan cacat fisik dan retardasi mental
yang parah. Anak-anak yang ibunya minum alkohol selama kehamilan sering lahir
dengan sindrom fetal dan merupakan kasus paling nyata sebagai penyebab
retardasi mental. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen atau cedera
kepala, infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis, terkena racun, seperti cat
yang mengandung timah sangat berpotensi menyebabkan retardasi mental.
Faktor Perinatal
Beberapa bukti menunjukkan bahwa bayi prematur dan bayi dengan berat
badan lahir rendah berada dalam resiko tinggi mengalami gangguan neurologis
dan intelektual yang bermanifestasi selama dalam tahun-tahun sekolahnya. Bayi
yang menderita pendarahan intrakranial atau tanda-tanda iskemia serebral
terutama rentan terhadap kelainan kognitif. Derajat gangguan perkembangan saraf
biasanya berhubungan dengan beratnya perdarahan intracranial.
20
sosioekonomi
rendah.
Faktor-faktor
psikososial,
seperti
21
dapat
menjadi
penyebab
atau
memberi
kontribusi
dalam
22
1. Fungsi intelektual dibawah rata rata (IQ 70 atau kurang) yang telah diperiksa
secara individual.
2. Kekurangan atau gangguan dalam perilaku adaptif (sama dengan kekurangan
individu untuk memenuhi tuntutan standar perilaku sesuai dengan usianya dari
lingkungan budayanya) dalam sedikitnya 2 hal, yaitu komunikasi, self-care,
kehidupan rumah-tangga, ketrampilan sosial/interpersonal, menggunakan sarana
komunitas, mengarahkan diri sendiri, ketrampilan akademis fungsional,
pekerjaan, waktu senggang, kesehatan dan keamanan.
3. Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun.
Kode diagnostik dan derajat RM menurut DSM IV TR adalah sebagai berikut :
317
318
pemeriksaan IQ
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan
hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ. Dapat dihitung
dengan :
IQ = MA/CA x 100%
23
Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal.
Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat.
Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi
mental dalam keluarga dengan riwayat gangguan genetic yang berhubungan
dengan retardasi mental. Untuk anak-anak dan ibu dengan sosioekonomi rendah,
pelayanan medis prenatal dan perinatal yang sesuai dan berbagai program
24
25
Pendidikan keluarga
Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien dengan
retardasi mental adalah tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri
sambil mempertahnkan harapan yang realistic untuk pasien. Keluarga seringkali
merasa sulit untuk menyeimbangkan antara mendorong kemandirian dan
memberikan lingkungan yang mengasuh dan suportif bagi anak retardasi mental,
yang kemungkinan mengalami suatu tingkat penolakan dan kegagalan di luar
konteks keluarga.
Orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari konseling yang terus-menerus
datau
terpai
keluarga.
Orang
tua
harus
diberikan
kesempatan
untuk
26
Dokter psikiatrik harus siap untuk memberikan semua informasi medis dasar dan
terakhir tentang penyebab, terapi, dan bidang lain yang berhubungan (seperti
latihan khusus dan perbaikna defek sensorik).
d
Intervensi farmakologis
Pendekatan farmakologis dalam terapi gangguan mental komorbid pada pasien
retardasi mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk pasien yang tidak
mengalami retardasi mental. Semakin banyak data yang mendukung pemakaian
berbagai medikasi untuk pasien dengan gangguan mental yang tidak retardasi
mental. Beberapa penelitian telah memusatkan perhatian pada pemakaian
medikasi untuk sindrom perilaku berikut ini yang sering terjadi di antara retardasi
mental:
27
Medikasi
antipsikotik,
seperti
haloperidol
(Haldol)
dan
chlorpromazine
28
DAFTAR PUSTAKA
1
Sadock BJ, Sadock VA. Retardasi Mental. Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2 nd.
Muttaqin, H et all, editor. Jakarta: EGC; 2014. h. 561-588
29
30