Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus Ujian

F20.1 SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Oleh :

Mira Soraya
I1A010043

Penguji
dr. Sherly Limantara, Sp. KJ

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa


FK Unlam-RSUD Sambang Lihum
Gambut
Mei, 2014
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

1. IDENTITAS

Nama : Tn. A

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Pendidikan : SD (kelas 4)

Pekerjaan : Pengangguran

Agama : Islam

Suku Bangsa : Banjar/Indonesia

Alamat : Jl. Kelayan A Gg. 13, Banjarmasin

Berobat tanggal : 21 Mei 2014

1. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari autoanamnesa dan alloanamnesis dengan paman pasien (Tn.

Ismail) pada hari Rabu tanggal 21 Mei 2014, pukul 22.55 WITA di IGD RSJD

Sambang Lihum, Gambut.

A. KELUHAN UTAMA :

Mengamuk

B. KELUHAN TAMBAHAN :

Tidak mau minum obat, bicara sendiri, cekikikan sendiri.

1
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Alloanamnesis:

Paman pasien menyebutkan bahwa sekitar 1 minggu terakhir ini

pasien suka mengamuk. Menurut paman pasien, saat pasien mengamuk,

pasien membuka pakaiannya sampai tidak ada benang sehelaipun

menutupi badannya dan pasien juga membuang-buang isi lemari

pakaiannya. Pasien tinggal bersama paman dan neneknya, sudah 1 minggu

ini paman dan nenek pasien ikut tinggal di rumah tetangga (tepat

bersebelahan dengan rumahnya sendiri), karena takut kalau terkena

amukan pasien. Sebenarnya selama mengamuk pasien tidak pernah

mencelakai dirinya maupun orang lain di sekitarnya. Os juga tidak pernah

memegang senjata tajam saat ia mengamuk maupun saat tidak mengamuk.

Menurut paman os sekitar 2 hari terakhir os semakin menjadi-jadi karena

saat pasien mengamuk, pasien mengobrak-abrik seluruh isi rumah salah

satunya memecah semua piring dan gelas kaca. Para tetangga os sudah

tahu akan gangguan jiwa yang diderita oleh pasien, sehingga apabila

pasien keluyuran, tetangga os menghindarinya agar mengantisipasi jikalau

os mengamuk tidak ada yang menjadi korban dari amukannya tersebut.

Menurut paman os, selama 1 minggu ini os berada di dalam rumah saja,

karena os sendiri yang mengunci pintu rumahnya, saat os akan dibawa ke

RSJD Sambang Lihum, paman pasien minta bantuan tetangga sekitar

untuk mengangkapnya dan mendobrak masuk pintu rumah yang dikunci os

selama seminggu.Selain itu os juga suka berbicara ngelantur sendirian,

2
menyanyi-nyanyi dan cekikikan sendiri tanpa sebab. Os juga jarang tidur

karena suka bicara sendiri. Saat ini os pengangguran dulunya os bekerja

serabutan sebagai tukang cuci sepeda motor. Pasien tidak pernah berurusan

dengan polisi. Pasien masih bisa makan dan minum sendiri, BAB dan

BAK tidak pada tempatnya (di dalam rumah namun tidak di dalam kamar

mandi) dan suka sekali mengguyurkan air kekepala dan kebadannya, os

sangat suka main air.

Autoanamnesis:

Pasien dapat menyebutkan namanya siapa dan mengenali orang

yang mengantarkannya. Pasien juga tidak tahu umur dan tanggal lahirnya

sndiri. Pasien tidak mengetahui ia berada dimana sekarang, dan salah

menyebutkan kapan dia mulai berada di rumah sakit.

Pasien mengaku mendengar bisikan dari “Nyai”, ketika ditanya

lebih lanjut os berbicara tidak nyambung kemudian berbicara sendiri

seperti ada lawan bicara yang lain padahal tidak ada siapa-siapa. Os juga

mengaku bahwa ia melihat banyak hantu berkeliaran di sekitarnya. Ketika

ditanya mengenai situasi, os menjawab dengan baik bahwa ia di sini

sebagai seorang pasien. Ketika ditanya apakah pasien bisa tidur, pasien

menjawab ngelantur. Ketika ditanya lebih jauh, pasien tidak menjawab dan

cekikikan sendiri.

Pasien mengaku adalah sebagai manusia biasa seperti layaknya

orang normal di sekitarnya. Pasien juga mengaku tidak mau minum obat

3
karena dirinya tidak sakit. Pasien menyebutkan bahwa ia bersekolah

sampai kelas 4 SD dan tidak melanjutkan lagi karena keterbatasan biaya.

Pasien mengaku tidak pernah berpikiran untuk bunuh diri ataupun

berusaha untuk melukai orang lain. Ketika ditanya apakah pasien pernah

menggunakan obat-obatan, pasien hanya berbicara ngelantur dan tidak bisa

diam di satu tempat sambil cekikikan tidak jelas. Pasien juga mengaku

bahwa akhir-akhir ini ia lebih senang menyendiri di dalam rumah seorang

diri.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU.

Paman pasien menyebutkan, pasien pernah mengonsumsi kecubung

atau buah gila pada tahun 2005, pasien mengonsumsi kecubung selama

setahun. Kecubung tersebut merupakan suatu barang yang bisa membuat

teler. Kemudian os mulai mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2006.

Saat itu, pasien menjalani pengobatan dengan dukun kampung untuk

ditambai. Pasien saat itu sering berprilaku aneh seperti berbicara sendiri,

mengamuk dan tidak mengenali dirinya sendiri. Karena keluhan pasien tak

kunjung berkurang akhirnya pasien dimasukkan ke RSJD Sambang Lihum

pada tanggal 11 agustus tahun 2009. Kemudian membaik dan keluar pada

tanggal 5 Oktober 2009. Saat itu os mendapatkan terapi CPZ

(chlorpromazine) 3x50 mg, HLP (haloperidol) 3x1,5 mg, THP

(trihexilphenidyl) 3x2 mg dan Zypras (alprazolam) 1x0,5 mg dengan

diagnosa Skizofrenia tak terinci (F20.3). Setelah itu os rawat jalan dan

rutin mengambil obat sekitar 5 kali, kemudian tidak lagi melanjutkan

4
karena os tidak mau lagi minum obat dan merasa dirinya sembuh.

Kemudian pada tanggal 25 Maret 2012 os kembali dimasukkan ke RSJD

Sambang Lihum karena keluhan yang sama yakni mengamuk kemudian

dirawat sampai tanggal 11 September 2012 karena membaik. Os mendapat

terapi terakhir saat keluar yaitu, CPZ 3x100 mg, THP 3x4 mg, Haloperidol

3x10 mg, Amitriptylinee 3x25 mg, TFP 3x5 mg. Kemudian os rawat jalan

dan seperti hal sebelumnya os tidak mau lagi minum ob 3x5 mg.

Kemudian pada tanggal 1 februari 2014 os kembali dirawat di RSJD

Sambang Lihum dan keluar tanggal 5 Maret 2014 dengan mendapatkan

terapi terakhir CPZ 100 mg ½-½-1, Haloperidol 3x5 mg, Clorilex

(clozapin) 3x25 mg, Amitriptyline 3x25 mg, THP 3x2 mg, Alprazolam

1x1 mg. Kemudian os membaik dan seperti sebelumnya os rawat jalan dan

tak mau minum obat kembali. Akhirnya dimasukkan lagi pada tanggal 21

Mei 2014. Saat os tenang dan tidak kumat biasanya os diupah untuk

mencuci motor dan mobil. Tidak ada riwayat kejang, demam tinggi,

maupun trauma kepala.

a. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat prenatal

Selama dalam kandungan, ibu os tidak pernah mengalami masalah

kesehatan yang serius. Ibu os juga rajin mengonsumsi sayur. Tidak ada

tanda-tanda hiperemesis gravidarum pada ibu os selama mengandung.

2. Riwayat Infanticy (0 - 1,5 tahun) Basic Trust Vs Mistrust

5
Os hanya mendapatkan ASI sampai umur 2 bulan karena ibu os tidak

mau lagi memberikan ASI dengan alasan bisa mengurangi kualitas

payudaranya, kemudian dilanjutkan dengan susu formula walaupun

terkadang os tidak mau meminum susu formulanya. OS tidak

mempunyai riwayat sakit seperti diare dan kejang. Bayi sering

menangis apabila digendong orang asing karena waktu itu os jarang

dibawa berkunjung ke tetangga maupun ke keluarga. OS mulai belajar

merangkak usia 8 bulan, duduk usia 10 bulan dan berjalan usia 1

tahun 3 bulan dan selalu diawasi oleh orang tuanya.

3. Riwayat Early Childhood (1,5 - 3 tahun) Autonomy Vs Shame and

Doubt

Riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya, sudah bisa

berdiri dan jalan sendiri. Pada usia ini OS diberi kebebasan dalam

bermain, tapi masih dalam pengawasan orang tua. Namun saat usia

seperti ini apabila os melakukan kesalahan misalnya seperti habis

bermain pasir kemudian membuat kotor lantai di rumah os bisa

langsung dimarahi, karena memang latarbelakang keluarga os yang

keras. OS mulai lancar bicara usia 1 tahun 10 bulan.

4. Riwayat pre school Age (3 – 6 tahun) Initiative Vs Guilt

Pasien suka bermain dengan mainan dan juga bermain dengan

kakaknya. Pasien termasuk anak yang aktif. Pasien sering mengajak

kakaknya bermain mobil-mobilan, petak umpet, atau permainan lain

yang dia suka. Saat itu, pasien lebih dekat kepada kakaknya.

6
5. Riwayat School Age (6 – 12 tahun) Industry Vs Inferiority

Pasien sudah bersekolah di Sekolah Dasar, saat sekolah prestasi

pasien biasa-biasa saja dan tidak pernah tinggal kelas, namun pasien

berhenti sekolah sampai kelas 4 SD karena keterbatasan biaya. Pasien

termasuk anak yang suka bergaul dan mempunyai cukup banyak

teman.

6. Riwayat Aldocense (12-20 tahun) Intimacy vs isolation

Os tidak bersekolah lagi, namun os sering nongkrong bersama teman-

temannya os dikenal supel dan mudah berteman.

7. Riwayat Young Adulthood (20-40 tahun) Intimacy vs Isolation

Pasien sering berteman dengan orang lain seiring pekerjaannya

sebagai tukang cuci motor. Pasien memiliki teman yang banyak di

tempat kerja dan sering jalan dengan teman-temannya

8. Riwayat Pendidikan

Pasien mulai bersekolah di SD saat usia 7 tahun, pasien tidak

pernah tinggal kelas. Pasien kemudian tidak melanjutkan sekolah ke

kelas 4 SD karena keterbatasan biaya. Selama di sekolah prestasi

pasien biasa-biasa saja. Pasien bukan anak yang senang membuat

keributan selama di sekolah. Setelah tidak bersekolah lagi kerjaan os

hanya keluyuran dan nongkrong bersama teman-temannya.

9. Riwayat Pekerjaan

Os pernah bekerja sebagai tukang cuci motor dan mobil dan

mendapatkan upah yang sesuai dengan pekerjaannya.

7
10. Riwayat Perkawinan

Pasien belum menikah.

C. RIWAYAT KELUARGA

Penderita adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara. Hubungan dengan

anggota keluarga yang lain cukup baik. Tidak ada riwayat penyakit yang

sama dengan pasien pada keluarga pasien.

Genogram:

Keterangan

Laki-laki :

Perempuan :

Penderita :

Meninggal :

D. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Pasien tinggal dengan nenek dan pamannya sebelum ia mengamuk dan

mengunci dirinya sendiri di dalam rumah. Pasien terakhir kali ditemukan di

rumahnya sendiri dengan pintu terkunci sehingga dilakukan pendobrakan

8
saat mau mengantar pasien ke RSJD Sambang Lihum. Hingga kini, pasien

berada di RSJD Sambang Lihum seorang diri tanpa ditemani oleh keluarga.

E. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGAN

Pasien merasa dirinya normal-normal saja dan tidak merasa dirinya sakit

jiwa.

2. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien seorang laki-laki, di ruangan IGD, menggunakan baju ungu

dan celana panjang. Pasien tampak kurus dan kukunya hitam nampak

kotor. Saat ditanya, pasien menjawab dengan cepat kadang nyambung

kadang tidak. Pasien menjabat tangan pemeriksa dengan tatapan

kosong. Selama wawancara, pasien tidak tampak gelisah namun

bergerak-gerak ke sana kemari dan mudah teralihkan. Pasien kadang

menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, walaupun lebih

banyak bicara meracau dan tidak nyambung. Ketika ditanya mengenai

presiden saat ini, pasien tidak dapat menjawab dengan benar. Namun,

ketika diminta untuk mengurangi 10 dengan 7 selama 5 kali, pasien

selalu salah menjawab. Ketika ditanya dimana saat ini pasien berada,

pasien menjawab tidak tahu. Ketika ditanya hari apa ini, pasien

menjawab salah. Ketika ditanya siapa yang saat ini menemaninya,

pasien menjawab dengan benar. Ketika pasien ditanya mengenai nama

pemeriksa, pasien mengaku lupa. Ketika ditanya mengenai apa yang

9
dia makan tadi pagi, pasien menjawab dengan ngelantur dan tidak

nyambung. Terkadang os berbicara dengan bahasa yang tidak jelas

seolah hanya dirinya sendiri yang mengerti, os pernah mengatakan

purcanak dimana hal tersebut nampak tak mempunyai arti yang

bermakna.

2. Kesadaran

Baik

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Hiperaktif

3. Pembicaraan

Tidak relevan

5. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif.

6. Kontak psikis

Kontak ada, tidak wajar dan tidak dapat dipertahankan.

B. Keadaan Afektif, Perasaan, Ekspresi Afektif serta Empati

Afek : Tumpul

Ekspresi Afektif : Kadang cekikikan sendiri

Keserasian : Inappropriate

Empati : Tidak dapat diraba rasa

C. Fungsi Kognitif

Pendidikan : Sesuai dengan tingkat pendidikan

10
Konsentrasi : Terganggu

Orientasi : Waktu : Terganggu

Tempat : Terganggu

Orang : Baik

Daya Ingat : Segera : Terganggu

Jangka Pendek : Terganggu

Jangka Panjang : Terganggu

Pikiran Abstrak : Terganggu

Kemampuan menolong diri sendiri : Terganggu

D. Gangguan Persepsi

Halusinasi auditorik/visual : (+/+)

Ilusi : tidak ada

Depersonalisasi/derealisasi : tidak ada

E. Proses Pikir

1. Arus Pikir

a. Produktivitas : Lancar, spontan

b. Kontinuitas : Kadang jawaban sesuai pertanyaan

c. Hendaya berbahasa : Neologisme (+)

2. Isi Pikir :

a. Preokupasi : (-)

b. Gangguan Isi Pikir : (-)

G. Daya Nilai

Daya nilai sosial : Terganggu

11
Uji daya nilai : Terganggu

Penilaian realitas : Terganggu

H. Persepsi

Os merasa dirinya sebagai manusia normal dan tidak ada mengalami

gangguan jiwa.

I. Tilikan

Tilikan derajat 1 : Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit

J. Taraf dapat dipercaya

Tidak tidak dapat dipercaya.

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

Status Internus :

Keadaan Umum : Compos Mentis

Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88 X/menit

Respirasi : 20 X/menit

Suhu : 36,5 oC

Bentuk badan : kurus

Kulit : kuning langsat, tidak sianosis, turgor cepat kembali,

kelembaban cukup, tidak anemis.

Kepala : Mata : Palpebra tidak edema , konjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik, pupil isokor

Hidung : tidak ada sekret dan epistaksis

Mulut : Bibir tidak anemis, kelembaban cukup

12
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks :I : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Pa : Fremitus raba simetris kanan dan kiri

Pr : Cor : batas jantung normal

Pulmo : sonor

A : Cor : S1S2 tunggal, murmur (-)

Pulmo: Vesikuler, Ronkhi (-/-) Wheezing (-/-)

Abdomen :I : Simetris, datar

A : Bising usus meningkat

Pa : Hepar/Lien tidak teraba,nyeri tekan (+)

Pr : Timpani, asites (-), nyeri ketuk (-)

Ektremitas : Tidak terdapat edema maupun massa.

Status Neurologis :

Nervus I-XII : tidak ada kelainan

Gejala rangsangan meningeal : tidak ada

Gejala TIK meningkat : tidak ada

Refleks fisiologis : normal

Refleks patologis : tidak ada

4. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Anamnesis:

 Paman pasien menyebutkan bahwa sekitar 1 minggu terakhir ini pasien

suka mengamuk.

13
 Menurut paman os sekitar 2 hari terakhir os semakin menjadi-jadi karena

saat pasien mengamuk, pasien mengobrak-abrik seluruh isi rumah salah

satunya memecah semua piring dan gelas kaca.Pasien tidak mau minum

obat. Pasien menganggap dirinya tidak gila dan sudah sembuh sehingga

tidak memerlukan obat. Pasien juga sering berperilaku aneh. Pasien sering

berbicara aneh mengenai nyai yang sering membisikinya juga BAB dan

BAK tidak pada tempatnya.

 Pada tahun 2005 os pernah mengonsumsi kecubung bersama teman-

temannya. Kecubung tersebut bersifat memabukkan dan bisa membuat

teler.

 Pasien telah mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2006. Saat itu, pasien

menjalani pengobatan dengan dukun kampung, namun keluhan tak

kunjung membaik.

 Pada tahun 2009, pasien dirawat di RSJD Sambang Lihum selama 2 bulan

dan diperbolehkan pulang setelahnya dengan terapi CPZ 3x50 mg, HLP

3x1,5 mg, THP 3x2 mg dan Zypras 1x0,5 mg.

 Pada tahun 2012 os kembali dirawat di RSJD Sambang Lihum selama 6

bulan dan membaik setelahnya dengan terapi CPZ 3x100 mg, THP 3x4

mg, Haloperidol 3x10 mg, Amitriptylinee 3x25 mg, TFP 3x5 mg.

 Pada tahun 2014, pasien kembali dirawat akibat keluhan yang sama.

Tanggal 5 Mei 2014, pasien kembali diperbolehkan pulang. Saat itu os

mendapatkan terapi berupa CPZ 100 mg ½-½-1, Haloperidol 3x5 mg,

14
Clorillex 3x25 mg, Amitriptyline 3x25 mg, THP 3x2 mg, Alprazolam 1x1

mg.

Pemeriksaan Psikiatri:

- Perilaku dan aktivitas psikomotor : hiperaktif

- Pembicaraan : Tidak relevan

- Produktivitas : spontan, lancar

- Kontinuitas : Kadang nyambung

- Afek : Tumpul

- Keserasian : Inappropriate

- Orientasi : Terganggu

- Konsentrasi : Terganggu, mudah teralihkan

- Tilikan : Derajat 1

5. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F 20.1 Skizofrenia Hebefrenik

Aksis II : Tidak didapatkan diagnosis

Aksis III : None

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

Aksis V : GAF scale 50-41 (gejala berat, disabilitas berat).

6. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik

Tidak ada kelainan.

15
2. Psikologik

Perilaku dan aktivitas psikomotor: hipeaktif, Pembicaraan

: tidak relevan , Produktivitas : spontan, Kontinuitas :

Kadang nyambung, Afek: tumpul, Ekspresi : Cekikian sendiri,

Orientasi: Buruk, Tilikan : Derajat 1

3. Sosial/Keluarga

Saat ini pasien memiliki lingkungan sosial yang buruk sehingga

pernah menggunakan kecubung.

7. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : Buruk

Perjalanan penyakit : Buruk

Ciri kepribadian : Baik

Riwayat herediter : Baik

Usia saat menderita : Buruk

Pola keluarga : Baik

Pendidikan : Buruk

Aktivitas pekerjaan : Baik

Ekonomi : Buruk

Lingkungan sosial : Buruk

Organobiologi : Baik

Pengobatan psikiatri : Buruk

Ketaatan berobat : Buruk

Kesimpulan : Dubia ad malam

16
8. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka :

Po. Clozapine 3 x 25 mg

Haloperidol 3x5 mg

Tryhexilpenidil 3x2 mg

Amitriptylin 2x25 mg

Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga

Religius : Bimbingan /ceramah agama, shalat berjamaah,

pengajian

Rehabilitasi : sesuai bakat dan minat

Usul pemeriksaan penunjang: Laboratorium darah lengkap

X. DISKUSI

Skizofrenia merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis

atau deteriorating) yang luas serta sejumlah akibat yang tergantung dari

perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada umumnya

ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran

dan persepsi serta afek yang tidak wajar(inappropriate) atau tumpul (blunted).

Kesadaran yang jernih (clear consiousness) dan kemampuan intelektual

biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang

kemudian (1).

17
Dalam diagnosa skizofrenia, harus ada sedikitnya satu gejala yang

sangat jelas diantara gejala-gejala berikut (1):

Thought echo, atau Thought insertion, atau Thought broadcasting

Delution of control, delution of influence, delution of passivity, delution

perception

Halusinasi auditorik

Waham-waham menetap jenis lainnya.

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini :

Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja

Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan

Perilaku katatonik

Gejala-gejala “negatif”.

Adanya gejala tersebut berlangsung lebih dari 1 bulan, dan harus ada

perubahan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa perilaku pribadi

(personal behavior). Pada penderita ini, terdapat perubahan perilaku pribadi

yaitu sering menyendiri, tidak bisa tidur dan malas bekerja.

Secara spesifik digolongkan ke dalam Skizofrenia hebefrenik (F20.1)

dimana diagnosis hebefrenik untuk pertama kalinya hanya ditegakkan pada

usia remaja atau dewasa muda(onset biasanya mulai 15-25 tahun), usia pada

penderita pertama kali terserang gangguan jiwa yaitu 20 tahun. Dari

alloanamnesis ditemukan pasien senang menyendiri, dan kurang bergaul.

Sejak kurang lebih 1 minggu ini penderita mulai menunjukkan perilaku yang

aneh seperti dulu senyum sendiri, berbicara sendiri dan tertawa sendiri

18
cekikikan. Pada pasien juga terlihat mekanisme regresi, dimana pasien

menjadi tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Pasien suka BAB sembarangan.

Pasien memiliki riwayat 3 kali di rawat di rumah sakit jiwa yaitu tahun

2009, 2012 dan tahun 2014. Pada pasien ini dijumpai beberapa gejala negatif

seperti afek yang tumpul dan inappropriate, pasien kadang dijumpai sering

tertawa sendiri disela wawancara. Kontak mata pasien juga kurang, kadang

pasien memandang ke arah lain dengan pandangan mata kosong. Pasien

memiliki gangguan pada kemampuan daya ingat jangka panjang, pendek dan

segera, dimana pasien tidak mampu melaksanakan tes sederhana yang

diberikan pemeriksa.

Berdasarkan pemeriksaan psikiatrik didapatkan penampilan pasien

yang kurang terawat dan kurang rapi. Perilaku dan aktifitas psikomotor

hiperaktif, pembicaraan tidak relevan, empati tidak dapat dirabarasakan. Dari

fungsi kognitif didapatkan daya konsentrasi terganggu, mudah teralihkan.

Pasien kadang menjawab sesuai dengan pertanyaan pemeriksa, kadang tidak

relevan terhadap pertanyaan pemeriksa.

Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat-

syarat antara lain sebagai berikut (2) :

1. Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relatif singkat

2. Tidak ada efek samping, kalaupun ada relatif kecil

3. Dapat menghilangkan dalam waktu relatif singkat gejala positif maupun

negatif skizofrenia

4. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat)

19
5. Tidak menyebabkan kantuk

6. Memperbaiki pola tidur

7. Tidak menyebabkan habituasi, adiksi, dan dependensi

8. Tidak menyebabkan lemas otot

9. Kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal (single dose).

Pasien ini diberikan Clozapine yang merupakan obat antipsikosis

atipikal. Clozapine suatu senyawa antipsikosis atipikal yang aktivitasnya

terhadap reseptor dopamine yaitu reseptor D1,D2,D3 dan D5 tidak terlalu

kuat, akan tetapi menunjukkan aktivitas yang tinggi pada reseptor D4.

Clozapine bekerja lebih aktif pada reseptor dopamine didaerah limbik

daripada reseptor dopamine didaerah striatal, oleh sebab itu clozapine bebas

dari efek samping ekstrapiramidal. Clozapine mempunyai aktivitas antagonis

pada reseptor adrenergik, kolinergik, histaminergik dan seratonergik.

Amitriptyline merupakan salah satu obat yang bekerja dengan

menghambat ambilan kembali neurotransmitter di otak. Tersedia dalam

bentuk tablet 10 dan 25 mg, dan dalam bentuk larutan suntik 100mg/10mL.

Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang

mengalami eksitasi. Obat ini menghambat aktivasi reseptor α-adrenergik yang

disebabkan oleh amin simpatomimetik, tetapi hambatannya tidak sekuat

hambatan CPZ. Haloperidol tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg dan 1,5 mg.

Selain itu juga tersedia dalam bentuk sirup 5mg/ 100 mL dan ampul 5 mg/mL.

20
Triheksilpenidil bekerja dengan cara mengurangi aktivitas kolinergik

yang berlebihan di ganglia basal. Obat ini merupakan antikolinergik yang bisa

mengatasi parkinsonisme.

Psikofarmaka yang cocok diberikan adalah anti psikotik long acting

apabila os masih tidak mau minum obat walaupun sudah dipaksa atau dibujuk.

Dalam hal ini adalah Flupenazine decanoate 25mg/cc, intramuscular setiap 2-

4 minggu. Antipsikotik long acting sangat cocok digunakan pada pasien

dengan keluhan tidak mau minum obat. Dosis dimulai dai ½ cc setiap 2

minggu pada bulan pertama, kemudian baru ditingkatkan 1 cc setiap bulan.

Selain itu dapat juga diberikan Haloperidol decanoas (haloperidol yang

dilarutkan dalam minyak). Dosisnya 1 ampul (50 mg) setiap 3-6 minggu (4).

Apabila pasien sudah bisa minum obat maka penggunaan dapat dialihkan pada

antipsikotik oral.

Apabila terjadi sindrom Parkinson maka penatalaksanaannya adalah

menghentikan obat anti psikosis atau bila obat anti psikosis masih diperlukan

diberikan trihexilphenidyl 3x2 mg per oral setiap hari atau sulfas atrofin 0,5-

0,75 mg IM. Jika sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan

dosis secara bertahap untuk menentukan apakah masih dibutuhkan

penggunaan obat anti Parkinson (4).

Obat anti psikotik juga dikenal sebagai neuroleptik dan juga sebagai

transquilizer mayor. Obat anti-psikotik pada umumnya membuat tenang

dengan mengganggu kesadaran dan tanpa menyebabkan aksitasi paradoksikal.

Penggunaan jangka panjang obat-obat ini memerlukan juga pemutusan obat

21
secara hati-hati. Pasien dapat kembali apabila prosedur pemutusan obatnya

kurang memadai. Sementara itu kambuhnya penyakit dapat terjadi beberapa

minggu kemudian sesudah pemutusan obat itu terjadi (4).

Gejala-gejala positif skizofrenia/psikotik antara lain agresifitas

(kecenderungan untuk berkelahi), hiperaktif, sikap permusuhan, halusinasi

dan waham, negativisme, insomnia dan mannerisme. Sedangkan gejala negatif

antara lain kurang pengertian diri, gangguan orientasi, daya ingat, afek dan

keinginan untuk melukai diri. Adapun efek samping dari pemberian obat anti

psikotik yaitu: (4)

1. Sedasi dan inhibisi psikomotor

2. Gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolenergik berupa mulut

kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, dan mata kabur).

3. Gangguan endokrin

4. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia dan sindrom Parkinson

berupa : tremor, bradikinesia, rigiditas)

5. Hepatotoksik

Efek samping gangguan ekstrapiramidal haloperidol lebih besar

dibandingkan chlorpromazine karena haloperidol lebih cenderung ke blokade

reseptor dopamine di sistem ekstrapiramidal daripada di system limbik

(sebaliknya untuk chlorpromazine) (4).

Efek samping obat anti psikotik salah satunya adalah hepatotoksik

sehingga untuk memonitornya perlu pemeriksaan fungsi hati berkala. Adapun

pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah untuk mengevaluasi

22
pemberian antipsikosis yang mempunyai efek samping terhadap fungsi hati

dan ginjal karena hati merupakan organ utama untuk metabolisme obat-obat

psikotik (4).

Psikoterapi, rehabilitasi, terapi religius dan perilaku juga perlu

diberikan pada pasien ini. Perlu pemeriksaan psikologi terlebih dahulu untuk

memilih metode yang cocok dengan minat dan bakat pasien.Semua terapi

diatas sangat menunjang kesembuhan pasien. Sedangkan pemeriksaan

laboratorium darah dimaksudkan untuk mengetahui fungsi hepar dan ginjal

karena efek samping dari terapi psikofarmaka adalah hepatotoksik dan

nefrotoksik (5).

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkasan dari


PPDGJ – III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,
2002.
2. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, 2007
3. Hawari D. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizofrenia. Jakarta
: FKUI, 2001.
4. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Jakarta University
Press, 2004.

24

Anda mungkin juga menyukai