Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AQILLA MINHATUL MAWLA

KLS/ NO. ABSEN : 9B/ 5

Belajar dari Perundungan

“Dasar gendut, hitam, jelek,” ejek anak-anak.

Neina sudah biasa dengan ejekan semacam ini dari kecil. Saat usianya menginjak 2 tahun, tetangga di
sekitar rumahnya kerap tersenyum sinis melihat Neina. Sang ibu bercerita kalau dulu bobot tubuh Neina
justru lebih besar. Dokter pun sempat memperingatkan ibu Neina bahaya obesitas yang mungkin
dialami sang anak.

Memasuki usia 3 tahun, ibu Neina mencoba mengatur pola makan sang putri. Apa mau dikata? Neina
memang harus menjaga bobot tubuhnya agar tak membahayakan kesehatan. Bertahun-tahun memiliki
bobot tubuh diatas rata-rata, Neina sebenarnya tak ambil pusing. Sejak di bangku SD pun, ia kenyang
dijadikan bahan bully-an.

Sama seperti sekarang, Neina masih jadi bahan candaan sekaligus ejekan teman-teman sekolahnya. Ia
kira teman di SMP jauh lebih terbuka dan menyenangkan, ternyata tidak. Efek perundungan yang
dialaminya pun kian menjadi setelah naik ke kelas 9. Tekanan menghadapi ujian nasional ditambah
ejekan teman-temannya membuat Neina uring-uringan.

Ia hanya bisa melampiaskan rasa sedihnya kepada sang ibu. Tak ada teman yang mau dekat dengannya.
Setiap kali ia mencoba menyapa dan ikut mengobrol, teman-temannya langsung bubar. Neina sadar diri,
ia tak pernah diharapkan dalam lingkup pertemanan manapun.

Tanpa disadari, mental Neina drop akibat perlakuan teman-temannya. Hal ini rupanya mengundang rasa
curiga bu Indre, wali kelas Neina. Usai upacara, bu Indre memanggil Neina ke ruangannya. Ia
menanyakan penyebab turunnya nilai Neina di semua mata pelajaran. Awalnya Neina enggan
menceritakan semua yang dialami. Bahkan ia hanya diam mendengarkan kata-kata sang guru.

Bu Indre tak kehabisan akal. Ia mencoba mengulik perlahan-lahan. Neina menyerah dan menceritakan
keluh-kesahnya. Keesokan harinya, bu Indre masuk ke kelas seperti biasa. Namun, ada hal menarik yang
diceritakannya kepada anak-anak.

“Ibu ingin bercerita hari ini. Kalian mau mendengarkan?” tanyanya.

Semua murid hanya mengangguk, tanda setuju. Mulailah bu Indre bercerita tentang kasus perundungan.
Awalnya anak-anak merasa risih, namun tetap mendengarkan. Di akhir cerita, bu Indre menekankan
betapa buruknya merundung orang lain. Anak-anak terpaku dan mulai melihat ke arah Neina. Neina
hanya tertunduk tak berani menatap.
Saat waktu istirahat tiba, satu per satu teman sekelas Neina mendekatinya. Mereka meminta maaf
karena sudah mengejek Neina selama ini. Mereka tak sadar kalau ejekan itu membuat Neina sedih dan
mengalami gangguan belajar.

Anda mungkin juga menyukai