Anda di halaman 1dari 16

KELIPPING BAHASA INDONESIA

DI
S
U
S
U
N

NAMA:ANDI MUTIARA
KELAS : IX.1
NISN:0079607027
Anak Bermalasan
Minggu adalah hari libur yang ditunggu kaum rebahan, malas
beraktivitas. Ada yang hanya ingin rebahan di rumah menghilangkan
penat selama satu minggu beraktivitas dan ada pula yang berencana
akan berlibur. Banu memilih opsi pertama, Banu memilih bersantai
rebahan di rumah, dan parahnya Banu aka selalu merasa kurang
dengan liburnya.

“Banu bangun sudah siang, nanti kamu terlambat.” Tanya ibunya.

“Bu Banu masih capek, banu bolos sehari ya.” Banu memelas pada
ibunya.

“ Jangan begitu, bayaran sekolahmu mahal jangan menyepelekan


menuntut ilmu” Jawab ibunya menyanggah.

“Sehari saja bu, Banu tidur lagi.”

Melihat kelakuan Banu Ibunya geram, hingga ibunya mengajak Banu


melihat anak keterbelakangan di suatu panti asuhan.

“Nah sekarang coba kamu buka mata kamu, mereka ingin sekolah
sepertimu, namun tidak ada orang tua yang akan membiayai mereka
bersekolah” Jelas ibunya, mereka masih di dalam mobil.
Dengan kejadian itu Banu tersadar dan mau berangkat sekolah walau
terlambat. Di perjalanan menuju sekolah Banu melihat seorang anak
yang pincang berseragam sekolah sama dengannya, dalam hati Banu
berkata, aku bersyukur masih punya fisik yang sempurna untuk bisa
menuntut ilmu.
Value of Friend 

Karya: Mutya Zulmi

"Apa yang kau ketahui tentang persahabatan?"

Pertanyaan yang membuat para kelima sahabatnya tercengang dengan


pertanyaan yang dilontarkan oleh Kiran pada kelima sahabatnya.
entah apa yang ia pertanyakan untuk sahabatnya itu. Sebegitu
pentingkah jawabannya untuknya? hingga ia, menanyakan hal itu
dengan amat serius. Pandangan, wajah dan mata kiran yang ingin
sekali kelima sahabatnya menjawab pertanyannya. Ada makna,
tertentu dari sebuah pertanyaannya.

"Apa yang membuatmu tiba tiba membuat pertanyaan itu kiran?"


Tanya salah seorang sahabatnya.

Gadis itu hanya tersenyum menatap kelima sahabatnya, entah apa kini
yang akan ia lontarkan kembali setelah mengatakan itu tadi? 

"Kau tahu mengapa aku menanyakan hal itu pada kalian? Hingga aku
pun sangat menginginkan jawaban itu dari kalian semua?"
senyumnya.

Kelima sahabatnya hanya mengangguk dengan seksama dan


menunggu jawaban gadis itu.

"Aku hanya ingin tahu, apa yang akan kalian pikirkan tentang sebuah
persahabatan. aku hanya ingin tahu sejauh mana kalian menghargai
sebuah rasa persahabatan. aku hanya ingin tahu sepenting apakah
sahabat yang berada di samping kalian saat ini, akankah kalian masih
menyisihkan waktu kalian untuk sahabat kalian meski kalian tahu,
kalian sangat sibuk dengan dunia kalian saat ini?" Lagi lagi gadis itu
melontarkan rasa kecewanya dengan mengajukan beberapa
pertanyaan yang mungkin membuat kelima sahabatnya itu berpikir
kesekian kalinya.
Sahabatnya tetap dalam rasa kebingungannya, gadis itu hanya
menyimpan rasa kecewanya dengan sebuah senyuman dan beberapa
pertanyaan yang membuat kelima sahabatnya buta akan pertanyaan
itu. entah apa, yang akan dikatakan oleh kelima sahabatnya itu.

Gadis itu kemudian berdiri, beranjak dari tempat duduk dan


menghindari kelima sahabatnya dengan perasaan kecewa tertutup
senyumnya yang manis, gadis itu hanya mampu terdiam dan hanya
meninggalkan senyumnya untuk kelima sahabatnya.

Rasa kecewa yang masih menyelimuti dirinya membuatnya menjadi


pemilih saat itu, ia mengalahkan egonya meluangkan segala waktunya
berusaha memprioritaskan temannya dibanding dirinya, tapi apa yang
dilakukan sahabatnya? Mereka malah tak mengerti. Meluangkan
waktu saja sulit, gadis itu bisa saja bersikap tega dengan
meninggalkan kelima sahabatnya pergi dengan mengatakan “aku
kecewa atas ini semua, kalian tak mengerti jelas bagaimana arti
persahabatan di kehidupan kalian”

Kiran bisa saja, mengatakan segala yang menjadi rasa kecewanya saat
itu. hanya saja, ia tak ingin menyakiti perasaan kelima sahabatnya
dengan melontarkan rasa kecewa dalam dirinya.

Langkah itu terhenti saat ia mengingat sesuatu, mengingat saat


kenangan dulu menyelimutinya. kenangan bersama sahabatnya. Jelas
kenangan itu bukan membuat dirinya terobati malah semakin terluka.
jelas saja, kenangan itu menjelaskan bahwa hanya waktu yang
berdekatan saja yang hanya mampu mendekatkan dirinya dengan
sahabat sahabatnya.

Tetapi, ketika waktu menjauhkan situasi maka kedekatan dan


kebersamaan mereka hilang dan terlupakan. Bahkan, tak sama sekali
dari mereka berusaha untuk bertemu dan menyapa. kesibukkan dunia
yang dimiliki mereka, membuat mereka tak punya hati akan hal ini.
Kiran, menahan segala rasa kecewa dengan senyuman yang ia miliki..
"Kiran?" Panggil salah seorang sahabatnya, membuat ia sadar dari
lamunan yang sejak tadi ia lamunkan. Kiran, tersenyum dan
menghampiri kelima sahabatnya dan duduk kembali pada bangku
yang tadi ia sempat tinggalkan.

"Ada apa? bagimana pertanyaanku, adakah yang ingin menjawabnya"


senyumnya hampir saja pudar, tetapi ia berusaha untuk tetap
tersenyum meski rasa kecewa terus menyelimutinya.

"Kami, tidak tahu apa yang akan kami katakan padamu kiran.
pertanyaanmu pun kami tak mengerti bagaimana menjawabnya kami
berfikir, apa yang kamu pertanyakan ini tidak seperti biasanya. entah
ada apa denganmu dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti
ini kiran. entah ada rasa apa dalam perasaan dan hatimu kami pun tak
dapat mengartikannya"

"Kiran, aku hanya berfikir bahwa kamu memang sedang diselimuti


rasa kecewa yang berlebih saat ini hingga kau mengajukan pertanyaan
itu pada kami semua. tapi percayalah kiran, jika saat ini memang kau
terluka atau pun kecewa karena kami maka katakan...."

"Ingin sekali aku mengatakannya, tapi sayang sekali aku tak bisa
melukai hati kalian pun dengan rasa kecewa dan ucapanku nanti.
Biarkan aku saja yang mempunyai rasa kecewa ini" ucap batinnya.

Kiran hanya tersenyum menanggapinya, luka itu kini semakin dalam


dengan apa yang mereka katakan tadi. sudah disimpulkan bahwa
mereka tidak tau apa artinya persahabatan dalam diri mereka. Aku
baru mengerti bahwa persahabatan ini hanya persahabatan dalam
jarak dekat. ketika jarak memisahkan mereka, maka mereka akan lupa
dengan hal ini. kesibukkan mereka membutakkan segalanya, hingga
mereka tak bisa menghargai persabahatan yang terjalin 3 tahun
lamanya.

Gadis itu semakin mengerti, bahwa hanya orang tertentu yang bisa
menghargai arti persahabatan dengan sangat baik.
Kiran kembali beranjak dari tempat duduknya,

Sebelum ia pergi dan meninggalkan mereka berlima. Kiran


mengatakan sesuatu, mengatakan sebuah kalimat yang membuat
sahabatnya baru mengerti. bahwa rasa sakit dan kecewanya adalah
sebuah rasa luka yang mereka buat sendiri hingga mereka tak
menyadarinya sejak lama. Hingga akhirnya mereka pun mengerti
bahwa pertanyaan yang diajukan oleh kiran, ternyata adalah sebuah
ungkapan kalimat kekecewan yang ia ubah menjadi sebuah
pertanyaan, hingga mengharuskan kami menjawabnya.

"Aku hanya ingin katakan, jika ada seseorang yang hadir dalam hidup
kalian dan mengutamakan kalian dalam hidupnya maka kalian harus
mengerti, bahwa kehadiran seseorang itu adalah seseorang yang akan
selalu ada ketika kalian membutuhkan tempat untuk berbagi rasa yang
kalian punya. apapun itu, hargai ia yang selalu mengutamakan kalian
dibanding hidupnya. karena kalian tak pernah tau bagaimana ia
berusaha semampu mungkin untuk meluangkan waktunya untuk
kalian, lalu membuat kalian merasa bahagia. Dan jika ia melakukan
itu maka kalian adalah bagian dari orang orang yang paling sangat
berharga untuknya."

Senyumnya mengakhiri kehadiran gadis itu, ia beranjak dari tempat


duduknya dan melangkahkan kakinya untuk pergi.

Perasaan semakin terluka dan perasaan semakin kecewa ia bawa pergi


bersamanya, tak ada lagi pandangan yang ia tunjukan pada sahabat
sahabatnya. Meski ia harus pergi membawa rasa kecewa yang amat
kecewa ia biarkan rasa itu terus terjadi, padanya.

Gadis itu, semakin mengerti bahwa arti dari sebuah persahabatan


hanyalah akan dimengerti oleh mereka yang sama sama akan berjuang
meski, ia tau jarak akan memisahkannya sejauh mungkin.

"Tuhan, kini aku mengerti apa arti sebuah persahabatan sebenarnya


dan terimakasih telah menunjukan segala hal itu padaku. Terimakasih
atas rasa kecewa ini, aku semakin mengerti bagaimana rasa kecewa
terjadi pada orang orang yang tulus"

Senyuman itu semakin memudar dan air mata kini menggantikannya,”


tenanglah senyuman aku tau kau lelah maka biarkan aku yang
menggantikanmu. kini kau bisa tumpahkan segalanya yang kau mau"

Terkadang orang yang kita anggap dekat dengan kita adalah orang
yang paling jauh dengan kita. Dan, orang yang paling jauh dengan
kita adalah yang paling dekat dengan kita.
Buah Kekompakan

Karya: Eko Juniharto

Kami bertiga sudah berteman sejak SMP, kini kami duduk


dibangkusekolah SMA yang sama. Pertemanan kami terjalin dengan
akrab, darimulaibelajar, bermain, bermusik dan sebagainya kami
lewati bersama tanpa ada rasa kemunafikan satusama lain. Latar
belakang kehidupan kami memang berbeda-beda. Aku Winki, seorang
yang simple, tidak banya komong, tegas, bertanggungjawab, dan
pandai bermain drum. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana.

Temanku Dias, seorang yang percaya diri, mudah bergaul, tampan,


dan pandai bermain bass. Dia terlahir dari keluarga mampu dan
berkecukupan. Sedangkan temanku yang satunya Nuno, seorang yang
percaya diri, kocak, setia, dan pandai bermain gitar.Dia terlahir dari
keluarga yang sederhana. Selama ini kami bermain music bersama
dan kami membentuk band dengan aliran pop-rock. Kami bercita-cita
untuk menjadi band terkenal yang dapat tampil di panggung
Internasional.

"Hei Wink, Dias nanti pas pulang sekolah kita latihan band yuk?",
ajak Nuno. "Oh boleh No!", jawab Dias. "Eh tapi nanti sepertinya aku
tidak bisa deh, aku mau nganter Ibuku arisan", kata Winki. "Yaelah
Wink, masih aja nganter, emang Ibu kamu tidak bisa sendiri?", tanya
Nuno. "Ehmm, iya deh aku ikut, tapi habis aku nganter Ibuku ya",
ujar Winki. "Ya, up to you deh, pokoknya nanti datang ya...", kata
Dias. 
"Oh ya, aku dengar ada anak baru tuh di kelas 2 IPA B, katanya
pindahan dari Bandung terus dia jago main keyboard...", kata Nuno.
"Siapa namanya?", tanya Winki. "Ya aku tidak tahu, kan belum
kenalan hehe...", jawab Nuno dengan tersenyum. "Aha !, kayanya aku
punya ide nih...", ujar Winki. "Apaan idenya?" tanya Dias dan Nuno
serentak. "Bagaimana kalau dia kita rekrut untuk nambah personil
band kita? Siapa tahu dia mau...",ujar Winki. "Ya itu sih bias diatur
kalau kita sudah kenal sama dia", kata Nuno. "Yaudah ayo kita ke
kelas dia mumpung lagi istirahat nih..!", ajak Dias.

Mereka pun menghampiri anak baru itu di kelasnya. "Itu tuh dia
orangnya yas!", kata Nuno sambil menunjuk kearah anak baru itu."Oh
itu orangnya, ayo kita samperin...!", seru Winki. "Hei kamu anak baru
ya? Nama kamu siapa?", tanya Dias kepada anak baru. "Oh iya , aku
Dodi...ada apa?" Tanya Dodi pada Dias. "Dengar-dengar katanya
kamu jago main keyboard ya , apa benar?", Tanya Nuno. "Husst,
sabar dulu No, langsung nyerobot aja kaya bajai", seru Winki. "Tau
nih si Nuno..., eh tidak Dod, kami Cuma mau kenalan aja..., dan
dipikir-pikir kalau kamu jago main keyboard...kami mau ngajak kamu
gabung di band kami..., kamu mau tidak?", ajak Dias. "Ehmm gimana
ya, aku juga di sekolah yang lama ikut band dan karena aku pindah,
jadi aku keluar..., kalau begitu aku mau deh...", kata Dodi."Yaudah
untuk memulainya, nanti kita kumpul untuk latihan pertama kita...",
ujar Dias.

Sewaktu pulang sekolah, mereka berkumpul dan langsung menuju


ketempat studio band."Ok semua sudah siap !!!", seru Dias sebagai
vokalis dan sekaligus gitaris. "We're ready...", seru semua personil.
Mereka memulai berlatih bersama dan mencoba mencocokkan irama
satu sama lain. "Weiss...keren banget, nadanya sudah pas...pokoknya
sudah cocok semuanya padahal baru pertama", ujar Winki. "Mungkin
kita memang sudah klop dan jodoh...", kata Nuno sambil tersenyum.
"Biro kali Jodoh...", seru Dias. "Bagaimana kalau kita ikut ajang
pencarian bakat aja atau kita ikut festival, kali-kali kita bias
terkenal...", kata Dias. "Iya-iya, yaudah bayar dulu tuh studionya...kan
waktunya sudah habis....", suruh Winki. "Tenang aja, kan ada Dias...,
ya kan Yas...!", kata Nuno menyindir. "Ahh, kalian semua kalau soal
bayar aja Aku..., yaudah dehhh", kata Dias (kesal).
"Hahahaha....!",seru yang lain.

Akhirnya mereka mencoba mengikuti perlombaan dan festival di


tempat-tempat yang mereka ketahui, tetapi sialnya mereka selalu
gagal dan berakhir dengan kekecewaan. Terkadang mereka harus
menerima sindiran dari orang lain yang tidak menyukai mereka.
"Ahhh...gimana nih, kita sudah mendaftar kemana-mana tapi tidak
pernah berhasil,..gagalmaning, gagalmaning...!",keluh Nuno. "Sing
sabar toh le...iki kudu penuh perjuangan, kalau kepingin berhasil...
(nada Jawa)", kata Winki. "Lah-lah, kenapa kamu jadi berlogat Jawa
begitu Wink...?",Tanya Dodi (heran). "Lah iyaya, kenapa gini,
kamusih No...",seru Winki meledek. "Mungkin suatu saat nanti kalau
kita terus mencoba, kita pasti bisa...", kata Dias. Tiba-tiba Nuno
menyetel music saat Dias berkata (lagu : Sheila on 7, "Pasti Ku
Bisa").

"Loh-loh kenapa jadi muncul lagu begini...?", tanya Dias (heran).


"Tuh si Nuno...", kata Dodi. "Wuuuhh dasar, becanda aja...!", seru
yang lain sambil tertawa. Mereka pun tertawa untuk mencairkan
suasana sambil merencanakan strategi dan mencari peluang untuk
mengikuti perlombaan lagi. Pada akhirnya sampai mereka
menemukan kompetisi musik yang bertema "MUSIC FEST", dan
mereka mencoba peruntungan di sana. Mereka mendaftar dan
mengikuti seleksi awal dan mereka lolos. Hingga pada saat mereka
sampai pada babak semifinal "MUSIC FEST". "Alhamdulillah...kita
sudah sampai di babak semifinal, semoga kita dapat menampilkan
yang terbaik nanti...", ujar Dodi. "Iya, pokoknya kita pasti
bisa...ready, woiiii", seru mereka semua serentak membangkitkan
semangat sambil menyatukan tangan.

Mereka pun tampil dan menampilkan yang terbaik, juri pun akhirnya
memilih mereka yang lolos ke Grand Final "MUSIC FEST". setelah
mereka berhasil lolos kebabak Grand Final, mereka di beri waktu
untuk istirahat dan untuk mempersiapkan karya mereka nantinya.
Tiba-tiba diselang waktu itu, salah satu dari personil mereka sakit,
yaitu Dodi. Dodi terkena penyakit tipus dan tidak dapat berlatih untuk
beberapa hari ini apalagi tampil maksimal di Grand Final "MUSIC
FEST", karena harus beristirahat yang cukup. "Wah gimana nih, kita
tidak bisa tampil tanpa personil yang lengkap...", kata Dias dengan
panik. "Iya gimana nih...", kata Winki yang semula tegas, tiba-tiba
ikut-ikut panik memikirkannya. "Yas udah kalau begitu adanya..., kita
harus tetap semangat dan tetap dapat menampilkan yang terbaik di
Grand Final, meskipun tanpa personil yang lengkap... kita harus
berjuang untuk Dodi, agar kita tidak mengecewakannya...", kata Nuno
yang biasanya becanda, tiba-tiba mendadak bijak.

Akhirnya mereka tampil di Grand Final "MUSIC FEST", ternyata


mereka berhasil memenangkan perlombaan itu dan berhak
mendapatkan hadiah 100 juta rupiah, dan yang paling penting, band
mereka dapat tampil di pembukaan konser musik pop-rock di Jepang.
Setelah kejuaraan itu, Dodi pun sembuh dan dapat bergabung dengan
yang lainnya. Mereka akhirnya bisa tampil pada pembukaan konser
musik di Jepang dengan personil yang lengkap dan band mereka pun
terkenal di seluruh Indonesia.
Permen Ajaib

Karya: Rusmiyati Suyuti


Tidak banyak yang kuingat di masa-masa kecil dulu, tapi yang pasti
aku tinggal bersama embah putriku karena kedua orang tuaku pergi
merantau ke daerah Sumatera. Embahku tinggal di sebuah dusun
terpencil di Kabupaten Pati, Jawa Tengah sejak usiaku masih
beberapa bulan sampai kemudian aku 9 tahun baru tinggal bersama
kedua orang tuaku setelah mereka memutuskan untuk menetap di
kelurahan yang ada di daerah Kabupaten Pati. Aku bersama kakak
laki-lakiku diasuh oleh Embah dan Bu Lek, Embah kakungku sudah
meninggal jauh sebelum aku lahir sedangkan Bu Lekku masih lajang.

Ada satu peristiwa yang masih aku ingat saat berusia 4 tahun dulu,
mungkin tidak serinci kisah sebenarnya tapi hal ini masih berefek
sampai saat aku sudah di bangku SMU. Awal mula kejadian ini waktu
aku bermain ke rumah sepupu yang terletak kira-kira 1 km dari rumah
Embah, aku diajakin main ke rumah tetangga sepupu di sana sudah
ada anak-anak yang lain juga.

Ada seorang anak laki-laki sebaya denganku yang menjadi pusat


perhatianku selama bermain bersama tersebut, tingkah lakunya benar-
benar membuat penasaran. Dia selalu mengeluarkan suara seperti
sedang menyesap permen.

"Bud, kamu sedang apa ngisep permen kok ga habis-habis dari pagi
tadi?" Tanyaku

"Ini enak banget tau, kamu mesti nyoba…!" Jawabnya

"Emang itu permen apa?"

"Permen ini tidak usah beli, gratis! Kamu cukup tidak usah
menggosok gigi seminggu, permen ini otomatis ada di mulut kamu,
manis banget!"

Karena aku penasaran, setelah pulang ke rumah aku beniat untuk


mendapatkan permen seperti Budi juga yaitu dengan cara tidak
menggosok gigi selama seminggu. Hari pertama masih baik-baik saja,
aku acuhakn saja meski mulut terasa asam. Hari ke dua aku masih
bertahan, mulut terasa asam dan sedikit bau tidak enak keluar dari
mulutku. Hari ke tiga bau mulut sudah menyengat dan rasa asampun
sangat tidak enak, aku menghindari interaksi dengan orang-orang di
sekitar. 

Beberapa orang sudah menegur kenapa mulutku bau sekali, ada yang
menanyakan kamu ga gosok gigi ya dan ada pula menanyakan
makanan apa yang ku makan sehingga berakibat seperti itu. Hari
berikutnya masih tetap sama, tetap bertahan untuk tidak gosok gigi
meski sudah terasa ngilu, bau, dan asam yang teramat sangat. Hari
keenam hampir saja aku menangis karena ketidaknyamanan, tapi
segera teringat perjuanganku tinggal satu hari lagi untuk mendapatkan
permen ajaib yang istimewa itu.

Hari terakhir yaitu hari yang ke tujuh pagi-pagi sekali


"Huaaaaaaaaaaaaaaaa.....!!! Hik...hik..hik...!!!" Aku menangis
sekencangnya karena merasakan sakit gigiku yang teramat sangat,
Embah dan Bu Lek serta merta berlarian ke kamarku dan bertanya apa
yang terjadi padaku. Kemudian aku menunjukkan mulutku dengan
jari telunjuk dan mereka terkejut melihat perubahan yang terjadi.

"Kamu kenapa Ros?" Tanya Embah

"Gigiku sakit banget Mbah?" Jawabku

"Lho, kok bisa?" Embah bertanya lagi


Akupun menjawabnya, "Iya Mbah, aku ga gosok gigi seminggu.
Karena kata Budi kalau aku ga gosok gigi seminggu nanti aku bisa
mendapatkan permen langsung ada di mulutku tanpa harus membeli
dan katanya lagi rasa permen itu enak sekali, ga habis-habis.
Huuuu...hu...hu..."

"Oalaaah....pantesan beberapa hari ini kalau kamu bicara ada bau-


baunya gimana gitu, ternyata ga gosok gigi to...Semnggu
lagi....Benjolan yang di gigi Budi itu bukan permen tapi gusinya yang
bengkak seperti kamu ini karena tidak menggosok gigi. Yo wes nanti
jam 9 kita ke Puskesmas di Wedari biar diperiksa gigimu, lain kali
Tanya dulu sama Embah atau Bu Lek kalau mau melakukan sesuatu
yah dan tentunya gak diulangi lagi kan bertahan untuk tidak gosok
gigi selama seminggu lagi" Ceramah Bu Lek sembari senyum-
senyum.

Aku hanya nyengir menahan sakit gigiku sambil mengiyaka yang


dikatakan Bu Lek.

Aku benar-benar kapok untuk mencoba tidak gosok gigi lagi, gigi
gerahamku sudah mulai berlubang dan sampai SMU masih kumat
nyeri giginya.

Anda mungkin juga menyukai