DI
S
U
S
U
N
NAMA:ANDI MUTIARA
KELAS : IX.1
NISN:0079607027
Anak Bermalasan
Minggu adalah hari libur yang ditunggu kaum rebahan, malas
beraktivitas. Ada yang hanya ingin rebahan di rumah menghilangkan
penat selama satu minggu beraktivitas dan ada pula yang berencana
akan berlibur. Banu memilih opsi pertama, Banu memilih bersantai
rebahan di rumah, dan parahnya Banu aka selalu merasa kurang
dengan liburnya.
“Bu Banu masih capek, banu bolos sehari ya.” Banu memelas pada
ibunya.
“Nah sekarang coba kamu buka mata kamu, mereka ingin sekolah
sepertimu, namun tidak ada orang tua yang akan membiayai mereka
bersekolah” Jelas ibunya, mereka masih di dalam mobil.
Dengan kejadian itu Banu tersadar dan mau berangkat sekolah walau
terlambat. Di perjalanan menuju sekolah Banu melihat seorang anak
yang pincang berseragam sekolah sama dengannya, dalam hati Banu
berkata, aku bersyukur masih punya fisik yang sempurna untuk bisa
menuntut ilmu.
Value of Friend
Gadis itu hanya tersenyum menatap kelima sahabatnya, entah apa kini
yang akan ia lontarkan kembali setelah mengatakan itu tadi?
"Kau tahu mengapa aku menanyakan hal itu pada kalian? Hingga aku
pun sangat menginginkan jawaban itu dari kalian semua?"
senyumnya.
"Aku hanya ingin tahu, apa yang akan kalian pikirkan tentang sebuah
persahabatan. aku hanya ingin tahu sejauh mana kalian menghargai
sebuah rasa persahabatan. aku hanya ingin tahu sepenting apakah
sahabat yang berada di samping kalian saat ini, akankah kalian masih
menyisihkan waktu kalian untuk sahabat kalian meski kalian tahu,
kalian sangat sibuk dengan dunia kalian saat ini?" Lagi lagi gadis itu
melontarkan rasa kecewanya dengan mengajukan beberapa
pertanyaan yang mungkin membuat kelima sahabatnya itu berpikir
kesekian kalinya.
Sahabatnya tetap dalam rasa kebingungannya, gadis itu hanya
menyimpan rasa kecewanya dengan sebuah senyuman dan beberapa
pertanyaan yang membuat kelima sahabatnya buta akan pertanyaan
itu. entah apa, yang akan dikatakan oleh kelima sahabatnya itu.
Kiran bisa saja, mengatakan segala yang menjadi rasa kecewanya saat
itu. hanya saja, ia tak ingin menyakiti perasaan kelima sahabatnya
dengan melontarkan rasa kecewa dalam dirinya.
"Kami, tidak tahu apa yang akan kami katakan padamu kiran.
pertanyaanmu pun kami tak mengerti bagaimana menjawabnya kami
berfikir, apa yang kamu pertanyakan ini tidak seperti biasanya. entah
ada apa denganmu dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti
ini kiran. entah ada rasa apa dalam perasaan dan hatimu kami pun tak
dapat mengartikannya"
"Ingin sekali aku mengatakannya, tapi sayang sekali aku tak bisa
melukai hati kalian pun dengan rasa kecewa dan ucapanku nanti.
Biarkan aku saja yang mempunyai rasa kecewa ini" ucap batinnya.
Gadis itu semakin mengerti, bahwa hanya orang tertentu yang bisa
menghargai arti persahabatan dengan sangat baik.
Kiran kembali beranjak dari tempat duduknya,
"Aku hanya ingin katakan, jika ada seseorang yang hadir dalam hidup
kalian dan mengutamakan kalian dalam hidupnya maka kalian harus
mengerti, bahwa kehadiran seseorang itu adalah seseorang yang akan
selalu ada ketika kalian membutuhkan tempat untuk berbagi rasa yang
kalian punya. apapun itu, hargai ia yang selalu mengutamakan kalian
dibanding hidupnya. karena kalian tak pernah tau bagaimana ia
berusaha semampu mungkin untuk meluangkan waktunya untuk
kalian, lalu membuat kalian merasa bahagia. Dan jika ia melakukan
itu maka kalian adalah bagian dari orang orang yang paling sangat
berharga untuknya."
Terkadang orang yang kita anggap dekat dengan kita adalah orang
yang paling jauh dengan kita. Dan, orang yang paling jauh dengan
kita adalah yang paling dekat dengan kita.
Buah Kekompakan
"Hei Wink, Dias nanti pas pulang sekolah kita latihan band yuk?",
ajak Nuno. "Oh boleh No!", jawab Dias. "Eh tapi nanti sepertinya aku
tidak bisa deh, aku mau nganter Ibuku arisan", kata Winki. "Yaelah
Wink, masih aja nganter, emang Ibu kamu tidak bisa sendiri?", tanya
Nuno. "Ehmm, iya deh aku ikut, tapi habis aku nganter Ibuku ya",
ujar Winki. "Ya, up to you deh, pokoknya nanti datang ya...", kata
Dias.
"Oh ya, aku dengar ada anak baru tuh di kelas 2 IPA B, katanya
pindahan dari Bandung terus dia jago main keyboard...", kata Nuno.
"Siapa namanya?", tanya Winki. "Ya aku tidak tahu, kan belum
kenalan hehe...", jawab Nuno dengan tersenyum. "Aha !, kayanya aku
punya ide nih...", ujar Winki. "Apaan idenya?" tanya Dias dan Nuno
serentak. "Bagaimana kalau dia kita rekrut untuk nambah personil
band kita? Siapa tahu dia mau...",ujar Winki. "Ya itu sih bias diatur
kalau kita sudah kenal sama dia", kata Nuno. "Yaudah ayo kita ke
kelas dia mumpung lagi istirahat nih..!", ajak Dias.
Mereka pun menghampiri anak baru itu di kelasnya. "Itu tuh dia
orangnya yas!", kata Nuno sambil menunjuk kearah anak baru itu."Oh
itu orangnya, ayo kita samperin...!", seru Winki. "Hei kamu anak baru
ya? Nama kamu siapa?", tanya Dias kepada anak baru. "Oh iya , aku
Dodi...ada apa?" Tanya Dodi pada Dias. "Dengar-dengar katanya
kamu jago main keyboard ya , apa benar?", Tanya Nuno. "Husst,
sabar dulu No, langsung nyerobot aja kaya bajai", seru Winki. "Tau
nih si Nuno..., eh tidak Dod, kami Cuma mau kenalan aja..., dan
dipikir-pikir kalau kamu jago main keyboard...kami mau ngajak kamu
gabung di band kami..., kamu mau tidak?", ajak Dias. "Ehmm gimana
ya, aku juga di sekolah yang lama ikut band dan karena aku pindah,
jadi aku keluar..., kalau begitu aku mau deh...", kata Dodi."Yaudah
untuk memulainya, nanti kita kumpul untuk latihan pertama kita...",
ujar Dias.
Mereka pun tampil dan menampilkan yang terbaik, juri pun akhirnya
memilih mereka yang lolos ke Grand Final "MUSIC FEST". setelah
mereka berhasil lolos kebabak Grand Final, mereka di beri waktu
untuk istirahat dan untuk mempersiapkan karya mereka nantinya.
Tiba-tiba diselang waktu itu, salah satu dari personil mereka sakit,
yaitu Dodi. Dodi terkena penyakit tipus dan tidak dapat berlatih untuk
beberapa hari ini apalagi tampil maksimal di Grand Final "MUSIC
FEST", karena harus beristirahat yang cukup. "Wah gimana nih, kita
tidak bisa tampil tanpa personil yang lengkap...", kata Dias dengan
panik. "Iya gimana nih...", kata Winki yang semula tegas, tiba-tiba
ikut-ikut panik memikirkannya. "Yas udah kalau begitu adanya..., kita
harus tetap semangat dan tetap dapat menampilkan yang terbaik di
Grand Final, meskipun tanpa personil yang lengkap... kita harus
berjuang untuk Dodi, agar kita tidak mengecewakannya...", kata Nuno
yang biasanya becanda, tiba-tiba mendadak bijak.
Ada satu peristiwa yang masih aku ingat saat berusia 4 tahun dulu,
mungkin tidak serinci kisah sebenarnya tapi hal ini masih berefek
sampai saat aku sudah di bangku SMU. Awal mula kejadian ini waktu
aku bermain ke rumah sepupu yang terletak kira-kira 1 km dari rumah
Embah, aku diajakin main ke rumah tetangga sepupu di sana sudah
ada anak-anak yang lain juga.
"Bud, kamu sedang apa ngisep permen kok ga habis-habis dari pagi
tadi?" Tanyaku
"Permen ini tidak usah beli, gratis! Kamu cukup tidak usah
menggosok gigi seminggu, permen ini otomatis ada di mulut kamu,
manis banget!"
Beberapa orang sudah menegur kenapa mulutku bau sekali, ada yang
menanyakan kamu ga gosok gigi ya dan ada pula menanyakan
makanan apa yang ku makan sehingga berakibat seperti itu. Hari
berikutnya masih tetap sama, tetap bertahan untuk tidak gosok gigi
meski sudah terasa ngilu, bau, dan asam yang teramat sangat. Hari
keenam hampir saja aku menangis karena ketidaknyamanan, tapi
segera teringat perjuanganku tinggal satu hari lagi untuk mendapatkan
permen ajaib yang istimewa itu.
Aku benar-benar kapok untuk mencoba tidak gosok gigi lagi, gigi
gerahamku sudah mulai berlubang dan sampai SMU masih kumat
nyeri giginya.