Anda di halaman 1dari 17

Sejarah dan Dasar-

dasar Psikometrika
Kelompok 1:
1. Ruth Yulia Hutahaean ( 178600093 )
2. Cindy Rahma Wati ( 178600139 )
3. Rachmania Masitah ( 188600063 )
4. Auwalia Desi Ramadhani ( 188600124 )
5. Zalsa Nabila Fauren ( 188600142 )
Sejarah Psikometri

“Psiko” berasal dari kata psikologi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku
“metri” berarti pengukuran.

Sehingga psikometri adalah ilmu yang mempelajari tentang segala hal yang bersangkut
paut dengan pengukuran kuantitatif terhadap perilaku manusia.
Psikometri berkembang bersama dengan perkembangan teori dan pengukuran inteligensi.
Perkembangan teori inteligensi dipengaruhi oleh teori evolusi Galton (1983z0 yang sangat
mempercayai teori evolusi ini, kemudian mempengaruhinya teori tentang genius Galton
pada tahun 1869 menulis Hereditary Genius: An inquiry into its Laws and Consequence.

2
Dasar-dasar Psikometri
A. Pengukuran
Pengukuran adalah suatu prosedur pemberian angka (kuantifikasi) terhadap
atau variabel sepanjang suatu kontinum. Kontinum tersebut dibagi 2, yaitu:

▫ Kontinum fisik Kontinum fisik menyangkut tentang berat,


kecemasan, tinggi, dan sebagainya.

▫ Kontinum psikologis Kontinum fisik dapat mengukur atribut


psikologis dengan menggunakan skala psikologis, dan
hasilnya dapat dinamakan kontinum psikologis.

3
Secara operasional, pengukuran merupakan suatu prosedur


perbandingan antara atribut yang hendak diukur dengan alat ukurnya.
Berikut beberapa karakteristik pengukuran, adalah :

• Merupakan perbandingan antara atribut yang diukur dengan alat


ukurnya.
Dalam pengukuran, ada yang namanya subjek pengukuran dan objek
pengukuran.
• Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif
Kuantitatif berarti berwujud angka. Suatu proses pengukuran akan
dinyatakan selesai apabila hasilnya telah diwujudkan dalam bentuk angka
yang biasanya.
• Hasilnya bersifat deskriptif.
Maksudnya adalah hanya sebatas memberikan angka yang tidak
diinterpretasikan lebih jauh.

4
B. Evaluasi

▪ Interpretasi terhadap hasil pengukuran hanya


dapat bersifat evaluatif apabila disandarkan pada
suatu norma.

▪ Dalam norma tersebut, hasil pengukuran bisa


saja mendatangkan interpretasi yang berbeda.

▪ Contoh :
- Skor 35 pada tes SPM akan berlainan artinya
bila dihasilkan oleh subjek yang berusia 27
tahun dengan subjek usia 12 tahun.

5
C. Tingkat Hasil
Pengukuran
Level-level pada tingkat pengukuran:
3. Skala Interval
1. Skala nominal
Hasil ukur dari skala interval adalah
Skala nominal berfungsi untuk identifikasi, yaitu membedakan antara satu hasil pengukuran ordinal yang memiliki
subjek dengan subjek yang lainnya. jarak antar jenjang yang tetap (selalu
2. Skala ordinal sama ).
Hasil pengukuran pada skala ordinal, berada pada level ordinal jika angkanya
4. Skala rasio
berfungsi menunjukkan adanya penjenjangan kualitatif.
Pada level pengukuran yang lebih tinggi
Contoh : adalah hasil ukur skala rasio. Level
Mawar :1 rasio yang level intervalnya memiliki
harga 0 mutlak.
Melati :2
Anggrek :3
Cempaka :4
Kemudian kita dapat melakukan transformasi terhadap angka jenjang secara
motorik, tetapi tanpa mengubah jenjangnya, hal ini dinamakan invariant.
contoh:
Mawar :2 Anggrek: 7
6
Melati :4 Cempaka: 8
D. Tes Psikologi
Tes melakukan pengamatan terhadap perilaku seseorang dan
mendeskripsikan perilaku tersebut dengan bantuan skala angka atau
suatu sistem penggolongan. Jadi, objek pengukurannya adalah atribut
psikologis, namun sampel perilaku yang tampak yang dapat diukur
secara langsung (Crocker & Algina, 1986).
Indikator perilaku yang diungkap oleh tes psikologis dapat digolongkan
menjadi dua kelompok besar (Cronbach, 1970), yaitu:
▪ Performansi Maksimal
Istilah performansi maksimal identik dengan kemampuan kognitif
individu. Dalam pengembangan tes ini harus diberikan stimulus-
stimulus yang berstruktur jelas, sehingga tujuan pertanyaan dan arah
jawaban dapat dipahami oleh individu sebelum ia mencoba memberikan
responnya.
▪ Performansi Tipikal
Performansi yang ditampilkan individu adalah sebagai proyeksi dari
kepribadiannya sendiri, sehingga perilaku yang diperlihatkannya
cenderung umum dirinya dalam menghadapi situasi tertentu. Jadi, 7
dalam tes ini, dirancang dengan menggunakan stimulus yang tidak
KONSTANTA dan VARIABEL

Konstanta adalah simbol kuantitatif yang angkanya tidak bervariasi, maksudnya ada konsta
yang bersifat universal, dimana simbol-simbol berlaku umum pada semua tempat.
Contoh :
Dalam bidang matematika, konstanta π memiliki nilai 3,141592654

Variabel adalah simbol yang nilainya dapat bervariasi, yaitu angkanya dapat berbeda-beda
dari satu subjek ke subjek yang lain. Variasi angka itu tidak hanya variasi kuantitatif, tetapi
dapat juga variasi kualitatif.
Contoh :
- Jenis kelamin dikatakan variabel kuantitatif, dapat bervariasi sebagai pria = 1 dan
wanita = 0
- Dalam aspek psikologis, seperti kemampuan kognitif seperti kemampuan kognitif
atau berbagai karakter kepribadian.
8
REPRESENTASI SIMBOLIK
Dalam ilmu statistik, kita mengenal istilah statistik dan parameter.
Statistik adalah besaran-besaran kuantitatif yang berlaku bagi suatu sampel.
Parameter adalah besaran-besaran kuantitatif bagi variabel yang sama yang
berlaku bagi populasinya.
Perbedaan simbol-simbol pada statistik dan parameter :

Besaran Statistik Parameter


Mean µ (Mu)
Deviasi standar s Ʃ (Stigma)
Kovarians X dan Y
Koefisien
Koefisien korelasi
korelasi rr P
P (Rho)
(Rho)
Pearson
Pearson
Koefisien
Koefisien regresi
regresi b
b B
B (Beta)
(Beta)
Skor-Murni
Skor-Murni T
T T
T (Tau)
(Tau)
Eror pengukuran E E (Epsilon)
Eror pengukuran E E (Epsilon) 9
ALJABAR SUMASI
Sumasi
  atau penjumlahan dalam statistika disimbolkan oleh huruf Ʃ (sigma). Semua variabel yang mengikuti
tanda ini, berarti harus dijumlahkan.

Simbol sumasi yang paling sederhana adalah penjumlahan skor pada satu variabel dari n subjek, yaitu :
= + + ... +

l ini menyatakan bahwa harga X harus dijumlahkan mulai dari sampai , berapapun besar n. Kalau n = 3, maka Ʃ
= + + . Misalkan =4, =3, dan =5, maka Ʃ = 4+3+5 = 12

ALJABAR EKSPEKTASI
Nilai
  ekspektasi atau nilai harapan merupakan semacam nilai rata-rata dari suatu distribusi skor. Unutk variabel
diskret X, nilai harapannya dirumuskan sebagai :

Ε (X) = p( X = )

10
TEORI RESPONS AITEM
1. KONSEP DAN ASUMSI TEORI SIFAT LATEN

 Permasalahan dalam pengembangan tes klasik, yaitu :

- Parameter-parameter aitem yaitu indeks kesukaran dan indeks diskriminasi , tergantung


pada kelompok sampel yang digunakan untuk menghitungnya (group independent)

- Memerlukan asumsi kesetaraan eror pengukuran bagi semua subjek yang dikenai tes,
tetapi tidak ada dukungan untuk memperkuatnya.

Dalam teori sifat laten, memiliki beberapa bagian, yaitu :


 Kurva karakteristik aitem
 Asumsi-asumsi

11
2. BEBERAPA MODEL LOGISTIK

 Teori respons aitem, mengenal 3 macam model logistik, dimana ketiganya memiliki perbedaan
banyaknya parameter yang dipakai, yaitu :

1. Model logistik satu parameter


= indeks kesukaran aitem

2. Model Logistik dua-parameter


= indeks deskriminasi aitem

3. Model logistik tiga-parameter


= parameter probabilitas tebakan semu

12

PENSKALAAN
Penskalaan (scalling) merupakan suatu prosedur penempatan atribut objek pada titik-titik
tertentu sepanjang suatu kontinum.

Kontinum adalah deretan angka yang berurutan sepanjang suatu garis lurus.

1. METODE PSIKOFISIK DAN METODE PSIKOMETRIK


 Metode psikofisik (psychophysical metodes)
 Metode psikometrik (psychometric methods)
 Beberapa pendekatan proses penskalaan

13

2. METODE PERBANDINGAN PASANGAN

Beberapa atribut psikologis, dapat diletakkan disepanjang suatu kontinum


psikologis berdasarkan nilai skalanya yang ditentukan oleh hasil perkiraan subjek
(judgment).

 Keterbatasan dalam menggunakan metode perbandingan

3. METODE INTERVAL TAMPAK SETARA


Metode ini dapat dijadikan satu prosedur alternative. Tujuan metode ini adalah
meletakkan beberapa objek pada suatu kontinum yang terbagi atas beberapa interval.

14

4. METODE INTERVAL BERURUTAN

Prosedur penskalaan dengan metode interval berurutan, kita dapat


menggunakan suatu kontinum yang terbagi atas beberapa interval, yaitu 9
atau 11 interval.
 Mengistemasi luas interval
 Menghitung nilai skala
 Dalam menghitung skala, ada rumus yang digunakan, yaitu

S = bb + [ ( 0,50 - ) / p ] w

Dik:
bb = batas bawah interval kategori yang berisi median
= proporsi kumulatif di bawah kategori yang berisi median
P = proporsi dalam kategori yang berisi median
W = Luas interval kategori yang berisi median
15

5. METODE RATING YANG DIJUMLAHKAN

Metode ini, populer dengan nama penskalaan model Likert, dimana metodenya berorientasi
pada respons. Maka dari itu, data penskalaannya berupa respons-respons yang diberikan
responden terhadap seperangkat stimulus.
Beberapa prosedur penskalaan respons, yaitu :
1. Setiap stimulus memiliki karakteristik favorabel atau un-favorabel yang jelas.
2. Respons pada favorabel dan unfavorabel harus diberi bobot yang lebih tinggi.

Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, responden diminta untuk memberikan
responsnya dalam 5 kategori ordinal.
Contoh :
STS ( sangat tidak setuju )
TS ( tidak setuju )
E ( tidak dapat menentukan )
S ( sangat setuju )

16
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai