Anda di halaman 1dari 32

TES PROYEKTIF

The Children’s Apperception Test

Disusun Oleh:

Kelompok 3 kelas B:

Desy Rofiah 181301010

Putri Adelia 181301011

Amany Khansa Rasikhah 181301018

Nanda Yudhika S 181301034

Salwa Medynah F. Lingga 181301042

Amelia Prity Syani 181301058

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat waktu.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tes Proyektif yang dengan topik The Children’s Apperception Test

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata


kuliah Tes Proyektif Ibu Raras Sutatminingsih, Ph.D, Psikolog dan dosen
pembimbing Ibu Josetta M. R. Tuapattinaja, M.Si, Psikolog serta seluruh pihak
yang mendukung kelancaran proses pengerjaan makalah ini yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu. Walaupun demikian, kami menyadari masih terdapat
banyak kekurangan didalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna menambah pemahaman
kami dan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas diri kedepannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua.

Medan, September 2020

Kelompok 4

1
Daftar Isi

Daftar Isi..................................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3 Tujuan........................................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................5

2.1 Nature and Purpose of the Test......................................................................5

2.2 History of the C.A.T and the C.A.T-H...........................................................7

2.2.1 The TAT, CAT, dan SAT Dalam Penggunaan Klinis.............................9

2.3. Theory of the C.A.T....................................................................................11

2.4. On Some Differences between C.A.T. and T.A.T. Responses (Beberapa


perbedaan Respon C.A.T. and T.A.T.)...............................................................15

2.5. Administration of the C.A.T........................................................................16

2.6. Description of and Typical Responses to Pictures......................................19

2.7. Influences of the Perceptual Aspects of the Stimulus of Responses...........24

BAB III..................................................................................................................26

KESIMPILAN DAN SARAN...............................................................................26

2
3.1 KESIMPULAN............................................................................................26

3.2 SARAN........................................................................................................26

Daftar Pustaka........................................................................................................27

Kontribusi Kelompok.............................................................................................28

REVIEW JURNAL................................................................................................29

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

C.A.T adalah metode proyektif atau, seperti yang kita sering katakan,
metode aperseptif untuk menyelidiki kepribadian dengan mempelajari
kebermaknaan dinamis dari perbedaan individu dalam persepsi dari stimuli
standar. Tes ini merupakan keturunan langsung dari T.A.T., meskipun tidak
bersaing atau menggantikannya. C.A.T. dirancang untuk memfasilitasi
pemahaman tentang hubungan anak dengan tokoh dan dorongan penting.
Gambar-gambar dirancang untuk memperoleh respons terhadap masalah makan
secara khusus, dan masalah oral secara umum; untuk menyelidiki masalah apa
yang menyebabkan persaingan antara saudara kandung; untuk menerangi sikap
terhadap figur orang tua dan cara figur-figur ini dipahami; untuk mempelajari
hubungan anak dengan orang tua sebagai pasangan—secara teknis disebut
sebagai oedipal complex dan puncaknya pada adegan primal, yaitu fantasi anak
tentang melihat orang tua di tempat tidur bersama. Terkait dengan ini, kami
ingin membangkitkan fantasi anak tentang agresi, intra- dan ekstra-, tentang
penerimaan oleh dunia orang dewasa, dan tentang ketakutannya akan kesepian
di malam hari dengan kemungkinan berkaitan dengan masturbasi, perilaku
toilet, dan cara orang tua menangani dan menanggapinya. Penulis ingin belajar
tentang struktur anak, pertahanan, dan cara dinamisnya dalam bereaksi terhadap
sesuatu, dan menangani, masalah pertumbuhannya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana Sejarah dan Teori dari CAT ?


b. Apa perbedaan Respons antara CAT dengan TAT ?
c. Bagaimana Sifat dan Tujuan dari CAT ?

4
1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui Sejarah dan Teori dari CAT


b. Untuk mengetahui Perbedaan Respons antara CAT dengan TAT
c. Untuk mengetahui Sifat dan Tujuan dari CAT

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nature and Purpose of the Test


C.A.T adalah metode proyektif atau, seperti yang kita sering katakan,
metode aperseptif untuk menyelidiki kepribadian dengan mempelajari
kebermaknaan dinamis dari perbedaan individu dalam persepsi dari stimuli
standar.

Tes ini merupakan keturunan langsung dari T.A.T., meskipun tidak


bersaing atau menggantikannya. Tak tertandingi karena penulis percaya
T.A.T. untuk penyelidikan kepribadian orang dewasa, namun relatif tidak
cocok untuk anak kecil, pada tingkat yang sama dengan C.A.T. tidak cocok
untuk orang dewasa. Idealnya, penulis ingin melihat C.A.T. digunakan
untuk anak-anak berusia 3 sampai 10 tahun, Tes Cerita Bergambar Symonds
(Symonds’ Picture Story Test) digunakan untuk remaja, dan T.A.T.
digunakan untuk remaja dan dewasa.

C.A.T. dirancang untuk memfasilitasi pemahaman tentang hubungan


anak dengan tokoh dan dorongan penting. Gambar-gambar dirancang untuk
memperoleh respons terhadap masalah makan secara khusus, dan masalah
oral secara umum; untuk menyelidiki masalah apa yang menyebabkan
persaingan antara saudara kandung; untuk menerangi sikap terhadap figur
orang tua dan cara figur-figur ini dipahami; untuk mempelajari hubungan
anak dengan orang tua sebagai pasangan—secara teknis disebut sebagai
oedipal complex dan puncaknya pada adegan primal, yaitu fantasi anak
tentang melihat orang tua di tempat tidur bersama. Terkait dengan ini, kami
ingin membangkitkan fantasi anak tentang agresi, intra- dan ekstra-, tentang
penerimaan oleh dunia orang dewasa, dan tentang ketakutannya akan
kesepian di malam hari dengan kemungkinan berkaitan dengan masturbasi,
perilaku toilet, dan cara orang tua menangani dan menanggapinya. Penulis

6
ingin belajar tentang struktur anak, pertahanan, dan cara dinamisnya dalam
bereaksi terhadap sesuatu, dan menangani, masalah pertumbuhannya.

Tes ini, mirip dengan T.A.T., terutama berkaitan dengan konten


produksi. Analisis perilaku aperseptif biasanya berkaitan dengan apa yang
dilihat dan dipikirkan seseorang sebagai pembeda terhadap perilaku
ekspresif, yang berkaitan dengan bagaimana seseorang melihat dan berpikir.
Penulis sebelumnya telah membahas hubungan aspek adaptif, ekspresif, dan
aperseptif dari produksi psikologis di bagian sebelumnya yaitu di T.A.T., di
mana penulis menunjukkan bahwa Rorschach pada dasarnya adalah studi
tentang organisasi formal dari faktor-faktor ekspresif. Dengan demikian,
lebih baik memenuhi syarat untuk memfasilitasi diagnosis, jika istilah ini
diartikan sebagai mengidentifikasi orang tertentu dengan entitas nosologis
sebagaimana ditetapkan dalam manual resmi tentang diagnosis. Di sisi lain,
C.A.T., seperti T.A.T., lebih mampu mengungkapkan dinamika hubungan
interpersonal, konstelasi penggerak, dan sifat pertahanan terhadapnya.

Jadi, penulis percaya bahwa C.A.T. mungkin berguna secara klinis


dalam menentukan faktor dinamis apa yang mungkin terkait dengan perilaku
anak dalam kelompok, di sekolah, atau di taman kanak-kanak, atau acara di
rumah. C.A.T. mungkin menguntungkan, di tangan psikoanalis, psikiater,
psikolog, pekerja sosial, dan guru, serta dokter anak yang terlatih secara
psikologis. Ini dapat digunakan secara langsung dalam terapi sebagai teknik
bermain. Setelah tanggapan asli diberikan, seseorang mungkin ingin
membahasnya bersama anak dalam bentuk permainan dan membuat
interpretasi yang sesuai.

Selanjutnya, C.A.T. harus mendukung studi penelitian longitudinal


yang sangat dibutuhkan tentang perkembangan anak; jika C.A.T. diberikan
kepada anak-anak dengan interval setengah tahun dari tahun ketiga, kita
mungkin belajar banyak tentang nasib perkembangan sejumlah masalah
psikologis yang sejauh ini dipelajari hanya dalam investigasi psikoanalitik
atau studi cross-sectional lainnya. Yang terakhir adalah, menurut kebutuhan,

7
rekonstruksi dan kesimpulan yang membutuhkan konfirmasi dan/atau
elaborasi lebih lanjut. Dalam studi penelitian dan penggunaan klinis yang
serupa, C.A.T. relatif bebas dari budaya. Karena penulis berurusan dengan
gambar binatang, tes ini dapat digunakan sama baiknya dengan kelompok
anak-anak yang berkulit putih, hitam, dan lainnya — kecuali, tentu saja,
kelompok yang mungkin tidak terbiasa dengan beberapa benda mati yang
digambarkan, seperti sepeda, dll. Kurangnya keakraban dengan hewan yang
digambarkan tampaknya tidak menjadi masalah, karena anak-anak hanya
mengganti hewan yang mereka kenal.

2.2 History of the C.A.T and the C.A.T-H


Ide asli CAT muncul sebagai hasil dari diskusi, antara Symonds dan Ernst
Kris, tentang masalah teoritis proyeksi dan TAT Dr. Kris menunjukkan bahwa
kita dapat mengharapkan anak-anak untuk mengidentifikasi diri mereka lebih
siap dengan hewan. dibandingkan dengan personis, fakta yang telah kita ketahui
sejak Freud menulis kisahnya tentang Hans kecil dalam "The Phobia of a Five
Year Old." Setelah memikirkan seluruh masalah selama hampir satu tahun,
Symonds menetapkan sejumlah situasi mendasar bagi anak-anak yang mungkin
diharapkan dapat mengekspos cara kerja dinamis dari masalah anak. 
Tampaknya TAT, instrumen yang luar biasa untuk orang dewasa, tidak
dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan anak-anak, dan demikian pula Symonds
tidak dapat merekomendasikan Tes Cerita Bergambarnya untuk digunakan pada
masa remaja sebelumnya. Secara teoritis, alasan untuk berasumsi bahwa hewan
mungkin menjadi angka identifikasi yang disukai dari tiga tahun hingga
mungkin 10 tahun, dan dengan demikian disajikanlah secara bergambar sesuai
dengan rentan usia nya.
Violet Lamont, ilustrator profesional buku anak-anak, setuju untuk
menggambar sesuai dengan saran tersebut, Violet Lamont menambahkan
beberapa kesukaannya sendiri. Dia memberikan 18 gambar, beberapa di
antaranya bersifat antropomorfis, maupun dalam gaya hewan. Setelah memotret,
menggunakan beberapa set sendiri, dan membagikan yang lainnya ke sejumlah
psikolog yang menangani anak kecil. Perlu diketahui bahwasanya sebagian

8
besar psikolog yang terlibat berkaitan dengan kursus TAT dan sudah
berpengalaman dalam prosedur proyektif dan penggunaannya. Psikolog yang
terlibat ini juga sudah cukup baik dalam pengaplikasian gambar asli CAT dan
akan mengirimkan protokol dengan informasi tambahan nantinya. Latar
belakang subjek, dll., serta kesan mereka sendiri tentang masalah tes.  
Dengan latar belakang tersebutlah serta berdasarkan pengalaman
pengaplikasian tes CAT mulai dikurangilah jumlah kartu dari 18 menjadi 10
yang paling berguna dan mengembangkan data yang akan dijelasakan.
Selama 15 tahun terakhir sejumlah penelitian telah difokuskan pada
perbandingan manfaat relatif dari sosok hewan versus manusia. Terlepas dari
keterbatasan penelitian yang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa figur
manusia dalam pengaturan CAT mungkin memiliki nilai stimulus lebih dari
figur hewan, diputuskan untuk mengembangkan versi manusia untuk digunakan
dalam situasi spesifik tertentu.
Di antara studi yang ditinjau, studi Budoff [61] dan terutama dari
Weisskopf-Joelson dan Foster [277] menunjukkan bahwa beberapa anak
tampaknya bekerja lebih baik dengan rangsangan hewan, dan beberapa dengan
rangsangan manusia, dan bahwa preferensi ini mungkin terkait dengan Variabel
kepribadian, misalnya, anak-anak yang mengalami kesulitan dalam
menghasilkan respons tampaknya lebih cocok dengan figur binatang. Eksplorasi
masa depan preferensi relatif beberapa tipe kepribadian, hubungan pola defensif,
usia, IQ., Dan psikopatologi kemungkinan besar akan jauh lebih bermanfaat
daripada proposisi mekanis atau proposisi dari banyak penelitian sebelumnya.  
Alasan penting lainnya untuk memberikan manusia yang setara dengan
CAT ditemukan dalam fakta klinis bahwa terkadang anak-anak berusia antara
tujuh dan 10 tahun, terutama jika IQ mereka tinggi, akan menganggap
rangsangan hewan di bawah rata-rata intelektual mereka. Tak perlu dikatakan,
banyak yang menganggapnya "kekanak-kanakan" karena alasan defensif
semata. Namun demikian, dirasakan bahwa versi manusia akan sangat cocok
untuk perluasan ke atas dari kegunaan CAT dan melangkah lebih jauh untuk
menutup jarak usia antara penerapan CAT dan TAT  

9
2.2.1 The TAT, CAT, dan SAT Dalam Penggunaan Klinis 

Tiga seniman yang berbeda mencoba keahlian mereka dalam


menggambarkan CAT biasa dalam bentuk manusia (CAT H), mengikuti
instruksi saya dan Sonya Sorel Bellak- membuat ulang gambar CAT sebagai
manusia yang disajikan dalam derajat yang berbeda-beda kesulitan. (Lihat
Gambar 7, Bab XI, untuk versi terakhir dari Gambar CAT-H.) 
Pada gambar 1, misalnya, orang dewasa di sebelah kiri mengenakan
pakaian tak berbentuk yang bisa laki-laki atau perempuan dengan piyama dan
jubah. Tatanan rambut dan ekspresi wajah paling baik dapat digambarkan
sebagai tidak harus dari kedua jenis kelamin. Tentang sebanyak yang bisa
dikatakan untuk sosok anak-anak.  
Pada gambar 2, sosok manusia dewasa di sebelah kanan awalnya
diputar lebih ke samping untuk menghindari masalah payudara, atau
kekurangannya, sebagai ciri yang menentukan, tetapi akhirnya kami
memutuskan untuk mereproduksi sosok ini dalam posisi yang sama dengan
beruang di aslinya . Kami bereksperimen dengan berbagai pakaian dan
tatanan rambut sebelum sampai pada versi sekarang.  
Pada gambar 3, singa dimaksudkan sebagai figur ayah dan selalu dilihat
seperti itu, jadi kami tidak menghadapi masalah penyamaran jenis kelamin
sosok tersebut. Namun, representasi tikus dalam kemiripan hubungan dengan
singa yang sering dianggap berasal dari anak-anak adalah masalah yang sulit.
Tidak ada cara bagi seorang anak untuk mendapatkan cerita tentang
mengecoh singa dengan menghilang ke dalam lubangnya (mungkin dengan
singa yang kepalanya terbentur saat mengejarnya), atau versi apapun dari
dongeng tentang tikus yang membantu singa. Namun, anak tersebut diberi
ekspresi wajah yang agak nakal, dan seorang anak yang cenderung cenderung
masih dapat menghasilkan cerita yang serupa, dengan memberikan bantuan
kepada seorang pria yang membutuhkan tongkat untuk berjalan, atau dengan
menafsirkan bayangan di dekat lutut kiri sebagai objek. cocok untuk

10
kenakalan.  
Gambar 4 menyajikan masalah yang relatif sedikit kecuali tidak adanya
ekor, tentu saja, dan fakta bahwa bayi dalam pelukan tidak persis sama
dengan bayi dalam kantong ibu, sayangnya.  Gambar 5, dengan situasi
antropomorfik dalam aslinya, menyajikan sedikit kesulitan.  
Gambar 6, bagaimanapun, adalah cerita yang berbeda. Jika seseorang
tertarik dengan apa yang disebut Murray sebagai klaustrum pers, tidak ada
pengganti untuk sebuah gua. Untuk melestarikan beberapa nilai stimulus
yang mungkin dari situasi luar ruangan (dalam primitif, dalam romansa,
dalam ketakutan akan binatang, dan alam liar), sifat struktur seperti tenda
ditekankan dengan memperkenalkan fitur baru dari pepohonan. Tidak
diragukan lagi, tanggapan yang muncul dari kisah ketiga beruang itu tidak
akan terus berlanjut.  
Gambar 7 adalah tantangan nyata. Ketakutan untuk dimangsa perlu
diberikan rangsangan yang menyerupai ancaman harimau. Sosok yang
menggenggam, bergigi jahat, dan mirip genii, dilengkapi dengan ketel yang
mengepul (seperti yang terlihat dalam kartun tentang kanibal), diperkenalkan
untuk tujuan itu. Cara anak itu digambarkan mungkin menghasilkan peluang
kabur yang kira-kira sama dengan monyet di aslinya. 
Gambar 8 menyajikan masalah identitas seksual yang sekarang sudah
dikenal. Namun, sosok dewasa hampir selalu diidentifikasi sebagai
perempuan dengan kemungkinan pengecualian sosok paling kiri. Oleh karena
itu, yang satu ini mengenakan celana panjang, bukan gaun, sehingga masih
menimbulkan ambiguitas, setidaknya di sebagian besar subkultur Amerika.  
Gambar 9, dengan setting antropomorfik dan kurangnya karakteristik
penentu, tidak menyajikan masalah adaptasi.
Gambar 10, bagaimanapun, digambar ulang berkali-kali sampai kami
akhirnya sampai pada versi yang relatif tidak jelas terkait dengan seks dan
masih menyisakan dua pilihan yang paling sering tersedia-dikeringkan dan
dirawat, atau dipukul. Untuk menjaga lebih banyak ambiguitas, wajah anak
dilihat dalam profil daripada wajah penuh, seperti anjing yang terlihat pada

11
aslinya.  
Ada sedikit keraguan bahwa tingkat ambiguitas jenis kelamin dari
tokoh-tokoh di CAT-H. akan jauh lebih bervariasi dengan budaya dan
subkultur yang berbeda dari pada figur hewan asli. Salah satu alasan untuk
memilih hewan pada saat itu adalah kebebasan relatif mereka terhadap
budaya yang berbeda: minant, setidaknya di dunia barat (furnitur di beberapa
gambar CAT asli digambar ulang dalam bahasa India, Gambar 5, dan
Jepang , Gambar 6, versi). Namun, dalam kasus di mana CAT-H lebih
disukai sejak awal, keuntungan menentukan pilihan mungkin akan lebih
besar daripada kerugian dari kurang ambiguitas.
2.3. Theory of the C.A.T
Tinjauan teoritis dari C.A.T dan C.A.T.S, pada dasarnya tidak berbeda dari
masalah teoritis dan kerangka berpikir yang sebelumnya dibahas pada T.A.T.
Tapi, terdapat satu aspek tambahan, dalam C.A.T. yaitu adalah penggunaan
hewan sebagai stimulus. Berdasarkan hasil pengalaman psikoanalitik dengan
anak-anak diharapkan bahwa anak-anak akan lebih mudah mengidentifikasi
dengan penggunaan figur binatang daripada figur manusia. Asumsi ini
didasarkan pada fakta bahwa hubungan emosional dengan hewan lebih mudah
untuk dipahami oleh anak-anak, dan juga asumsi bahwa hewan biasanya
berukuran lebih kecil daripada figur manusia dewasa dan juga dianggap
"underdog" atau dianggap lemah, sama seperti anak-anak. Hewan juga
memiliki peran yang paling menonjol dalam fobia pada anak-anak dan juga
sebagai figur yang teridentifikasi dalam mimpi anak-anak. Namun, pada
tingkat kesadaran yang tinggi, hewan dianggap sebagai teman anak-anak. Dari
sudut pandang teknis tes proyektif, diasumsikan bahwa hewan akan
memberikan beberapa manifestasi yang tersamarkan, seperti sikap agresif dan
sentimen negatif lainnya dapat lebih mudah dianggap berasal dari singa
daripada pada figur seorang ayah manusia.

Penggunaan hewan sebagai figur untuk pengidentifikasian oleh psychotic


dan budaya primitif juga cenderung digunakan untuk mendukung harapan

12
adanya stimulus yang tinggi untuk anak-anak. Selain itu, pengalaman klinis
dengan Rorschach secara empiris telah menetapkan persentase yang tinggi
pada penggunaan figur hewan dan bahkan, tidak adanya persentase pada figur
manusia dalam catatan Rorschach mengenai anak-anak, khususnya pada
kelompok usia yang lebih muda.

Harapan teoritis ini juga telah didukung oleh percobaan yang dilakukan
oleh Bills (1950), yang menguji 48 anak sekolah, baik dengan kartu T.A.T dan
dengan 10 gambar binatang peliharaan yang diberikan dalam beberapa
kegiatan. Karena eksperimen tersebut adalah penelitan awal, Bills memberikan
batasan pada dirinya untuk membuat perbandingan. Dan ia menemukan bahwa
hampir semua anak menceritakan kisah yang jauh lebih lama pada gambar-
gambar binatang dan semua anak terlihat lebih mudah dalam melakukan hal
tersebut. Dua anak menolak seluruh tes ketika pertama kali diberikan dengan
T.A.T.card, Namun tidak ada anak yang menolak tes ketika diberikan kartu
hewan.

Set 1

13
Set 2

Vuyk (1954) juga telah melaporkan hasil pekerjaan dengan C.A.T yang
menunjukkan bahwa penggunaan hewan sebagai stimuli menghasilkan cerita

14
yang lebih luas daripada yang diperoleh dengan menggunakan figur manusia
pada anak-anak.

Terdapat banyak literatur yang mendukung teori bahwa anak-anak lebih


mudah mengidentifikasi diri dengan figur hewan. Goldfarb (1945) menyatakan
minatnya yang besar mengenai fantasi hewan pada anak-anak dan menemukan
hubungan yang erat diantara psikodinamik pada setiap individu anak dan jenis
hewan yang mendominasi di dalam fantasi anak. Blum dan Hunt (1952) percaya
pada keunggulan penggunaan figur hewan daripada figur manusia. Bender dan
Rapaport (1944) juga mendukung konsep ini didasarkan dengan pengalaman
klinis. Olney (1935) menemukan lebih dari 75 persen buku bergambar anak-
anak mengandung karakter binatang, sementara Spiegelman dan rekan (1935)
melaporkan bahwa figur hewan muncul dalam 50 persen dari semua Sunday
comic strips.

Biersdorf dan Marcuse (1953) menggunakan enam kartu C.A.T. dan


memiliki seniman yang sama untuk mendesain enam kartu bersamaan,
menggantikan figur manusia dengan hewan. Dua set kartu mirip, meskipun
tidak identik. (mis. Hanya satu box bayi di gambar 5, kangguru dibawa di
lengan daripada di kantung di gambar 4, ambiguitas dihapus di gambar 1 di
mana sosok itu jelas perempuan, dll). Dalam pemberian dua set kartu kepada 30
anak-anak dengan usia sekitar 6 hingga 8 tahun, mereka tidak menemukan
perbedaan yang signifikan dalam pemberian dua set cerita. Namun, melalui
bukti empiris dengan Rorschach dan dalam praktik psikoanalitik bahwa stimuli
atau rangsangan hewan dan identifikasi dengan menggunakan figur hewan lebih
baik diberikan kepada anak-anak yang lebih muda daripada dengan anak-anak
yang berumur enam hingga delapan tahun atau lebih.

Kegunaan C.A.T. tidak bergantung pada apakah penggunaan gambar


hewan menghasilkan cerita yang lebih baik atau sama baiknya. Gambar pada
C.A.T. dan C.A.T.S telah dipilih untuk memperoleh tema-tema yang relevan
dengan pertumbuhan dan masalah emosional pada anak-anak.

15
2.4. On Some Differences between C.A.T. and T.A.T. Responses (Beberapa
perbedaan Respon C.A.T. and T.A.T.)
Berdasarkan fakta bahwa subjek C.A.T. adalah anak-anak di bawah 10
tahun, ada perbedaan sistematis tertentu antara respon anak-anak dan orang
dewasa pada T.A.T. Perbedaan spesifik dari tahun ke tahun yang ada adalah
karakteristik formal bahasa dan proses berpikir, dan perbedaan dinamis dalam
hal teori psikoanalitik yang belum diselidiki.
Pada umumnya, respon pada C.A.T. dan C.A.T.-S. lebih pendek dan
kurang kompleks dibandingkan respon orang dewasa pada T.A.T. Sangat sering,
terutama pada usia tiga dan empat tahun, respon tidak memiliki tema yang jelas.
Serampangan, kadang-kadang pernyataan deskriptif dapat ditemukan pada satu
gambar atau beberapa, dan penolakan juga tidak jarang terjadi. Namun, harus
ditekankan bahwa mayoritas anak-anak, bahkan dalam kelompok usia yang
lebih muda, bercerita dengan jelas, jika tidak pada semua gambar, setidaknya
untuk beberapa gambar.
Struktur dari cerita anak secara alami lebih sederhana dibandingkan
dengan orang dewasa. Apa yang dianggap sebagai gangguan pikiran pada orang
dewasa hanyalah cerminan dari ketidakdewasaan pada anak-anak. Jika
seseorang tidak berpengalaman dengan fantasi anak, ia harus lebih berhati-hati
untuk tidak dibingungkan oleh respon anak yang tampaknya patologis. Harus
diketahui bahwa apa yang dianggap sebagai skizofrenia pada orang dewasa
berhubungan dengan ekspresi perkembangan pada anak.
Simbolisme, seperti yang disampaikan oleh Freud, jauh lebih banyak dan
bebas dalam cerita anak-anak dibandingkan pada orang dewasa normal. Hal ini
tentu saja sejalan dengan sifat mimpi anak-anak. Pemenuhan keinginan yang
sederhana cukup sering tersirat dalam respon.
Seluruh struktur karakter, cerita C.A.T. terkadang mencerminkan masalah
sementara seperti tahap perkembangan yang ditampilkan, tahapan sosialisasi,
internalisasi superego, mungkin akan muncul secara jelas. Anak-anak sering
mengekspresikan moral dalam cerita mereka ketika internalisasi adat istiadat
dan pembentukan super ego mereka sudah cukup kompleks, di mulai pada

16
sekitar usia enam.
Pengamatan Piaget (1932) tentang bahasa dan proses berpikir anak-anak
diilustrasikan secara luas dalam cerita C.A.T. Karakter yang disebutkan dalam
cerita biasanya diberi nama yang tepat, dan peristiwa ditempatkan di lokasi
tertentu pada waktu yang tepat. Sebuah lapangan besar untuk eksplorasi ada
dalam upaya untuk menyusun aspek-aspek kematangan untuk menyediakan data
normatif bagi klinisian.
Cerita C.A.T. anak-anak pra-sekolah juga cenderung mencerminkan
perbedaan dalam gaya persepsi antara anak-anak yang berhubungan dengan
reaksi masing-masing anak dalam situasi tes. Moriarty dan Murphy (1960) telah
mencatat bahwa perangkat berikut digunakan dalam menghadapi tuntutan tugas
C.A.T : penurunan tingkat peserta; resistensi terhadap penyelidikan lebih lanjut;
upaya positif pada pemecahan masalah; restrukturisasi atau membalikkan peran
dengan pemeriksa; menjadi terlalu fokus di daerah kecil dari gambar;
penggunaan fantasi atau proses ajaib; menggunakan humor; melepaskan
ketegangan melalui motor ekspresif; meminta bantuan dari pemeriksa;
menggunakan manuver defensif seperti regresi, penolakan, penghindaran,
proyeksi, dan sublimasi.
2.5. Administration of the C.A.T
Dalam pengadministrasian C.A.T perhitungan harus diambil dari masalah
umum pengujian anak. Hubungan yang baik harus dibangun dengan anak.
Secara umum, akan jauh lebih sulit bagi anak-anak yang lebih muda dan juga
yang mengalami gangguan. Kapanpun bila mungkin, C.A.T harus ditampilkan
dalam bentuk permainan dan bukan dalam bentuk sebuah tes. Dalam kasus anak
– anak yang jelasnya menyadari bahwa ini adalah ujian, apakah dari pengalaman
sebelumnya dengan prosedur atau kecanggihan semacam itu dan disarankan
untuk sepenuhnya mengakui fakta ini, tetapi menjelaskan dengan sangat hati –
hati itu bukanlah jenis tes yang menantang di dimana anak harus menghadapi
persetujuan, ketidaksetujuan, persaingan, tindakan disipliner, dan lain – lain.
Maka dari itu, penting bagi untuk menyampaikan sikap positif kepada anak
tersebut. Situasi ini tidak hanya membantu dalam pembentukan hubungan yang

17
baik, tetapi juga memiliki efek lain. Lyles [1958] telah menemukan bahwa sikap
positif, dibandingkan dengan sikap negatif atau netral, dari pihak psikolog
menimbulkan peningkatan produktivitas dan kecenderungan peningkatan
adaptasi pada anak. Sikap negatif menyebabkan peningkatan kecemasan dan
agresi.

Untuk intruksi yang nyata, akan lebih baik apabila memberitahukan


kepada anak apabila kita akan ikut serta dalam sebuah permainan dimana
mereka akan disuruh untuk membuat cerita tentang sebuah gambar, dia akan
menceritakan apa yang sedang terjadi, dan apa yang dilakukan hewan itu
sekarang. Pada titik yang sesuai, anak mungkin akan ditanya apa yang sedang
terjadi pada cerita dan apa yang akan terjadi seterusnya.

Mungkin akan ditemukan bahwa banyak dorongan yang diperlukan,


dimana interupsi diizinkan. Seseorang harus yakin tidak menjadi sugestif dalam
bisikannya. Setelah semua cerita telah dikaitkan, seseorang dapat membahas
masing – masing dari mereka meminta penjelasan tentang poin – poin tertentu
seperti mengapa seseorang diberi nama tertentu, nama tempat yang tepat, usia,
dan lain – lain , bahkan pertanyaan tentang jenis hasil tertentu dari sebuah cerita.
Jika rentang perhatian seorang anak tidak memungkinkan prosedur ini, ada
baiknya untuk mencobanya pada tanggal sesegera mungkin setelah pemberian.

Cain (1961) menyarankan teknik mimpi tambahan yang akan digunakan


pada kartu 5, 6 dan secara khusus 9, dimana karakter biasanya dilihat dari
perasaan mengantuk. Dalam kasus ini, pertanyaan terakhir penguji adalah, "Apa
impian?" Mimpi yang dilaporkan anak – anak ternyata mengandung lebih
banyak materi yang tidak disadari daripada tema aslinya, dan lebih didasarkan
pada fantasi.

Seluruh ucapan dan aktivitas dilakukan, semua cerita dapat diceritakan.


Blatt dan Colleagus (1961) menyarankan untuk mengikut sertakan aktifitas
fisik, bahasa tubuh, ekspresi wajah, respon tubuh, dan juga verbal dan mereka
memandang "penjabaran tanggapan" ini setara dengan produksi verbal orang

18
dewasa.

Haworth (1966) mengulas semua literatur yang Situasi relevan sulit berada
pada urutan dimana anak ingin pemeriksa menceritakan sebuah cerita. Ini
terutama permintaan untuk diberi sesuatu harus memberi, dan paling baik
pelayanan saat itu. Meskipun mungkin membantu untuk menjelaskan bahwa
kita ingin mendengar apa yang dapat dibuat oleh anak tertentu pada gambar
tersebut, mungkin perlu berjanji (dan mematuhinya) untuk menceritakan sebuah
cerita nanti, atau dengan memberi satu atau lain jenis, lalu melanjutkan lagi.

Sangat membantu untuk menjaga semua gambar tidak terlihat kecuali


yang sedang ditangani, karena anak – anak yang lebih kecil memiliki
kecenderungan untuk bermain dengan semua gambar sekaligus, memilihnya
secara acak untuk didongeng. Gambar – gambar ini telah diberi nomor dan
diatur dalam urutan tertentu untuk alasan tertentu dan karenanya harus diberikan
dalam urutan yang ditunjukkan.

Namun, jika seorang anak sangat gelisah dan seseorang memiliki beberapa
indikasi tentang masalah apa yang mungkin terkait dengan gangguannya saat
ini, seseorang dapat membatasi tes untuk beberapa kartu yang mungkin
menerangi masalah – masalah spesifik tersebut. Dengan demikian, seorang anak
yang tampaknya memiliki masalah persaingan saudara mungkin diberikan kartu
1 dan 4 khususnya.

2.6. Description of and Typical Responses to Pictures


Di bawah ini ada beberapa tema khas yang diliat sebagai tanggapan terhadap
berbagai gambar.

19
GAMBAR 1

Anak-anak ayam duduk mengelilingi meja yang diatasnya terdapat


semangkuk makanan. Di satu sisi, ada ayam yang berukuran besar yang garis-
garis tipis atau samar. Respons mengenai makan, Pemberian makan atau tidak
diberi makan oleh orangtua. Tema mengenai perselisihan antar saudara atau
Sibling Rivalry seperti siapa yang mendapat lebih, siapa yang berperilaku baik
dan tidak, dll. pemberian makan oleh orang tua bisa menjadi reward atau
punishment. Masalah umum mengenai gambar ini adalah terkait dengan Oralitas
(contohnya, kepuasan atau frustasi, gangguan makan, dll).

GAMBAR 2

Seekor beruang menarik tali di satu sisi sedangkan beruang lainnya dengan

20
seekor bayi beruang menarik talinya di sisi lain. . Menarik untuk diamati
apakah bayi di sini mengidentifikasi sosok yang bekerja sama dengannya (jika
ada) sebagai ayah atau ibu. . Ini dapat dilihat sebagai pertarungan serius yang
disertai ketakutan akan agresi, pemenuhan agresi atau otonomi anak itu sendiri.
Kadang-kadang tali itu sendiri dapat menjadi sumber perhatian, yaitu putusnya
tali sebagai mainan dan ketakutan akan hukuman berikutnya.

GAMBAR 3

Seekor singa dengan pipa dan tongkat , duduk di kursi, di sudut kanan
bawah ada seekor tikus muncul dari sebuah lubang. Singa pada umumnya
dilihat sebagai seorang figur ayah yang dilengkapi dengan simbol pipa dan
tongkat. Simbol tersebut dapat di gunakan sebagai instrumen agresi atau
digunakan untuk mengubah sosok ayah menjadi sosok yang di tua-kan. Jika
seekor singa dilihat sebagai sosok orang tua yang kuat, sangat penting untuk
mengingat apakah singa itu jinak atau memiliki kekuatan yang berbahaya.

Pada umumnya anak-anak memandang tikus sebagai diri mereka. Tetapi


ada beberapa anak yang mengidentifikasi diri mereka sebagai singa dan
mengganti figur identifikasi beberapa kali, yang menimbulkan kebingungan
mengenai peran, konflik antara pemenuhan dan otonomi.

21
GAMBAR 4

Kanguru dengan topi di kepalanya, membawa keranjang berisi botol susu,


di kantongnya dan bayi kanguru dengan balon, di sepeda ada anak kanguru yang
lebih besar. Ini biasanya tema persaingan saudara kandung, atau kekhawatiran
dengan asal usul bayi. Dalam kedua kasus, hubungan dengan ibu sering
mrtupakan hal yang penting, kadang – kadang seorang anak yang lebih tua akan
mengindintifiksi dirinya dengan bayi kantong, sehingga menunjukkan keinginan
untuk mundur agar lebih dekat dengan ibu. Di sisilain,seorang anak yang pada
kenyataanya lebih muda dapat mengidentifikasi dirinya dengan yang lebih tua
sehingga menandakan dirinya ingin kemerdekaan dan penguasaan. Keranjang
dapat memberikan tema makan, sementara tema pelarian dari bahaya juga dapat
diperkenalkan.

GAMBAR 5

Sebuah kamar yang gelap


dengan tempat tidur besar pada latar belakangnya . Lalu terdapat box bayi di

22
latar depannya yang berisi dua bayi beruang. Anak merasa gelisah dengan apa
yang terjadi dengan orang tuanya pada saat dia berada di Tempat tidur.
Berkaitan dengan dugaan, observasi, kebingungan dan keterlibatan emosi pada
anak.

Anak khawatir dengan apa yang terjadi antara orangtu di tempt tidur,
cerita ini mencerminkan tentang banyak dugaan, pengamatan, kebingungan,
keterlibtan emosional. Dua bayi beruang di maksudnkan untuk manipulasi dan
explorasi antar anak – anak.

GAMBAR 6

Sebuah gua yang gelap dengan gambar yang samar dari 2 ekor beruang di
belakang dengan latar belakang, serta bayi beruang yang sedang berbaring
di latar depan. Ini adalah gambar yang memunculkan cerita – cerita
tentang adegan utama, ini digunakan sebagai tambahan pada gambar 5 karena
pengalaman praktis, dan merefleksikan perasaan kecemburuan.

GAMBAR 7

23
Seekor harimau dengan taring dan cakar, ingin menerkam kera yang juga
melompat ke udara. Hal ini berkaitan dengan tingkat kecemasan anak yang
berkaitan dengan adanya agresi dan keinginan mengalahkan saingan, apabila
dalam bercerita subjek mengatakan harimau menang dan kera kalah karena kera
mempunyai kesalahan sedangkan dalam cerita subjek harimau kalah, kera
menang itu mengartikan kera dapat melepaskan diri dari bahaya.

GAMBAR 8

Gambar dua ekor kera dewasa duduk di sofa, minum dari gelas teh, di
depan seekor kera dewasa yang sedang berbicara dengan bayi kera.
Mengungkapkan kaitan peran anak dalam keluarga, menggambarkan peran
anak dalam lingkungan sosial orang dewasa, suasana keluaarga, hubungan
antar anggota keluarga, dan menempatkan dirinya dalam lingkungan.

GAMBAR 9

Kamar yang gelap terlihat melalui pintu kamar yang terbuka dari kamar
yang terang, dikamar yang gelap terdapat tempat tidur anak dimana seekor
kelinci memandangi kamar yang terang. Yaitu tema ketakutan kegelapan, di

24
tinggalkan sendirian, di tinggal orang tua, rasa ingin tau apa yang ada di
kamr sebelah.

GAMBAR 10

Seekor bayi anjing berbaring di atas lutut seekor anjing dewasa, dengan
latar belakang kamar mandi. Ini bercerita tentang kejahatan atau hukuman yang
mengungkapkan sesuatu tetang konsep moral anak, ada banyak cerita tentang
pelatihan toilet dan juga mastrubasi dan kedisiplinan pada anak.

Haworth 1966 mencatat bahwa kartu kosong, kartu hitam semua, atau
kartu setengah hitam dan setengah putih dapat di tambahkan. Penggunaan kartu
setengah – setengah menunjukkan bahwa kartu itu mengungkap perasaan
rasial(kesukaan) yang kuat pada anak – anak kulih hitam.

2.7. Influences of the Perceptual Aspects of the Stimulus of Responses


Dalam penafsiran materi tematik anak-anak, penting untuk tetap
menyadari ketidakakuratan persepsi yang mungkin ada untuk kelompok usia
tertentu dan karena itu dapat mempengaruhi tanggapan yang diberikan.
Boulanger-Balleyguier (1957) telah menemukan perubahan dalam reaksi yang
umum terhadap beberapa C.A.T pada sebuah kelompok anak-anak berumur 3
sampai 7 tahun.

Kartu 3: Pipa-pipa tidak bisa dikenali dengan baik oleh anak-anak dibawah

25
umur 6 tahun. Hanya setelah usia 6 tahun terdapat tema konflik diantara singa
dan tikus sering muncul. Keakuratan persepsi dari anak-anak kecil sehubungan
dengan hal kecil dipertanyakan. Kartu ini tidak menghasilkan data hubungan
antara ayah dan anak.

Kartu 4. Anak-anak di bawah 6 tahun tidak mengenal hewan sebagai


kanguru, tidak menyadari keberadaan kantungnya, dan sering menghilangkan
sosok bayinya. Kartu tersebut tidak diindikasikan untuk studi persaingan
saudara kandung atau tema kelahiran.

Kartu 7. Tanggapan umum berkaitan dengan konflik. Nonpersepsi konflik


pada kartu ini penting untuk tujuan interpretatif. Mengingat tingginya frekuensi
kelalaian tertentu untuk banyak rangsangan dan penurunan rutin kelalaian
tersebut seiring bertambahnya usia, disarankan agar anak-anak kecil tidak benar-
benar memahami angka-angka ini.

Yang paling sering dihilangkan adalah kabur atau tidak jelas (ayam di
kartu 1, beruang di kartu 6) atau sangat kecil (mouse di kartu 3, bayi di kartu 4).
Jika kejadian kelalaian berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan, atau di
mana penurunan tidak teratur seiring bertambahnya usia, signifikansi emosional
dari kelalaian lebih besar.

26
BAB III

KESIMPILAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
C.A.T adalah metode proyektif atau, seperti yang kita sering katakan,
metode aperseptif untuk menyelidiki kepribadian dengan mempelajari
kebermaknaan dinamis dari perbedaan individu dalam persepsi dari stimuli
standar. C.A.T dirancang untuk memfasilitasi pemahaman tentang hubungan anak
dengan tokoh dan dorongan penting. Gambar-gambar dirancang untuk melihat
respons terhadap masalah terhadap suatu baik ummum maupun khusus C.A.T
juga dirancang untuk memfasilitasi pemahaman tentang hubungan anak dengan
tokoh dan dorongan penting. C.A.T menggunakan figur hewan sebagai stimulus.
Asumsi ini didasarkan pada fakta bahwa hubungan emosional dengan hewan lebih
mudah untuk dipahami oleh anak-anak, dan juga asumsi bahwa hewan biasanya
berukuran lebih kecil daripada figur manusia dewasa dan juga dianggap
"underdog" atau dianggap lemah, sama seperti anak-anak. Berdasarkan hasil
pengalaman psikoanalitik dengan anak-anak diharapkan bahwa anak-anak akan
lebih mudah mengidentifikasi dengan penggunaan figur binatang daripada figur
manusia.
Hal ini juga digunakan oleh klinis menggunakan Rorschach secara
empiris telah menetapkan persentase yang tinggi pada penggunaan figur hewan
dan bahkan, tidak adanya persentase pada figur manusia dalam catatan Rorschach
mengenai anak-anak, khususnya pada kelompok usia yang lebih muda.
3.2 SARAN
Diharapkan dengan menggukannya C.A.T dapat membantu para klinis
untuk memudahkan dalam mendiagnosa atau memecahkan masalah baik umum
maupun spesifik yang di hadap. Serta, selain itu baik para psikolog maupun
yanng bersangkutan untuk tetap saling menjaga kerahasian C.A.T.

27
Daftar Pustaka

Bellak, L. (1993). The TAT, CAT, and SAT in Clinical Use. (5th ed.). USA: Allyn
& Bacon.

Moraes, L. S. (2016, May 26). The Personality of Juvenile Offenders: Psychodynamic


Aspects in Children’s Apperception Test – Human Figures. International Journal
of Psychological and Brain Sciences, 1, 9-12. doi: 10.11648/j.ijpbs.20160101.12

28
Kontribusi Kelompok

1. Desy Rofiah : - Membuat isi materi makalah


181301010 - Mencari dan mereview jurnal
- Membuat BAB III

2. Putri Adelia : - Membuat isi materi makalah


181301011 : - Mencari dan mereview jurnal
- Membuat kontribusi setiap anggota

3. Amany Khansa Rasikhah : - Membuat isi materi makalah


181301018 - Mencari dan mereview jurnal
- Membuat dan menyatukan powerpoint

4. Nanda Yudhika S : - Membuat isi materi makalah


181301034 - Mencari dan mereview jurnal
- Membuat BAB I

5. Salwa Medynah F. Lingga : - Membuat isi materi makalah


181301042 - Mencari dan mereview jurnal
- Menformat makalah

6. Amelia Prity Syani : - Membuat isi materi makalah


181301058 - Mencari dan mereview jurnal
- Menyatukan makalah

29
30

Anda mungkin juga menyukai