Anda di halaman 1dari 22

KUALITAS SOAL TES BUATAN GURU

TUGAS AKHIR SEMSETER


EVALUASI DAN PENGUKURAN PEMBELAJARAN EKONOMI

DOSEN PEMBIMBING : Dr. KHAIRANI, M.Pd

DISUSUN OLEH :

RIRIS IKA YUNIKA GULTOM


NIM. 14179018

MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
FAKULTAS EKONOMI
PADANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, kasih karunia, saya dapat menyelesaikan makalah tentang Kualitas Soal
Tes Buatan Guru. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Dr. Khairani,
M.Pd selaku Dosen mata kuliah Pengembangan Evaluasi dan Pengukuran
Pembelaaran Ekonomi yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengembangan evaluasi dan
pengukuran pembelajaran di Indoesia. Melalui makalah ini penulis memaparkan
apa itu tes, jenis tes, kualitas tes yang baik dan bagaimana analisis kualitas tes
buatan guru yang sangat bermanfaat bagi guru di Sekolah untuk menjadi pedoman
dalam melakukan penilaian proses pembelajaran. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Padang, Mei 2015

Riris Ika Yunika Gultom

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 3
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 3
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
E. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4
F. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 4

BAB II KAJIAN TEORI


1. Pengetian Tes ............................................................................................ 5
2. Tes Standar ................................................................................................ 6
3. Tes Buatan Guru ........................................................................................ 8
4. Syarat-Syarat Tes yang Baik ..................................................................... 10
5. Kegunaan Tes Standar dan Tes Buatan Guru ............................................ 15
6. Analisis Butir Soal .................................................................................... 16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................... 18
B. Saran .......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi negara Indonesia.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang cukup kompleks. Dalam pelaksanaannya,
berbagai variabel perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Adapun variabel-variabel tersebut antara lain guru, fasilitas belajar siswa, lingkungan,
keadaan masyarakat untuk mendukung proses pendidikan, dan evaluasi. Arikunto
(2009:50) menyatakan bahwa evaluasi merupakan salah satu variabel yang
menentukan, sehingga guru dituntut untuk professional dan kreatif.
Evaluasi merupakan langkah yang penting untuk mengetahui keberhasilan
proses belajar-mengajar. Dalam pelaksanaannya, salah satu instrumen yang
digunakan oleh guru dalam melakukan evaluasi adalah tes. Nurkancana dan
Sumartana (1986:25) menyatakan bahwa tes adalah suatu cara untuk mengadakan
penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah
laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai
oleh anak-anak lain dengan nilai standar yang ditetapkan.
Arikunto (2009:57) menyatakan bahwa sebuah tes yang dikatakan baik sebagai
alat ukur harus memenuhi persyaratan, yaitu memiliki validitas, reliabilitas,
objektivitas, praktibilitas, dan ekonomis. Tes dikatakan valid apabila tes itu dapat
dengan tepat mengukur yang hendak diukur. Tes dikatakan reliabel apabila tes
tersebut memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Tes dikatakan
objektif apabila dalam melaksanakan tes itu berjalan sesuai dengan isi tes. Tes
dikatakan praktis apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya,
dan tes dikatakan ekonomis apabila dalam pelaksanaannya tes tersebut tidak
membutuhkan biaya yang mahal, biaya yang banyak, dan waktu yang lama
pelaksanaannya tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, biaya yang
banyak, dan waktu yang lama.
Pada dasarnya tugas guru mendidik, mengajar, melatih serta mengevaluasi
siswa, agar peserta didik dapat menjadi manusia yang dapat melaksanakan kehidupan
selaras dengan kodratnya sebagai manusia. Berkaitan dengan tugas guru dalam

mengevaluasi siswa, guru hendaknya memiliki keterampilan membuat tes. Kegunaan


tes adalah untuk mengukur kemampuan siswa setelah mendapat proses pembelajaran.
Dengan demikian guru memiliki kewajiban untuk membuat tes. Hanya guru
bersangkutan yang tahu tentang kemajuan akademik siswa melalui hasil tes.
Selain itu, dalam pembuatan tes, guru juga harus memerhatikan bahasa yang
digunakan dalam tes. Slameto (2010:82) menyatakan bahwa pada dasarnya, penulisan
soal berpegang pada kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar. Untuk mendapatkan
soal-soal yang baik dengan keahlian yang memadai, para guru harus memerhatikan
beberapa hal. Pertama, masalah materi pelajaran meliputi Tujuan Instruksional
Khusus (TIK) dan kisi-kisinya. Kedua, kontruksi soal. Ketiga, penggunaan bahasa.
Masalah bahasa dalam soal, yang terpenting adalah pembahasan ide soal dan
bahasa tulisan soal. Soal yang baik berdasarkan pembahasan ide soal adalah soal yang
dapat mengukur yang hendak diukur, yaitu dengan menggunakan bahasa yang jelas,
hubungan antara stem dan pilihan jelas dan logis, tidak berbelit-belit, dapat dipahami
oleh siswa sesuai dengan tingkat sekolahnya. Mengenai bahasa tulisan dalam menulis
soal, pada prinsipnya berpedoman pada kaidah-kaidah Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).
Dalam pembuatan tes, guru juga harus menyesuaikan isi tes dengan materi
yang telah diajarkan. Agar nantinya, hasil yang ingin dicapai memenuhi standar
kompetensi yang telah ditentukan. Guru dalam menyusun tes disesuaikan dengan
tuntutan indikator yang ada karena tiap indikator minimal harus ada satu tes untuk
mengetahui ketuntasan pembelajaran. Apabila tes yang digunakan dalam penilaian
cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya guru akan mengetahui
kelemahan siswa. Untuk dapat menyusun tes yang memenuhi persyaratan, cukup sulit
karena menyusun sebuah tes memerlukan pengetahuan, keterampilan, serta ketelitian
yang cukup tinggi. Guru juga harus mempertimbangkan pembuatan tes dari segi
kepraktisannya.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas


kualitas soal-soal buatan guru, dan seorang guru harus mengetahui kriteia tes yang
baik, pedoman pengembangan tes, dan teknik pemberian skor. Selanjutnya
masalah tersebut akan dituangkan kedalam makalah yang berjudul Kualitas Soal
Tes Buatan Guru.
2

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. apa yang dimaksud dengan tes dan persyaratan sebuah tes?
2. Apa saja fungsi dan jenis tes ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis tes?
4. Bagaimanakah ciri-ciri tes yang baik?
5. Bagaimanakah prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar ?
6. Bagaimana prosedur analisis butir tes?

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka permasalahan dalam
makalah ini difokuskan pada :
1.

Menjelaskan jenis tes berdasarkan proses penyusunannya yaitu tes


standar dan tes buatan guru.

2.

Menjelaskan persyaratan tes yang baik dan berkualitas.

3.

Menjelaskan prosedur dan manfaat analisis butir soal.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut:
1. Apakah perbedaan tes standar dan tes buatan guru?
2. Bagaimanakah syarat tes yang baik dan berkualitas sehingga layak
digunakan sebagai instrument penilaian proses pembelajaran?
3. Bagaimana cara menilai tes yang dibuat sendiri / guru ?
4. Bagaimanakah prosedur analisis butir soal dan apa manfaat hasil analisis
tersebut dalam evaluasi pembelajaran?

E. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian tes standard an tes prestasi.
2. Untuk mengetahui syarat tes yang baik dan berkualitas sehingga layak
digunakan sebagai instrument penilaian proses pembelajaran
3. Untuk mengetahui cara menilai tes yang dibuat sendiri / guru.
4. Untuk mengetahui prosedur analisis butir soal dan manfaat analisis
tersebut dalam evaluasi pembelajaran.

F. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui kualitas tes buatan
guru berdasarkan kesesuaiannya dengan aspek kognitif taksonomi bloom serta
terhadap rencana pembelajaran dan silabus yang telah dibuat. Dengan demikian
hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis dalam
upaya perbaikan pembelajaran disetiap bidang studi, yaitu :
1. Bagi guru, hasil penulisan ini kiranya dapat menjadikan bahan
pertimbangan bagi guru bidang studi dalam membuat tes yang sesuai
dengan rencana pembelajaran dan silabus.
2. Bagi penulis, hasil pembahasan ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis tentang bagaimana kondisi soal-soal yang dibuat guru
bidang studi.
3. Berguna untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kepada pembaca
serta bermanfaat sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya dan
kebijakan pendidikan selanjutnya.

BAB II
KAJIAN TEORI
1. Pengertian Tes
Dalam bahasa Indonesia tes diistilahkan juga dengan ujian. Menurut Anas
Sudjiono (2010) dalam pengantar evaluasi pendidikan tes merupakan alat untuk
mendiagnosis atau mengukur keadaan individu. Tes juga dimaknai sebagai suatu cara
untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai
atau prestasi, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain
atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Frederick G. Brown (1976) memaknai tes
sebagai prosedur yang sistematik untuk mengukur keterampilan seseorang.
Tes hasil belajar yang biasa dipergunakan oleh guru untuk menilai hasil belajar
siswa-siswa di sekolah dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes Obyektif dan essay.
Tes obyektif terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah
satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia atau dengan mengisi
jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol. Tipe-tipe tes obyektif
yaitu true-false, multiple-choice, completion, dan matching. Kebaikan tes obyektif
yaitu dapat dijawab dengan cepat oleh siswa dapat dijamin sepenuhnya, jawabanjawaban ters obyejtif dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat dengan
mempergunakan kunci jawaban. Kelemahan tes obyektif yaitu kemungkinan untuk
menerka dan mencontek jawaban sangat besar, biaya administrasi yang dibutuhkan
untuk mencetak tes tersebut cukup besar.
Tes Essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suatu
suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang.
Kebaikan tes essay yaitu cocok untuk mengukur hasil dari suatu belajar yang
kompleks yang sukar diukur dengan menggunakan tes obyektif, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan jawaban sesuai dengan jalan
pikirannya sendiri, kemungkinan untuk menerka dan mencontek jawaban sangat
kecil. Kelemahan tes essay yaitu pemberian skor terhadap jawaban tes essay
menghendaki jawaban-jawaban yang relatif panjang sehingga dalam satu periode tes
hanya dapat diberikan beberapa buag item saja, pengkoreksiannya memerlukan waktu
yang cukup lama.

Jenis tes dapat dibedakan kedalam tes buatan guru dan tes standar. Kedua
tes tersebut walau sama-sama dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan belajar
peserta didik mempunyai segi-segi perbedaan.

2. Tes Standar
Pengertian tes standar adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh
lembaga yang khusus menyelenggarakan secara professional. Tes tersebut diketahui
memenuhi syarat sebagai tes yang baik. Tes ini dapat digunakan dalam waktu yang relatif
lama, dapat diterapkan pada beberapa obyek mencakup wilayah yang luas. Untuk mengukur
validitas dan reliabilitasnya telah diuji-cobakan beberapa kali sehingga hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan. Tes standar sebagai kebalikan tes buatan guru adalah tes
yang telah distandarkan. Tes tersebut diketahui memenuhi syarat sebagai tes yang
baik (memenuhi syarat validitas, realibilitas, dan objektivitas).
Penyusunan tes standar, seperti halnya tes buatan guru, dimulai dengan
membuat merumuskan kompetensi yang akan diukur, membuat deskripsi bahan,
membuat kisi-kisi, dan kemudian menyusun butir-butir soal. Penulisan tes standar
bisanya dilakukan oleh sebuah tim yang sengaja dibentuk. Seleksi bahan dan
tujuan didasarkan pada kurikulum atau buku-buku tes yang dipakai secara
nasional (Tuckman, 1995:373).
Tes standar bersifat seragam dan dipergunakan disemua sekolah, jadi
bersifat nasional dan dapat dipakai berkali-kali. Oleh karena alat tesnya seragam
disemua sekolah itu, untuk menafsirkanya, dimungkinkan memergunakan norma
untuk seluruh sekolah atau bersifat nasional. Hal ini berbeda dengan tes buatan
guru yang hanya dapat memergunakan norma untuk kelompok terbatas, yaitu
pada kelas- kelas yang dites dengan alat tes itu saja. Penggunaan norma inilah
antara lain yang juga membedakan tes standar dengan tes buatan guru.
Tes standar biasanya telah dilengkapi dengan sebuah manual yang berisi
petunjuk tentang pelaksanaan tes, penyekoran, dan penafsiran terhadap hasil tes.
Manual juga memuat keterangan tentang proses standarisasi seperti kegiatan uji
coba, analisis hasil revisi, dan juga informasi tentang tingginya taraf validitas dan
reliabilitas tes. Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak pernah dilakukan
6

dalam tes buatan guru. Guru sendiri sering tak mengerti seberapa tinggi tingkat
validitas dan reliabilitas tes yang disusunnya berhubung tidak pernah dilakukan
pengujian terhadap keduanya. Secara garis besar manual tes standar ini memuat:
a) Ciri-ciri mengenai tes
Misalnya menyebutkan tingkat validitas, tingkat reliabilitas dan sebagainya
b) Tujuan serta keuntungan-keuntungan dari tes
Misalnya yang disebutkan untuk siapa tes tersebut diberikan dan untuk
tujuan apa.
c)

Petunjuk-petunjuk tentang cara melaksanakan tes


Misalnya dilaksanakan dengan lisan atau tertulis, waktu yang digunakan
untuk mengerjakan setiap bagian, boleh tidaknya tercoba keluar jika sudah
selesai mengerjakan soal itu dan sebagainya.

d) Proses standarisasi tes


Misalnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sampel, besarnya
sampel, teknik sampling, dan kelompok mana yang diambil sampel.
e) Petunjuk-petunjuk bagaimana cara mensko
Misalnya untuk beberapa skor tiap-tiap soal atau unit, menggunakan sistem
hukuman atau tidak, bagaimana cara menghitung nilai akhir dan sebagainya.
f) Petunjuk-petunjuk untuk menginterpretasikan hasil, Misalnya
-

Betul nomor sekian sampai sekian cocok untuk jabatan kepala seksi,

Betul nomor sekian saja, cocok untuk jabatan guru dan sebagainya.

g) Saran-saran lain
Misalnya siapa yang menjadi pengawas, bagaimana jika tidak ada calon
yang tidak mencapai skor tertentu dan sebagainya .

Adapun ciri-ciri tes standar adalah:


1.

Didasarkan atas bahan dan tujuan umum dari sekolah-sekolah di seluruh


Negara.

2.

Mencakup aspek yang luas dan pengetahuan atau keterampilan dengan


hanya sedikit butir tes untuk setiap keterampilan atau topik.

3.

Disusun dengan kelengkapan staf profesor, pembahas, dan editor butir tes.
7

4.

Menggunakan butir tes yang sudah diuji cobakan (try out), dianalisis dan
direvisi sebelum menjadi sebuah tes.

5.

Mempunyai reliabilitas yang tinggi.

6.

Dimungkinkan menggunakan norma untuk seluruh Negara.

3. Tes Buatan Guru


Untuk melaksanakan evaluasi hasil mengajar dan belajar, seorang guru
dapat menggunakan dua macam tes, yakni tes yang telah distandarkan
(standardized test) dan tes buatan guru sendiri (teacher-made test). Standardized
test ialah tes yang telah mengalami proses standardisasi, yakni proses validasi dan
keandalan (reliability) sehingga tes tersebut benar-benar valid dan andal untuk
suatu tujuan dan bagi suatu kelompok tertentu. Standardized test pada umumnya
dibuat oleh para ahli psikologi dan banyak dipergunakan di lembaga-lembaga
pemerintah yang memerlukannya, yaitu untuk mengetes para calon pegawai di
suatu kantor dan perusahaan, mengetes orang-orang yang akan masuk tentara dan
sebagainya (Purwanto, 2008).
Tes buatan guru merupakan tes yang disusun sendiri oleh guru yang
mempergunakan tes tersebut (Nurkancana dan Sunartana, 2010). Adapun ciri-ciri
teacher-made test (tes buatan guru) yaitu :
1.

Berdasarkan isi dan tujuan-tujuan khusus untuk kelas atau sekolah di tempat
guru itu mengajar.

2.

Dapat menyangkut topic, kecakapan, atau keterampilan khusus dan tertentu,


tetapi dapat juga menyangkut bagian-bagian yang lebih luas dari
pengetahuan dan keterampilan.

3.

Biasanya dikembangkan oleh seseorang guru dengan sedikit atau tanpa


bantuan dari luar.

4.

Menggunakan item-item yang jarang atau tidak pernah di try-out kan,


dianalisis, atau direvisi sebelum menjadi bagian dari tes tersebut.

5.

Memiliki keandalan yang rendah atau sedang saja.

6.

Biasanya terbatas pada suatu kelas atau sekolah sebagai kelompok


pemakaiannya (Purwanto, 2008).
8

Walau tes itu hanya buatan guru sendiri, idealnya juga memenuhi kriteria
validitas, kelayakan butir-butir soal, dan reabilitas. Namun, paling tidak alat tes
itu disusun dengan acuan kisi-kisi dan butir-butir soalnya telah di telaah dan
kemudian di revisi. Hal itu mengingat kegunaan tes itu yang sangat penting. Tes
buatan guru terutama dimaksudkan untuk :
1.

Mengetahui kadar kompetensi yang dipelajari

2.

Umpan balik pembelajaran selanjutnya

3.

Memberikan nilai kepada peserta didik sebagai laporan hasil belajarnya di


sekolah itu.
Bedasarkan pemaparan pembahasan diatas berikut merupakan perbandingan

tes standar dengan tes buatan guru menurut Rusyana (1993), yakni sebagai
berikut:
Tes Standar
1. Didasarkan atas bahan dan tujuan

Tes Buatan Guru


1. Didasarkan atas bahan dan tujuan

umum dari sekolah-sekolah di suatu

khusu yang dirumuskan oleh guru

negara

untuk kelasnya sendiri.

2. Mencakup aspek yang luas dan


pengetahuan atau keterampilan dengan

2. Mencakup pengetahuan atau


keterampilan yang sempit.

hanya sedikir butir tes untuk setiap


keterampilan atau topik.
3. Disusun dengan kelengkapan staf
profesor, pembahas, editor, butir tes.

3. Biasanya disusun sendiri oleh guru


dengan sedikit atau tanpa bantuan
orang lain/ tenaga ahli.

4. Menggunakan butir-butir tes yang

4. Jarang-jarang menggunakan butir-

sudah diujicoba (tryout), dianalisis dan

butir tes yang diujicobakan, dianlisis

direvisi sebelum menjadi sebuah tes.

dan direvisi.

5. Mempunyai reabilitas tnggi.

5. Mempunyai reliabilitas sedang atau


rendah.

6. Menggunakan untuk seluruh negara.

6. Norma kelompok terbatas kelas


tertentu.

Berikut merupakan perbandiangan tes standar dengan tes buatan guru


menurut Sax, 1980 berdasarkan karaktersitiknya.
Karakteristik
1. Spesifikasi
tujuan

Tes Standar
1. Tujuan tes berlaku umum
untuk siswa lintas kelas
atau sekolah

Tes Buatan Guru


1. ujuan tes spesifik untuk
keperluan penilaian siswa
suatu kelas

2. Isi

2. Butir-butir soal tetap dan


tidak dapat dimodifikasi,
dan hany mencakup suatu
muatan tertentu dari
kurikulum

2. Isi dapat diambil dari dari


berbagai muatan
kurikulum. Butir-butir tes
dapat ditambah, dikurangi
dan dimodifikasi sesuai
pertimbangan guru

3. Aturan
pengelolaan
dan penskoran

3. Aturan bergantung kepada


pihak yang membuat tes
(publisher), mereka
menyajikan aturan dan
petunjuk dalam sebuah
manual

3. Aturan bergantung
kepada guru. Mereka
dapat melakukan tes
secara seragam untuk
seluruh siswa, tetapi dapat
juga diadaptasi sesuai
dengan kondisi siswa

4.

Norma

4. Norma dikembangkan oleh


pembuat tes (publisher)
untuk seluruh guru untuk
membandingkan kinerja
suatu kelas berdasarkan
usia dan tingkatan siswa

4. Tidak ada norma yang


menjadi acuan, tetapi
norma itu dapat
dikembangkan sendiri
oleh guru

5. Penilaian tes

5. Data yang berupa kualitas


dari suatu hasil tes
dikeluarkan oleh pembuat
tes (publisher).

5. Kualitas dari tes dapat


dinilai sendiri oleh guru

4. Syarat-syarat Tes Yang Baik


Suatu tes dikatakan baik apabila memenuhi kriteria-kriteria tertentu sebagai
syarat dalam hal kesesuaian, efisiensi, dan kemantapan suatu tes. Selain itu, tes
yang baik dapat menghasilkan butir tes yang bermutu, sebab butir tes yang
bermutu dapat membantu guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

10

Butir tes yang bermutu juga dapat memberikan informasi dengan tepat
tentang siswa mana yang belum atau sudah mencapai kompetensi yang
ditetapkan. Wainer dan Braun dalam Kusaeri (2012: 74) menyatakan bahwa: Tes
yang baik harus memenuhi tiga karakteristik, yaitu: validitas, reliabilitas dan
usabilitas.
Sedangkan menurut Taruh (2008: 3) mengemukakan bahwa Syarat-syarat
tes yang baik antara lain : a) syarat pertama, adalah setiap alat ukur hanya
mengukur satu dimensi atau satu aspek saja, dengan demikian hal ini berkaitan
dengan validitas, yang berarti sejauh mana ketepatan atau kecermatan suatu alat
ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya, b) syarat kedua, adalah kehandalan
(reliabilitas) dari alat ukur, kehandalan berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran
hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif
sama (konsisten), selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum
berubah.
Dalam hal ini Kusaeri (2012: 73) menambahkan kualitas sebuah tes
tergantung pada seberapa tepat dan akurat hasil ukurannya, seberapa handal
kemampuan tes dalam mengukur dan seberapa praktis tes tersebut dapat
digunakan. Tingkat akurasi hasil pengukuran disebut sebagai validitas tes, tingkat
keajegan atau konsistensi disebut sebagai reliabilitas, serta tingkat kemudahan dan
kepraktisan sebuah tes dalam penggunannya disebut sebagai usabilitas.
Sedangkan menurut Arikunto (2009: 170) menyatakan: Sebuah tes dapat
dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yakni (1)
validitas tes (test validity), (2) reliabilitas tes (test reliability) (3) taraf kesukaran
(difficulty index), (4) daya pembeda (discriminating power), dan (5) Pengecoh
(distractor). Dengan demkian dapat disimpulkan bahwa kriteria tes yang baik
harus memenuhi kriteria, yakni dari segi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
daya pembeda, dan pengecoh yang bersifat obyektif, praktis serta ekonomis.

11

1. Tingkat Kesukaran
Arikunto (2009: 197) mengemukakan bahwa: Soal yang terlalu mudah tidak
merangsang siswa untuk mempertinggi memecahkannya, sebaliknya soal yang
terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Lebih lanjut

Kusaeri, (2012: 174) mengemukakan bahwa: Tingkat kesukaran soal adalah


peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Tingkat kesukaran butir soal tidaklah menunjukkan bahwa butir soal tersebut
baik atau tidak baik. Tingkat kesukaran butir soal hanya menunjukkan butir soal
tersebut sukar atau mudah untuk kelompok peserta tes tertentu. Butir soal hasil
belajar yang terlalu sukar atau terlalu mudah tidak banyak memberikan informasi
tentang butir soal atau kemampuan peserta tes. Oleh karena itu untuk menyusun
naskah ujian sebaiknya digunakan butir soal yang tingkat kesukarannya
berimbang yaitu 25% mudah, 50% sedang, dan 25% sukar (Taruh, 2008: 14).

2. Validitas Tes
Menurut Arikunto (2010: 210) mendefinisikan bahwa: Validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang
tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Lebih lanjut Sukaeri (2012: 75) mengemukakan bahwa: Validitas tes sering
diartikan sebagai sebuah tes yang mampu megukur apa yang hendak diukur.
Menurut Sukardi (2009: 122) menambahkan bahwa: Validitas suatu tes dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (1) validitas isi, ialah derajat dimana
sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur, (2) validitas konstruk,
merupakan derajat yang menunjukan suatu tes mengukur sebuah konstruk
sementara atau hypotetical construct, (3) validitas konkuren adalah derajat dimana
skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat, dan (4)
validitas prediksi, adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat memprediksi

12

tentang bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan
yang direncanakan.

3. Reliabilitas Tes
Kriteria lainnya yang penting lainnya adalah reliabilitas. Menurut Taruh
(2008: 3) bahwa: Reliabilitas ialah kehandalan dari alat ukur, kehandalan berarti
sejauhmana hasilsuatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran
hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif
sama (konsisten), selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum
berubah. Sedangkan Kusaeri (2012: 82) menyatakan bahwa: Reliabilitas merujuk
pada konsistensi dari suatu pengukuran, artinya bagaimana skor tes konsisten dari
pengukuran yang satu ke lainnya.
Lebih lanjut Sukardi (2009: 127)

mengungkapkan bahwa: Suatu tes

dikatakan memiliki reabilitas tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil
yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliable
suatu tes memiliki persyaratan maka semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa
dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama ketika dilakukan tes kembali.

4. Daya Pembeda
Menurut Sukaeri (2012: 175) mengemukakan bahwa: Daya pembeda soal
adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah
menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang belum menguasai materi yang
diujikan. Daya beda soal adalah tingkat kemampuan butir soal yang
membedakan antara kelompok siswa berprestasi tinggi (kelompok atas) dengan
kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah). Dengan kata lain, daya
beda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang menguasai
dengan yang tidak/belum menguasai materi bidang studi yang dinyatakan dalam
soal tersebut.

13

Menurut Taruh (2008: 13) mengemukakan bahwa: Untuk menentukan


jumlah sampel yang akan digunakan dalam menghitung daya beda butir soal yaitu
jika jumlah mahasiswa besar (40 orang atau lebih) maka perlu dibuat pembagian 3
kelompok, yaitu kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah untuk
memudahkan analisis. Kelompok atas dan kelompok bawah masin-gmasing 27%
dari jumlah tersebut, kelompok tengah tidak diikut sertakan dalam analisis butir.
Sedangkan menurut Sudjana (2010: 141) mengemukakan bahwa: Untuk
menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam menghitung daya beda
butir soal yaitu dengan mengambil 27% dari kelompok tinggi dan 27% dari
kelompok rendah. Dengan demikian daya pembeda soal tes merupakan
kemampuan soal tes untuk membedakan antara siswa yang termasuk dalam
kategori atas atau pandai dengan yang termasuk kategori bawah atau kurang
menguasai materi

5. Pengecoh (distractor)
Menurut Kusaeri (2012: 107) mengemukakan bahwa: Pengecoh adalah
jawaban yang tida benar atau kurang tepat, namun memungkinkan seseorang
terkecoh untuk memilihnya apabila ia tidak menguasai materi dengan baik.
Jawaban pengecoh yang terdapat pada soal-soal obyektif atau pilihan ganda yang
digunakan untuk mengecoh siswa sebagai peserta tes. Oleh karena itu jawaban
pengecoh harus diformulasikan sedemikian rupa agar berfungsi dengan baik dan
tepat sasaran.
Dalam hal ini Arikunto (2009: 170) mengatakan bahwa: Distraktor
(pengecoh) dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabilak distraktor tersebut
mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang
memahami konsep atau kurang menguasai bahan. Untuk berfungsi tidaknya
pilihan jawaban (pengecoh), diadakan analisis butir dengan melihat distribusi
jawaban. Suatu pilihan jawaban dapat dikatakan berfungsi apabila :

Paling tidak dipilih oleh 2.5% peserta tes,

Pengecoh lebih banyak dipilih oleh kelompok bawah (Taruh, 2008: 16)

14

Oleh karena itu, guru sebagai pembuat tes perlu mengadakan perbaikan soal
apabila

distraktornya

kurang baik,

atau

bahkan

menggantinya

apabila

distraktornya tidak baik.

5. Kegunaaan Tes Standar dan Tes Buatan Guru


Penilaian bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik,
yang digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar dan
memperbaiki proses pembelajaran. Berikut secara garis besar adapun kegunaan
tes standar sebagai berikut :
a.

Membandingkan prestasi belajar dengan pembawaan individu atau


kelompok.

b.

Membandingkan tingkat prestasi siswa dalam ketrampilan diberbagai


bidang studi untuk individu atau kelompok.

c.

Membandingkan prestasi siswa antara berbagai sekolah atau kelas.

d.

Mempelajari perkembangan siswa dalam suatu periode waktu tertentu.

Sedangkan kegunaan tes buatan guru adalah :


a.

Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran


yang diberikan dalam waktu tertentu.

b.

Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai.

c.

Untuk memperoleh suatu nilai.


Selanjutnya baik tes standar dan tes buatan guru dianjurkan dipakai jika

hasilnya akan digunakan untuk :


1.

Mengadakan diagnosis terhadap ketidakmampuan siswa.

2.

Menentukan tempat siswa dalam suatu kelas atau kelompok.

3.

Memberikan bimbingan kepada siswa dalam pendidikan dan pemilihan


jurusan.

4.

Memilih siswa untuk program-program khusus. (Widoyoko, 2011).


Dari uraian diatas tampak bahwa baik tes standar maupun tes buatan guru

masing-masing mempunyai kegunaan sendiri. Dua macam evaluasi ini saling


mengisi dan saling melengkapi.

15

6. Analisis Butir Soal


Analisis butir soal bukanlah ciri suatu tes yang baik, melainkan suatu
kegiatan yang dapat membantu meningkatkan kebaikan suatu tes. Tujuan utama
analisis butir soal adalah untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas tes itu
sendiri secara keseluruhan, sebab validitas dan reliablitas suatu tes tergantung
pada ciri-ciri butir soal (Mudjijo 2010). Sebuah soal dapat dikatakan baik dengan
melakukan analisis secara kuantitatif yang meliputi pengukuran tingkat
kesukaran, daya pembeda butir soal dan pola jawaban soal.
Analisis butir soal diartikan sebagai penyelidiakan atau penelitian terhadap
suatu bagian dari keseluruhan sesuatu yang harus dijawab oleh peserta didik.
Analisis soal digunakan untuk menilai tes yang telah dibuat baik oleh guru
maupun tes standar yang dibuat oleh tim.
Nana Sudjana mendefinisikan analisis butir soal atau analisis item yaitu
pengkajian pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang
memiliki kualitas yang memadai.
Dari beberapa definisi di atas dapat saya disimpulkan, bahwa analisis butir
soal yaitu suatu proses yang dilakukan untuk menyelidiki,

menelititi dan

mengkaji pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang


memiliki kualitas yang memadai.
Ada 4 cara untuk menganalisis tes buatan guru, yakni :
a.

Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadangkadang dapat diperoleh jawaban tenteng ketidakjelasan perintah atau
bahasa, taraf kesukaran dan lain-lain keadaan soal tersebut.
Pertanyaan tersebut antara lain :
1. Apakah pertanyaan soal untuk tiap topik sudah seimbang ?
2. Apakah setiap soal menanyakan bahan yang telah diajarkan ?
3. Apakah soal yang kita susun tidak merupakan pertanyaan yang
membingungkan (dapat disalahartikan) ?
4. Apakah soal itu tidak sukar dimengerti ?
5. Apakah soal itu dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa ?

b.

Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (terms analysis).


Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis yang akan memberikan
16
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang disusun.
Faedah mengadakan analisis soal :
1.

Membantu kita dalam mengidentifikasi butir-butir soal yang jelek.

2.

Memperoleh

informasi

yang

akan

dapat

digunakan

untuk

menyempurnakan soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut.


3.
c.

Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang kita susun.

Cara ketiga adalah mengadakan cheking validitas. Validitas yang paling


penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler (conten validity).

d.

Cara keempat adalah dengan mengadakan checking reabilita. Salah satu


indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa
kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.
Selain itu, data hasil analisis butir soal juga sangat bermanfaat sebagai dasar

untuk: 1) diskusi tentang efisien hasil tes, 2) kerja remedial, 3) peningkatan secara
umum pembelajaran di kelas, dan 4) peningkatan keterampilan pada konstruksi
tes. Berbagai uraian di atas, menunjukkan bahwa analisis butir soal memberikan
manfaat:
a. menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi dengan baik,
b. meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu tingkat
kesukaran, daya pembeda dan pengecoh soal,
c. merevisi soal yang tidak relevan dengan materi yang diajarkan, ditandai
dengan
d. banyaknya anak yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu.

17

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes standar adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh
lembaga yang khusus menyelenggarakan secara professional. Baik tes standar
maupun tes buatan guru mempunyai kegunaan masing-masing dan saling
melengkapi satu sama lain dalam proses evaluasi. Sebuah tes yang sudah
distandardisasikan dan sudah dapat disebut sebagai tes standar, biasanya
dilengkapi dengan sebuah manual. Sedangkan Tes buatan guru adalah tes yang
didasarkan bahan dan tujuan khusus yang dirumuskan oleh guru untuk kelasnya
sendiri.
Tes buatan guru bersifat temporer, artinya hanya berlaku pada saat tertentu
dan situasi tertentu pula. Pada kesempatan lain belum tentu tes tersebut dapat
digunakan lagi karena mungkin ada perubahan baik bentuk itemnya maupun
kapasitas peserta didiknya.
Tes yang baik harus memiliki beberapa criteria diantaranya harus valid,
reliable, punya daya pembeda, punya daya pengecoh dan dan memperhatikan
tingkat kesukaran. Hasil tes perlu dilakukan analisis butir soal untuk memperbaiki
kualitas tes yang akan digunakan untuk masa yang akan datang.

B. Saran
Tes standar dan tes buatan guru merupakan tes yang sangat penting dalam
menguji atau memberikan evaluasi terhadap siswa. Sehingga sebaiknya dalam
melaksanakan tes, lebih banyak tes yang dibuat oleh guru karena guru yang lebih
mengetahui kempampuan murid dan situasi kelasnya.
Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan di atas penulis menyarankan
agar semua guru dapat memperhatikan prosedur penulisan tes dengan baik
sehingga tes yang dihasilkan seorang guru dapat menilai apa yang akan dinilai
dalam proses pembelajaran sehingga kualitas penilaian lebih tinggi dan secara
tidak langsung berdampak pada kualitas pendidikan.
18

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi


Aksara
Brown, G, Frederick. 1976. Testing and Measurement. Jakarta. National
Education Planning, Evaluation and Curriculum Development.
Kusaeri, Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Mudjijio. 2010. Sistem Pengajaran. Jakarta; Kanisius.
Nurkancana, W. dan P.P.N. Sumartana. 1986 Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional
Purwanto. (2010). Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar.
Purwanto. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rusyana, Yus. (1993). Hasil Belajar. Bandung: Bumi Aksara
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rinneka
Cipta.
Sukardi (2009) . Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Taruh, Enos. (2008). Konsep Diri Dan Motivasi Berprestasi Dalam Kaitannya
Dengan Hasil Belajar. Gorontalo. Jurnal penelitian dan pendidikan.

Tuckman, Bruce W. (1995). Conducting Educational Research. New York:


Harcourt Brace Javonovich, Inc.
Widoyoko. (2011). Teori Belajar. Surabaya: University Press.

Anda mungkin juga menyukai