Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENGERTIAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK DAN


PENTINGNYA DAN MANFAAAT MEMPELAJARINYA BAGI PESERTA
DIDIK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah perencanaan pengajaran

Dosen Pengampu : Ineng Irma Rizkillah, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 1

Muhammad Kukuh Wibawa (20201A1H095)

Nurfatnah (2021A1H113)

Neli Andriani (2021A1H099)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2023
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


B. Landasan dan Prinsip Pengembangan KTSP
C. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
D. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP)
E. Pengenmbangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
F. Komponen-Komponen KTSP

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, Yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada saya, sehingga dapat menyeselesaikan
Makalah Kurikulum Pendidikan.
Makalah Kurikulum Pendidikan ini berjudul KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN ( KTSP ) Makalah ini diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Kurikulum Pendidikan.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Demikian kata pengantar ini saya buat dan kami berharap semoga
Makalah Kurikulum Pendidikan ini mengenai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( KTSP ) dapat menambahkan pengetahuan dan dapat dipelajari
dengan baik. Akhir kata saya ucapkan terima kasih..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu aspek penting dalam konteks pendidikan di manapun
adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan,
baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan
kepala sekolah. Kurikulum dibuat secara sentralistik, oleh karena itu setiap
satuan pendidikan diharuskan untuk melaksanakan dan
mengimplementasikannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis yang disusun oleh pemerintah pusat.
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan
kurikulum yang saat ini sedang hangat dibicarakan dimana-mana.
Kurikulum ini mulai diberlakukan secara bertahap sejak tahun ajaran 2006
yang memberikan keleluasaan kepada guru dan sekolah (lembaga tingkat
satuan pendidikan) untuk mengembangkannya yaitu untuk menggerakkan
mesin utama pendidikan yakni pembelajaran. Dengan adanya kurikulum
ini, pembelajaran dapat lebih disesuaikan dengan kondisi di setiap daerah
bersangkutan, tetapi dalam prakteknya sebagian besar guru masih belum
memahami tentang pembelajaran dengan penggunaan kurikulum KTSP.
Oleh karena itu, sebagai calon guru, paling tidak harus mengetahui konsep
dasar tentang KTSP. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep
dasar KTSP yang berisi tentang pengertian, komponen-komponen serta
landasan penyusunan KTSP.
Namun Seringkali kurikulum dijadikan objek penderita, dalam
pengertian bahwa ketidakberhasilan suatu pendidikan diakibatkan terlalu
seringnya kurikulum tersebut berubah. Padahal, seharusnya dipahami
bahwa kurikulum seyogyanya dinamis, harus berubah mengikuti
perubahan yang terjadi dalam masyarakatnya.
Pada tahun ajaran 2005/2006 setelah diberlakukannya kurikulum berbasis
kompetensi, setahun kemudian yaitu pada tahun ajaran 2006/2007 di
terbitkan kebijakan baru mengenai pemberlakuan pengorganisasian
kurikulum yang dikenal dengan istilah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan), dengan batas akhir penerapan di sekolah pada tahun ajaran
2009/2010.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ?
2. Landasan dan Prinsip Pengenmbangan KTSP?
3. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
4. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
5. Pengembangan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan(KTSP)?
6. Kompenen-Kompenen KTSP?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari KTSP itu sendiri serta dapat
mengetahui landasan prinsip, tujuan, karakteristik, pengembangan dan
komponen-komponen KTSP dan dapat memahami tentang KTSP.
D.
BAB II

PEMBAHASAN

G. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan
penyesuaian dengan gerak perkembangan ilmu pengetahuan modern dan
inovasi teknologi maju, sehingga tetap relevan dan konstektual dengan
perubahan jaman, Pendidikan bertugas untuk menyiapkan peserta didik
agar dapat mencapai peradapan yang maju melalui perwujudan suasana
belajar yang kondusif, aktivitas pembelajaran yantg menarik dan
mencerahkan, serta proses pendidikan yang kreatif. Dengan demikian,
peserta didik dapat belajar secara terus menerus agar beriman dan
bertakwa serta berakhlak mulia, mampu menggali ilmu pengetahuan dan
menguasai teknologi, memiliki etika dan kepribadian tangguh, dan kaya
ekspresi estetika dalam merespon perubahan dan perkembangan
masyarakat dalam perspektif persaingan global, tanpa kehilangan jati diri
sebagai bangsa yang berdaulat.
Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini
menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan,
dan strateginya agar sesuai dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan
jaman. Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam
system makro, meso, maupun mikro, demikin hlnya dalam system
pendidikan. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat
local, nasional, maupun global.
Salah satu komponen penting dari system pendidikan tersebut
adalah kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan
yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola
maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Dalam
era otonomi dan desentralisasi, system pendidikan nasional dituntut untuk
melakukan berbagai perubahan, penyesuaian, dan pembaharuan dalam
rangka mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis, yang
member perhatian pada keberagaman dan mendorong partisipasi
masyarakat, tanpa kehilangan wawasan nasional.
Dalam konteks ini, pemerintah bersama dengan DPR-RI telah menyusun
UU No.20/2003 tentang system Pendidikan Nasional sebagai perwujudan
tekad dalam melakukan reformasi pendidikan untuk menjawab berbagai
tantangan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara di era
persaingan global
Dalam sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan isi dan lahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar. Menurut Hamalik (2006:13) rumusan ini lebih spesifik yang
mengandung pokok-pokok pikiran, sebagai berikut:
1. Kurikulum merupakan suatu rencana atau perencanaan.
2. Kurikulum merupakan pengaturan, berarti mempunyai sistematika dan
struktur tertentu.
3. Kurikulum memuat/berisikan isi dan bahan pelajaran, menunjuk
kepada perangkat mata ajaran atau bidang pengajaran tertentu.
4. Kurikulum mengandung cara, atau metode atau strategi penyampaian
pengajaran.
5. Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar.
6. Kendatipun tidak tertulis, namun telah tersirat di dalam kurikulum,
yakni kurikulum dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
7. Berdasarkan butir maka kurikulum sebenarnya adalah suatu alat
pendidikan.

KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih


familier dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diharapkan
memiliki tanggungjawab yang lebih memadai. Penyempurnaan kurikulum
yang berkelanjutan merupakan keharusan agar system pendidikan
nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga sejalan dengan
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sikdinas pasal 35 dan 36
yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan
sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan, yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat
setempat, dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah,
atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat
satuan pendidikan dan silabus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan
standar kompetensi kelulusan, dibawah supervise dinas kabupaten/kota
yang bertanggungjawab di bidang pendidikan SD, SMP, SMA dan SMK,
serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama
untuk MI, MTs, MA, dan MAK (Mulyasa,E: 2006;8)

Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tersebut


mengisyaratkan bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan,
satuan pendidikan mempunyai hak untuk mengembangkan dirinya sesuai
dengan kondisi sekolah. Kelemahan dan kekuatan masing-masing sekolah
hendaknya dapat menjadi sebuah peluang dalam pengembangan
pendidikan sesuai potensi daerah.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan,


dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP ).
Sebagaimana panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh BSNP, KTSP
memiliki empat komponen yaitu:
1) Tujuan Pendidikan,
2) Struktur dan muatan KTSP,
3) Kalender pendidikan dan
4) Silabus dan RPP.abus dan RPP.
1. Konsep Dasar KTSP
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15)
dikemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan.
Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi
dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
36 ayat 1, dan 2 sebagai berikut:
a. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai
berikut:
a. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan
pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta social
budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
b. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan
kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan,
dibawah supervise dinas pendidikan kabupaten/kota, dan
departemen agama yang bertanggungjawab di bidang
pendidikan.
c. KTSP untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing
perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan KTSP merupakan strategi pengembangan
kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif,
produktif, dan berprestasi.

KTSP merupakan paradigma baru pengembangan


kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan,
dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi
diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki
keleluasaan dalam megelola sumber daya, sumber dana,
sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum


yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan
pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan.
Pemberdayaan sekolah dan satauan pendidikan dengan
memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan
sikap tanggap pemerintah terhadap tuntunan masyarakat juga
merupakan sarana peningkatan kualitas, efisisen, dan
pemerataan pendidikan.

KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan


yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan
pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
potensi, tuntunan, dan kebutuhan masing-masing. Otonomi
dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran merupakan
potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dan staf
sekolah, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok
terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
pendidikan, khususnya kurikulum.

Pada sistem KTSP, sekolah memiliki “full authority and


responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran
sesuai dengan visi, misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut
untuk mengembangkan strategi, menentukan prioritas,
megendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan
lingkungan sekitar, serta mempertanggunngjawabkannya
kepada masyarakat dan pemerintah.

Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh


guru, kepala sekolah, serta Komite Sekolah dan Dewan
Pendidikan. Badan ini merupkan lembaga yang ditetapkan
berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi
pendidikan pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD),
pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan,
perwakilan orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat.
Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan sekolah
berdasarkan ketentuan-ketentua tentang pendidikna yang
berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu menetapkan visi,
misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya
terhadap program-program kegiatan opersional untuk mencapai
tujuan sekolah.

H. Landasan dan Prinsip Pengembangan KTSP


1. Landasan
Sekolah sebagai pusat pengembangan budaya tak terlepas dari
nilai-nilai budaya yang dianut oleh suatu bangsa. Bangsa Indonesia
memiliki nilai-nilai budaya yang bersumber dari Pancasila, sebagai
falsafah hidup berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai itu meliputi:
religius, kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai
ini dijadikan dasar filosofis dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Secara yuridis KTSP ini dikembangkan berdasarkan:
a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat 2 “Kurikulum pendidikan
dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya
oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota
untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan
menengah”.
b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat 2 “Kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik”.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor
19 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 17
Ayat 1 “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI/SDLB,
SMP/MTs./SMPLB, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK, atau
bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya
masyarakat setempat, peserta didik”.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor
6 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendiknas Nomor 24
Tahun 2006 “Satuan pendidikan dapat mengadopsi atau
mengadaptasi model Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang disusun


oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional bersama unit terkait”. Pedagogi yang dijadikan landasan
dalam pengembangan KTSP ini memandang bahwa pembelajaran
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mampu mengembangkan potensinya secaramaksimal dengan
suasana lingkungan sekolah yang kondusif, demokratis, dan
merdeka. Sekolah sebagai bagian dari masyarakat tidak terlepas
dari lokus, kewaktuan, kondisi sosial dan budaya. Kekuatan dan
kelemahan dari hal-hal ini akan menjadi pertimbangan dalam
penentuan Struktur Kurikulum sekolah.

2. Prinsip pengembnamgan KTSP


Dalam pendidikan, berbagai analisis menunjukan bahwa
pendidikan nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada berbagai
krisis yang perlu mendapat penanganan secepatnya, diantaranya
berkaitan dengan masalah relevansi, atau kesesuaian antara pendidikan
dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan. Dalam kerangka
inilah pemerintah menggagas KTSP, sebagai tindak lanjut kebijakan
pendidikan dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi. KTSP
merupakan kurikulum operasional yang pengembangannya diserahkan
kepada daerah dan satuan pendidikan. Dengan demikian, melalui
KTSP ini pemerintah berharap jurang pemisah yang semakin
menganga antara pendidikan dan pembangunan, serta kebutuhan dunia
kerja dapat segera teratasi (Mulyasa, 2006:16)
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dikembangkan oleh
setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan
supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk
pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada S1 dan
SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang
disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite
sekolah atau madrasah. Beberapa hal yang perlu dipahami dalam
kaitannya dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah sebagai berikut:
1. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan,
potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat
setempat dan peserta didik.
2. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikilum tingkat
satuan pendidikan dan sibusnya berdasarkan kerangka dasar
kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervise
dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang
bertanggung jawab di bidang pendidikan.

Desentralisasi pendidikan menempatkan sekolah sebagai garis


depan dalam berperilaku untuk mengelola pendidikan. Desentralisasi
juga memberikan apresiasi terhadap perbedaan kemampuan dan
keberanekaragaman kondisi daerah dan rakyatnya. Perubahan
paradigma sistem pendidikan membutuhkan masa transisi. Reformasi
pendidikan merupakan realitas yang harus dilaksanakan, sehingga
diharapkan para pelaku maupun penyelenggara pendidikan harus
proaktif, kritis, dan mau berubah.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dirancang oleh


masing-masing satuan pendidikan ditujukan untuk menciptakan
tamatan yang kompeten dan cerdas dalam rangka bertahan hidup
menghadapi perubahan tantangan dan ketidakpastian dengan harapan
agar dapat memberikan dasar-dasar hidup pengetahuan, keterampilan,
pengalaman belajar yang dapat membangun integritas social serta
mewujudkan karakter nasional.

Selanjutnya Mulyasa (2007: 8-9) mengemukakan bahwa “Guru


memiliki peranan yang sangat strategis dalam menentukan
keberhasilan pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran,
serta membentuk peserta didik”. Kehadiran KTSP diharapkan dapat
memberikan angin segar bagi perkembangan sekolah dan
perkembangan iklim akademis. Semangat KTSP sejalan dengan
kebutuhan dan tantangan perkembangan di era reformasi. Namun,
tidak sedikit pula kendala yang dapat menghadang terlaksananya
KTSP.
Asumsinya, KTSP akan berkembang ditangan satuan pendidikan
yang memiliki sumberdaya manusia yang memadai. Pengembangan
silabus bukanlah hal yang mudah, jika tidak boleh dikatakan amat sulit
bagi guru. Untuk sekedar dapat mengembangkan silabus bermutu
dibutuhkan penguasaan materi dan kemampuan pedagogi yang tinggi
dan juga waktu. Selain pengembangan KTSP merupakan hal baru bagi
guru, kesulitan lain pengembangan KTSP adalah karena rendahnya
kualitas guru. Guru selama ini berperan sebagai pelaksana kurikulum
sehingga tak mudah mengubah paradigma berpikir guru sebagai
pelaksana kurikulum menjadi pengembang sekaligus pelaksana
kurikulum.

Pengembangan KTSP ini berpedoman pada prinsip-prinsip berikut:


a. Berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan
dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta
didik, dan tuntutan lingkungan, serta budaya dan karakter
bangsa. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran
berpusat pada peserta didik.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis
pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap
perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen
muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri
secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antara substansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan seni; Kurikulum dikembangkan atas dasar
kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi
kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan; Pengembangan
kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi
pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia
kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan; Substansi kurikulum
mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan  disajikan
secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat;Kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan
keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,nonformal,
dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan
lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional
dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan
nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI).

C. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Sebagai program pendidikan yang telah direncanakanis sifat dari


masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai institusi social
dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan paling tidak
tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan
konservatif, peranan kritis atau evaluatif dan peranan kreatif. Ketiga
peranan ini sama penting dan perlu dilaksanakan secara seimbang.

Ketiga peran kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang,


atau dengan kata lain terdapat keharmonisan diantara ketiganya.
Dengan demikian, kurikulum dapat memenuhi tuntutan waktu dan
keadaan dalam membawa siswa menuju kebudayaan masa depan
(Hamalik, 2007: 12).

Pengembangan kurikulum yang mendukung efisiensi


penyelenggaraan pendidikan ditandai dengan fleksibilitas kurikulum
yang dapat diakses oleh peserta didik dan oleh karenanya
dikembangkan kurikulum berdevirsivikasi, baik pada tingkat satuan
pendidikan secara terbuka dan polivalen, selain bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan (Hamalik,
2007:4)

KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam


pengembangan kurikulum dalam koteks etonomi daerah yang sedang
digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu menurut E. Mulyasa (2006)
KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan, terutama
berkaitan dengan tujuh hal sebagai berikut:

a. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan


ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan
lembaganya.
b. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam
proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan peserta didik.
c. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok
untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang
paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
d. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi
yang sehat, serta lebih efektif dan efisien bilamana dikontrol oleh
masyarakat setempat.
e. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-
masing.
f. Pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada
umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk
melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.
g. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-
sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-
upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik,
masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.
h. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan
lingkungan yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasikan
dalam KTSP
Pendidikan harus terus menerus melakukan adaptasi dan
penyesuaian dengan gerak perkembangan ilmu pengetahuan
modern dan inovasi teknologi maju, sehingga tetap relevan dan
kontekstual dengan perubahan zaman. Pendidikan bertugas untuk
menyiapkan peserta didik agar dapat mencapai peradaban yang
maju melalui perwujudan suasana belajar yang kondusif, aktivitas
pembelajaran yang menarik dan mencerahkan, serta proses
pendidikan yang kreatif. Dengan demikian, peserta didik dapat
belajar secara terus menerus agar beriman dan bertakwa serta
berakhlak mulia, mampu menggali ilmu pengetahuan dan
menguasai teknologi, memiliki etika dan kepribadian tangguh, dan
kaya ekspresi estetika dalam merespons perubahan dan
perkembangan masyarakat dalam perspektif persaingan global,
tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa yang berdaulat.

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk


memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan
diterapkannya KTSP adalah untuk:

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif


sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
mengembangankan kurikulum melalui pengembalian keputusan
bersama.
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan
yang akan dicapai. Memahami tujuan di atas, KTSP dapat
dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam
pengembangan kurikulum dalam konteks perlu diterapkan oleh
setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuh hal
sebagai berikut:

a. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang,


dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia
untuk memajukan lembaganya.
b. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya,
khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan
didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
c. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih
cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak
sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya.
d. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan
demokrasi yang sehat, serta lebih efisien dan efektif
bilamana dikontrol oleh masyarakat sekitar.
e. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan
masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik,
dam masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan
berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan
mencapai sasaran KTSP.
f. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan
sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan
melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua
peserta didik,  masyarakat, dan pemerintah daerah
setempat.
g. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat
dan lingkungan yang berubah dengan cepat, serta
mengakomodasikan nya dalam KTSP.

D. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP)

1. KTSP menganut prinsip fleksibilitas. Setiap sekolah diberi


kebebasan menambah empat jam tambahan pelajaran setiap
minggunya, yang bisa diisi dengan apa saja baik pelajaran wajib
atau pun muatan lokal. Namun perlu diingat bahwa fleksibilitas ini
harus diimbangi dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing
sekolah serta pemenuhan standar isi seperti yang telah digariskan
oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
2. KTSP membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk
mengubah kebiasaan bergantung pada birokrat. Hal ini menjadi
peluang bagi sekolah untuk bisa mandiri tidak hanya dalam
manajemen sekolah, tetapi juga rutinitas akademis. Hal ini
memang perlu waktu lama, karena selama ini sekolah sudah
terbiasa diatur/disiapkan oleh pemerintah.
3. Guru kreatif dan siswa aktif. Meskipun kurikulum 1994 sudah
menghendaki guru untuk kreatif, hanya saja guru masih dibatasi
untuk mengajar apa yang sudah ditetapkan dalam kurikulum.
Sementara dalam kurikulum 2004 atau KBK, siswa dituntut lebih
kreatif. Guru mendorong siswa untuk bisa memberikan feedback
dalam setiap pembelajaran. Dan KTSP menggabungkan keduanya.
4. KTSP dikembangkan dengan menganut prinsip diversifikasi.
Artinya, dalam kurikulum ini standar isi dan standar kompetensi
lulusan yang dibuat BSNP dijabarkan dengan memasukkan muatan
lokal. Dengan demikian, sekolah juga turut berperan sebagai
makelar kearifan lokal. Kegagalan kurikulum selama ini antara lain
disebabkan oleh penyeragaman dari sabang sampai merauke,
padahal masing-masing daerah memiliki potensi yang berbeda,
sehingga menyebabkan kurikulum nasional tidak operasional.
Dengan kata lain, melalui KTSP diharapkan adanya keseimbangan
antara kepentingan nasional dan daerah.
5. KTSP sejalan dengan konsep desentralisasi pendidikan dan
manajemen berbasis sekolah. Kini, komite sekolah harus “turun
gunung” bersama guru dalam mengembangkan kurikulum. Karena
selama ini guru hanya mengikuti petunjuk teknis dan pelaksanaan
yang disiapkan oleh birokrat Depdiknas. Melalui KTSP sekolah
memiliki ruang untuk bermitra dengan berbagai pemangku peran
pendidikan seperti, industri, pariwisata, petani, nelayan, dan
organisasi atau profesi lainnya untuk kepentingan kurikuler.
6. KTSP bergama dan terpadu. Walaupun sekolah diberi otonomi
dalam pengembangannya, akan tetapi ujian nasional harus tetap
diadakan oleh setiap sekolah. Ujian nasional (UN) ini penting demi
pemetaan kemampuan, bukan penentu kelulusan siswa. Sekolah
sekali lagi diberikan kebebasan untuk menetukan kriteria kelulusan
masing-masing.

KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum


dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah yang
dimuat dalam UU no.32/2004 tentang otonomi daerah. Undang-
undang tersebut akan memberikan wawasan baru terhadap system
yang sedang berjalan selama ini. Hal ini diharapkan dapat membawa
dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah,
khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Karakteristik
KTSP bisa diketahui antara lain:

a. Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan.


KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat.
b. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi. Dalam KTSP,
pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi masyarakat
dan orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik
dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui
bantuan keuangan tetapi melalui komite sekolah dan dewan
pendidikan merumuskan sert mengembangkan program-
program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Kepemimpinan yang demokratis dan professional. Dalam
KTSP, pengembangan dan pelaksanaan kurikulum didukung
oleh adanya kepemimpinan sekolah yng demokratis dan
profesioanal. Kepala sekolah dan guru- guru sebagai tenaga
pelaksana kurikulum merupakan orang-orang yang memiliki
kemampuan dan integritas profesioanal. Dlm proses
pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan
proses “bottom-up” secara demokratis, sehingga semua pihk
memiliki tanggung jawb terhadap keputusan yang diambil
beserta pelaksanaannya.
d. Tim kerja yang kompak dan transparan. Dalam KTSP,
keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran
didukung oleh kinerja tem yang kompak dan transparan dari
berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan.
(Mulyas,2006;hal.29).

E. Pengenmbangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pengembangan KTSP selain didasari pada prinsip tersebut di atas,


namun juga didasari pada acuan operasional penyusunannya, yang
meliputi:

1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia


Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar
pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum
disusun yang memugkinkan semua mata pelajaran dapat
menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.

2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan


tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan
keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional,
spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan
keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum
harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan
yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional Pengembangan
kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan
pembangunan daerah dan nasional.
5. Tuntutan dunia kerja Kurikulum harus memuat kecakapan
hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan
kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan Seni
Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni 
7. Agama Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan
toleransi dan kerukunan umat beragama, dan memperhatikan
norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah.
8. Dinamika pengembangan Global Kurikulum harus
dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing secara
global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain.
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Kurikulum harus
mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan
nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat Kurikulum harus
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial
budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian
keragaman budaya.
11. Kesetaraan gender Kurikulum harus diarahkan kepada
pendidikan yang Berkead tumbuh kembangnya kesetaraan
gender.
12. Karakteristik satuan Pendidikan Kurikulum harus
dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan
ciri khas satuan pendidikan.ilan dan mendorong

F. Komponen-Komponen KTSP
1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan. Setiap tingkat
satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki tujuan
pendidikan.
2. Struktur dan Muatan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Muatan KTSP meliputi sejumlah
mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan
beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan.
3. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun
kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah,
karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat,
dengan memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang
dimuat dalam standar isi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan
bahwa yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan atau
diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Atau dapat pula
diartikan bahwa perkembangan merupakan pola perkembangan individu
yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan
bersifat involusi ( Santrok Yussen. 1992).
Dengan mempelajari perkembangan peserta didik kita sebagai
calon guru akan memperoleh beberapa keuntungan. Pertama, kita akan
mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta didik, misalnya akan
diketahui pada umur berapa peserta didik mulai berbicara dan mulai
mampu berpikir abstrak atau akan diketahui pula pada umur berapa peserta
didik tertentu akan memperoleh keterampilan perilaku dan emosi khusus.
Kedua, pengetahuan tentang perkembangan peserta didik akan membantu
kita untuk merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari
peserta didik. Ketiga, pemahaman tentang perkembangan peserta didik
akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan
yang normal. 
B. Saran
Dalam menguraikan masalah tersebut penulis menyadari banyak
sekali kekurangannya. Untuk itu penyusun mengharapkan kepada
pembaca untuk meneliti dan mengkaji kembali hal-hal yang berhubungan
dengan masalah ini, supaya para pembaca mendapat wawasan yang lebih
luas. Selain itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan sarannya untuk
perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Affandi Muhammad dan Badruddin. (2011). Perencanaan Pembelajaran Di


Sekolah Dasar. Bandung: Alfabeta, cv

Hamalik, Oemar. (2004). Implementasi Kirikulum (Hand out) PPS Universitas


Pendidikan Indonesia

Mansur Muslih. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan


Konstektual. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 29.

Mulyasa.(2009). Kurikulum Yang Disempurnakan. Bandung: Rosda Karya. hlm.


65.

Mulyasa.(1997). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosda Karaya. hlm. 19.

Mulyasa, Enco. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan


Praktis. Bandung. Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai