MODUL 2
Disusun oleh
KELAS E
S1 PGSD/Bidang Ilmu
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang mana telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pengembangan Tes Hasil Belajar” ini tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini kelompok 2 banyak mendapat masukan dan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Oleh karena itu,
kami banyak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Terutama kami sampaikan terima kasih kepada tutor mata kuliah
Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran di SD Ibu Sri Sofianty, S.Pd, M.Pd.
Terlepas dari semuanya, kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Pengembangan Tes Hasil Belajar dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca.
Palembang, April 2022
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………. 1
C. Tujuan …………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Keunggulan dan Kelemahan Tes ………………………………………….. 2
B. Mengembangkan Tes ………………………………………….. 5
C. Perencanaan tes …………………………………………..
9
BAB III PENUTUP ………………………………………………………...... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pengembangan tes hasil belajar adalah langkah paling awal dan paling menentukan
dalam pengembangan seperangkat tes belajar. Mengembangkan tes sebagai instrumen
asesmen proses dan hasil belajar adalah menyusun alat ukur suatu gejala yang bersifat
abstrak yaitu pemahaman dan penguasaan anak terhadap materi yang berupa seperangkat
kompetensi dipersyaratkan, dan dalam kenyataan di lapangan sebagian besar tenaga
pengajar memang menggunakan teknik tes sebagai upaya untuk mengukur hasil belajar
tersebut. Karena demikian seringnya pengajar menyusun tes hasil belajar, justru sering
menimbulkan kecerobohan, karena menganggap hal ini sebagai hal yang sudah
biasa/umum dilakukan, dan kurang perlu mempersiapkannya secara cermat. Padahal
penyusunan tes, sangat besar pengaruhnya terhadap siswa yang akan mengikuti tes, untuk
mengurangi kesalahan dalam pengukuran maka tes harus direncanakan secara cermat.
Setiap alat ukur yang hendak digunakan untuk mengukur (termasuk tes hasil belajar),
harus dipastikan kemampuannya untuk mengukur secara baik. Oleh karenanya tes hasil
belajar harus dibuat dengan prosedur pengembangan yang menjamin dapat diperoleh
kualitas tes hasil belajar yang baik. Dari tes hasil belajar yang baik dapat diukur dan
dikumpulkan data hasil belajar yang baik. Keputusan penilaian hasil belajar dilakukan
berdasarkan hasil pengukuran menggunakan tes hasil belajar. Ketepatan penilaian sangat
tergantung kepada akurasi hasil pengukuran tes hasil belajar. Akurasi hasil pengukuran
tergantung pada kecermatan tes hasil belajar melakukan pengukuran. Untuk itu guru
penilai harus memiliki keterampilan mengembangkan alat ukur pengumpulan data hasil
belajar berupa tes hasil belajar.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini dibuat, yaitu :
1
1. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan tes.
2. Untuk mengetahui cara mengembangkan tes.
3. Untuk mengetahui perencanaan tes.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tes Objektif
1. Keunggulan Tes Objektif
Tepat digunakan untuk mengukur proses berfikir rendah sampai dengan
sedang (ingatan, pemahaman, penerapan).
Semua atau sebagian besar materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan
saat ujian sehingga semua atau sebagian besar tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dalam Satuan Pembelajaran (SP) Ataupun dalam Rancangan
Pembelajaran (RP) dapat diukur ketercapaiannya.
Pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan
konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan
pasti.
Dengan tes objektif khususnya pilihan ganda, akan
memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal. Dari hasil analisis butir
soal maka kita akan dapat memperbaiki atau merevisi butir soal sehingga
akan menjadi lebih baik.
Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan. Dengan menggunakan tes
objektif khususnya pilihan ganda maka kita dapat mengendalikan tingkat
kesukaran butir soal hanya dengan mengubah homogenitas alternatif
jawaban/
Informasi yang diperoleh lebih kaya. Jika tes objektif di konstruksi dengan
baik maka kita akan memperoleh informasi yang banyak dari respon yang
diberikan oleh siswa.
3
2. Kelemahan Tes Objektif
Butir soal yang ditulis cenderung mengukur proses berpikir rendah.
Membuat pertanyaan tes objektif yang lebih baik lebih sukar sehingga
membutuhkan waktu lebih lama.
Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca
dan menerka. Jika tes objektif tidak dikonstruksi dengan baik akan sukar
dipahami oleh siswa maka kesalahn anak dalam menjawab butir soal dapat
terjadi karena anak tidak memahami kalimat dalam butir soal.
Anak tidak dapat mengorganisasikan, menghubungkan, dan menyatakan
idenya sendiri karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan
sudah diberikan oleh penulis soal.
B. Tes Uraian
1. Keunggulan Tes Uraian
Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi. Artinya
mengajarkan proses berpikir tinggi (analisis, evaluasi, dan kreasi) maka
untuk mengukurnya akan lebih tepat jika menggunakan tes uraian.
Tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang
tidak dapat diukur dengan tes objektif. Tes uraian dapat mengukur
keterampilan menulis, kemampuan dalam menghasilkan, mengorganisasi,
dan mengekspresikan ide atau gagasan, serta kemampuan dalam membuat
rancangan penelitian.
4
Waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes uraian lebih cepat daripada
waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif.
Menulis tes uraian yang baik relatif lebih mudah dari pda menulis tes
objektif.
Pemberian skor yang kurang objektif dan kurang konsisten dapat disebabkan
karena beberapa hal, antara lain:
1) Adanya Hallo Effect
Menurut Chanse; Spandel, dan Stiggins seperti dikutip oleh Hopkins dkk.
(1990), jika anda memeriksa jawaban siswa tidak dengan menutup nama siswa
maka hallo effect menjadi problem serius dalam pemeriksaan tersebut.
2) Adanya efek bawan (Carry Over Effect)
Carry Over Effect merupakan kondisi dimana pada saat anda memeriksa
jawaban tes uraian siswa, efek atau kondisi tersebut masih terbawa dan
mempengaruhi anda pada saat anda memeriksa jawaban siswa berikutnya. Efek
bawaan ini menjadi masalah serius dalam pemerikasan hasil tes uraian. (Bracht,
Daly and Dickson-Mrkman seperti di kutip oleh Hopkins dkk, (1990).
3) Efek urutan pemeriksaan (Order Effect)
Urutan pemeriksaan hasil tes uraian ternyata berpengaruh terhadap
pemberian skor. Bracht, Coffmann, dan Kurfman; Godsalk, dkk seperti dikutip
oleh Hopkins dkk (1990) bahwa hasil tes siswa yang diperiksa di awal cenderung
5
diberi skor lebih tinggi dari hasil tes siswa yang diperiksa mendekati akhir.
4) Pengaruh penggunan bahasa
Scannell dan Marshall; Marshall dan Powers; Chase seperti dikutip oleh
Hopkins dkk (1990) bahwa pada saat pemeriksaan memeriksa jawaban tes uraian
siswa ternyata skor yang diberikan tidak hanya diberikan berdasarkn kualitas isi
jawaban siswa tetapi juga dipengaruhi oleh penggunaan bahasa, kesalahan ejaan,
pembentukan kalimat, kesalahan tanda baca, dan kesalahan struktur kalimat.
5) Pengaruh tulisan tangan
Baik buruknya tulisan tangan siswa ternyata mempunyai kontribusi yang
signifikan terhadap skor yang diperoleh siswa. Kualitas tulisan yang bagus
cenderung diberi skor lebih tinggi daripada kualitas tulisn tangan yang jelek.
6
6. Upaya menghindari order effect adalah dengan berhenti memeriksa jika sudah
merasa lelah dalam memeriksa.
B. Tes Uraian
1. Uraian Terbatas
2. Uraian Terbuka
Contoh:
Perintah: lingkarilah huruf B jika pernyataandibawah ini benar dan S jika salah
1. B – S : ikan bernapas dengan insang
2. B – S : luas empat persegi panjang adalah panjang kali lebar
3. B – S : logam jika dipanaskan akan memuai
4. B – S : hukum Newton I menyatakan bahwa setiap benda akan bergerak lurus
beraturan atau diam jika tidak ada resultante gaya yang bekerja pada benda tersebut
7
Kelemahan : probabilitas siswa dalam menebak jawaban sangat tinggi 50% jadi
kemungkinan untuk menjawab benar atau salah adalah sama.
Tes menjodohkan merupak tes objektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama
merupakan pokok soal atau disebut dengan premis, sedangkan kolom kedua adalah kolom
jawaban atau disebut dengan respon. Siswa diminta untuk menjodohkan pertanyaan –
pertanyaan yang ada pada kolom pertama dengan jawaban yang ada pada kolom kedua.
Contoh:
Kolom Pertama kolom Kedua
1. Candi Borobudur a. Kalimantan Tengah
2. Istana maimun b. Sumatera Selatan
3. Astana Giri Jaya c. Sumatera Barat
4. Kerajaan Majapahit d. DIY
Tes Objektif jenis pilihan ganda ini merupakan jenis tes objektif yang paling banyak
digunakan disekolah.konstruksi tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian yaitu pokok soal
(stem) dan alternatif jawaban (option). Satu diantara alternatif jawaban tersebut adalah
jawaban yang benar atau yang paling benar ( kunci jawaban) sedangkan alternative jawaban
yang benar atau yang paling benar (kunci jawaban) sedangkan alternatif jawaban yang lain
berfungsi sebagai pengecoh (distractor).
Ada lima ragam tes pilihan ganda yang sering digunakan yaitu:
a. Melengkapi pilihan
b. Hubungan antar hal
c. Analisis kasus ragam
d. Ganda kompleks
e. Membaca diagram tabel atau grafik
8
1. Kaliamat atau pernyataan harus dapat ditentukan dijawab benar atau salah.
2. Hindari penulisan butir soal B – S yang hanya mengukur hasil belajar yang
tidak mengulur kompetensi tetapi konstruksi butir soal B – S yang dapat
mengukur hasil belajar yang lebih penting dan bermakna.
3. Upayakan butir soal B – S menguji hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar
ingatan.
4. Hindari penggunaan kata negatif apalagi pernyataan negatif ganda.
5. Hindari penggunmaan kalimat yang terlalu kompleks
6. Pernyataan yang benar dan pernyataan yang salah harus dibuat seimbang
dalam hal panjang pendeknya kalimat.
7. Jumlah jawaban untuk penyataan yang benar hendaknya seimbang dengan
jumlah pernyataan yang salah dan urutan jawaban yang benar dan salah
hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga siswa tidak mudah untuk
menebak.
c. Beberapa saran yang layak diperhatikan dalam penelitian tes pilihan ganda
1. Inti permasalahan yang akan ditanyakan harus dirumuskan dengan jelas pada
pokok soal.
2. Hindari pengunaan kata yang sama pada alternatif jawaban.
3. Hindari penggunaan kata berlebihan pada pokok soal.
9
4. Alternatif jawaban yang sediakan hendaknya logis, homogen baik dari segi
materi atau panjang pendeknya kalimat,dan pengecoh menarik untuk pilihan.
5. Dalam merumuskan pokok soal, hindari adanya petunjuk kearah jawaban yang
benar.
6. Setiap butir soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
7. Dalam merumuskan pokok soal, hindari penggunaan ungkapan alternatif.
8. Hindari penggunaan alternatif jawaban yang berbunyi semua jawaban benar
atau jawaban semua benar.
9. Dalam merumuskan pokok soal, hindari penggunaan istilah yang terlalu
teknis.
10. Upayakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung dari jawaban
butir soal yang soal.
B. Tes uraian
Tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalammenjelaskan hubungan sebab akibat,menerapkan suatu prinsip atau teori,
mempormulasikan hipotesis, merumuskan kesimpulan dan lain sebagainya.
10
anda menggunakan tes uraian terbuka maka cara pemeriksaan menggunakan metode
holistik atau holistic method (Nitko,1984). Sedangkan jika anda menggunakan tes uraian
terbatas maka cara pemeriksaan yang tepat menggunakan metode analitik atau analitic
method (Nitko, 1984; Hopkins & Antes , 1990).
Pemeriksaan jawaban siswa dengan menggunakan metode holistic dilakukan
dengan dua tahapan. Tahap pertama memeriksa secara keseluruhan jawaban siswa. Tahap
kedua pemeriksa mengulang kembali pemeriksaan tersebut untuk lebih meyakinkan
bahwa jawaban tersebut memang tepat masuk dalam katagori A,B,C,D atau E atau tidak.
Untuk meningkatkan penskoran maka pemeriksaan tes uraian dilakukan sebagai
berikut:
1. Setiap jawaban siswa diperiksa oleh dua orang pemeriksa yang masing-masing
bekerja sendiri – sendiri.
2. Sebelum mulai memeriksa,kedua pemeriksaan harus duduk bersama untuk
menyamakan persepsi.
3. Setelah kudua pemeriksaan mempunyai persepsi yang sama maka dilakukan uji coba
pemeriksaan jawaban siswa.
4. Setelah persepsi pemeriksaan sama maka pemeriksaan yang sesungguhnya boleh
dilakukan.
5. Setelah selesai memeriksa keseluruhan hasil tes siswa, kedua pemeriksaan harus
bertemu kembali untuk melihat adakah perbedaan skor yang tinggi diantara keduanya.
Tes hasil belajar (achievement tes) dikatakan baik jika tes tersebut dapat mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran. Dalam
hal ini, kita harus memilih tujuan – tujuan penting mana yang harus diukur ketercapaiannya.
Pemilihan tersebut harus dilakukan secara representatif agar kita mempunyai keyakinan
bahwa jika siswa lulus dalam tes ini maka siswa tersebut memang telah mengusai materi
mata pelajaran yang telah diajarkan dalam proses pembelajaran. Keadaan seperti ini dapat
dicapai jika dalam menyusun tes tersebut dilakukan melalui perencanaan yang baik.
Berikut ini beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes
antara lain :
1. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi yang akan
ditulis butir soalnya hendaknya dilakukan dengan mengacu pada tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
11
2. Jenis tes yang akan digunakan. Pemilihan jenis tes yang akan digunakan berhubungan
erat dengan jumlah sampel materi yang akan diukur, tingkat kognitif yang akan
diukur, jumlah peserta tes, serta jumlah butir soal yang akan dibuat.
3. Jenjang kemampuan berpikir yang ingin diuji. Jika tujuan suatu mata pelajaran lebih
menekankan pada pengembangan proses berpikiranalisis, evaluasi, dan kreasi maka
butir soal yang akan digunakan dalam ujian harus dapat mengukur kemampuan
tersebut demekian juga sebaliknya. Dalam hubungan ini, kita mengenal ranah kognitif
yang dikembangkan oleh Bloom dan kawan-kawan yang kemudian direvisi oleh
Krathwoll (2001). Revisi Krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah
ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan
kreasi (C6).
4. Ragam tes yang digunakan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada beberapa
ragam tes yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur hasil belajar siswa baik itu
berupa tes objektif maupun tes uraian.
5. Sebaran tingkat kesukaran butir soal. Pada umumnya ahli pengukuran sepakat bahwa
butir soal yang dapat memberikan informasi yang besar kepada guru adalah butir soal
yang tingkat kesukarannya sedang (harga p di sekitar 0,5). Secara teoritis dapat dilihat
bahwa butir soal dengan tingkat kesukaran = 0,5 akan sangat memungkinkan indeks
daya beda maksimal (mendekati 1).
6. Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan ujian. Lamanya waktu ujian merupakan
factor pembatas yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes. Lamanya
waktu ujian (misalnya 90 menit) akan membawa konsekuensi kepada banyaknya butir
soal yang harus dibuat.
7. Jumlah butir soal. Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujian
tergantung pada beberapa hal antara lain: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
ragam soal yang akan digunakan, proses berfikir yang ingin diukur, dan sebaran
tingkat kesukaran dalam set tes tersebut.
12
Sekolah :
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tes merupakan alat ukur yang tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam
ranah kognitif. Ada dua jenis tes yang digunakan sekolah yaitu tes objektif dan tes uraian.
Untuk menentukan salah satu jenis tes yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar
siswa, harus berpedoman pada tujuan pembelajaran yang akan diukur. Untuk dapat memilih
jenis tes yang tepat, kita harus memahami keunggulan dan kelemahan dari tiap jenis tes,
sehingga kita bisa memaksimalkan keunggulan tes yang kita gunakan dan menekan
kelemahannya seminimal mungkin.
Keterampilan menulis tes yang baik ada dua jenis tes yang sering di gunakan di
sekolah yaitu tes objektif dan tes uraian.
14
Tes hasil belajar (achievement tes) dikatakan baik jika tes tersebut dapat mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran. Dalam
hal ini, kita harus memilih tujuan – tujuan penting mana yang harus diukur ketercapaiannya.
Pemilihan tersebut harus dilakukan secara representatif agar kita mempunyai keyakinan
bahwa jika siswa lulus dalam tes ini maka siswa tersebut memang telah mengusai materi
mata pelajaran yang telah diajarkan dalam proses pembelajaran. Keadaan seperti ini dapat
dicapai jika dalam menyusun tes tersebut dilakukan melalui perencanaan yang baik.
Dengan tes objektif yang akan kita tulis tidak melenceng dari materi yang telah
diajarkan selama proses pembelajaran, dimana tes tersebut harus ditulis berdasarkan kisi –
kisi yang berpedoman pada tujuan pembelajaran yang akan diukur. Kisi – kisi tersebut yang
harus menjadi pedoman dalam penulisan setiap butir soal.
15
DAFTAR PUSTAKA
Suryanto, Adi, dkk. 2021. Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
16