Kelas
Fisika Dik B 2018
Kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irfandi S.Pd.,M.Si yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah Pengembangan program pengajaran
fisika.
Penyusunan Makalah ini sudah diusahakan sebaik mungkin, namun disadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya baik dari segi isinya maupun dari tutur
bahasanya. Pada kesempatan ini juga kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, demi kebaikan peneliti untuk masa yang akan datang.
Tiada kata yang dapat kami berikan, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada semua. Akhir kata kami mengucapkan Terimakasih dengan
harapan kiranya makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang............................................................................................................... 4
1.2 Tujuan............................................................................................................................ 5
1.3 Manfaat ......................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………… 23
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 23
3.2 Saran.............................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dalam tujuan pembahasan makalah ini diharapkan dapat mengetahui dan memahami:
1. prinsip-prinsip dasar instrumen hasil belajar;
2. ciri-ciri instrumen hasil belajar;
3. langkah-langkah pokok dalam instrumen hasil belajar
4. teknik-teknik instrumen hasil belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
C.1.1. Wawancara
Wawancara suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan
yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. Wawancara dibagi dibedakan atas dua
kategori, yaitu pertama, wawancara berstruktur, yaitu wewancara yang dilakukan dengan
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan lebih awal sebelum menanyakannya kepada siswa.
Kedua, wawancara bebas (tak berstruktur), yaitu wawancara yang dilakukan tanpa
mempersiapkan pertanyaan lebih awal, namun pewawancara bebas dan secara langsung bertanya
kepada siswa terkait materi tertentu.
C.1.2. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang
memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak
langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta
jawabannya. Sedangkan kuesioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang
yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban
adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota
keluarganya.
Ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan
kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih
jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia
anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab
diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apa yang
ia ketahui.
C.1.3. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai sikap, minat, perhatian, dan sebagainya, yang
disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentung
rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Skala dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
skala pendidikan (rating scale) dan skala sikap.
a. Skala pendidikan
Mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan
perilaku individu pada suatu titik kontinuum atau suatu kategori yang bermakna nilai. Titik atau
kategori diberi nilai rentangan mulai dari yang tertinggi sampai terendah. Rentangan dapat dalam
bentuk huru (A, B, C, D, E), angka (4, 3, 2, 1, 0), atau 10, 9, 8, 7, 6, 5. Sedangkan rentangan
kategori bisa tinggi, sedang, rendah, atau baik, sedang, kurang.
b. Skala sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek terlalu. Hasilnya
berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Ada tiga
komponen sikap yaitu kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan
seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan
dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat
terhadap objek tersebut.
Skala sikap yang sering digunakan yaitu skala Likert. Dalam skala ini, pernyataan-
pernyataan yang diajukan, baik penyataanpositif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan
sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, atau sangat tidak setuju.
C.1.4. Observasi
Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengukur tingkah laku siswa atau
sekelompok siswa. Melalui pengamatan dapat diketahui bagaimana sikap dan perilaku siswa,
kegiatan yang dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang
dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya.
Ada tiga jenis observasi, yaitu (a) observasi langsung, (b) observasi dengan alat (tidak
langsung), dan (c) observasi partisipasi. Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan
terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati
oleh pengamat. Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan dengan
menggunakan alat pengamatan. Observasi partisipasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan
melibatkan diri dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati.
Penerapan penilaian berbasis kelas dilakukan sesuai dengan jenis dan bentuk
penilaian yang digunakan di kelas. Dalam penggunaan penilaian berbasis kelas, hal-hal
yang perlu diperhatikan:
1. Guru memahami lebih awal pembelajaran peserta didik dan mampu
menerapkan pengajaran yang tepat sehingga teknik penilaian berbasis
kelas dapat dilaksanakan.
2. Guru menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran peserta didik dan
mampu menerapkannya sehingga teknik penilaian berbasis kelas dapat
dilaksanakan.
3. Guru menentukan kompetensi peserta didik sehingga teknik penilaian
berbasis kelas digunakan berdasarkan kompetensi siswa tersebut.
4. Guru memilih teknik penilaian berbasis kelas yang tepat untuk
memberikan umpan balik perbaikan pengajaran bagi guru dan
pembelajaran bagi siswa.
5. Guru memilih gaya pengajaran secara konsisten sehingga dapat
diterapkan dengan mudah dan jelas teknik penilaian berbasis kelas.
6. Guru dan peserta didik mampu menggunakan informasi belajar siswa
secara maksimal melalui teknik penilaian berbasis kelas.
7. Guru dan peserta didik menelaah hasil teknik penilaian berbasis kelas dan menentukan apakah
terdapat perubahan.
8. Peserta didik perlu mengetahui teknik penilaian berbasis kelas yang
digunakan di kelas.
D.1.4. Jenis-Jenis Penilaian Berbasis Kelas
Berbagai jenis penilaian berbasis kelas yang dapat digunakan guru antara lain adalah tes
tertulis, tes perbuatan, pemberian tugas, penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian hasil kerja
siswa, penilaian sikap, dan penilaian portfolio. Tentunya, guru harus yakin bahwa tak ada
satupun jenis penilaian yang tepat untuk setiap saat. Jenis penilaian yang digunakan sangat
bergantung kepada kompetensi dasar yang duraikan dalam kurikulum. Adapun dalam
pembelajaran Matematika, komponen program penilaian pembelajaran mencakup jenis tagihan
dan instrumen penilaian. Tagihan adalah cara ujian atau penilaian yang dilaksanakan. Instrumen
penilaian dirinci menjadi bentuk instrumen dan contoh instrumen. Berbagai bentuk instrumen
penilaian berupa tes yang dapat digunakan guru antara lain adalah: pertanyaan lisan, pilihan
ganda, uraian objektif, uraian bebas, jawaban singkat (isian singkat), menjodohkan, portofolio,
dan performans (unjuk kerja). Adapun untuk instrumen penilaian non tes meliputi angket,
inventori, dan pengamatan. Secara rinci jenis tagihan dan bentuk instrumen yang digunakan
diuraikan sebagai berikut.
E.1. Assesmen berbasis kinerja
Kinerja praktikum merupakan pencapaian yang diperoleh siswa setelah memahami berbagai
keterampilan yang dipelajari dan dilatihkan. Penilaian tersebut dapat memperhatikan aspek
proses atau prosedur yang dilakukan dan atau aspek produk yang dihasilkan serta sikap yang
muncul bersamaan dengan keterampilan untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu. Penilaian
praktikum dapat menggunakan tes tertulis, tes lisan, tes identifikasi, tes praktikum, daftar
centang atau skala penilaian, laporan, atau portofolio (Doran, 1980; Ebel & Frisbie, 1986;
Russell & Harlen, 1990;Gronlund, 1993; Berg & Giddings, 1992; Nitko, 1996) dalam Sapriati
(2006).
IPA terdiri atas substansi dan proses ilmiah dimana keduanya memiliki tingkat esensial setara
sehingga perlu dimasukkan pada kurikulum. Oleh karenanya, pengujian dan penilaian terhadap
pencapaian hasil belajar kedua hal tersebut, termasuk proses ilmiah pada praktikum, harus
dilakukan. Penilaian hasil belajar aspek substansi dengan tes dan penilaian praktikum melalui
laporan atau tes telah biasa dilakukan. Namun penilaian hasil belajar proses IPA dan atau
praktikum dengan menilai kinerjanya melalui pengamatan masih jarang dilakukan. Penilaian
atau asesmen memerlukan alat atau instrumen yang valid dan reliabel, yang diperoleh melalui
prosedur pengembangan instrumen yang benar, dan dilengkapi dengan rambu-rambu penilaian
yang jelas.
Asesmen merupakan suatu proses terintegrasi untuk menentukan ciri dan tingkat belajar dan
perkembangan belajar siswa. Menurut Mardapi dalam Rasyid (2007) bahwa prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan dalam asesmen adalah akurat, ekonomis, dan mendorong peningkatan kualitas
pembelajaran. Oleh karena itu sistem penilaian yang digunakan di setiap lembaga pendidikan
harus mampu (1) memberi informasi yang akurat, (2) mendorong peserta didik belajar, (3)
memotivasi tenaga pendidik mengajar, (4) meningkatkan kinerja lembaga, dan (5) meningkatkan
kualitas pendidikan.
Menurut Linn & Gronlund (1995:6-8) dalam Jacob (2011), proses asesmen sangat
efektif apabila prinsip-prinsip berikut diperhatikan:
1. Menentukan secara jelas apa yang diases memiliki prioritas dalam proses asesmen.
2. Suatu prosedur asesmen dapat dipilih karena relevansinya terhadap karakteristik atau kinerja
yang diukur.
3. Asesmen komprehensif membutuhkan berbagai prosedur.
4. Penggunaan prosedur asesmen murni membutuhkan suatu kesadaran keterbatasannya.
5. Asesmen merupakan suatu makna terakhir, bukan suatu makna terakhir dalam dirinya-sendiri.
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan
keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan kemampuan siswa dalam proses
dan produk. Asesmen kinerja adalah suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-
tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan dalam
suatu program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam
menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan
suatu hasil dari unjuk kerja tersebut. Asesmen kinerja adalah penelusuran produk dalam proses.
Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu digunakan
sebagai basis untuk dilakukan suatu pemantauan mengenai perkembangan dari satu pencapaian
program tersebut (Marhaeni, 2007). Menurut Berk (1986) dalam Rasyid (2007), asesmen kinerja
adalah proses mengumpulkan data dengan cara pengamatan yang sistematik untuk membuat
keputusan tentang individu. Asesmen kinerja terutama sangat sesuai dalam menilai keterampilan
proses sains. Keterampilan proses siswa yang dapat dinilai meliputi keterampilan proses
intelektual (seperti keterampilan observasi, berhipotesis, menerapkan konsep, merencanakn serta
melakukan penelitian, dan lain-lain). Asesmen kinerja sangat tepat bila digunakan dalam
kegiatan praktikum biologi. Bentuk asesmen kinerja yaitu kinerja klasikal, asesmen kinerja
kelompok, asesmen kinerja personal.
Menurut Popham (1995) dalam Rasyid (2007), syarat yang digunakan untuk
menggunakan asesmen kinerja yaitu :
1. Generability, yakni apakah kinerja peserta tes dalam melakukan tugas yang diberikan sudah
memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas-tugas lain,
2. Authenticity, yakni apakah tugas yang diberikan sudah serupa dengan apa yang dihadapi
dalam praktek kehidupan nyata sehari-hari,
3. Multiple foci, yakni apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur lebih
dari satu kemampuan yang diinginkan,
4. Teachability, yakni apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang relevan yang hasilnya
semakin baik akibat adanya usaha mengajar pengajar di kelas,
5. Fairness, yakni apakah tugas yang diberikan sudah adil, tidak mengandung bias berdasar latar
untuk semua peserta tes,
6. Feasibility, yakni apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau
penilaian kinerja memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti
biaya, ruangan/tempat, atau peralatannya,
7. Scorability, yakni apakah tugas yang diberikan nanti dapat skor dengan akurat dan reliabel,
karena salah satu tahap dalam penilaian kinerja yang sensitif adalah perlakuan dalam pemberian
skor.
Asesmen kinerja tidak menggunakan kunci jawaban dalam menentukan skor, melainkan
menggunakan pedoman penskoran berupa rubrik. Untuk menjamin reliabilitas, keadilan dan
kebenaran penilaian maka perlu dikembangkan kriteria atau rubrik untuk pedoman menilai hasil
kerja pebelar. Rubrik dapat disusun bersama dengan pebelajar, sehingga jelas dasar yang dipakai
untuk menilai
Tes essay merupakan contoh yang sangat umum dari suatu asesmen berbasis kinerja,
tetapi ada banyak contoh lain, meliputi produksi artistik, eksperimen dalam sains, presentasi
lisan, dan menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah dunia-nyata. Penekanan pada
melakukan, tidak hanya mengetahui; pada proses dan juga produk. Selain itu, asesmen dari
kemampuan siswa untuk membuat observasi, memformulasikan hipotesis, mengumpulkan data,
dan menggambarkan konklusi saintifik valid dapat membutuhkan penggunaan asesmen kinerja.
Asesmen kinerja menentukan suatu basis bagi guru dengan mengevaluasi keefektivan proses
atau prosedur yang digunakan (misalnya pendekatan untuk pengumpulan data, manipulasi
instrumen) dan produk yang dihasilkan dari kinerja suatu tugas (misalnya, laporan hasil lengkap,
senikerja lengkap) (Jacob, 2011).
Asesmen kinerja seringkali menunjuk pada asesmen otentik dengan menekankan bahwa
guru mengases kinerja sementara siswa terlibat dalam pemecahan masalah dan pengalaman
belajar yang dinilai dalam kebenaran diri mereka sendiri, bukan sebagai makna menilai prestasi
siswa. Bagaimanapun, tidak semua asesmen kinerja adalah otentik dalam pengertian bahwa guru
melibatkan siswa dalam menyelesaikan masalah real (Linn & Gronlund, 1995:13) dalam Jacob
(2011). Asesmen kinerja diperlukan siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan dengan
melakukan secara aktual. Asesmen kinerja diperlukan untuk mengobservasi dan evaluasi
keterampilan.
Menurut UPI (2011), cara melaksanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Asesmen Kinerja klasikal digunakan untuk mengases kinerja siswa secar keseluruhan dalam
satu kelas keseluruhan. Menurut Wulan Asesmen kinerja klasikal terbukti paling mudah dan
efisien untuk digunakan dalam kegiatan praktikum sehari-hari. Format penilaiain ini paling
sederhana dan dapat menilai kinerja siswa secara keseluruhan. Guru juga dapat memperoleh feed
back lebih menyeluruh tentang keterampilan siswa di kelasnya. Melalui penilaian kinerja klasikal
ini, pencapaian tujuan praktikum dapat dilihat secara umum dan langsung pada seluruh siswa.
2. Asesmen Kinerja kelompok untuk mengases kinerja siswa secara berkelompok. Menurut
Wulan Asesmen kinerja kelompok sangat efektif untuk melihat kerjasama di antara anggota
kelompok dan kualitas kerja tim selama kegiatan praktikum. Untuk kemudahan jalannya
asesmen kinerja kelompok. Guru dapat mengawali dengan hanya mengakses beberapa kelompok
sesuai dengan kesanggupan guru. Sebagian kelompok lainnya dapat dinilai kinerjanya pada
praktikum selanjutnya, sehingga dengan beberapa kegiatan praktikum, guru dapat menilai kinerja
seluruh kelompok.
3. Asesmen Kinerja individu untuk mengases kinerja siswa secara individu. Menurut Wulan
Asesmen kinerja secara individual paling tepat dipilih untuk mengungkap sikap dan
keterampilan personal siswa. Dengan jumlah siswa yang sangat banyak, asesmen kinerja
individual ini agak sulit dilakukan. Untuk kemudahan proses asesmen kinerja individual, guru
dapat mengawali dengan dengan hanya mengakses beberapa siswa sesuai kesanggupan guru.
Sebagian siswa lainnya dapat dinilai kinerjanya pada paraktikum selanjutnya sehingga dengan
beberapa kegiatan praktikum guru dapat menilai kinerja seluruh siswa.
Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task),
rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja
adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian
tugas. Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu
performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga,
yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum
terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek
yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian
skor berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu performansi (Marhaeni, 2007).
Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen ini sangat cocok digunakan untuk
menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai
melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian
berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.
Misalnya penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan
sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat dirancang
(UPI, 2011).
Asesmen ini melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tertentu dan/atau
penciptaan hasil yang telah ditentukan. Karena itu, metodologi asesmen ini memberi peluang
kepada guru untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya tidak dapat
dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen kinerja memungkinkan guru
mengamati siswa saat siswa sedang bekerja atau melakukan tugas belajar, atau guru dapat
menguji hasil-hasil yang dapat dicapai, serta menilai (judge) tingkat penguasaan/kecakapan yang
dicapai siswa (UPI, 2011).
Asesmen kinerja tidak hanya bergantung pada jawaban benar atau salah. Sebagaimana halnya
dengan asesmen bentuk essay, observasi yang dilakukan oleh guru dalam rangka melakukan
pertimbangan-pertimbangan subyektif berkenaan dengan level prestasi yang dicapai siswa.
Evaluasi ini didasarkan pada perbandingan kinerja siswa dalam mencapai standar excellent
(keunggulan, prestasi) yang telah dicapai sebelumnya (UPI, 2011).
Sebagaimana tes essay, pertimbangan guru digunakan sebagai dasar penempatan kinerja siswa
pada suatu kesatuan/kontinum tingkatan-tingkatan prestasi yang terentang mulai dari tingkatan
yang sangat rendah sampai tingkatan yang sangat tinggi. Hal-hal yang harus kita pahami tentang
asesmen kinerja adalah kita mendesain dan mengembangkan asesmen kinerja untuk digunakan
kelak di kelas kita sendiri. Metodologi asesman kinerja bukanlan suatu obat yang mujarab, bukan
penyelamat guru, dan juga bukan merupakan suatu kunci untuk menilai kurikulum yang
sebenarnya. Asesmen ini semata-mata merupakan alat yang memberikan cara-cara yang efisien
dan efektif untuk menilai beberapa (bukan keseluruhan) hasil-hasil dari proses pendidikan yang
dipandang berguna (UPI, 2011).
Pada pelaksanaannya, guru dapat mengatur secara fleksibel kinerja-kinerja yang akan diases
dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam dua semester guru merencanakan untuk mengases
keterampilan setiap siswa dalam membuat larutan. Guru merencanakan dalam dua semester
tersebut empat kali kegiatan yang menuntut siswa membuat larutan. Maka guru dapat membagi
siswa ke dalam empat kelompok siswa yang akan di akses Siswa kelompok pertama akan diases
pada kegiatan pembuatan larutan pertama, kelompok berikutnya diases pada pembuatan larutan
yang berikutnya. Sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk dinilai
keterampilannya dalam membuat larutan. Asesmen kinerja yang digunakan oleh guru tersebut
adalah asesmen kinerja individu.
Untuk merealisasikan asesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat perencanaan asesmen
kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu :
Fase 1 : mendefinisikan kinerja. Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin dinilai.
Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi: membawa mikroskop
dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu, mengatur
pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
Fase 2 : mendesain latihan-latihan kinerja. Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan tahap
berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang akan
dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai kemampuan menggunakan mikroskop, maka
KBM yang dipersiapkan adalah praktikum dengan menggunakan mikroskop.
Fase 3 : melakukan penskoran dan perekaman/pencatatan hasil
Assesman kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalam pengembangan bagian-bagiannya, tetapi ada
beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketika meninjau faktor-faktor konteks dalam rangka
pengambilan keputusan tentang kapan mengadopsi metode-metoda assesman kinerja. Pada
dasarnya faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi assesman sesuai
dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan metodologi assesman kinerja. Dalam
klasifikasi kinerja, pemakai bebas memilih dari suatu rentangan sasaran prestasi yang mungkin,
dan asesmen kinerja dapat difokuskan pada sasaran-sasaran khusus dengan mengambil tiga
keputusan desain: merumuskan jenis kinerja yang dinilai,mengidentifikasi siapa yang akan
dinilai; dan menetapkan kriteria kinerja (UPI, 2011).
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus dipikirkan hal-hal yang menyebabkan
siswa melakukan perbuatan tertentu yang dapat merefleksikan tingkat
penguasaan/kecakapan/prestasi yang dicapai. Karena itu, dalam hal ini harus dipertimbangkan
hakekat latihan, banyaknya latihan yang dibutuhkan, dan petunjuk-petunjuk aktual bagi siswa
untuk melakukan latihan tersebut. Dalam hal penskoran, penilaian sebaiknya dilakukan oleh
lebih dari satu orang agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya – tidak) atau skala
rentang (sangat baik -baik – agak baik- tidak baik).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai apabila kriteria
penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak
memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak
ada. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi
nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum
di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua (UPI, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/kana-hidayati-mpd/pelatihan-di-man-3-yk.pdf
http://kamriantiramli.wordpress.com/tag/asesmen-kinerja/
http://dikatara.wordpress.com/2011/12/01/penilaian-portofolio/
https://mgmpmatsatapmalang.files.wordpress.com/2011/11/instrumen-penilaian-mat-smp.pdf
http://www.academia.edu/6403478/JENIS_DAN_TEKNIK_PENILAIAN_HASIL_BELAJAR