Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

INSTRUMEN TES

Dosen Pengampu: Nonong Rahimah, M,Pd

Mata Kuliah: EVALUASI PEMBELAJARAN TIK

Kelompok 03

MUHAMMAD FURQAN RAMADHANI (3061946033)

MIRA ARIANI (3061946022)

WIDYA ASTUTI (3061946004)

AKHMAD FAJAR RIYADI (3061946028)

AISYA FARIKA (3061946038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA BANJARMASIN

BANJARMASIN

i
2022

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan judul INSTRUMEN TES ini dengan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai referensi buku dan pihak yang memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
berperan dan membantu dalam pembuatan makalah ini.
Selain itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami bisa memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah dengan judul INSTRUMEN TES
Untuk Perkuliahan Daring di Indonesia ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi
kepada pembaca.

Banjarmasin, Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Peta Literatur..........................................................................................................3
B. Instructional System Design...................................................................................3
C. Connectivism Theory..............................................................................................4
D. Pengembangan Framework....................................................................................4
1. Analysis..............................................................................................................4
2. Design.................................................................................................................6
3. Development.......................................................................................................7
4. Implementation...................................................................................................7
5. Evaluation...........................................................................................................8
E. Evaluasi Framework...............................................................................................8
BAB III.............................................................................................................................9
PENUTUP........................................................................................................................9
A. Kesimpulan.............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus
ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Menurut Arifin (2011:
105) tujuan pelaksanaan evaluasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai keseluruhan aspek kepribadian dan prestasi belajar peserta didik yang
meliputi data pribadi peserta didik, data tentang kesehatan peserta didik, data tentang
prestasi belajar peserta didik di sekolah, data tentang sikap peserta didik, data tentang
bakat peserta didik, data tentang penyesuaian seperti kegiatan peserta didik dalam
organisasi dsb, data tentang rencana masa depan peserta didik dan data tentang latar
belakang keluarga peserta didik. Salah satu bagian dari evaluasi pembelajaran adalah
penilaian hasil belajar. Menurut Uno dan Koni (2012: 111) tes hasil belajar adalah tes
yang digunakan untuk mengukur kepuasan dan kecakapan individu dari berbagai bidang
pengetahuan. Menurut Sudjana (2013: 3) penilaian hasil belajar adalah proses
pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.
Pada hakikatnya hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku dari siswa tersebut.
Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Dalam teori taksonomi Bloom, sebagaimana yang dikutip
oleh Nashar (2004: 79) ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang
terbagi kedalam enam aspek antara lain aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sistesis, dan penilaian. Untuk menilai kemampuan siswa pada ranah kognitif,
guru bisa menggunakan alat penilaian berupa tes. Dalam praktik penilaian yang
dilakukan guru terhadap peserta didik, dibutuhkan alat ukur atau instrumen yang
berguna untuk proses penilaian. Instrumen yang digunakan bisa berbentuk tes maupun
bukan tes (nontes), dan instrumen yang digunakan adalah instrumen yang bersifat baik
karena adapula instrumen yang kurang baik. Menurut Arifin (2011: 69) instrumen yang
baik adalah instrumen yang memenuhi syarat-syarat atau kaidah-kaidah tertentu, dapat
memberikan data yang akurat sesuai dengan fungsinya dan hanya mengukur sampel
perilaku tertentu. Adapun karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah valid,
reliabel, relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik, dan proporsioanal.

1
Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes yang
meliputi validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas dan ekonomis (Arikunto, 2011:
57). Sesuai hasil pengamatan di lapangan dalam dunia pendidikan dengan melakukan
wawancara dengan guru mata pelajaran matematika. Diperoleh beberapa hasil, pertama
dalam evaluasi pembelajaran yang selalu dilakukan di sekolah adalah berupa ulangan
harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Tes yang digunakan pada saat
ujian-ujian tersebut adakalanya tidak menggunakan tes yang dikembangkan melalui
prosedur yang standar sehingga kebaikan dari tes hasil belajar ranah kognitif tersebut
tidak diraih secara optimal. Prosedur pengembangan tes yang standar menurut Mardapi
(2008: 88), ditempuh melalui beberapa tahapan, dimulai dari proses meyusun spesifikasi
tes, menuliskan soal tesnya, setelah itu butir-butir soal ditelaah, dilakukan uji coba,
dianalisis, diperbaiki, disusun secara sistemasis, kemudian baru dilaksanakan tes,
setelah tes selesai maka akan menghasilkan sebuah skor yang kemudian skor itu
ditafsirkan dalam sebuah nilai. Dua tahapan dari prosedur pengembangan tes adalah
penelaahan butir soal dan analisis butir soal, penelaahan dilakukan sebelum tes di uji
coba, sedangkan analisis butir soal dilakukan setelah butir-butir soal di uji cobakan.
Tahapan telaah butir soal sering kali juga dinamakan dengan analisis butir soal secara
kualititif. Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi, kegiatan ini dilakukan
dengan meminta bantuan kepada sejumlah ahli untuk menganilisis butir-butir soal
dalam rangka untuk meningkatkan mutu dari butir-butir soal yang telah dibuat supaya
menghasilkan soal yang bermutu sebelum soal itu digunakan. Kesimpulan kedua dari
hasil wawancara menyatakan bahwa kegiatan telaah butir soal dengan meminta bantuan
ahlinya jarang sekali dilakukan. Kegiatan analisis butir soal dapat dilakukan ketika guru
sudah mendapatkan data empirik dari hasil uji coba. Sehingga analisis ini disebut
dengan analisis butir soal secara kuantitatif. Analisis kuantitatif mencakup pengukuran
kesulitan butir soal, diskriminasi butir soal, dan termasuk reliabilitasnya. Apabila tes
yang digunakan berupa pilihan ganda, maka pengecoh juga perlu untuk dianalisis. Ada
dua pendekatan analisis soal secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik dan
pendekatan secara modern. Analisis butir soal secara klasik merupakan proses
penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta didik guna meningkatkan
mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik (classical test
theory). Kelebihan dari analisis butir soal secara klasik adalah murah, dapat

2
dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer, sederhana, familiar, dan
dapat menggunakan data dari beberapa peserta didik (Wahidmurni, 2010: 128).
Sedangkan kelemahan penggunaan teori tes klasik dalam menganalisis butir soal
menurut Mardapi (2008: 144) adalah sebagai berikut: 1) Statistik butir tes berupa
tingkat kesukaran dan daya beda butir soal, sangat tergantung kepada karakteristik
peserta tes. Jika kemampuan peserta rendah, maka tingkat kesukaran butir soal akan
tinggi (indeks kesukaran kecil). Besarnya daya beda yang dinyatakan sebagai koefisien
korelasi point biserial sangat tergantung kepada homogenitas kelompok peserta tes. 2)
Estimasi kemampuan peserta tergantung kepada butir soal yang diujikan. Bila indeks
kesukaran kecil, estimasi kemampuan seseorang akan tinggi, demikian pula sebaliknya.
Besar kemampuan seseorang bergantung pada keadaan yang digunakan dalam suatu tes.
3) Estimasi skor kesalahan berlaku untuk semua peserta tes. Kesalahan untuk tiap
peserta tes besarnya sama, yang dinyatakan dalam bentuk kesalahan baku pengukuran.
4) Tidak ada informasi tentang respon setiap peserta ujian terhadap tiap butir soal. 5)
Estimasi keterandalan alat tes dengan teknik belah dua, teknik belah tiga, Cronbach
alpha, dan sebagainya menggunakan asumsi paralel yang sulit dipenuhi. Analisis
kuantitatif kedua adalah pendekatan secara modern, pendekatan secara modern dirasa
lebih baik jika dibandingkan dengan pendekatan secara klasik, karena pendekatan ini
mampu menutupi kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh teori tes klasik. Analisis
butir soal secara modern yaitu penelaahan Sehingga analisis ini disebut dengan analisis
butir soal secara kuantitatif. Analisis kuantitatif mencakup pengukuran kesulitan butir
soal, diskriminasi butir soal, dan termasuk reliabilitasnya. Apabila tes yang digunakan
berupa pilihan ganda, maka pengecoh juga perlu untuk dianalisis. Ada dua pendekatan
analisis soal secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik dan pendekatan secara
modern. Analisis butir soal secara klasik merupakan proses penelaahan butir soal
melalui informasi dari jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang
bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik (classical test theory). Kelebihan
dari analisis butir soal secara klasik adalah murah, dapat dilaksanakan sehari-hari
dengan cepat menggunakan komputer, sederhana, familiar, dan dapat menggunakan
data dari beberapa peserta didik (Wahidmurni, 2010: 128). Sedangkan kelemahan
penggunaan teori tes klasik dalam menganalisis butir soal menurut Mardapi (2008: 144)
adalah sebagai berikut: 1) Statistik butir tes berupa tingkat kesukaran dan daya beda

3
butir soal, sangat tergantung kepada karakteristik peserta tes. Jika kemampuan peserta
rendah, maka tingkat kesukaran butir soal akan tinggi (indeks kesukaran kecil).
Besarnya daya beda yang dinyatakan sebagai koefisien korelasi point biserial sangat
tergantung kepada homogenitas kelompok peserta tes. 2) Estimasi kemampuan peserta
tergantung kepada butir soal yang diujikan. Bila indeks kesukaran kecil, estimasi
kemampuan seseorang akan tinggi, demikian pula sebaliknya. Besar kemampuan
seseorang bergantung pada keadaan yang digunakan dalam suatu tes. 3) Estimasi skor
kesalahan berlaku untuk semua peserta tes. Kesalahan untuk tiap peserta tes besarnya
sama, yang dinyatakan dalam bentuk kesalahan baku pengukuran. 4) Tidak ada
informasi tentang respon setiap peserta ujian terhadap tiap butir soal. 5) Estimasi
keterandalan alat tes dengan teknik belah dua, teknik belah tiga, Cronbach alpha, dan
sebagainya menggunakan asumsi paralel yang sulit dipenuhi. Analisis kuantitatif kedua
adalah pendekatan secara modern, pendekatan secara modern dirasa lebih baik jika
dibandingkan dengan pendekatan secara klasik, karena pendekatan ini mampu menutupi
kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh teori tes klasik. Analisis butir soal secara
modern yaitu penelaahan Oleh karena itu, atas dasar hal tersebut di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian pengembangan tes standar bentuk pilihan ganda
dengan materi bangun ruag sisi datar. Butir- butir soal di analisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dengan cara expert
judgment, sedangkan analisis kuantitatif mencakup pengukuran kesulitan butir soal,
daya pembeda soal dan reliabilitasnya dengan menggunakan pendekatan tes modern
berupa teori responsi butir (item response theory). Dalam proses penelitian, peneliti
tidak hanya melakukan satu kali uji coba instrumen. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan instrumen tes pilihan ganda yang terstandar. Dengan demikian, peneliti
akan mengangkat sebuah penelitian yang berjudul Pengembangan Tes Standar dengan
Pendekatan Teori Responsi Butir (Item Response Theory) pada Pokok Bahasan Bangun
Ruang Sisi Datar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu instrumen tes
2. Apa kegunaan instrumen tes
3. Apa saja jenis instrumen tes

4
4. Apa saja langkah langkah penyusunan instrumen tes
5. Bagaimana langkah pengembangan instrumen tes
6. Apa saja ciri ciri tes yang baik
C. Tujuan
Untuk mengetahui :
1. Apa itu instrumen tes
2. Apa kegunaan instrumen tes
3. Apa saja jenis instrumen tes
4. Apa saja langkah langkah penyusunan instrumen tes
5. Bagaimana langkah pengembangan instrumen tes
6. Apa saja ciri ciri tes yang baik
1.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Teori
1. Instrumen Tes
a. Pengertian tes
Kata “tes” berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu “testum” yang berarti piring
untuk menyisihkan logamlogam mulia.1 maksudnya yaitu dengan menggunakan
alat berupa piring akan diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat
tinggi. Beberapa istilah yang berkaitan dengan tes yaitu test, testing, tester, dan
testee. Test adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturanaturan yang sudah
ditentukan.2 Testing merupakan waktu pada saat tes dilaksanakan. Tester yaitu
orang yang melaksanakan pengambilan tes atau pembuat tes atau eksperimentor.
Testee yaitu responden yang mengerjakan tes. Testee tersebut yang dinilai atau
diukur baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian prestasi belajar dan
sebagainya.
Menurut Anas Sudijono dalam buku pengantar evaluasi pendidikan, tes adalah
cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka
pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas
atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga atas dasar
data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang
melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.3 Menurut S. Eko Widoyoko
dalam buku Penilaian hasil Pembelajaran di Sekolahan, Tes yaitu sejumlah
pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau sejumlah pernyataan yang harus
diberi tanggapan atau respons dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan

1
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 66.
2
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
hlm. 53.
3
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 67.

6
seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (testee). 4
Menurut Sumarna Surapranata dalam buku Panduan Penulisan Tes Tertulis
Implementasi Kurikulum 2004, Tes yaitu sehimpunan pertanyaan yang harus
dijawab atau pernyataan-pernyataan yang harus dipilih, ditanggapi, atau tugas-
tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites (testee) dengan tujuan untuk
mengukur suatu aspek tertentu dari testee5. Menurut Purwanto dalam buku
Evaluasi Hasil Belajar, Tes merupakan instrumen alat ukur untuk pengumpulan
data dimana dalam memberikan respons atas pertanyaan dalam instrumen,
peserta didorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya. Penampilan
maksimum yang ditunjukkan memberikan kesimpulan mengenai kemampuan
atau penguasaan yang dimiliki.6 Menurut Wiliiam Wiersma Stephen dalam buku
Educational Measurement and Testing mengartikan “the test is the stimulus to
which the response is made, artinya tes adalah suatu rangsangan yang membuat
orang untuk merespon (menanggapi)”. 7
Berdasarkan beberapa pengertian tes
diatas dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat pengukur pengumpul data berupa
sejumlah pertanyaan atau perintah yang memerlukan tanggapan dari testee untuk
mengukur tingkat kemampuan, prestasi dan penguasaan yang dimiliki oleh
testee.
b. Hasil tes sangat berguna untuk mengambil berbagai keputusan seperti tes :
1. Pemilihan Pemilihan dimaksud untuk berbagai kebutuhan yang berhubungan
dengan pemilihan misalnya: tes untuk calon ketua partai, ketua organisasi, ketua
yayasan, kepala rumah sakit, calon pegawai dan lain-lain. Bentuk tes seperti ini
bisa lisan bisa tulisan.
2. Penempatan Tes seperti ini biasanya diberikan kepada siswa yang akan
mengikuti kursus seperti kursus bahasa Inggris misalnya. Sebelum dimulai calon
peserta dites dulu untuk menentukan di tingkat berapa/mana siswa akan
ditempatkan. Bisa juga kepada calon kursus keterampilan, dites minat, bakat
agar penempatannya sesuai dengan keinginan dan talenta yang dimiliki calon

4
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014), hlm. 50.
5
Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 19.
6
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 63.
7
Wiliiam Wiersma Stephen G. Jurs, Educational Measurement and Testing, (United States: A Division of
Simon & Schuster, 1990), hlm. 9.

7
peserta. 3. Remedial Tes khusus yang disebut tes remedial diberikan kepada
siswa setelah guru selesai memberikan sebagian besar materi pelajaran. Tes ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah
diberikan dan materi yang belum dimengerti dan atau dikuasai siswa. Setelah itu
guru akan mengulang menjelaskan kembali bagian yang belum dimengerti siswa
tersebut secara parsial.
4. Pemberian Bimbingan Konseling Tes ini diberikan kepada seluruh siswa baru
agar tidak salah pada saat diberikan bimbingan konseling. Ini sangat penting
karena setiap siswa berbeda kebutuhannya. Ada yang nakal karena kurang
perhatian dari orang tua, ada siswa kurang bimbingan agamanya, sehingga ragu
apakah Tuhan itu ada karena belum pernah melihat bentuk fisiknya. Ada anak
yang malas belajar karena lingkungan rumah yang kurang kondusif. Karena itu
pemberian bimbingan konseling disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang
bersangkutan. Bimbingan akan sia-sia jika diberikan pada siswa yang tidak
membutuhkan, bahkan mungkin akan menimbulkan kejenuhan.
5. Peningkatan Program Tes diberikan kepada peserta yang telah mengikuti
program tertentu. Sebelum dilanjutkan pada program berikutnya, para peserta
dites dulu agar peserta dapat mengikuti program lanjutan setelah menguasai
dengan baik program yang sudah berjalan. Kalau tidak diberikan tes dikuatirkan
peserta tidak mampu mengikuti program berikutnya. Apalagi jika program
tersebut materinya merupakan pengembangan dari program sebelumnya atau
mengacu sepenuhnya pada program sebelumnya.
6. Pelaksanaan Evaluasi Tes diberikan benar-benar untuk kepentingan
pelaksanaan evaluasi artinya untuk mengetahui evaluasi bidang apa saja baik
umum maupun khusus dan dapat diberikan tes tulis atau lisan.

B. Jenis Instrumen Tes


Tes sebagai alat ukur dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung pada segi
atau alasan pembedaan penggolongan tersebut.
1) Ditinjau dari segi kegunaannya, dibagi menjadi:

8
a) Tes Diagnostik Tes diagnostik yaitu “tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan siswa”.8 Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut
dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.
b) Tes Formatif Tes formatif merupakan “tes akhir atau post test yang diberikan
pada akhir setiap program”.9 Evaluasi formatif digunakan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan siswa setelah mengikuti suatu program tertentu.
Umumnya, tes formatif disamakan dengan ulangan harian.
c) Tes Sumatif Evaluasi sumatif atau “tes sumatif merupakan tes yang
dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah
program yang lebih besar”. 10
Tes sumatif dapat disamakan dengan ulangan
umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir caturwulan atau akhir
semester.
2) Berdasarkan Pelaksanaan
a) Paper Based Test (PBT) “Paper based test atau tes tertulis adalah bentuk tes
yang dalam pelaksanaannya menggunakan kertas dan tulisan sebagai alat bantu,
baik untuk soal tes maupun jawaban tes”.11
b) Oral Based Test (OBT) “Oral based test atau tes lisan merupakan bentuk tes
yang pelaksanaannya dilakukan secara langsung”.12 Salah satu bentuk tes lisan
yaitu wawancara atau tatap muka secara langsung antara penguji dengan orang
yang diuji.
c) Computer Based Test (CBT) “Computer based test merupakan tes yang dalam
pelaksanaannya menggunakan alat bantu computer”.13 Hal yang membedakan
dengan tes tertulis maupun lisan terletak pada teknik penyampaian butir soal
yaitu naskah soal maupun lembar jawaban menggunakan komputer. Sistem
skoring atau koreksi langsung dilakukan oleh komputer.
3) Berdasarkan Sistem Penskoran

8
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
hlm. 34.
9
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), hlm. 36.
10
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
hlm. 38.
11
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014), hlm.51.
12
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan, hlm.53.
13
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014), hlm.54.

9
a) Tes Objektif
Tes objektif memiliki arti siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan
menghasilkan skor yang sama. Skor tes ditentukan oleh jawaban yang diberikan
oleh peserta tes. “Tes objektif adalah tes yang penskorannya bersifat objektif,
yaitu hanya dipengaruhi oleh objek jawaban atau respons yang diberikan oleh
peserta tes”.14 Secara umum ada tiga tipe tes objektif, yaitu: benar salah (true
false), menjodohkan (matching), dan pilihan ganda (multiple choice).
(1) Benar salah (true false)
“Benar salah adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan yang disertai
dengan alternatif jawaban yaitu jawaban atau pernyataan yang benar dan yang
salah”.15
(2) Menjodohkan (matching)
Tipe tes menjodohkan yaitu Butir soal ditulis dalam dua kolom atau kelompok.
Kelompok pertama disebelah kiri adalah pertanyaan / pernyataan atau premis.
Kelompok kedua di sebelah kanan adalah kelompok jawaban16. Tugas peserta tes
adalah mencari dan menjodohkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai dengan
pernyataan.
(3) Pilihan ganda (multiple choice) “Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap
butir soal memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari dua. Jumlah alternatif
jawaban berkisar antara 3 (tiga) atau 5 (lima)”. Berdasarkan beberapa alternatif
jawaban yang ditampilkan testee hanya diperkenankan memilih satu jawaban.
b) Tes Subjektif “Tes subjektif merupakan tes yang penskorannya dipengaruhi
oleh jawaban peserta tes dan pemberi skor”. 17
Jawaban yang sama dapat
memiliki skor yang berbeda oleh pemberi skor yang berlainan. Ciri-ciri tes
subjektif yaitu didahului dengan kata-kata seperti: uraikan, jelaskan,
bandingkan, mengapa, bagaimana, simpulkan, dan sebagainya.
4) Berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap, dibagi menjadi lima yaitu tes
intelegensi, tes kemampuan, tes sikap, tes kepribadian, dan tes hasil belajar. 18

14
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan , hlm.55.
15
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014), hlm.94.
16
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan, , hlm.97.
17
S. Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolahan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014), hlm.57.
18
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 73.

10
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a) Tes Intelegensi (intellegency test) “Tes Intelegensi yaitu tes yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat
kecerdasan seseorang”.19
b) Tes Kemampuan (aptitude test) “Tes kemampuan yaitu tes yang dilaksanakan
untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh
testee”.20
c) Tes Sikap (attitude test) Tes sikap yaitu jenis tes yang digunakan untuk
mengungkap kecenderungan seseorang dalam melakukan suatu respon tertentu
terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu maupun obyek tertentu.21
d) Tes Kepribadian (personality test) “Tes kepribadian yaitu tes yang bertujuan
mengungkap ciri khas dari seseorang berdasarkan sifat lahiriah”.22
e) Tes Hasil Belajar atau Tes Pencapaian (achievement test) “Tes yang
digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar”. Tes
23

hasil belajar digunakan untuk pengukuran dan penilaian hasil belajar berbentuk
tugas atau perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga dapat dihasilkan
nilai sebagai lambang tingkah laku atau prestasi.
5) Berdasarkan cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawaban, tes
dibagi menjadi dua yaitu:
a) Tes Tertulis (pencil and paper test) Tes tertulis yaitu jenis tes dimana tester
dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soal dilakukan secara tertulis dan
testee memberikan jawaban secara tertulis.
b) Tes Lisan (nonpencil and paper test) Tes lisan yaitu jenis tes dimana tester
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soal dilakukan secara lisan dan
testee memberikan jawaban secara lisan.
6) Berdasarkan bentuk responnya dibedakan menjadi dua, yaitu: verbal test dan
nonverbal test. 24Adapun penjelasannya sebagai berikut:

19
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 73.
20
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, , hlm. 73.
21
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 73.
22
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 74.
23
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, , hlm. 74.
24
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 75.

11
a) Verbal Test “Verbal test yaitu suatu tes yang menghendaki respon dalam
bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun tertulis”.25
b) Nonverbal Test “Nonverbal test yaitu tes yang menghendaki respon dari
testee berupa tindakan atau tingkah laku, sehingga respon yang dikehendaki
terbentuk melalui perbuatan atau gerakan-gerakan”. 26
Ssalah satu bentuk
nonverbaltest yaitu tes praktikum.

25
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 75.
26
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 75.

12

Anda mungkin juga menyukai