Anda di halaman 1dari 91

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN


“Pengembangan Teori, Alternatif Metodologi, Etika dan Pengaruhnya
terhadap Perkembangan Ilmu, Teknologi, Pendidikan, Dan Pembelajaran
Fisika”

KELOMPOK 9:

FOURILLA (17175041)
SRISA OKTAWERI (17175046)

DOSEN PEMBIMBING

DR. AHMAD FAUZI, M.Si

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
PETA KONSEP ( ANALISIS MATERI)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat Rahmat-Nya
jugalah penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Filsafat Ilmu
Pendidikan.Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam terselesaikannya pembuatan
makalah ini. Pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai
pihak, yaitu:
1. Bapak Dr. Ahmad Fauzi, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah
Filsafat Ilmu Pendidikan.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materil.
3. Teman-teman serta pihak-pihak yang telah memberi bantuan.
Semoga bimbingan, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal
shaleh dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih terdapat beberapa
kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik kepada pembaca
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Padang, Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PETA KONSEP ( ANALISIS MATERI)................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 3
D. Manfaat Penulisan 3
BAB IIKAJIAN TEORI ............................................................................................. 4
A. Pengembangan Teori dan Alternatif Metodologinya 4
1. Pengertian Teori ........................................................................................................ 4
2. Tujuan Teori .............................................................................................................. 7
3. Konstruk / Bangunan Teori ....................................................................................... 9
4. Perkembangan Teori dan Ilmu ................................................................................ 14
5. Pengertian Metodologi ............................................................................................ 16
6. Unsur-Unsur Metodologi......................................................................................... 17
7. Metode Pengembangan Teori .................................................................................. 19
B. Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi .......................... 26
1. Pengertian Etika....................................................................................................... 26
2. Unsur Pokok dalam Etika ........................................................................................ 30
3. Beberapa Aliran dalam Etika ................................................................................... 31
4. Etika dan Ilmu Pengetahuan .................................................................................... 33
5. Hubungan Etika dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi .................................... 37
6. Paradigma Ilmu ....................................................................................................... 40
7. Etika Pengembangan Ilmu dalam Pandangan Islam ................................................ 43
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 47
A. Implementasi Pengembangan Teori dalam Pelaksanaan Penelitian .......................... 47
B. Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi .......................... 51
C. Matriks Pengembangan Teori dan Metodologinya .......................... 54
D. Matriks Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi .......................... 60

iii
BAB IVIMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA ...................... 64
A. Contoh Pengembangan Teori dalam Fisika ( Perkembangan Teori Atom) .................. 64
B. Matriks Pengembangan Teori dalam Pembelajaran Fisika ......................... 70
C. Matriks Pembelajaran Materi Atom di Sekolah .......................... 81
BAB VPENUTUP ...................................................................................................... 83
A. Kesimpulan .......................... 83
B. Saran .......................... 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 85

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan Teori dan Metodologi mengenai Filsafat Ilmu merupakan
suatu langkah untuk mengkaji suatu kebenaran. Kesamaan antara ilmu
pengetahuan dan fils
afat, bahwa keduanya sama-sama mengejar kebenaran. Kebenaran yang
ditemukan tidak sekedar demi kepentingan teori saja, melainkan demi
kepentingan serta peningkatan hidup menusia seluruhnya. Perbedaannya terletak
pada obyek yang diselidiki serta sudut tinjauannya terhadap obyek ilmu
pengetahuan dari penyelidikan lahirlah ilmu- ilmu pengetahuan khusus, seperti
ilmu bumi, ilmu alam dan sebagainya.
Salah satu ciri khas ilmu pengetahuan adalah sebagai suatu aktivitas, yaitu
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Ilmu menganut
pola tertentu dan tidak terjadi secara kebetulan. Ilmu tidak saja melibatkan
aktivitas tunggal, melainkan suatu rangkaian aktivitas, sehingga dengan demikian
merupakan suatu proses. Proses dalam rangkaian aktivitas ini bersifat intelektual,
dan mengarah pada tujuan-tujuan tertentu. Disamping ilmu sebagai suatu
aktivitas, ilmu juga sebagai suatu produk. Dalam hal ini ilmu dapat diartikan
sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil berpikir manusia. Ke dua
ciri dasar ilmu yaitu wujud aktivitas manusia dan hasil aktivitas tersebut,
merupakan sisi yang tidak terpisahkan dari ciri ketiga yang dimiliki ilmu yaitu
sebagai suatu metode. Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup
berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk
memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada.
Perkembangan ilmu sekarang ini dilakukan dalam wujud eksperimen.
Eksperimentasi ilmu kealaman mampu menjangkau objek potensi-potensi alam
yang semula sulit diamati. manusia lewat perantara nabi-nabi yang diutusnya).

1
Etika memang bukanlah bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK). Etika lebih merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis yang
berhadapan dengan moralitas. Kendati demikian etika tetaplah berperan
penting dalam IPTEK. Penerapan IPTEK dalam kehidupan bermasyarakat
sehari-hari memerlukan adanya dimensi etis sebagai pertimbangan yang
terkadang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan IPTEK selanjutnya.
Hakikatnya, IPTEK dipelajari untuk mengembangkan dan
memperkokoh eksistensi manusia, dan bukan sebaliknya, menghancurkan
eksistensi manusia dan justru menjadikan manusia budak teknologi. Oleh
karena itu, tanggung jawab etis diperlukan untuk mengontrol kegiatan dan
penggunaan IPTEK. Dalam kaitan hal ini, terjadi keharusan untuk
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan
ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan umum, kepentingan generasi
mendatang, dan bersifat universal. Keberadaan tanggung jawab etis tidak
bermaksud menghambat kemajuan IPTEK. Justru dengan adanya dimensi
etis yang mengendalikan, kemajuan IPTEK akan semakin berlomba-lomba
meningkatkan martabat manusia sebagai “tuan” teknologi dan bukan hamba
teknologi. Tanggung jawab etis juga diharapkan mampu menginspirasi,
memacu, dan memotivasi manusia untuk mengembangkan teknologi yang
IPTEK yang tidak mencelakakan manusia serta aman bagi lingkungan hidup.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya mengenai pengembangan ilmu dan
metodologinya serta perlunya etika dalam pengembangan ilmu dan teknologi,
maka penulis membuat makalah mengenai pengembangan teori, alternatif
metodologi, serta etika dalam pengembangan ilmu dan teknologi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana pengembangan teori dan alternatif metodologinya?
2. Bagaimana etika dalam pengembangan ilmu dan teknologi?

2
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah yang telah
dikemukakan adalah untuk:
1. Pengembangan teori dan alternatif metodolinya
2. Etika dalam pengembangan ilmu dan teknologi.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Membantu mahasiswa memahami tentang pengembangan teori dan
alternatif metodologinya, etka dalam pengembangan ilmu dan teknologi.
2. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca,
khususnya untuk tenaga pendidik kedepannya.
3. Memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Filsafat
Ilmu Pendidikan.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengembangan Teori dan Alternatif Metodologinya


Kesamaan antara ilmu pengetahuan dan filsafat adalah keduanya sama-
sama mengejar kebenaran. Kebenaran yang ditemukan tidak sekedar demi
kepentingan teori saja, melainkan demi kepentingan serta peningkatan hidup
manusia seluruhnya. Perbedaannya terletak pada objek yang diselidiki serta sudut
tinjauannya terhadap objek ilmu pengetahuan dari penyelidikan lahirlah ilmu-
ilmu pengetahuan khusus, seperti ilmu bumi, ilmu alam, dan sebagainya.
1. Pengertian Teori
Kata teori secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu theorea, yang
berarti melihat atau theoros yang berarti pengamatan (Bagus, 2006: 1097).
Adapun pengertian teori menurut terminologi memiliki beberapa pengertian
seperti yang dikemukakan oleh ilmuwan sebagai berikut:
a. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Alwi (2005: 120), teori diartikan
sebagai pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu
peristiwa, asas-asas hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau
ilmu pengetahuan, aturan, cara dan pendapat untuk melakukan sesuatu.
b. Sugiyono (2010: 52-54) mengemukakan bahwa teori adalah alur logika
atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan
proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai
tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan
(prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala.
c. Menurut Miarso dalam Susanto (2011:150) teori adalah ‘jendela’ untuk
mengamati jendela yang ada, dan berdasarkan data empiris dari lapangan
yang berhasil dikumpulkan, dianalisis dan disintesiskan. Teori adalah
serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah.

4
d. Kerlinger (Wattimena, 2008: 257) mengemukakan bahwa teori adalah
suatu kumpulan variabel yang saling berhubungan, definisi-definisi,
proposisi yang memberikan pandangan yang sistematis tentang fenomena
dengan menspesifikasikan relasi-relasi yang ada diantara beragam
variabel, dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada.
e. Cooper dan Schindler (2003) mengemukakan bahwaa theory is a set
systematically interrelated concepst, defintion, and proposition that are
advanced to explain and predict phenomena (fact). Teori adalah
seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis
sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Jadi, berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat
konsep, definisi dan proposisi mengenai suatu peristiwa yang yang disusun secara
sistematis berdasarkan data empiris dari lapangan yang berhasil dikumpulkan,
dianalisis dan disintesiskan menggunakan metode ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat terlepas dari teori-teori yang
mendukung terhadap ilmu tersebut. Kita menyadari bahwa banyak fakta-fakta
alam yang tidak dapat diamati secara langsung, baik karena gejala itu tidak dapat
kita tangkap, atau karena dimensinya sangat kecil, maupun karena hal itu sudah
lama terjadi dan tak akan berulang kembali. Namun, yang jelas bahwa semua
gejala ini ada seperti juga gejala lainnya yang dapat diamati. Jika kita ingin
memahami alam, maka gejala-gejala yang secara langsung tidak dapat kita
tangkap dengan indera kita yang terbatas itu harus dijaring dengan cara lain, dan
cara yang bisa dilakukan adalah dengan berteori.
Dengan melakukan kegiatan berteori tersebut manusia dapat menemukan
ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan baru. Ilmu bisa berarti memperoleh
pengetahuan, atau pengetahuan terorganisasi yang diperoleh lewat proses tersebut.
Proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara sistematis tentang
suatu sistem. Perolehan sistematis ini umumnya berupa metode ilmiah, dan sistem
tersebut umumnya adalah alam semesta. Dalam pengertian ini, ilmu sering disebut
sebagai ilmu pengetahuan (Susanto, 2011:149).

5
Dalam al-quran surat Al-Baqarah ayat 151 allah berfirman tentang ilmu.

Artinya: Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu)


Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat
Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab
dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.

Dalam filsafat ilmu terdapat tiga teori, yakni :


a. Teori pengetahuan (Epistimologi) adalah cara membentuk pengetahuan
logika dengan cara membentuk pengetahuan itu sendiri. Ada beberapa
teori yang dapat dilahat sebagai teori pengetahuan, yakni :
1) Empirisme (John Locke 1632-1704)
2) Rasionalisme (Rene Decartes 1596 – 1650)
3) Positivisme (August Compte, 1798 – 1857)
4) Intusionisme (Hendri Bergson, 1859 – 1941)
b. Teori Hakikat (Ontologi) adalah pembahasan pengetahuan objek itu
dipikirkan secara mendalam sampai pada hakekatnya. Teori ini terdiri atas
:
1) Materialisme/naturalisme menganut paham bahwahakikat benda
adalah materi itu sendiri, rohani, jiwa, spirit muncul dari benda, tidak
mengakui roh/ jiwa termasuk Tuhan.
2) Idealisme yang menganut paham bahwa hakikat benda adalah rohani,
spirit. Alasannya nilai rohnya lebih tinggi dari badan, manusia tidak
dapat memahami dirinya daripada dunia dirinya.
3) Dualisme yang menganut paham bahwa hakikat benda itu dua, materi
dan imateri, materi bukan muncul dari roh, roh bukan muncul dari
benda.

6
4) Agnotisme yang menganut paham bahwa manusia tidak dapat
mengetahui hakikat benda.
c. Teori Nilai (Aksiologi) adalah pengetahuan etika-estetika
1) Hedonisme yangmenganut paham bahwa sesuatu dianggap baik jika
mengandung kenikmatan bagi manusia (hedon).
2) Vitalisme yang menganut paham bahwa baik buruknya ditentukan oleh
ada tidaknya kekuatan hidup yang dikandung objek-objek yang dinilai,
manusia yang kuat, ulet, cerdas adalah manusia yang baik.
3) Utilitarisme yang menganut paham bahwa yang baik adalah yang
berguna, jumlah kenikmatan dikurangi jumlah penderitaan sama
dengan nilai perbuatan.
4) Pragmatisma yang menganut paham bahwa yang baik adalah yang
berguna secara praktis dalam kehidupan, ukuran kebenaran suatu teori
ialah kegunaan praktis teori itu, bukan dilihat secara teoritis.

2. Tujuan Teori
Sifat dan tujuan teori bukan semata untuk menemukan fakta yang
tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta
merepresentasikan fakta tersebut. Teori yang baik adalah teori yang
konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan
dalam kehidupan nyata. Apabila konsep dan penjelasan teori tidak sesuai dengan
realitas, maka keberlakuannya diragukan dan teori demikian tergolong teori semu.
Menurut Littlejohn dalam Drajat (2006) tujuan teori ada 9 (sembilan) yaitu:
a. Mengorganisasikan dan Menyimpulkan.
Kita tidak melihat dunia dalam kepingan-kepingan data. Sehingga dalam
mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya setengah-setengah. Kita
perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam
kehidupan. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat dicari dan
ditemukan. Kemudian diorganisasikan dan disimpulkan. Hasilnya berupa teori
dapat dipakai sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya.
b. Memfokuskan

7
Teori pada dasarnya hanya menjelaskan tentang suatu hal bukan banyak
hal. Untuk itu aspek-aspek dari suatu objek harus jelas fokusnya.
c. Menjelaskan
Teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang
diamatinya. Penjelasan ini berguna untuk memahami pola-pola, hubungan-
hubungan dan juga menginterpretasikan fenomena-fenomena tertentu. Atau
dengan kata lain teori- teori menyediakan tonggak-tonggak penunjuk jalan
untuk menafsirkan, menerangkan dan memahami kompleksitas dari
hubungan-hubungan manusia.
d. Mengamati
Teori tidak hanya menjelaskan tentang apa yang sebaiknya diamati tetapi
juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya. Terutama bagi
teori-teori yang memberikan definisi-definisi operasional, teoretikus
bersangkutan memberikan kemungkinan indikasi yang paling tepat mengenai
apa yang diartikan oleh suatu konsep tertentu. Jadi dengan mengikuti
petunjuk-petunjuk kita dibimbing untuk mengamati seluk beluk yang
diuraikan oleh teori itu.
e. Membuat prediksi
Fungsi prediksi ini dengan berdasarkan data dan hasil pengamatan maka
harus dapat dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang bakal terjadi apabila
hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercermin dalam kehidupan di masa
sekarang.
f. Heuristik (Membantu Proses Penemuan)
Sebuah aksioma yang terkenal adalah bahwa suatu teori yang baik
melahirkan penelitian. Teori yang diciptakan harus dapat merangsang
timbulnya upaya-upaya penelitian selanjutnya.
g. Mengkomunikasikan pengetahuan
Teori harus dipublikasikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan-
kritikan. Sehingga penyempurnaan teori akan dapat dilakukan.
h. Kontrol/ mengawasi

8
Fungsi ini timbul dari persoalan-persoalan nilai, di dalam mana
teoretikus berusaha untuk menilai keefektifan dan kepatutan perilaku tertentu.
Teori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku
kehidupan manusia.
i. Generatif
Fungsi ini terutama sekali menonjol dikalangan pendukung aliran
interpretif dan teori kritis. Menurut mereka, teori juga berfungsi sebagai
sarana perubahan sosial dan kultural, serta sarana untuk menciptakan pola dan
cara kehidupan yang baru.

3. Konstruk / Bangunan Teori


Bangunan teori adalah abstrak dari sejumlah konsep yang disepakatkan
dalam definisi-definisi. Konsep sebagai abstraksi dari banyak empiri yang telah
ditemukan kesamaan umumnya dan kepilahannya dari yang lain atau abstraksi
dengan cara menemukan sejumlah esensi pada suatu kasus, dan dilakukan
berkelanjutan pada kasus-kasus lainnya, dapat dikonstruksikan lebih jauh
menjadi proposisi atau pernyataan, dengan membuat kombinasi dari dua
konsep atau lebih. Bangunan-bangunan teori tersebut :
a. Teori Ilmu
Teori ilmu memiliki dua kutub arti teori.Kutub pertama adalah teori
sebagai hukum eksperimen muncul beragam, mulai dari hasil eksperimen
tersebut meluas ke hasil observasi fisik seperti teori tentang panas
bumi.Kutub ke dua adalah hukum sebagai kalkulus formal dapat muncul
beragam pula, mulai dari yang dekat dengan kutub pertama seperti teori
sebagai eksplanasi fisika misalnya teori Galileo tentang peredaran planet
pada porosnya, teori sinar memancar melengkung bila lewat bidang
gravitasi. Selanjutnya teori sebagai interpretasi terbatasan observasi seperti
sosial statis dan sosial dinamis dari August Conte dan pada ujung kutub ke
dua adalah teori sebagai prediksi logis; dengan sifatnya berlaku umum dan
diprediksikan berlaku kapan pun,dahulu dan yang akan datang. Seperti teori
newton,teori relativitas dari Einstein yang memberikan penjelasan alternatif

9
tentang sumber energi yang memungkinkan matahari menghasilkan energi
besar dalam waktu yang begitu lama (Wattimena,2008: 193).
b. Temuan SubstantifMendasar
Temuan-temuan atas bukti empirik dapat dijadikan tesis substantif, dan
diramu dalam konsep lain dapat dikonstruk menjadi teori subtantif. Asumsi
keberlakuan subtantif tersebut ada pada banyak kasus yang sama di tempat
dan waktu yang berbeda.
Demikian pula persepsi ilmuwan tentang atom, berkembang.Dari partikel
terkecil, diketemukannya unsur radioaktif pada atom dan diketemukannya
unsur-unsur elektron yang berputar mengorbit pada proton yang mempunyai
kekuatan magnetik.Kemudian pada tahun 1937 diketemukan neutron,
semacam proton, tetapi tidak mempunyai kekuatan magnetik. Berat neutron
beragam dan inilah yang menyebabkan atom satu beda beratnya dengan
atom yang lain. Temuan teori atom ini merupakan temuan ilmiah substantif
mendasar (Muhadjir, 2001: 41).
c. Hukum-Hukum Keteraturan
1) Hukum Keteraturan Alam
Alam semesta ini memiliki keteraturan yang determinate. Ilmu
pengetahuan alam biasa disebut hard science, karena segala proses alam
yang berupa benda anorganik sampai organik dan hubungan satu dengan
lainnya dapat diekspalanasikan dan diprediksikan relatif tepat. Kata
relatif tepat memuat dua makna: pertama, bila teori yang kita gunakan
untuk mebuat ekplanasi atau prediksi sudah sangat lebih baik, dan ke dua,
bila variabel yang ikut berperan terpantau (Muhadjir, 2001: 41). Menurut
al-Kindi ketertiban alam ini, baik susunan, interaksi, relasi bagian dengan
bagiannya, ketundukan suatu bagian pada bagian-bagian lainnya, dan
kekukuhan strukturnya di atas landasan prinsip yang terbaik bagi proses
penyatuan, perpisahan, dan muncul serta lenyapnya sesuatu dalam alam,
mengindikasikan adanya pengaturan yang mantap dan kebijakan yang
kukuh. Tentu ada pengatur yang maha bijaksana dibalik semua ini, yaitu
Allah (Drajat, 2006: 16-17).

10
2) Hukum Keteraturan HidupManusia
Hidup manusia itu memilikikeberagaman sangat luas. Ada yang lebih
suka kerja keras dan yang lain menyukai hidup santai, ada yang tampil
ulet meski selalu gagal, yang lain mudah putus asa, ada yang berteguh
pada prinsip dan sukses dalam hidup, yang lain berteguh pada prinsip,
dan tergilas habis. Kehidupan manusia mengikuti sunnatullah, mengikuti
hukum yang sifatnya indeterminate. Mampu membaca kapan harus teguh
prinsip, kapan diam dan kapan berbicara dalam nada yang bagaimana,
dia akan sukses beramal ma’ruf nahi mungkar. Manusia mempunyai
kemampuan untuk memilih yang baik, dan menghindari yang tidak
baik.Dataran baik tersebtu dapat berada pada dataran kehidupan
prakmatik sampai pada dataran moral human ataupun moral
religius.Memilih kerja yang mempunyai prospek untuk menghidupi
keluarganya, merupakan lebebasan memilih manusia dengan
konmsukuensi ditempuhnya keteraturan sunnatullah; harus tekun bekerja
dan berupaya berprestasi didunia kerjanya.Untuk diterima
kepemimpinannya, seorang pemimpin perlu berupaya menjadi siddiq,
amanah, dan maksum. Keadaan demikian berkenan dengan pemikiran
Ibnu Bajjah yang membagi perbuatan manusia kepada perbuatan manusia,
yaitu perbuatan yang didorong oleh kehendak/kemauan yang dihasilkan
oleh pertimbangan pemikiran, dan perbuatan hewani yaitu perbuatan
instingtif sebagaimana terdapat pada hewan, muncul karena dorongan
intim dan bukan dorongan pemikiran (Drajat, 2006: 16-17).
3) Hukum Keteraturan Rekayasa Teknologi
Keteraturan alam yang determinate, dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu keteraturan substantif dan keteraturan esensial. Seperti pohon
mangga golek akan berbuah mangga golek. Ketika ilmuwan berupaya
menemukan ensensi rasa enak pada mangga, menemukan ensensi buah
banyak pada mangga, dan menemukan esensi pohon mangga baru

11
manalagi yang enak buahnya, mebuat rekayasa agar dapat diciptakan
pohon mangga baru manalagi yang enak buahnya, banyak buahnya, dan
tahan penyakit, di sini nampak bahwa ilmuwan mencoba menemukan
keteraturan esensial pada benda organik. Produk teknologi merupakan
produk kombinasi antara pemahaman ilmuwan tentang keteraturan
esensial yang determinatedengan upaya rekayasa kreatif manusia
mengikuti hukum keteraturan sunnatullah(Muhadjir, 2001: 43).
d. Konstruk Teori Model Korespondensi
Konstruk berfikir korespondensi adalah bahwa kebenaran sesuatu
dibuktikan dengan cara menemukan relasi relevan dengan sesuatu yang lain.
Tampilan korespondensi tersebut beragam mulai dari korelasi, kausal,
konstributif, sampai mutual. Konstruk berfikir statistik kuantitatif dan juga
pendekatan positifistik menggunakan cara ini (Muhadjir, 2001: 52).
Menurut Bertand Russel suatu pernyataan benar jika materi
pengetahuan yang dikandung oleh pernyataan itu berkorespondensi
(berhubungan/cocok) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu,
misalnya, jika adaseseorang yang mengatakan “Ibukota republik Indonesia
adalah Jakarta” maka pernyataan itu benar sebab pernyataan itu sesuai
dengan fakta objektif (Bakhtiar, 1997: 33).
e. Konstruk Teori Model Koherensi
Konstruk teori model koherensi merentang dari koherendalam makna
rasional sampai dalam makna moral.Konstruk kohren dalam makna rasional
adalah kesesuaian sesuatu dengan skema rasional tertentu, termasuk juga
kesesuaian sesuatu dengan kebenaran objektif rasional.
Aristoteles dalam teori koherensi memberikan standar kebenaran
dengan cara dedukatif, yaitu kebenaran yang didasarkan pada kriteria
koherensi yang dapat diungkap. Bahwa berdasarkan teori koherensi suatu
pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau
konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Bila kita
menganggap benar bahwa “Semua manusia pasti mati” adalah pernyataan
yang benar, maka pernyataan bahwa “Si Fulan adalah seorang manusia dan

12
si Fulan pasti mati” adalah benar pula. sebab pernyataan ke dua adalah
konsisten dengan pernyataan yang pertama (Bakhtiar, 1997: 32).
f. Konstruk Teori Model Pragmatis
Konstruk teori pragmatis berupaya menkonstruk teorinya dari konsep-
konsep, pernyataan-pernyataan yang bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis atau tidak.Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak;
artinya suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau inplikasinya
mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.Kaum prakmatis
berpaling pada metode ilmiah sebagai metode untuk mencari pengetahuan
tentang alam ini yang dianggap fungsional dan berguna dalam menafsirkan
gejala-gejala alamiah.Agama bisa dianggap benar karena memberikan
ketenangan pada jiwa dan ketertiban dalam masyarakat.Para ilmuwan yang
menganut asas ini tetap menggunakan suatu teori tertentu selama teori itu
mendatangkan manfaat (Bakhtiar, 1997: 34).
g. Konstruk Teori Iluminasi
Teori Iluminasi adalah pengetahuan yang semua hubungannya berada
dipandang dalam kerangka dirinya sendiri, sehingga seluruh anatomi
gagasan tersebut bisa dipandang benar tanpa membutuhkan hubungan
ekterior(Bakhtiar, 1997: 35-36).Artinya hubungan mengetahui, dalam
bentuk pengetahuan tersebut adalah hubunganobjek tanpa campur tangan
koneksi dengan objek eksternal.
Selanjutnya Iluminasi disebut sebagai ilmu hudhuri yaitu pengetahuan
dengan kehadiran karena ia ditandai oleh keadaan neotikdan memiliki objek
imani yang menjadikannya pengetahuan suatu objek. Ilmu hudhuri tidak
memiliki objek di luar dirinya, tetapi objek itu sendiri adalah objek subjektif
ada pada dirinya(Bakhtiar, 1997: 37). Oleh sebagian sufi, iluminasi itu
adalah pengetahuan diri tentang diri yang berasal dari penyinaran dan
anugerah Tuhan yang digambarkan dengan berbagai ungkapan dan keadaan.
Ada yang menyebutkannya dengan terbukanya hijab antara dirinya dengan
Tuhan, sehingga pengetahuan dan rahasianya dapat diketahui. Ada yang

13
mengungkapkan dengan rasa cinta yang sangat dalam sehingga antara dia
dan Tuhan tidak ada rahasia lain. Pengetahuan Tuhan adalah pengetahuan-
Nya.Dan ada yang menyatakan dengan kesatuan kesadaran (ittihad/hulul).

4. Perkembangan Teori dan Ilmu


Pada tahap pertama manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengamatan, kemudian membeda-bedakan, diikuti dengan upaya memilih, yang
pada akhirnya melakukan percobaan. Tetapi dalam masa prasejarah, percobaan
yang dilakukan masih bersifat trial and error. Pada masa ini pengetahuan manusia
lebih banyak diperoleh dari alam sekitar, kadang-kadang secara kebetulan.
makanan, minuman, dan pakaian, semuanya bergantung pada alam. Bilamana di
suatu tempat apa yang diperlukan itu habis maka mereka pindah ke tempat lain.
Dari pengalamannya sehari-hari manusia kemudian memahami bahwa
makanan itu tidak hanya bergantung pada alam, tetapi bisa dibuat sendiri. Dari
situ manusia mulai mencoba menanam tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan
makanan seperti yang mereka peroleh dari alam sekitarnya. Binatang yang
biasanya diburu atau dicari langsung kemudian dicoba untuk memeliharanya
melalui penjinakan binatang-binatang hasil buruaan. Berkembanglah pengetahuan
manusia dengan apa yang disebut bercocok tanam atau pertanian, peternakan
pembuatan makanan, pembuatan alat-alat makanan, pembuatan pakaian, dan lain
sebagainya.
Dalam masa sejarah yang dimulai kurang lebih 15.000 sampai dengan 600
tahun Sebelum Masehi, pengetahuan manusia telah berkembang lebih maju. Pada
masa ini manusia telah mengenal membaca, menulis, dan berhitung. Kebudayaan
manusia pun mulai berkembang diberbagai tempat tertentu. Antara lain dikenal
kebudayaan Mesir di Afrika, Sumeria, Babilonia, Niniveh dan Tiongkok di Asia,
Maya dan Inca di Amerika Tengah. Manusia sudah bisa menghitung dan
mengenal angka.
Pada jaman Yunani Kuno perkembangan ilmu secara pesat terjadi disana.
Karakteristik penalaran dari bangsa Yunani Kuno di pengaruhi oleh sikap mereka
yang memandang manusia sebagai makhluk luhur yang punya kebebasan.

14
Manusia mempunyai kebebasan untuk berpikir dan berbuat sesuai dengan
keyakinan yang dimilikinya. Tokoh-tokoh pemikir yang telah meletakkan dasar
filsafat ilmu pada masa ini antara lain Aristoteles yang merupakan pelopor utama
logika deduktif. Dalam bukunya ia mengemukakan tentang analisis yang berupa
silogisme yang terdiri dari tiga kalimat, premis mayor yang bersifat umum, premis
minor yang bersifat khusus dan dari kedua premis tersebut ditarik sebuah
kesimpulan.
Premis mayor : semua manusia akan mati
Premis minor : sokrates manusia
Kesimpulan : sokrates akan mati
Jika premis mayor dan premis minor benar, maka kesimpulan pasti benar.
Menurut Duverger, filsafat ilmu dalam abad pertengahann lebih banyak
dipengaruhi oleh agama dan moral. Di Indonesia pengetahuan manusia sudah
berkembang sejak jaman kerajaan. Dengan adanya kerajaan tersebut maka
Indonesia sudah lama mengenal dan mempunyai pengetahuan tentang mengatur
negara dan masyarakat. Dalam pertanian sudah lama mengenal pengairan sawah,
peternakan yang juga digunakan untuk kepentingan transportasi, pertanian, dan
berbagai macam kerajinan dari tanah liat, kayu dan logam, menggambar dan
musik. Nenek moyang bangsa Indonesia terkenal sebagai pelaut atau ahli maritim,
navigasi serta pembuatan perahu dan juga terkenal sebagai tukang ramal, seperti
Jayabaya.
Pada jaman modern, pengetahuan manusia memang sudah merupakan hasil
sintesis dari berbagai kebudayaan lama dan cross analysis dengan budaya yang
datang dari luar negara yang bersangkutan. Dengan kemajuan teknologi dan
perkembangan komunikasi, setiap pengetahuan akan mudah dipengaruhi oleh
pengetahuan lain yang datang dari luar. Yang diperolehnya dari luar dianggap
lebih modern.
Dahulu kala orang percaya bahwa bumi ini datar. Hal itu misalnya dipercaya
oleh orang Babilonia. Atas dasar pengamatan terhadap ruang gerak yang sempit,
misalnya yang meliputi sebuah desa atau sebuah negara kecil yang datar,
anggapan bahwa bumi itu datar dapat didukung oleh kenyataan (Hidayat, 2014:8).

15
Karena itu juga dimesir juga berkembang suatu pengebangan yang disebut
geometri. Arti harfiahnya ialah ilmu ukur bumi, ilmu ukur ini mengunakan bidang
datar sebagai landasan pembahasan, dan berdasarkan anggapan itu kemudian
berkembanglah berbagai hubungan antara titik garis lurus, sudut antara dua garis
yang berpotongan, serta berbagai bagun geometri pada bidang datar.
Anggapan bahwa bumi itu datar bentuknya adalah contoh tentang teori. Atas
dasar teori ini peta bumi yang pertama dibuat juga mengambarkan bumi sebagai
suatu lempeng berbentuk lingkaran, yang titik pusatnya sering sekali juga
melambangkan kota Yarusalam.Selain itu juga ada orang yang beranggapan bumi
itu tidak datar, misalnya para ahli bintang yang melihat bayangan bumi di bulan
sewaktu terjadi gerhana berbentuk seperti lingkaran. Demikian pula para pelaut
mengamati bahwa di laut luas apabila mereka berjumpa dengan kapal layar lain,
kapal layar itu tidak langsung muncul dihadapan mereka, tiang layar utama kan
muncul perlahan-lahan kemudian baru badan layar, yang membuat orang
mempertanyakan apakah benar bumi itu datar. Akhirnya orang membuat
anggapan bahwa bumi itu tidak datar, melainkan bulat (Nasution, 1999: 85).

5. Pengertian Metodologi
Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metodologi bisa diartikan
sebagai ilmu yang membicarakan tentang metode-metode. Metode berasal dari
kata yunani methodos, sambungan kata depan meta yang artinya menuju, melalui,
mengikuti, sesudah dan kata benda hodos yang artinya jalan, perjalanan, cara,
arah. Kata methodos sendiri berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah,
dan uraian ilmiah. Metode adalah cara bertindak menurut sistim aturan tertentu.
Selain itu metode merupakan suatu cara, jalan, petunjuk pelaksanaan atau
petunjuk teknis, sehingga memiliki sifat yang praktis (Surajiyo, 2008). Sedangkan
menurut Anton Bakker (1994: 10) metode adalah cara bertindak menurut aturan
tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode bisa dirumuskan suatu proses
atau prosedur yang sitematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai
oleh disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Selanjutnya metodologi
disebut juga science of methods, yaitu ilmu yang membicarakan cara, jalan atau

16
petunjuk praktis dalam penelitian, sehingga metodologi penelitian membahas
konsep teoritis berbagai metode. Dapat dikatakan pula bahwa metodologi
penelitian adalah membahas tentang dasar-dasar filsafat ilmu dari metode
penelitian. Metodologi melakukan pengkajian mengenai model atau bentuk
metode, aturan yang harus dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan.
Perbedaannya dengan metode adalah metodologi bersifat umum, kalau metode
lebih bersifat khusus (Surajiyo, 2008).

6. Unsur-Unsur Metodologi
Unsur-unsur metodologi sebagaimana telah dirumuskan oleh Anton Bakker
dan Achmad Charris Zubair dalam buku Metodologi Penelitian Filsafat (1994),
antara lain dijelaskan sebagai berikut.
a. Interpretasi
Interpretasi artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak
bersifat subjektif melainkan harus bertumpu pada evidensi objektif untuk
mencapai kebenaran yang otentik. Dengan interpretasi ini diharapkan manusia
dapat memperoleh pengertian dan pemahaman. Pada dasarnya interpretasi
berarti tercapainya pemahaman yang benar mengenai ekspresi manusiawi
yang dipelajari.
b. Induksi dan Deduksi
Pada setiap ilmu terdapat penggunaan metode induksi dan deduksi
menurut pengertian siklus empiris. Siklus empiris meliputi beberapa tahapan,
yakni observasi, induksi, deduksi, kajian (eksperimentasi) dan evaluasi.
Tahapan itu pada dasarnya tidak berlaku secara berturut-turut, melainkan
terjadi sekaligus. Akan tetapi, siklus ini diberi bentuk tersendiri dalam
penelitian filsafat, berhubungan dengan sifat-sifat objek formal yang istimewa,
yaitu manusia.
c. Koherensi Intern
Koherensi intern yaitu usaha untuk memahami secara benar guna
memperoleh hakikat dengan menunjukkan semua unsur struktural dalam suatu
struktur yang konsisten, sehingga benar-benar merupakan internal

17
structureatau internal relation. Walaupun mungkin terdapat semacam oposisi
di antaranya, tetapi unsur-unsur itu tidak boleh bertentangan satu sama lain.
Dengan demikian akan terjadi suatu lingkaran pemahaman antara hakikat
menurut keseluruhannya dari satu pihak dan unsur-unsurnya di pihak lain.
d. Holistis
Holistis yaitu tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai kebenaran
secara utuh, dimana objek dilihat dari interaksi dengan seluruh kenyataannya.
Identitas objek akan terlihat bila ada korelasi dan komunikasi dengan
lingkungannya. Objek (manusia) hanya dapat dipahami dengan mengamati
seluruh kenyataan dalam hubungannya dengan manusia, dan manusia sendiri
dalam hubungannya dengan segalanya yang mencakup hubungan aksi-reaksi
sesuai dengan tema zamannya. Pandangan menyeluruh ini juga disebut
totalitasi, semua dipandang dalam kesinambungannya dalam satu totalitas.
e. Kesinambungan Historis
Jika ditinjau dari perkembangannya maka manusia itu adalah
makhluk historis. Manusia disebut demikian karena ia berkembang dalam
pengalaman dan pikiran, bersama dengan lingkungan dan zamannya. Masing-
masing orang berinteraksi dengan dunianya untuk membentuk nasib sekaligus
nasibnya dibentuk oleh mereka. Dalam perkembangan pribadi itu harus dapat
dipahami melalui suatu proses berkesinambungan. Rangkaian kegiatan dan
peristiwa dalam kehidupan setiap orang merupakan mata rantai yang tidak
terputus. Yang baru masih berlandaskan yang dahulu, tetapi yang lama juga
mendapat arti dan relevansi baru dalam perkembangan yang lebih kemudian.
Justru dalam hubungan mata rantai itulah harkat manusia yang unik dapat
diselami.
f. Idealisasi
Idealisasi merupakan proses untuk membuat ideal, artinya upaya dalam
penelitian untuk memperoleh hasil yang ideal atau sempurna.
g. Komparasi
Komparasi adalah usaha memperbandingkan sifat hakiki dalam objek
penelitian sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam. Justru

18
perbandingan itu dapat menentukan secara tegas kesamaan dan perbedaan
sesuatu sehingga hakikat objek dapat dipahami dengan semakin murni.
Komparasi dapat diadakan dengan objek lain yang sangat dekat dan serupa
dengan objek utama. Dengan perbandingan itu, meminimalkan perbedaan
yang masih ada, banyak ditemukan kategori dan sifat yang berlaku bagi jenis
yang bersangkutan. Komparasi juga dapat diadakan dengan objek lain yang
sangat berbeda dan jauh dari objek utama. Dalam perbandingan itu
dimaksimalkan perbedaan-perbedaan yang berlaku untuk dua objek, namun
sekaligus dapat ditemukan beberapa persamaan yang mungkin sangat
strategis.
h. Heuristika
Heuristika adalah metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah
untuk memecahkan masalah. Heuristika benar-benar dapat mengatur
terjadinya pembaharuan ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat memberikan
kaidah yang mengaacu.
i. Analogikal
Analogikal adalah filsafat meneliti arti, nilai dan maksud yang
diekspresikan dalam fakta dan data. Dengan demikian, akan dilihat analogi
antara situasi atau kasus yang lebih terbatas dengan yang lebih luas.
j. Deskripsi
Seluruh hasil penelitian harus dapat dideskripsikan. Data yang
dieksplisitkan memungkinkan dapat dipahami secara mantap.

7. Metode Pengembangan Teori


Yang dimaksudkan dengan metode yaitu metode ilmiah. Metode ilmiah
ialah cara untuk mendapatkan atau menemukan pengetahuan yang benar dan
bersifat ilmiah. Metode ilmiah mensyaratkan asas, pengembangan dan prosedur
tertentu yang disebut kegiatan ilmiah misalnya penalaran, studi kasus dan
penelitian. Metode ilmiah dapat dengan penalaran dan pembuktian kebenaran
ilmiah. Metode Ilmiah dengan penalaran dan kesimpulan atau pembuktian
kebenaran. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-

19
tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing. Penalaran
adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang benar dan
bukan hasil perasaan.
Allah berfirman dalam Q.S Al-An’am ayat 104

Artinya: 104. Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang;
maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya
sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka
kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah
pemelihara(mu).

Penalaran merupakan kegiatan yang mempunyai ciri tertentu dalam


penemuan kebenaran. Dua ciri penalaran :
a. Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka
tertentu (frame of logic) yaitu, menurut logika: deduksi-induksi,
rasionalism-empirism, abstrak-kongkrit.
b. Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir
analisis- sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/
penelitian).
Menurut Archie J. Bahm dalam Amelia (2013), metode pengembangan teori
berdasarkan ilmu ilmiah memiliki enam karakteristik utama, yaitu:
a. Rasa Ingin Tahu (Curiosity)
Rasa ingin tahu ilmiah berupaya mempertanyakan bagaimana sesuatu itu
eksis, apa hakekatnya, bagaimana sesuatu itu berfungsi, dan bagaimana
hubungannya dengan hal-hal lain. Rasa ingin tahu ilmiah berujung pada
pengertian.
b. Spekulatif

20
Spekulatif adalah keinginan untuk mencoba menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapi. Dia harus membuat beberapa upaya. Ketika solusi
terhadap suatu masalah ilmiah tidak muncul dengan segera, upaya harus
dilakukan untuk menemukan solusi. Seseorang harus mencoba untuk
mengemukakan hipotesis-hipotesis yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi-
solusi. Seseorang dapat saja mengeksplorasi beberapa hipotesis alternatif.
Spekulasi adalah keinginan untuk terus mencoba dan mencoba, sehingga dapat
dikatakan bahwa ciri khas dari sikap ilmiah adalah keinginan untuk
berspekulasi.
c. Kesediaan untuk Menjadi Objektif
Objektifitas adalah salah satu hal dari sikap subjektifitas. Objek selalu
merupakan objek dari subjek. Objektifitas bukan saja berhubungan erat
dengan eksistensi subjek tetapi juga berhubungan dengan kesediaan subjek
untuk memperoleh dan memegang suatu sikap objektif. Kesediaan untuk
menjadi objektif meliputi beberapa hal yaitu:
1) Kesediaan untuk mengikuti rasa ingin tahu ilmiah kemana saja rasa itu
membimbing. Kesediaan ini mengisyaratkan keingintahuan dan
kepedulian tentang penyelidikan lebih lanjut yang dibutuhkan demi
pengertian sampai tahap kebijaksanaan yang dimungkinkan.
2) Kesediaan untuk mau menerima. Yang dimaksud di sini adalah
penerimaan terhadap data. Data adalah sesuatu yang sebagaimana
adanya (given) dalam pengalaman ketika objek-objek diamati, diterima
sebagai suatu masalah untuk dipecahkan. Sikap ilmiah termasuk
kesediaan untuk menerima data sebagaimana adanya. Data dan
hipotesis dilihat sebagai instrumen untuk menerima kebenaran tentang
objek itu sendiri, dapat mewujudkan kesediaan menjadi objektif. Suatu
hipotesis dalamnya terkandung dua hal yaitu penemuan (pengamatan
fakta-fakta tentang objek atau masalah) dan hasil dari penemuan (ide-
ide yang bertujuan untuk membangun konsep tentang objek atau
masalah).

21
3) Kesediaan untuk bertahan. Tidak ada aturan yang menyatakan berapa
lama seorang ilmuan harus bertahan dalam pergulatan dengan masalah
yang alot. Kesediaan untuk tetap objektif mensyaratkan kesediaan
untuk terus melanjutkan dan bertahan selama mungkin dan mencoba
mengerti objek atau masalah sampai pengertian diperoleh.
d. Pikiran yang Terbuka
Sikap ilmiah mengisyaratkan kesediaan untuk berpikiran terbuka. Hal itu
termasuk kesediaan untuk mempertimbangkan segala hal yang relevan seperti
hipotesis, dan metodologi yang berhubungan dengan masalah. Hal itu
termasuk kesediaan untuk menerima, bahkan mengundang ide-ide baru yang
berbeda dengan kesimpulan-kesimpulan yang telah dibangun. Kesediaan
untuk mendengarkan dan menguji pandangan-pandangan yang lain.
e. Kesediaan untuk menangguhkan keputusan
Ketika suatu masalah kelihatannya tidak terselesaikan atau terpecahkan
dengan jawaban-jawaban penelitian yang dilakukan, maka kesediaan untuk
menangguhkan keputusan adalah hal yang tepat sampai semua kebenaran yang
diperlukan diperoleh atau tersedia. Dalam bagian ini, yang dibutuhkan adalah
sikap kesabaran ilmiah.
f. Tentativitas
Sikap ilmiah membutuhkan kesediaan untuk tetap bersifat sementara
dalam menerima seluruh kesimpulan-kesimpulan ilmiah yang dibangun.
Walaupun suatu hasil dalam kajian ilmiah itu bersifat sementara, tetapi
kesediaan untuk tetap mempertahankan kesimpulan yang telah diperoleh dan
dibuat juga perlu.

Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan adalah sebagai berikut :


a. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah
b. Menyusun kerangka (logical construct)
c. Merumuskan hipotesis (jawaban rasional terhadap masalah)
d. Menguji hipotesis secara empiric
e. Melakukan pembahasan
f. Menarik kesimpulan

22
Tiga langkah pertama merupakan metode penelitian, sedangkan langkah-
langkah selanjutnya bersifat teknis penelitian. Dengan demikian maka
pelaksanaan penelitian menyangkut dua hal yaitu hal metode dan hal teknis
penelitian.
a. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah
Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah yaitu menetapkan
masalah penelitian, apa yang dijadikan masalah penelitian dan apa objeknya.
Menyatakan objek penelitian saja masih belum spesifik, baru menyatakan pada
ruang lingkup manusia penelitian akan bergerak. Sedangkan mengidentifikasi atau
menyatakan masalah yang spesifik dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan penelitian (research question), yaitu pertanyaan yang belum dapat
memberi penjelasan yang memuaskan berdasar teori (hukum/dalil) yang ada.
Dengan mengidentifikasi situasi atau kondisi yang memungkinkan atau
tidak memungkinkan secara lebih lanjut berarti telah merunuskan masalah
penelitian.Cara paling sederhana untuk menemukan pertanyaan penelitian adalah
melalui data sekunder. Wujudnya berupa beberapa kemungkinan, misalnya :
1) Melihat suatu proses dari perwujudan teori
2) Melihat linkage dari proposisi suatu teori kemudian bermaksud
memperbaikinya.
3) Merisaukan keberlakuan suatu dalil atau model di tempat tertentu atau pada
waktu tertentu.
4) Melihat tingkat informatif value dari teori yang talah ada, kemudian
bermaksud meningkatkannya.
5) Segala sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan teori yang telah ada atau
belum dapat dijelaskan secara sempurna.
b. Menyusun kerangka pikiran
Yaitu mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka yang logis atau menurut
logical construct. Cara berpikir (nalar) ke arah memperoleh jawaban terhadap
masalah yang diidentifikasi ialah penalaran yang berangkat dari hal yang umum
(general) kepada hal-hal yang khusus (spesifik). Hal-hal umum ialah teori,

23
sedangkan hal yang bersifat khusus (spesifik) tidak lain adalah masalah yang
diidentifikasi itu.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dan penyusunan kerangka
pikiran, berupa proposisi deduksi. Merumuskan berarti membentuk proposisi yang
sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan serta tingkat-tingkat kebenarannya.
Jika dikaji kembali kalimat-kalimat proposisi, baik berupa teori maupun hipotesis,
ternyata kalimat itu mengansung 3 komponen yaitu antiseden, konsekuen dan
depedensi. Dua komponen depedensi merupakan sifat hubungan dari antiseden
dan konsekuen (merupakan linkage dalam proposisi itu).
Dependensi mengandung arti bahwa hubungan antiseden dan konsekuen
merupakan hubungan sebab-akibab yang benar. Konsekuen tergantung pada
kebenaran antiseden. Antiseden yang tidak benar menyebabkan konsekuen yang
tidak benar (tidak dependen).
Macam-macam hipotesis yaitu:
1) Hipotesis Deskriptif
Hipotesis “lukisan”, menunjukkan dugaan sementara tentang bagaimana (how)
benda-benda, peristiwa-peristiwa, atau vaiabel-variabel itu terjadi.
2) Hipotesis argumentasi
Hipotesis “penjelasan”, menunjukkan dugaan sementara tentang mengapa
(why) benda-benda, peristiwa-peristiwa, variabel-variabel itu terjadi. Hipotesis ini
merupakan pernyataan sementara yang diatur secara sistematis sehingga salah satu
pernyataan merupakan kesimpulan (konsekuen) dari pernyataan yang lainnya
(antiseden).
3) Hipotesis kerja
Hipotesis yang meramalkan/ menjelaskan akibat-akibat dari suatu variabel
yang menjadi penyebabnya. Jadi hipotesis ini menjelaskan suatu ramalan bahwa
jika suatu variabel berubah maka vriabel tertentu akan berubah pula.
4) Hipotesis Nol
Hipotesis statistik, bertujuan memeriksa ketidakbenaran sebuah dalil (teori,
yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah. Karena hipotesis ini

24
mempergunakan perangkat statistik) matematik maka disebut hipotesis statistik.
Melalui prosedur ini maka kita membuat dugaan dengan hati-hati, bahwa menurut
pendapat kita tidak ada hbungan yang berarti atau perbedaan yang signifikan dan
selanjutnya kita mencoba memastikan ketidak mungkinan hipotesis ini. Jika
ternyata hipotesis ini ditolak maka pekerjaan kita pindah ke hipotesis kerja (oleh
karena itu hipotesis nol disebut kebalikan dari hipotesis kerja).
Menguji hipotesis ialah membandingkan/ menyesuaikan segala yang
terkandung dalam hipotesis dengan data empirik. Pembandingan atau penyesuaian
itu pada umumnya didasarkan pada pemikiran yang beranggapan bahwa di alam
ini suatu peristiwa mungkin tidak terjadi secara tersendiri. Dengan kata lain, suatu
sebab mungkin akan menimbulkan beberapa akibat atau mungkin pula suatu
akibat ditimbulkan oleh beberapa penyebab. Menrut Jhon Stuart Mills, cara paling
sederhana untuk mengetahui faktor penyebab timbulnya suatu akibat ialah dengan
membandingkan berbagai peristiwa dalam suatu fenomena.
d. Membahas dan menarik kesimpulan
Dalam membahas sudah termasuk pekerjaan interpretasi terhadap hal-hal yang
ditemkan dalam penelitian. Dalam interpretasi, pikiran kita diarahkan pada dua
titik pandang. Pertama, kerangka pikiran yang telah disusun, bahkan ini harus
merupakan frame of work pembahasan penelitian. Kedua, pandangan diarahkan ke
depan yaitu mengaitkan kepada veriabel dari topik aktual.
e. Hasil pembahasan tidak lain adalah kesimpulan.
Kesimpulan penelitian adalah penemuan-penemuan dari hasil interpretasi dan
pembahasan. Penemuan-penemuan dari interpretasi dan pembahasan harus
merupakan jawaban pertanyaan penelitian sebagai masalah atau sebagai bukti dari
penerimaan terhadap hipotesis yang diajukan. Pernyataan-pernyataan dalam
kesimpulan dirumuskan dalam kalimat yang tegas dan padat, tersusun dari kata-
kata yang baik dan pasti, sedemikian rupa sehin gga tidak menimbulkan tafsiran-
tafsiran yang berbeda (apa yang dimaksud oleh si peneliti harus ditafsirkan sama
oleh orang lain.

25
Menurut Baker, anton, dkk (1992), ada beberapa unsur-unsur metodologi yaitu
interpretasi(menafsirkan), induksi dan deduksi, koherensi intern, holistis,
kesinambungan historis, idealisasi, kompersasi, heuristika, analogi, dan deskripsi.

B. Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi


1. Pengertian Etika
Istilah etika atau ethis memiliki banyak arti, secara etimologi istilah etika
berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos atau ethikos, yang mempunyai arti
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kadang, kebiasaan, adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, cara berpikir. Adapun dalam bentuk jamaknya ta etha yang
artinya adat kebiasaan. Ta etha menjadi latar belakang terbentuknya istilah etika
yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles sudah dipakai untuk menunjukkan
filsafat moral (Susanto,2011:164). Oleh sebab itu etika sering disebut filsafat
moral. Etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai tindakan
manusia dalam kaitannya dengan tujuan utama hidupnya. Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak. Etika
dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu tentang apa yang baik dan
kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Selain itu, etika juga dapat diartikan sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.Jadi
dapat disimpulkan etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai
tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan utama hidup yang mencakup
tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat.
Etika membahas baik buruk atau benar atau tidaknya tingkah laku dan
tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika
mempersoalkan bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak.
Sebagaimana yang diketahui bahwa manusia ditentukan oleh macam-macam
norma. Etika menolong manusia untuk mengambil sikap terhadap semua norma

26
dari luar dan dari dalam, supaya manusia mencapai kesadaran moral yang
otonom.Nilai baik dan buruk yang didasarkan pada rasio adalah etika. Selain
istilah etika, pada umumnya pengetahuan tentang baik dan buruk berbeda-beda.
Oleh karena itu, penyebutannya dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Akhlak adalah sebutan tentang perilaku baik dan buruk yang digunakan
oleh agama. Dalam ilmu akhlak, tingkah laku dibagi dua, yakni akhlak
mahmudah, yang merupakan tingkah laku terpuji dan akhlak madzmumah
yang merupakan akhlak tercela.
b. Moral asal katanya mores, yakni penilaian baik dan buruk yang digunakan
dalam kehidupan sosial politik. Meskipun istilah ini digunakan dalam
sembarang tempat, yang paling sering justru dalam kehidupan politik,
sebagaimana sebutan moral bangsa, moralitas sosial, moralitas politik.
c. Susila adalah istilah yang digunakan dalam kaidah baik dan buruk yang
merujuk pada ideologi Pancasila. Su artinya baik dan sila artinya
kesopanan. Kata susila digunakan pula dalam undang-undang, misalnya
tindakan susila atau melanggar kesusilaan.
d. Norma adalah ukuran baik dan buruk yang digunakan dalam konsep
kebiasaan masyarakat. Sosiolog maupun antropolog menyebut adat
sebagai norma sosial.
e. Etika adalah ukuran baik dan buruk menurut akal. Karena etika jarang
digandengkan atau dihubungkan dengan akhlak, norma, moral, dan
kesusilaan, melainkan lebih sering berkaitan dengan profesi, dan
pemahaman filosofis tentang baik dan buruk, berharga atau tidak berharga.
Umpamanya tentang kode etik kedokteran. Mengapa tidak dengan kode
akhlak pengacara atau kode moral kedokteran (Saebani, 2009: 195-196).
Baik dan buruk sangat bergantung pada sistem penilaian yang digunakan.
Meskipun menurut ajaran agama dipandang baik tetapi jika menurut norma sosial
tidak layak dilakukan otomatis akan ditolak. Demikian pula perbuatan yang
menurut pandangan etika sangat menguntungkan, jika bertentangan dengan
moralitas politik yang berkembang, pandangan etika itu akan merugikan.
Contohnya, terjadi penilaian yang berbeda terhadap cara berpakaian orang-orang

27
primitif, orang-orang pedalaman suku Dayak, suku Asmat, suku Aborigin, suku
Indian, dan sebagainya. Mereka tidak merasa telah melakukan pornoaksi dan tidak
mengenal konsep aurat. Menurut Saebani (2009: 197), pandangan baik dan buruk
serta hakikat nilai dalam kehidupan manusia sangat bergantung pada tiga hal
mendasar yaitu:
a. Cara berpikir yang melandasi manusia dalam berperilaku. Cara berpikir
akan berkaitan dengan pemahaman tentang baik dan buruk.
b. Cara berbudaya yang menjadi sendi berlakunya norma sosial. Cara
berbudaya merujuk kepada kebiasaan-kebiasaan normatif.
c. Cara merujuk kepada sumber-sumber nilai yang menjadi tujuan pokok
dalam bertindak. Cara merujuk berhubungan dengan pendekatan yang
digunakan dalam menilai sumber nilai itu sendiri. Jika agama dipandang
sebagai sumber nilai maka landasannya adalah keimanan.
Terdapat juga istilah etiket yang berasal dari bahasa Prancis, yaitu
etiquette yang berarti kartu undangan yang lazim dipakai oleh raja-raja Prancis
apabila mengadakan pesta. Dalam perkembangan selanjutnya istilah etiket lebih
menitikberatkan pada cara berbicara yang sopan, cara berpakaian yang sopan, cara
duduk yang pantas, cara menerima tamu, cara menjamu tamu makan bersama,
cara bertutur sapa, dan sopan santun lainnya (Sagala, 2013: 19). Etiket berlaku
dalam pergaulan sosial ketika ada orang lain yang melihat perbuatan yang
dilakuakan. Etiket bersifat relatif, yaitu terjadi keragaman dalam menafsirkan
perilaku yang sesuai dengan etiket tertentu dan selalu menyangkut lahiriahnya
saja atau wujud dari perbuatan itu seperti bersikap ramah, menatap dengan sopan,
melakukan gerakan yang menghargai orang lain, dan sebagainya. Jadi, etiket
merupakan sopan santun dalam pergaulan hidup manusia, yaitu memberikan dan
menunjukkan cara yang tepat untuk bertindak dan berbuat. Etiket ini juga disebut
tata krama, yakni kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan
pergaulan manusia setempat (Sagala, 2013: 19-20).
Menurut Sagala (2013: 20) terdapat beberapa persamaan antara etika dan
etiket sebagai berikut:

28
a. Menyangkut perilaku manusia bukan binatang karena binatang tidak
mengenal etika dan etiket
b. Mengatur manusia secara normatif artinya memberi norma bagi perilaku
manusia, menyatakan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan
Selain persamaan juga terdapat perbedaan etika dan etiket menurut Sagala Sagala
(2013: 21) sebagai berikut:
a. Etiket menyangkut cara yang tepat melakukan perbuatan manusia. Artinya
cara yang diharapkan serta ditentukan memenuhi tata krama dan sopan
santun dalam kalangan tertentu. Misalnya dalam acara makan di keluarga,
etiketnya adalah orangtua didahulukan mengambil nasi dan jika makan
sudah selesai maka sang anak tidak boleh mencuci tangan lebih dahulu. Di
indonesia menyerahkan sesuatu dan menunjuk sesuatu harus dengan
tangan kanan. Sedangkan etika tidak terbatas cara melakukan sebuah
perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika
menyangkut apakah sebuah perbuatan boleh atau tidak dilakukan.
b. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan, bila tidak ada orang lain atau tidak
ada saksi mata etiket tidak berlaku misalnya etiket tentang cara makan.
Makan sambil menaruh kaki di atas meja dianggap melanggar etiket bila
dilakukan bersama-sama orang lain. Bila dilakukan sendiri maka hal
tersebut tidak melanggar etiket. Sedangkan etika selalu berlaku walaupun
tidak ada orang lain, misalnya barang yang dipinjam harus dikembalikan
walaupun pemiliknya sudah lupa.
c. Etiket bersifat relatif, yang dianggap sopan dalam suatu kebudayaan dapat
saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Etika jauh lebih absolut,
perintah seperti jangan berbohong atau jangan mencuri merupakan prinsip
etika yang tidak dapat ditawar-tawar.
d. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahir sedangkan etika
memandang manusia dari segi dalam.
Menurut Mufid (2009: 173-174) sifat dasar etika adalah sifat kritis,
karenanya etika bertugas untuk sebagai berikut:

29
a. Mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar
suatu norma itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut
oleh norma itu terhadap norma yang dapat berlaku.
b. Mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak
dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan
kehilangan haknya.
c. Mempersoalkan hak setiap lembaga seperti orang tua, sekolah, negara, dan
agama untuk memberikan perintah atau larangan yang harus ditaati.
d. Memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional
teknoloterhadap semua norma.
e. Menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggungjawab bagi seorang
ahli dan bagi siapa saja yang tidak mau diombang-ambingkan oleh norma-
norma yang ada.

2. Unsur Pokok dalam Etika


Etika melibatkan perilaku dan sistem nilai etis yang dipunyai oleh setiap
individu atau kolektif masyarakat. Unsur-unsur pokok etika adalah kebebasan,
tanggungjawab, hati nurani, dan prinsip-prinsip moral dasar. Unsur-unsur pokok
etika diuraikan sebagai berikut:
a. Kebebasan
Merupakan unsur pokok dan utama dalam etika. Etika menjadi bersifat
rasional karena etika selalu mengandaikan kebebasan. Dapat dikatakan bahwa
kebebasan adalah unsur hakiki etika. Kebebasan eksistensial adalah
kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Kebebasan dalam
praktek hidup sehari-hari mempunyai ragam yang banyak, yaitu kebebasan
jasmani dan rohani, kebebasan sosial, kebebasan psikologi, kebebasan moral,
dan sebagainya.
b. Tanggungjawab
Merupakan kemampuan individu untuk menjawab segala pertanyaan
yang mungkin timbul dari tindakan-tindakan. Orang yang bertanggungjawab
tidak boleh mengelak apabila diminta penjelasan tentang perbuatannya.

30
c. Hati nurani
Merupakan penghayatan tentang nilai baik atau buruk berhubungan
dengan situasi konkret. Hati nurani memerintahkan atau melarang suatu
tindakan menurut situasi, waktu, dan kondisi tertentu. Dengan demikian nati
nurani berhubungan dengan kesadaran. Kesadaran adalah kesanggupan
manusia untuk mengenal dirinya sendiri dan berefleksi tentang dirinya. Pada
dasarnya hati nurani merupakan ungkapan dan norma yang bersifat subjektif.
d. Prinsip kesadaran moral
Merupakan tataran yang perlu diketahui untuk memosisikan tindakan
individu dalam kerangka nilai moral tertentu. Ada tiga prinsip dasar kesadaran
moral yakni prinsip sikap baik, keadilan, dan hormat terhadap diri sendiri serta
orang lain. Prinsip keadilan dan hormat pada diri sendiri merupakan syarat
pelaksanaan sikap baik, sedangkan prinsip sikap baik menjadi dasar mengapa
seseorang untuk bersikap adil dan hormat.

3. Beberapa Aliran dalam Etika


Ada beberapa pemikiran dalam aliran etika. Ini disebabkan adanya sekian
banyak pengertian dan asumsi dalam etika itu sendiri. Asumsi-asumsi itu adalah
bahwa etika tidak hanya berbicara pada tataran wacana hakiki dari etika, tetapi
juga bahwa etika berangkat dari pengalaman dan tindakan manusia yang beragam
dan bersifat multidisipliner. Asumsi lainnya adalah keberadaan manusia pada
situasi global. Dalam era globalisasi, manusia berhadapan dengan berbagai
macam ideologi. Ideologi pemikiran manusia bisa memengaruhi sistem nilai yang
dipunyai manusia yang pada akhirnya akan memengaruhi perilaku dan tindakan
konkret (Mufid, 2009: 183).
Berikut ini adalah pemikiran-pemikiran dalam etika:
a. Egoisme
Egoisme adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa tindakan atau
perbuatan yang paling baik adalah memberikan manfaat bagi diri sendiri
dalam jangka waktu yang diperlukan atau waktu tertentu. Dalam praktek
sehari-hari egosime etis mempunyai bentuk dalam pemikiran hedonisme dan

31
eudaemonisme. Tema pokok dalam hedonisme adalah perolehan kesenangan.
Epicurus pernah menyatakan bahwa hal yang baik adalah hal yang
memuaskan keinginan manusia, teristimewa keinginan akan kesenangan. Hal
ini lebih nyata bahwa manusia menggunakan waktu dan kesempatan untuk
bersenang-senang. Selanjutnya tujuan utama eudaeminisme adalah
kebahagiaan. Timbulnya rasa bahagia adalah akibat adanya suatu yang bersifat
rohaniah, seimbang dengan dirinya, sosial, dan alam lingkungannya.
b. Deontologisme
Deontologisme adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa baik
buruknya tindakan tidak diukur dari akibat yang ditimbulkan, tetapi berdasar
sifat tertentu dari hasil yang dicapainya. Ini berarti ada kewajiban moral atau
keharusan etis yang harus dipatuhi. Ada dua jenis pemikiran deontologis yaitu
deontologisme tindakan dan deontologisme aturan. Deontoligisme tindakan
menyatakan bahwa baik dan buruknya tindakan dapat dirumuskan atau
diputuskan dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada
peraturan umum. Deontologisme aturan adalah bahwa kaidah moral dan
tindakan baik buruk diukur dari aturan yang berlaku secara universal, bersifat
mutlak, dan tidak dilihat dari baik buruknya akibat perbuatannya.
c. Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah pemikiran etika yang melihat kaidah moral dan
baik buruknya tindakan diukur dari akibat yang ditimbulkannya. Tujuan
tindakan adalah hasil atau konsekuensi yang timbul akibat perbuatan yang
dikerjakan.
d. Pragmatisme
Pragmatisme adalah pemikiran etika yang menyatakan bahwa perbuatan
etis berhubungan dengan soal pengetahuan praktis yang dilakuakan demi
kemajuan masyarakat dan dunia. Pragmatisme lebih mengutamakan tindakan
daripada ajaran. Prinsip menilai akhirnya ditentukan dari dapat tidaknya
dibuktikan, dilaksanakan, dan mendatangkan hasil. Pragmatisme menyatakan
bahwa perbuatan baik adalah perbuatan yang bisa dilaksanakan dan
dipraktekan, mendatangkan hal positif bagi masyarakat.

32
4. Etika dan Ilmu Pengetahuan
Ilmu atau yang dikenal pula dengan pengetahuan bersumber dari pikiran.
Ilmu memberi keterangan tentang kedudukan suatu masalah dalam hubungan
sebab akibat. Ilmu mempelajari hubungan kausal di antara sejenis masalah.
Kebenaran yang didapat dengan keterangan ilmu hanya benar atas syarat yang
diumpamakan dalam suatu keterangan. Oleh karena itu, keterangan ilmu bersifat
relative. Orang yang berilmu akan menerima setiap kebenaran yang didapat dalam
penyelidikan ilmu dengan kritis. Tiap-tiap pendapat yang dikemukakan diuji
kebenarannya, itulah yang membawa kemajuan ilmu. Kelanggengannya dapat
diganti dengan penemuan yang baru.

Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran yang mengatakan
bagaimana seharusnya hidup, tetapi itu adalah ajaran moral. Ilmu Pengetahuan
dan etika sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalkan dan
menghentikan perilaku penyimpangan dan kejahatan di kalangan masyarakat.
Ilmu pengetahuan dan etika diharapkan mampu mengembangkan kesadaran moral
di lingkungan masayarakat sekitar agar dapat menjadi ilmuwan yang memiliki
moral dan akhlak yang baik dan mulia (Bertens, 2013:3).

Sebagai suatu obyek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh
individu maupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dilakukan itu salah atau benar, baik atau buruk. Dengan begitu dalam proses
penilaiannya ilmu pengetahuan sangat berguna dalam memberikan arah atau
pedoman dan tujuan masing-masing orang. Ilmu secara moral harus ditujukan
untuk kebaikan umat manusia tanpa merendahkan martabat seseorang.

Etika memberikan batasan maupun standar yang mengatur pergaulan manusia


di dalam kelompok sosialnya yang kemudian dirupakan ke dalam aturan tertulis
yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada
dan pada saat diperlukan dapat di fungsikan sebagai pedoman untuk melakukan
tindakan tertentu terhadap segala macam tindakan yang secara umum dinilai
menyimpang dari kode etik yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Ilmu

33
sebagai asas moral atau etika mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan
universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaannya.

Masalah moral tidak dapat dilepaskan dengan tekad nanusia untuk


menemukan kebenaran. Sebab untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran
diperlukan keberanian. Sejarah kemanusiaan telah mencatat semangat para
ilmuwan yang rela mengorbankan nyawanya untuk mempertahankan apa yang
mereka anggap benar. Kemanusiaan tak pernah urung dihalangi untuk
menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral maka ilmuwan akan mudah
melakukan pemaksaan intelektual. Penalaran secara rasional yang telah membawa
manusia mencapai harkat kemanusiaannya berganti dengan proses rasionalisasi
yang mendustakan kebenaran.

Maka inilah pentingnya etika dan moral dalam ilmu pengetahuan yang
menyangkut tanggung jawab manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemaslahatan manusia itu sendiri.
Karena dalam penerapannya ilmu pengetahuan juga mempunyai akibat positif dan
negatif bahkan destruktif maka diperlukan nilai atau norma untuk
mengendalikannya. Di sinilah etika menjadi ketentuan mutlak yang akan menjadi
pengendali bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk
meningkatkan derajat hidup serta kesejahteraan dan kebahagiaan manusia.

Kenetralan suatu ilmu tidak dapat dilacak dengan menjadikan ilmu terapan
atau teknologi sebagai indikatornya. Kenetralan suatu ilmu terletak pada
pengetahuan yang carteis, asli, murni dan tanpa pamrih, tanpa motif atau guna
(Suriasumantri: 2009, 23). Artinya, ilmu akan netral bila bebas nilai secara moral
dan sosial. Sekalipun demikian, dalam perkembangan ilmu tidak sedikit yang
semestinya netral dan bertujuan baik karena dipraktikkan oleh ilmuwan yang
disebabkan oleh banyak faktor, seperti sosial-politik sehingga eksperimen yang
dilakukan berkembang sesuai dengan kepentingannya, bukan berdasarkan pada
kepentingan ilmu. Kemudian ilmu berkembang sebagai sesuatu yang tidak netral,
bahkan seringkali menciptakan traumatik terhadap lingkungan.

34
Etika sebagai kelompok filsafat merupakan sikap kritis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika dalam konteks ilmu adalah
nilai (value). Dalam perkembangan ilmu sering digunakan trial and error, dan dari
sinilah kemudian sering menimbulkan permasalahan eksistensi ilmu ketika ketika
eksperimentasi ternyata sering menimbulkan fatal error sehingga tuntutan etika
sangat dibutuhkan sebagai acuan moral bagi pengembangan ilmu. Dalam konteks
ini, eksistensi etika dapat diwujudkan dalam visi, misi, keputusan, pedoman
prilaku, dan kebijakan moral.

Adapun tentang masalah etika dalam pengembangan ilmu Noeng Muhadjir


membagi kepada empat klaster domain etika yang sangat dibutuhkan dalam
eksperimen dan pengembangan ilmu, yaitu berupa (1) temuan basic research, (2)
rekayasa teknologi, (3) dampak sosial pengembangan teknologi, serta (4) rekayasa
sosial. Dari empat klaster tersebut lahir integritas profesionalitas, tanggung jawab
ilmuwan, tanggung jawab terhadap kebenaran, hak asasi manusia, hak
masyarakat, dan sebagainya.
1. Temuan Basic Research
Beberapa contoh yang berkaitan dengan basic research adalah penemuan
DNA sebagai konstitusi genetic makhluk hidup. Ketika ditemukan tentang
DNA unggul dan DNA cacat, dan pada saat dikembangkan pada wilayah
kehidupan alam, seperti DNA pohon jati unggul dipergunakan untuk
memperluas dan meningkatkan reboisasi, hal ini tidak menemukan
masalah. Demikian juga penemuan ilmu tentang cloning, ilmu tidak
mengalami kendali etika ketika hanya merambah eksperimen pada hewan,
misalnya rekayasa domba masa depan agar dapat memberi protein hewani
pada manusia yang semakin bertambah dengan cepat juga belum
bermasalah. Sekalipun demikian, ilmu tentang pengembangan DNA dan
cloning akan tidak mempunyai nilai etika, jika masuk dalam domain
manusia.
Penisilin yang ditemukan secara kebetulan oleh Alexander Fleming dalam
wujud jamur dapat dikembangkan menjadi adonan roti dan dapat
dikembangkan menjadi bakteri antibiotiok bagi banyak penyakit infeksi,

35
sampai sekarang masih banyak digunakan orang. Temuan tersebut
disyukuri banyak orang karena karena banyak sekali gunanya untuk
menyembuhkan keracunan darah, penumonia meningitis, dan berbagai
infeksi. Eksesnya baru diketahui akhir-akhir ini masalahnya sejauhmana
etika diterapkan pada penemuan tersebut.
2. Temuan Rekayasa Teknologi
Thalidomide, suatu temuan obat tidur yang telah diadakan uji klinis
terhadap binatang dan manusia. Posisi ilmu tidak mengalami masalah etik.
Dalam perkembangan selanjutnya, apabila thalidomide digunakan oleh ibu
mengandung memasuki bulan kedua dan terbukti dapat mengakibatkan
bentuk janin bayi menjadi tidak normalakan mengakibatkan anaknya
cacat, ekses obat ini menyangkut masa depan anak yang selamanya cacat
fisik dan mengerikan,maka uji klinis pun mesti diperketat.
3. Dampak Sosial Pengembangan Teknologi
Ada dua dampak sosial yang kemungkinan dihadapi dalam pengembangan
teknologi, individual atau sosial secara keseluruhan. Misalnya, DNA
sebagai konstitusi genetik makhluk hidup dapat memberi dampak pada
martabat manusia, khususnya nilai-nilai perkawinan yang dapat
melahirkan keturunan yang diakui oleh agama. Demikian juga, dengan
ilmu cloning, jika hanya dengan maksud untuk meningkatkan kualitas
manusia, justru akan menghancurkan martabat manusia.
Dengan ditemukanya energi partikel alpha yang radio aktif dalam
konstruksi pemikiran destruktif telah dipergunakan untuk membuat bom
nuklir yang mengakibatkan kehancuran secara massal dan merusak
kelestarian alam. Alhamdulillah masyarakat manusia sadar sehingga
energi nuklir yang radio aktif digunakan untuk keperluan media dan untuk
alternatif energi listrik.
4. Rekayasa Sosial
Salah satu dari rekayasa sosial adalah pemupukan kepercayaan
kepercayaan terhadap pemikiran yang monolitik, seperti sistem monarki
demi pelanggengan kekuasaan, sistem kapitalisme dan sosialisme, sistem

36
kasta yang menabukan perkawinan antarkasta, dan sebagainya. Dari empat
klaster di atas, contoh-contoh yang dikemukakan menunjukkan bahwa
etika dalam pendekatan filsafat ilmu belum muncul pada wilayah
epistemologik, namun membicarakan aksiologik keilmuan, mau tidak mau
etika harus terlibat.
Sistem kapitalisme dan sistem sosialisme adalah merupakan rekayasa
sosial. Sistem sosialisme Rusia yang komonistik terbukti gagal sehingga
memang harus ditinggalkan. Sistem sosialisme Inggris dan
Perancis mengalami banyak sekali modifikasi sehingga semakin
mendekat dengan kapitalisme, sementara kapitalisme itu sendiri juga
mengalami banyak sekali perubahan. Ide demokrasi yang mengakui
persamaan antar manusia merupakan rekayasa sosial yang konter terhadap
legitimasi monarki atau sistem kasta.
Etika akan membawa pada perkembangan ilmu untuk menciptakan suatu
peradaban yang baik, bukan menciptakan malapetaka dan kehancuran. Misi ilmu
tidak sejalan dengan yang dikatakan oleh Bacon, bahwa knowledge is power,
pengetahuan sebagai kekuatan (Sofyan, 2010: 5). Siapa yang ingin menguasai
alam semesta maka harus menguasai ilmu. Akan tetapi, yang kurang bijaksana
adalah jika manusia menguasai alam dan memperlakukannya tanpa
memperhitungkan norma-norma etis dalam hubungannya dengan alam. Apa yang
terjadi? Banyak terjadi kerusakan lingkungan hidup yang pada gilirannya akan
mengancam kelangsungan hidup manusia juga. Hal tersebut karena hubungan
manusia dan alam tidak bersifat instrinsik kosmologis, tetapi etis-epistemologis.

5. Hubungan Etika dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan untuk menjadikan hidup
manusia agar lebih mudah dan nyaman. Peradaban manusia berkembang sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, tidak
bisa dipungkiriperadaban manusia berhutang budi kepada ilmu pengetahuan dan
teknologi. Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemenuhan
kebutuhan manusia bisa dilakukan dengan lebih cepat dan mudah. Perkembangan

37
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, transportasi, pemukiman,
pendidikan dan komunikasi telah mempermudah kehidupan manusia.Jarak antara
desa dengan kota serta antara satu negara dengan negara lain terasa lebih pendek
dan dapat ditempuh dalam waktu yang lebih singkat berkat teknologi transportasi.
Dunia semakin mengglobal dengan batas-batas yang semakin menipis akibat
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Singkatnya ilmu pengetahuan
dan teknologi membantu manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.
Dewasa iniilmu pengetahuan dan teknologi telah menimbulkan dampak
negatif bagi kehidupan umat manusia, seperti adanya bom atom, nuklir, rudal, dan
sebagainyayang dapat menghancurkan struktur kehidupan. Karena itu, sangat
perlu adanya kontrol nilai dan moral terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ketika konsep ilmiah yang bersifat abstrak menjelma dalam bentuk konkret yang
berupa teknologi. Teknologi disini berarti penerapan ilmu pengetahuan dalam
memecahkan masalah-masalah praktis. Maka dalam tahap tersebut ilmu tidak saja
bertujuan menjelaskan gejala-gejala alam untuk tujuan pengertian dan
pemahaman, namun lebih jauh lagi yaitu bertujuan memanipulasi faktor-faktor
yang terkait dalam gejala tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses
tersebut.Dalam tahap manipulasi ini masalah moral muncul, berkaitan dengan cara
penggunaan pengetahuan ilmiah. Atau secara filsafat dapat dikatakan, dalam tahap
pengembangan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari segi ontologi
keilmuan, sedangkan dalam tahap penerapan konsep terdapat masalah moral
ditinjau dari aksiologi keilmuan. Ilmu secara moral harus ditujukan untuk
kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat manusia.
Masalah moral tidak bisa dilepaskan dari tekad manusia untuk menemukan
kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran diperlukan keberanian moral.
Tanpa landasan moral, ilmuwan akan mudah tergelincir ketika melakukan
prostitusi intelektual. Penalaran secara rasional yang telah membawa
manusia mencapai hakikatnya akan berganti dengan proses rasionalisasi yang
bersifat mendustakan kebenaran (Suriasumantri, 2009).
Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi
etis sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada proses

38
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab etis, merupakan
hal yang menyangkut kegiatan maupun pengguanaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam hal ini berarti ilmuwan dalam mengemban ilmu pengetahuan
dan teknologi harus memperhatikan kodrat dan martabat manusia, menjaga
keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab kepada kepentingan umum, dan
generasi mendatang, serta bersifat universal. Karena pada dasarnya, ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh
eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia.
Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut upaya penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara tepat dalam kehidupan manusia. Akan tetapi,
menyadari juga apa yang seharusnya dikerjakan atau tidak dikerjakan untuk
memperkokoh kedudukan serta martabat manusia baik dalam hubungan sebagai
pribadi dengan lingkungannya maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab
terhadap Khaliknya.Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
menghambat ataupun meningkatkan keberadaan manusia bergantung pada
manusianya itu sendiri, karena ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan oleh
manusia dan untuk kepentingan manusia dalam kebudayaannya. Tugas terpenting
ilmu pengetahuan dan teknologi adalah menyediakan bantuan agar manusia dapat
sungguh-sungguh mencapai martabat dirinya. Ilmu pengetahuan dan teknologi
bukan saja sarana untuk mengembangkan diri manusia. Tetapi juga merupakan
hasil perkembangan dan kreativitas manusia itu sendiri (Adib, 2010).
Menurut Suriasumantri dalam Susanto (2011: 188) antara ilmu dan etika
mempunyai hubungan yang sangat erat. Ada yang berpendapat bahwa ilmu bisa
nilai karena sesungguhnya ilmu itu memiliki nilai dalam dirinya sendiri.
Ada dua paham yang berkaitan dengan nilai yaitu:
a. Paham empiris
Pada fase ini di zaman Yunani dulu Aristoteles mengatakan bahwa ilmu
tidak mengabdi pada pihak lain. Ilmu dipelajari manusia demi ilmu itu sendiri.
Kegiatan berilmu merupakan kegiatan yang mewah yang menyegarkan jiwa.
Dengan ilmu orang banyak memperoleh pengertian tentang dirinya dan alam

39
di sekitarnya. Pada fase ini tugas suatu generasi terbatas pada mencapai ilmu
dan meneruskan pada generasi berikutnya.
b. Paham pragmatis
Paham pragmatis berpendapat bahwa di dalam ilmu terdapat nilai yang
mendorong manusia ersikap hormat pada ilmu. Hormat ini mula-mula
ditujukan hanya pada ilmu yang diterapkan pada kehidupan saja karena nilai
dari ilmu terletak pada penerapannya. Ilmu mengejar kebenaran yang
merupakan inti etika ilmu tetapikebenaran itu ditentukan oleh derajat
penerapan praktis dari suatu ilmu.

6. Paradigma Ilmu
Ilmu terbagi menjadi dua pandangan yaitu ilmu bebas nilai (value free)
dan ilmu terikat nilai/ ilmu tak bebas nilai (value bound)
a. Paradigma Ilmu Bebas Nilai
Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value
free, yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom.
Ilmu secara otonom tidak memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai.
Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah
harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur
tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu
sendiri.
Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3
faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
1) Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya
adalah bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor
ideologis, religious, cultural, dan sosial.
2) Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin.
Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan
penentuan diri.

40
3) Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering
dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu
bersifat universal.
Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas
dapat dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri,
yang terkdang hal tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk hal
ini adalah teknologi air condition, yang ternyata berpengaruh pada
pemansan global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan
alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu
dengan tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan
sekitar. Setidaknya, ada problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi
ilmu bebas nilai menganggap nilai ekologis tersebut menghambat
perkembangan ilmu.
Ilmu pengetahuan tidak boleh terpengaruh oleh nilai–nilai yang
letaknya di luar ilmu pengetahuan, hal ini dapat juga di ungkapkan dengan
rumusan singkat bahwa ilmu pengetahuan itu seharusnya bebas. Maksud
dari kata kebebasan adalah kemungkinan untuk memilih dan kemampuan
atau hak subyek bersangkutan untuk memilih sendiri. Supaya terdapat
kebebasan, harus ada penentuan diri dan bukan penentuan dari luar. Jika
dalam suatu ilmu tertentu terdapat situasi bahwa ada berbagai hipotesa
atau teori yang semuanya tidak seluruhnya memadai, maka sudah jelas
akan di anggap suatu pelanggaran kebebasan ilmu pengetahuan, bila suatu
instansi dari luar memberi petunjuk teori mana harus di terima. Menerima
teori berarti menentukan diri berdasarkan satu–satunya alasan yang
penting dalam bidang ilmiah, yaitu wawasan akan benarnya teori. Apa
yang menjadi tujuan seluruh kegiatan ilmiah disini mecapai
pemenuhannya. Dengan demikian penentuan diri terwujud sunguh-
sungguh.Walaupun terlihat dipaksakan, namun penentuan diri ini sungguh
bebas, karena dilakukan bukan berdasarkan alasan-alasan yang kurang
dimengerti subyek sendiri melainkan berdasarkan wawasan sepenuhnya
tentang kebenaran.

41
Tokoh sosiologi, Weber menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas
nilai, tetapi ilmu-ilmu sosial harus menjadi nilai yang relevan. Weber tidak
yakin ketika para ilmuwan sosial melakukan aktivitasnya seperti mengajar
dan menulis mengenai bidang ilmu sosial mereka tidak terpengaruh oleh
kepentingan tertentu. Nilai-nilai itu harus diimplikasikan oleh bagian-
bagian praktis ilmu sosial jika praktik itu mengandung tujuan atau rasional.
Tanpa keinginan melayani kepentingan segelintir orang, budaya, maka
ilmuawan sosial tidak beralasan mengajarkan atau menuliskan itu semua.
Suatu sikap moral yang sedemikian itu tidak mempunyai hubungan
objektivitas ilmiah.
Dengan bebas nilai kita maksudkan suatu tuntutan dengan
mengajukan kepada setiap kegiatan ilmiah atas dasar hakikat ilmu
pengetahuan itu sendiri. Orang yang mendukung bebas nilai ilmu
pengetahuan akan melakukan kegiatan ilmiah berdasarkan nilai yang
khusus yang diwujudkan ilmu pengetahuan. Karena kebenaran dijunjung
tinggi sebagai nilai, maka kebenaran itu dikejar secara murni dan semua
nilai lain dikesampingkan.
b. Paradigma Ilmu Tidak Bebas Nilai
Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu
selalu terikat dengan nilai dan harus dikembangkan dengan
mempertimbangkan aspek nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari
nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.
Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen
Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin
bebas nilai, karena setiap ilmu selau ada kepentingan-kepentingan. Dia
juga membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan
masing-masing;
1) Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja
secara empiris-analitis. Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara
empiris dan menyajikan hasil penyelidikan untuk kepentingan-
kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori yang

42
ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang
besifat teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai
upaya manusia untuk mengelola dunia atau alamnya.
2) Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang
pertama, karena tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan
sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesamanya,
memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang
dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi, sedangkan
kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana ini adalah pemahaman
makna.
3) Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan
dan mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri
amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya adalah
dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan
atau emansipasi manusia.
Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu
terkait dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan
nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai kepentingan-
kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan dan
sebagainya.

7. Etika Pengembangan Ilmu dalam Pandangan Islam


Menurut Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya Metode dan Etika
Pengembangan Ilmu Perspektif Sunnah mengemukakan terkait dengan etika
pengembangan ilmu, bahwa etika yang harus diperhatikan dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan adalah:
a. Rasa tanggung jawab di hadapan Allah
Rasa tanggung jawab di hadapan Allah, sebab ulama merupakan pewaris
para anbiya. Tidak ada pangkat yang lebih tinggi daripada pangkat kenabian dan
tidak ada derajat yang ketinggiannya melebihi para pewaris pangkat itu.
b. Amanat Ilmiah

43
Sifat amanah merupakan kemestian iman termasuk ke dalam moralitas
ilmu, tak ada iman bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah. Dalam
memberikan kriteria orang beriman Allah menjelaskan dalam QS: al-Mu’minun:8

Artinya: “dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang


dipikulnya) dan janjinya”.

Merujuk dari ayat di atas, kriteria orang-orang yang memelihara amanat-


amanat yang diberikan kepada mereka merupakan suatu moralitas ilmu yang
dimilikinya.
Sebaliknya sifat khianat merupakan kriteria orang yang munafik, yang
salah satu sifatnya yang paling menonjol adalah apabila diberikan amanat maka
dia berkhianat. Seseorang yang tahu bertahan dengan pendiriannya dan terhadap
hal-hal yang tidak diketahuinya dia berkata: “Aku tidak tahu.” Di dalam dunia
ilmiah tidak dikenal sifat malu dan sombong. Dunia ilmiah selalu mengakui
kebenaran apapun atau faedah apapun yang sudah jelas, sekalipun bersumber dari
orang yang tidak memiliki ilmu yang luas atau berusia muda atau berkedudukan
rendah.
c. Tawadu’
Salah satu moralitas yang harus dimiliki oleh ilmuan ialah tawadu’. Orang
yang benar berilmu tidak akan diperalat oleh ketertipuan dan tidak akan
diperbudak oleh perasaan ‘ujub mengagumi diri sendiri, karena dia yakin bahwa
ilmu itu adalah laksana lautan yang tidak bertepi yang tidak ada seorang pun yang
akan berhasil mencapai pantainya.
d. Izzah
Perasaan mulia yang merupakan fadhilah paling spesifik bagi kaum
muslimin secara umum.Izzah di sini adalah perasaan diri mulia ketika menghadapi
orang-orang yang takabbur atau orang yang berbangga dengan kekayaan,
keturunan, kekuatan atau kebanggaan-kebanggaan lain yang bersifat duniawi.
Izzah adalah bangga dengan iman dan bukan dosa dan permusuhan. Suatu

44
perasaan mulia yang bersumber dari Allah dan tidak mengharapkan apapun dari
manusia, tidak menjilat kepada orang yang berkuasa
e. Mengutamakan dan menerapkan Ilmu
Salah satu moralitas dalam Islam adalah menerapkan ilmu dalam
pengertian bahwa ada keterkaitan antara ilmu dan ibadah. Kehancuran
kebanyakan manusia adalah karena mereka berilmu, tetapi tidak mengamalkan
ilmu itu atau mengamalkan sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang
mereka ketahui, seperti dokter yang mengetahui bahayanya suatu makanan atau
minuman bagi dirinya tetapi tetap juga dia menikmatinya karena mengikuti hawa
nafsu atau tradisi. Seorang moralis yang memandang sesuatu perbuatan tetapi dia
sendiri ikut melakukannya dan bergelimang dengan kehinaan itu. Jenis ilmu yang
hanya teoritis seperti ini tidak diridhai dalam Islam.
f. Menyebarkan ilmu
Menyebarkan ilmu adalah moralitas yag harus dimiliki oleh para
ilmuwan/ulama, mereka berkewajiban agar ilmu tersebar dan bermanfaat bagi
masyarakat. Ilmu yang disembunyikan tidak mendatangkan kebaikan, sama
halnya dengan harta yang ditimbun.
Gugurnya kewajiban menyebarkan ilmu hanya dibatasi jika ilmu yang disebarkan
itu akan menimbulkan akibat negatif bagi yang menerimanya atau akan
mengakibatkan dampak negatif bagi orang lain atau jika disampaikan akan
menimbulkan mudaratnya lebih banyak daripada manfaatnya.
g. Hak Cipta dan Penerbit
Mengenai hak cipta dan penerbit digambarkan bahwa kehidupan para
ilmuan tidak semudah kehidupan orang lain pada umumnya, karena menuntut
kesungguhan yang khusus melebihi orang lain, seorang ilmuwan pengarang
memerlukan perpustakaan yang kaya dengan referensi penting dan juga
memerlukan pembantu yang menolongnya untuk menukil, mengkliping dan
sebagainya dan memerlukan pula orang yang mendapat menopang kehidupan
keluarganya.
Tanpa semua itu tidak mungkin seorang pengarang akan menghasilkan
suatu karya ilmiah yang berbobot. Di samping itu, jika suatu karya ilmiah telah

45
diterbitkan kadang-kadang pengarang masih memerlukan lagi untuk mengadakan
koreksi dan perbaikan-perbaikan, semua ini memerlukan tenaga dan biaya. Oleh
karena itu, jika dia sebagai pemilik suatu karya ilmiah maka dialah yang berhak
mendapatkan sesuatu berkenan dengan karya ilmiahnya. Tetapi perlu diingat dan
dipertegas satu hal, bahwa jangan sampai penerbit dan pengarang mengeksploitasi
para pembaca dengan menaikkan harga buku-buku dengan harga yang tidak
seimbang dengan daya beli pembaca atau pendapatan yang diperoleh pembaca.
Jika terjadi yang demikian maka hal itu tidak dibenarkan oleh syara’
Dari uraian di atas, dapat dilihat betapa pentingnya etika bagi
pengembangan ilmu, untuk menjaga agar ilmu itu tidak menjadi penyebab
bencana bagi kehidupan manusia dan kerusakan lingkungan serta kehancuran di
muka bumi ini. Karena tanpa didasari etika, maka semakin tinggi ilmu yang
mereka dapat, semakin tinggi teknologi yang mereka kembangkan, semakin
canggih persenjataan yang mereka miliki, semua itu hanya mereka tujukan untuk
memuaskan hawa nafsu mereka, tanpa mempertimbangan dengan baik kewajiban
mereka terhadap orang lain dan hak-hak orang lain.

46
BAB III
PEMBAHASAN

A. Implementasi Pengembangan Teori dalam Pelaksanaan Penelitian


Pelaksanaan penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif,
sebenarnyamerupakan langkah-langkah sistematis yang menjamin diperoleh
pengetahuan yang mempunyai karakteristik rasional dan empiris. Secara filosofis
kedua pendekatan tersebut mempunyai landasan yang berbeda.Penelitian
kuantitatif merupakan penelitian yang didasarkan pada filsafat positivistik.Filsafat
positivistik berpandangan bahwa gejala alam dapat diklasifikasikan, relatif tetap,
konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Proses
penelitian dimulai dari proses yang bersifat deduktif, artinya ketika menghadapi
masalah langkah pertama yang dilakukan adalah mencari jawaban secara rasional
teoretis melalui kajian pustaka untuk penyusunan kerangka berpikir. Bagi
penelitian yang memerlukan hipotesis, kerangka berpikir digunakan sebagai dasar
untuk menyusun hipotesis.Langkah berikutnya adalah mengumpulkan dan
menganalisis data.Tujuan utama langkah ini adalah untuk menguji secara empiris
hipotesis yang disusun atau mencari jawaban empiris sebagai jawaban final dari
masalah penelitian. Secara operasional langkah-langkah penelitian kuantitatif
sebagai berikut:
a. Rumusan masalah
b. Landasan teori, kajian teori, landasan pustaka, atau kajian pustaka.
c. Perumusan hipotesis
d. Pengumpulan data
e. Analisis data
f. Simpulan
Rumusan masalah dalam suatu penelitian diangkat dari hasil pengamatan atau
dengan kata lain rumusan masalah penelitian berasal dari masalah yang dihadapi
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, ketika masalah ini dapat teratasi
melalui penelitian maka secara langsung hasil penelitian ini bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi cara pemilihan masalah yang diangkat dari hasil

47
pengamatan ini sebenarnya merupakan pelaksanaan dari teori kebenaran
pragmatisme.
Langkah pertama yang ditempuh dalam rangka mencari jawaban terhadap
masalah penelitian adalah mengkaji teori-teori dan hasil penelitian yang telah
relevan.Secara fungsional kajian teori bertujuan memperjelas masalah penelitian,
sebagai dasar menyusun kerangka berpikir dan hipotesis, serta sebagai rujukan
dalam menyusun instrumen. Bagi penelitian yang menggunakan hipotesis,
biasanya kajian teori terdiri atas 4 sub bab, yaitu: deskripsi teori, hasil penelitian
yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. Deskripsi teori mengkaji teori-
teori yang terkait dengan masing-masing variabel penelitian. Pada bagian ini
peneliti belum menghubungkan variabel satu dengan variabel yang lain, tetapi
dalam mengkaji teori harus sudah diarahkan agar nanti dapat digunakansebagai
dasar untuk menyusun kerangka berpikir. Pada penelitian kuantitatif, mengkaji
hasil penelitian yang relevan merupakan suatu anjuran, artinya bukan merupakan
keharusan.Di samping untuk memperjelas masalah penelitian, kajian terhadap
hasil penelitian yang relevan juga bertujuan agar tidak terjadi penelitian
replikatif.Memang penelitian replikatif tidak dilarang dengan syarat mempunyai
dasar dan tujuan yang jelas.
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang hubungan beberapa
variabel yang ada dalam suatu penelitian.Kerangka berpikir yang baik dapat
menjelaskan secara rasional hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat.Kalau dalam penelitian tersebut ada variabel moderator atau variabel
intervening maka juga harus dijelaskan keterlibatan variabel tersebut dalam
penelitian.Berdasarkan uraian rasional pada kerangka berpikir ini kemudian
disimpulkan dalam bentuk kalimat pernyataan yang menghubungkan antar
variabel dalam penelitian.Simpulan dari kajian teori ini disebut dengan
hipotesis.Kalau dikaitkan dengan filsafat ilmu, kajian teori merupakan
implementasi dari penggunaan teori kebenaran koherensi dalam penelitian.
Langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis berdasarkan data empiris.
Syarat untuk dapat menguji hipotesis dengan benar ada 2, yaitu: memperoleh data
yang valid dan menggunakan teknik analisis yang tepat. Untuk memperoleh data

48
yang valid perlu desain penelitian yang tepat dan instrumen yang valid dan
reliabel.Simpulan penelitian didasarkan pada hasil uji empiris.Apabila hasil uji
empiris tidak sesuai dengan hipotesis bukan berarti penelitian tersebut
gagal.Kalau hal ini terjadi, tugas peneliti adalah mengkaji secara teoretis tentang
berbagai kemungkinan yang menyebabkan ketidaksesuaian antara teori dengan
bukti empiris.Secara filosofis semua langkah yang ditempuh dalam rangka
mengumpulkan, menganalisis data, dan menarik simpulan berdasarkan data
empiris merupakan implementasi teori kebenaran korespondensi dalam penelitian.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang didasarkan pada filsafat
postpositivisme. Filsafat postpositivisme atau yang sering disebut dengan
paradigma interpretif dan konstruktif berpendapat bahwa realitas sosial bersifat
holistik, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan antar gejala
bersifatreciprocal.Penelitian kualitatif dilakukan pada objek yang alami, tidak
dimanipulasi oleh peneliti, dan kehadiran peneliti diupayakan tidak
mempengaruhi dinamika objek yang diteliti.
Prosedur penelitian kualitatif juga diawali dari masalah, namunada perbedaan
sifat masalah pada penelitian kuantitatif dan kualitatif.Masalah pada penelitian
kuantitatif bersifat pasti, jelas, dan spesifik.Sedang masalah pada penelitian
kualitatif bersifat global, sementara, dan tentatif.Karena itu, masalah pada
penelitian kualitatif dapat berkembang atau bahkan berubah setelah peneliti
berada di lapangan.Di sini menunjukkan bahwa masalah penelitian kualitatif harus
berdasarkan fakta atau pengamatan.
Langkah pertama setelah peneliti berada di lapangan dalam
rangkapengumpulan data adalah menentukan fokus penelitian.Karena masalah
penelitian masih bersifat global maka perlu adanya pembatasan masalah yang
dalam penenlitian kualitatif disebut dengan fokus penelitian. Penentuan fokus
penelitian ini dilakukan dengan menganalisis masalah dan medan ketika peneliti
sudah berada di lapangan. Pertimbangan yang digunakan dalam menentukan
fokus penelitian ada 3 hal, yaitu: tingkat kepentingan, urgensi, dan kelayakan
suatu masalah (Sugiyono, 2010: 286). Suatu masalah dikatakan penting apabila
masalah tersebut tidak dipecahkan atau dikaji secara ilmiah akan semakin besar

49
dampaknya dalam kehidupan sosial dan/atau menimbulkan masalah baru. Masalah
dikategorikan urgen (penting) apabila masalah tersebut tidak segera dikaji atau
dipecahkan secara ilmiah masyarakat akan kehilangan kesempatan untuk
mengatasi masalah tersebut. Suatu masalah dikatakan layak untuk dikaji (feasible)
apabila tersedia sumber daya dan dana untuk mengatasi masalah tersebut. Karena
belum ke lapangan, maka dalam menilai proposal penelitian kualitatif, penentuan
fokus lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari
hasil penelitian tersebut.
Sesuai dengan sifat masalah penelitian yang masih tentatif maka teori yang
digunakan sebagai acuan dalam menyusun proposal penelitian kualitatif juga
bersifat sementara. Teori yang sifatnya sementara ini akan berkembang setelah
peneliti berada di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti selalu bergerak
dari teori ke gejala, dari gejala ke teori. Proses reciprocalitas teori fakta ini terus
berlangsung sampai masalah dapat dipecahkan secara rasional dan tidak
ditemukan lagi informasi yang sifatnya baru.
Dalam kaitannya dengan teori, penelitian kuantitatif dan kualitatif
mempunyai perbedaan. Penelitian kuantitatif bersifat menguji teori atau hipotesis
(confirmatory), sedang penelitian kualitatif berupaya menemukan teori
(eksploratory).Tujuan akhir proses reciprocal antara teori-fakta adalah
ditemukannya teori yang dapat menjelaskan fakta. Karena itu, peneliti kualitatif
disyaratkan mempunyai banyak teori yang dapat menjelaskan gejala yang
dihadapi di lapangan.Namun dalam memahami fakta di lapangan, penelitian
kualitatif menggunakan perspektif “emic”, menangkap fakta berdasarkan
pemahaman partisipan dan informan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa implementasi teori koherensi dan
korespondensi pada penelitian kualitatif bersifat reciprocal.Prespektif
“emic”yang digunakan peneliti kualitatif jelas menunjukkan bahwa teori
kebenaran yang digunakan adalah korespondensi. Kebenaran sesungguhnya
adalah apa yang ada pada fakta, bahkan pada penelitian kualitatif fakta yang
dimaksud bukan fakta berdasarkan pemahaman peneliti tetapi fakta berdasarkan
pemahaman partisipan atau informan. Ketika peneliti mengkajifakta berdasarkan

50
teori yang telah ada maka proses ini merupakan implementasi teori koherensi
dalam penelitian kualitatif.

B. Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi


Ilmu pengetahuan merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayan universal
yang dihasilkan manusia yakni sistem mata pencaharian, sistem kepercayaan,
bahasa, sistem kemasyarakatan, kesenian, sistem ilmu pengetahuan, dan sistem
peralatan hidup.Dalam penerapannya, ilmu pengetahuan secara otomatis
menghasilkan apa yang disebut teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
dua hal yang tidak dapat dipisahkan, maka kita pun mengenal istilah IPTEK (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi).Ilmu pengetahuan bersifat teoretis dan tidak
berbentuk sedangkan teknologi bersifat praktis dan berbentuk. Pada
hakikatnya,ilmu pengetahuan dipelajari untuk mengembangkan dan
memperkokoh eksistensi manusia di bumi. Teknologi diciptakan untuk
meringankan dan membebaskan manusia dari kesulitan-kesulitan hidupnya yang
sarat dengan keterbatasan.Apa yang tadinya dikerjakan oleh tangan manusia telah
digantikan oleh mesin sehingga lebih efektif dan efisien.
Sebagai sebuah entitas pada dasarnya ilmu pengetahuan bersifat independen
(bebas dari nilai), tetapi di sisi lain sebagai instrumen (alat dan proses)
keberadaannya koheren, tergantung, dan diarahkan. Siapa yang
mengarahkan?jawabannya tidak lain adalah manusia sendiri sebagai subyek ilmu
pengetahuan itu sendiri. Etika memang bukan merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, tetapi penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat memerlukan adanya dimensi etis sebagai alat kontrol
bagi pengembangan iptek agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-
norma yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini terjadi keharusan untuk
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan
ekosistem, bertanggung jawan kepada kepentingan umum, kepentingan generasi
mendatang, dan bersifat universal.Adanya tanggung jawab etis tidak dimksudkan
untuk menghambat kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi dengan adanya tanggung
jawab etis diharapkan mampu menjadi inspirasi dan motivasi bagi manusia untuk

51
mengembangkan teknologi yang nantinya akan mengangkat kodrat dan martabat
manusia.
Pada hakikatnya ilmu itu mempunyai nilai netral (nol), dengan memahami
bahwa ilmu itu netral maka ilmu pengetahuan bisa berkembang.Sehingga tidak
tercampuri dengan suatu hal yang dapat menjadikan ilmu atau itu sendiri menjadi
terhambat dalam perkembangannya.
Sedangkan netral itu sendiri ada berbagai pandangan yang pertama dalam
pandangan Ontologi, yakni masalah atau hakikat netral itu sendiri.Yang
mempunyai ruang lingkup tentang baik buruknya ilmu yang telah ada.
Kemudian dalam pandangan secara Epistimologiyaitu masalah bagaimana
mendapatkan ilmu itu.Dan untuk mendapatkannya apakah sesuai atau malah
menyimpang dari metode ilmiah.Ketika seorang ahli jantung ingin meneliti
tentang jantung manusia.Ada suatu kendala apabila Dokter ini meneliti jantung
selain jantung manusia seperti jantung simpanse misalnya, tentu hasilnya berbeda
apabila dokter itu menggunakan jantung manusia itu.Tetapi masalahnya ada
beberapa yang tidak menyetujui hal ini, dikarenakan telah keluar dari rasa
kemanusiaan.Padahal tujuan awal agar data yang diperoleh valid dan lengkap,
tetapi mereka salah memandang hal tersebut.
Sedangkan yang terakhir adalah netralisasi dalam pandangan Aksiologi.ini
menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu itu sendiri. Seperti suatu hal yang
sangat disesalkan oleh Albert Einsten, karena penemuannya tentang
nuklir.Ternyata manusia sebagai pengkonsumsi dari hasil temuan ilmu itu telah
menyimpang atau menyalahi aturan yang ada.Padahal Einsten meneliti nuklir
bukan karena dia ingin menggunakannya sebagai bom dan membunuh jutaan
manusia, tetapi sebaliknya yaitu untuk kemaslahatan manusia sendiri.Tetapi
manusia sendirilah sebagai pengguna yang telah salah menggunakan hasil pikiran
Einstein itu.
Dampak buruk perkembangan sains dan teknologi sering dijadikan legitimasi
bahwa ilmu pengetahuan atau sains tidak netral.Ada yang rancu di sini.Antara
sains dan dampak dari sains.Dampak dari sains (dan teknologi) sudah melibatkan
penggunanya (manusia) yang di luar lingkup kajian sains alami.Dalam hal ini,

52
sistem nilai bukan berpengaruh pada sains, tetapi pada perilaku manusia
penggunanya.Ilmu itu ibarat pisau.Netral.Tidak ada spesifikasi pisau Islam, pisau
Kristen, pisau kapitalis, pisau komunis, pisau tukang sayur atau pisau tukang
daging.Dampak pisau bisa negatif bila digunakan untuk merusak atau
membunuh.Tetapi bisa juga positif.
Misalnya contoh lain, dewasa ini, ilmu pengetahuan dihadapkan pada
masalah kerusakan lapisan ozon. Satelit mendeteksi lapisan ozon di atas antartika
yang menipis yang dikenal sebagai lubang ozon.Sains mengkaji sebab-sebabnya.
Ada sebab kosmogenik (bersumberdari alam), antara lain variasi akibat aktivitas
matahari. Ada sebab antropogenik (bersumber dari aktivitas manusia). Sains juga
akhirnya menemukan sumber antropogenik itu salah satunya CFC (Chlor Fluoro
Carbon) atau freon yang banyak digunakan sebagai media pendingin kulkas dan
AC (air conditioner). Kini sains menemukan bahan alternatif yang tidak merusak
ozon.
Dapatkah ilmu pengetahuan dipersalahkan dan dijuluki sains yang
perusak?Karena keterbatasan ilmu manusia, tidak semua dampak dapat
diperkirakan.Ketika kini diketahui dampak buruknya, tidaklah adil untuk
melemparkan tuduhan bahwa ilmu pengetahuan bersifat merusak.
Menjadi jelas bahwa pada dasarnya nilai sains atau ilmu itu netral.Maksud
dari netral itu adalah ilmu tidak bernilai baik atau buruk tetapi ilmu itu di antara
keduanya. Sesuai manusia yang membawa ilmu itu.Bagaimanakah
menggunakannya? Untuk apa ilmu itu? Siapa yang memakai ilmu itu?Semua
pertanyaan itu salah satu bukti kenetralan ilmu. Karena terserah manusia itu
membawa ilmu itu sendiri, terserah manusia itu bagaimana menggunakannya, dan
untuk apa ilmu yang dia dapat, dan siapapun orangnya ilmu tidak terpengaruh
nilainya tetap netral (nol).
Karena posisi ilmu pengetahuan yang netral, maka tugas para ilmuwan adalah
membangun sikap ilmiahyang berwawasan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai-nilai etis, serta mendorong
perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab.Ilmu pengetahuan dan

53
teknologi dipertanggung jawabkan bukan untuk kepentingan manusia, namun juga
untuk kepentingan obyek alam sebagai sumber kehidupan.
Ilmuwan harus sadar dan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara
gading”, yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengkaitkan dengan
kenyataan yang ada di luar dirinya.Kenyataan sesungguhnya bahwa setiap
aktivitas keilmuan nyaris tidak dapat dilepaskan dari konteks kehidupan sosial
kemasyarakatan. Sehingga ilmu yang dihasilkan berdaya guna maksimal tanpa
disertai sifat merusak demi kepentingan sesaat.
Akhirnya pemahaman terhadap netralitas ilmu harus sampai pada titik simpul
bahwa dalam proses mengetahui, ilmu berkembang tidak dari ruang kosong.
Menurut Endraswara (2012: 224) istilah teori disebut juga adab atau karsa. Pada
penggunaannya, ilmuan harus memiliki nilai kebenaran dankeadilan, menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan yang beradab, yang
tidak merusak apa yang diciptakan Tuhan untuk dirinya dan manusia pada
umumnya (sejalan dengan Persaudaraan). Jangan sampai ilmu pengetahuan
dilandasi jiwa ammarah, hanya sebagai alat pelampiasan nafsu, mengeruk
keuntungan sebanyak mungkin, yang akhirnya mencelakakan dirinya, manusia
lain dan lingkungan.

C. Matriks Pengembangan Teori dan Metodologinya


Perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat terlepas dari teori-teori yang
mendukung terhadap ilmu tersebut.Teori-teori tersebut tidak dihasilkan dalam
kurun waktu singkat tetapi menempuh kurun waktu yang sangat panjang.Dengan
melakukan kegiatan berteori manusia dapat menemukan ilmu pengetahuan-ilmu
pengetahuan baru. Ilmu bisa berarti memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan
terorganisasi yang diperoleh lewat proses tersebut. Proses keilmuan adalah cara
memperoleh pengetahuan secara sistematis tentang suatu sistem. Perolehan
sistematis ini umumnya berupa metode ilmiah.Dengan kata lain teori mengalami
pengembangan melalui metode ilmiah. Konsep dasar mengenai teori disajikan
pada Tabel 1 dan konsep dasar mengenai metodologi disajikan pada Tabel 2.

54
Tabel 1. Matriks Konsep Dasar Teori
No. Aspek Keterangan Kriteria
1 Pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia Alwi (2005: 120) a. Keterangan suatu peristiwa
teori Teori diartikan sebagai pendapat yang b. Cara dan pendapat melakukan sesuatu
dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu
peristiwa, asas-asas hukum umum yang menjadi
dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan,
aturan, cara dan pendapat untuk melakukan
sesuatu.
Sugiyono (2010: 52-54) a. Logika dan penalaran
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang b. Berupa konsep, defenisi, proposisi
merupakan seperangkat konsep, definisi, dan c. Sistematis
proposisi yang disusun secara sistematis. Secara
umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk
menjelaskan (explanation), meramalkan
(prediction), dan pengendalian (control) suatu
gejala.
Miarso dalam Susanto (2011: 150) a. Berdasarkan data empiris
Teori adalah ‘jendela’ untuk mengamati jendela b. Dikumpulkan, dianalisis, disentesis
yang ada, dan berdasarkan data empiris dari c. Menentukan hubungan antar variable
lapangan yang berhasil dikumpulkan, dianalisis
dan disintesiskan. Teori adalah serangkaian
bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
saling berhubungan yang menghadirkan sebuah
pandangan sistematis mengenai fenomena dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Kerlinger (Wattimena, 2008: 257) a. Variabel yang berhubungan
Teori adalah suatu kumpulan variabel yang saling b. Menjelaskan fenomena

55
No. Aspek Keterangan Kriteria
berhubungan, definisi-definisi, proposisi yang
memberikan pandangan yang sistematis tentang
fenomena dengan menspesifikasikan relasi-relasi
yang ada diantara beragam variabel, dengan
tujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada.
Cooper dan Schindler (2003) a. Berupa konsep, defenisi, proposisi
a theory is a set systematically interrelated b. Sistematis
concepst, defintion, and proposition that are c. Menjelaskan fenomena
advanced to explain and predict phenomena
(fact). Teori adalah seperangkat konsep, definisi
dan proposisi yang tersusun secara sistematis
sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena.
2 Tujuan teori a. Mengorganisasikan dan Menyimpulkan. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat
dicari dan ditemukan. Kemudian diorganisasikan
dan disimpulkan. Hasilnya berupa teori dapat
dipakai sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya
studi berikutnya.
b. Memfokuskan Teori pada dasarnya hanya menjelaskan tentang
suatu hal bukan banyak hal. Untuk itu aspek-aspek
dari suatu objek harus jelas fokusnya.
c. Menjelaskan Teori harus mampu membuat suatu penjelasan
tentang hal yang diamatinya. Penjelasan ini berguna
untuk memahami pola-pola, hubungan-hubungan
dan juga menginterpretasikan fenomena-fenomena
tertentu
d. Mengamati Teori tidak hanya menjelaskan tentang apa yang
sebaiknya diamati tetapi juga memberikan petunjuk

56
No. Aspek Keterangan Kriteria
bagaimana cara mengamatinya.
e. Membuat prediksi Fungsi prediksi ini dengan berdasarkan data dan
hasil pengamatan maka harus dapat dibuat suatu
perkiraan tentang keadaan yang bakal terjadi apabila
hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercermin
dalam kehidupan di masa sekarang.
f. Heuristik (Membantu Proses Penemuan) Sebuah aksioma yang terkenal adalah bahwa suatu
teori yang baik melahirkan penelitian. Teori yang
diciptakan harus dapat merangsang timbulnya
upaya-upaya penelitian selanjutnya.
g. Mengkomunikasikan pengetahuan Teori harus dipublikasikan, didiskusikan, dan
terbuka terhadap kritikan-kritikan. Sehingga
penyempurnaan teori akan dapat dilakukan
h. Kontrol/ mengawasi Fungsi ini timbul dari persoalan-persoalan nilai, di
dalam mana teoretikus berusaha untuk menilai
keefektifan dan kepatutan perilaku tertentu. Teori
dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau
pengontrol tingkah laku kehidupan manusia.
i. Generatif Fungsi ini terutama sekali menonjol dikalangan
pendukung aliran interpretif dan teori kritis. Menurut
mereka, teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan
sosial dan kultural, serta sarana untuk menciptakan pola
dan cara kehidupan yang baru.
3 Karakteristik a. Rasa Ingin Tahu Mempertanyakan bagaimana sesuatu itu eksis, apa
pengembangan hakekatnya, bagaimana sesuatu itu berfungsi, dan
teori bagaimana hubungannya dengan hal-hal lain. Rasa
ingin tahu ilmiah berujung pada pengertian.
(Merumuskan masalah)
b. Spekulatif Mencoba menyelesaikan masalah-masalah yang

57
No. Aspek Keterangan Kriteria
dihadapi. Dia harus membuat beberapa upaya.
Ketika solusi terhadap suatu masalah ilmiah tidak
muncul dengan segera, upaya harus dilakukan untuk
menemukan solusi. Seseorang harus mencoba untuk
mengemukakan hipotesis-hipotesis yang dapat
dimanfaatkan sebagai solusi-solusi. Seseorang dapat
saja mengeksplorasi beberapa hipotesis alternatif.
Spekulasi adalah keinginan untuk terus mencoba dan
mencoba, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri khas
dari sikap ilmiah adalah keinginan untuk
berspekulasi.
(Menyusun kerangka teori dan menyusun hipotesis)
c. Kesediaan untuk Menjadi Objektif Objektifitas adalah salah satu hal dari sikap
subjektifitas. Objek selalu merupakan objek dari
subjek. Objektifitas bukan saja berhubungan erat
dengan eksistensi subjek tetapi juga berhubungan
dengan kesediaan subjek untuk memperoleh dan
memegang suatu sikap objektif.
(Melakukan eksperimen, Mengolah dan
menganalisis data)
d. Pikiran yang Terbuka Kesediaan untuk mempertimbangkan segala hal
yang relevan, termasuk kesediaan untuk menerima,
bahkan mengundang ide-ide baru yang berbeda
dengan kesimpulan-kesimpulan yang telah
dibangun. Kesediaan untuk mendengarkan dan
menguji pandangan-pandangan yang lain.
(Menganalisis data dan menarik kesimpulan)
e. Kesediaan untuk menangguhkan keputusan Ketika suatu masalah kelihatannya tidak

58
No. Aspek Keterangan Kriteria
terselesaikan atau terpecahkan dengan jawaban-
jawaban penelitian yang dilakukan, maka kesediaan
untuk menangguhkan keputusan adalah hal yang
tepat sampai semua kebenaran yang diperlukan
diperoleh atau tersedia.
(Menarik kesimpulan)
f. Tentativitas Kesediaan untuk tetap bersifat sementara dalam
menerima seluruh kesimpulan-kesimpulan ilmiah
yang dibangun. Walaupun suatu hasil dalam kajian
ilmiah itu bersifat sementara, tetapi kesediaan untuk
tetap mempertahankan kesimpulan yang telah
diperoleh dan dibuat juga perlu.
(Mempublikasikan hasil)

Tabel 2. Matriks Konsep Dasar Metodologi


No. Aspek Keterangan Kriteria
1 Pengertian a. Ilmu yang membicarakan cara, jalan atau Konsep teoritis dalam kegiatan ilmu pengetahuan
petunjuk praktis dalam penelitian, sehingga
metodologi penelitian membahas konsep teoritis
berbagai metode
b. Metodologi melakukan pengkajian mengenai
model atau bentuk metode, aturan yang harus
dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan.
Perbedaannya dengan metode
adalah metodologi bersifat umum, kalau
metode lebih bersifat khusus
2 Unsur-unsur a. Interpretasi Menafsirkan seara objektif untuk mencapai
kebenaran yang otentik.

59
No. Aspek Keterangan Kriteria
b. Induksi dan deduksi Induksi dan deduksi berada dalam siklus empiris
c. Koherensi Intern Memahami semua unsur struktural yang konsisten
d. Holistis Tinjauan kebenaran secara utuh
e. Kesinambungan Historis Manusia berkembang dalam pengalaman dan
pikiran, bersama dengan lingkungan dan zamannya.
f. Idealisasi Proses untuk membuat ideal
g. Komparasi Memperbandingkan sifat hakiki dalam objek
penelitian sehingga dapat menjadi lebih jelas dan
lebih tajam..
h. Heuristika Metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah
untuk memecahkan masalah
i. Analogikal Arti, nilai dan maksud diteliti dan diekspresikan
dalam fakta dan data.
j. Deskripsi Data yang dieksplisitkan agar dapat dipahami secara
mantap.

D. Matriks Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutakhir bisa mendatangkan keuntungan ataupun kerugian bagi
manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, seiring dengan pengembangan teori perlu juga diiringi dengan pembekalan
etika yang kokoh dalam diri pembuat teori. Pemahaman etika dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat dibutuhkan. Konsep dasar dari etika disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Konsep Dasar Etika dalam Pengembangan Ilmu dan Teknologi
No. Aspek Keterangan Kriteria
1. Pengertian Susanto, 2011: 164 Tindakan manusia untuk mencapai
etika Secara etimologi istilah etika berasal dari bahasa Yunani tujuan utama hidup

60
No. Aspek Keterangan Kriteria
kuno, yaitu ethos atau ethikos, yang mempunyai arti tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kadang, kebiasaan, adat,
akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Etika sering
disebut filsafat moral. Etika merupakan cabang filsafat
yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam
kaitannya dengan tujuan utama hidupnya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Ilmu tentang yang baik dan
Etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak. kewajiban moral, kumpulan asas
Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu atau nilai berkenaan dengan akhlak,
tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas dan nilai mengenai benar dan salah.
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Saebani, 2009: 195-196 Ukuran baik dan buruk menurut
Etika adalah ukuran baik dan buruk menurut akal. Etika akal
jarang digandengkan atau dihubungkan dengan akhlak,
norma, moral, dan kesusilaan, melainkan lebih sering
berkaitan dengan profesi, dan pemahaman filosofis tentang
baik dan buruk, berharga atau tidak berharga.
Disimpulkan bahwa etika merupakan cabang ilmu filsafat Cabang ilmu filsafat tentang
yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam tindakan manusia dalam kaitannya
kaitannya dengan tujuan utama hidup yang mencakup dengan tujuan utama hidup yang
tentang apa yang baik dan buruk yang dianut suatu mencakup tentang apa yang baik
golongan atau masyarakat
2. Unsur pokok a. Kebebasan Bersifat rasional
dalam etika Merupakan unsur pokok dan utama dalam etika. Etika Dapat menetukan sikap secara
menjadi bersifat rasional karena etika selalu mandiri
mengandaikan kebebasan. Dapat dikatakan bahwa

61
No. Aspek Keterangan Kriteria
kebebasan adalah unsur hakiki etika. Kebebasan
eksistensial adalah kemampuan manusia untuk
menentukan dirinya sendiri.
b. Tanggung jawab Sesuainya antara perkataan dan
Merupakan kemampuan individu untuk menjawab tindakan
segala pertanyaan yang mungkin timbul dari tindakan-
tindakan. Orang yang bertanggungjawab tidak boleh
mengelak apabila diminta penjelasan tentang
perbuatannya.
c. Hati nurani Hati nurani merupakan ungkapan
Merupakan penghayatan tentang nilai baik atau buruk dan norma yang bersifat subjektif.
berhubungan dengan situasi konkret. Hati nurani
memerintahkan atau melarang suatu tindakan menurut
situasi, waktu, dan kondisi tertentu. Dengan demikian
hati nurani berhubungan dengan kesadaran. Kesadaran
adalah kesanggupan manusia untuk mengenal dirinya
sendiri dan berefleksi tentang dirinya.
d. Prinsip kesadaran moral Baik, adil dan hormat terhadap diri
Merupakan tataran yang perlu diketahui untuk sendiri dan orang lain.
memosisikan tindakan individu dalam kerangka nilai
moral tertentu. Ada tiga prinsip dasar kesadaran moral
yakni prinsip sikap baik, keadilan, dan hormat terhadap
diri sendiri serta orang lain. Prinsip keadilan dan hormat
pada diri sendiri merupakan syarat pelaksanaan sikap
baik, sedangkan prinsip sikap baik menjadi dasar
mengapa seseorang untuk bersikap adil dan hormat.
3. Aliran dalam a. Egoisme Kesenangan yang timbul untuk
etika Egoisme adalah pemikiran etis yang menyatakan bahwa kepentingan diri sendiri.

62
No. Aspek Keterangan Kriteria
tindakan atau perbuatan yang paling baik adalah
memberikan manfaat bagi diri sendiri dalam jangka
waktu yang diperlukan atau waktu tertentu.
b. Deontologisme Baik buruk tindakan tidak diukur
Deontologisme adalah pemikiran etis yang menyatakan dari akibat yang ditimbulkan, tetapi
bahwa baik buruknya tindakan tidak diukur dari akibat berdasar sifat tertentu dari hasil
yang ditimbulkan, tetapi berdasar sifat tertentu dari hasil yang dicapainya
yang dicapainya. Ini berarti ada kewajiban moral atau
keharusan etis yang harus dipatuhi.
c. Utilitarianisme Baik buruk tindakan diukur dari
Utilitarianisme adalah pemikiran etika yang melihat akibat yang ditimbulkan.
kaidah moral dan baik buruknya tindakan diukur dari
akibat yang ditimbulkannya. Tujuan tindakan adalah
hasil atau konsekuensi yang timbul akibat perbuatan
yang dikerjakan.
d. Pragmatisme Perbuatan yang dilaksanakan dan
Pragmatisme adalah pemikiran etika yang menyatakan dipraktekan, mendatangkan hal
bahwa perbuatan etis berhubungan dengan soal positif bagi masyarakat.
pengetahuan praktis yang dilakuakan demi kemajuan
masyarakat dan dunia. Pragmatisme lebih
mengutamakan tindakan daripada ajaran. Prinsip menilai
akhirnya ditentukan dari dapat tidaknya dibuktikan,
dilaksanakan, dan mendatangkan hasil.

63
BAB IV
IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

A. Contoh Pengembangan Teori dalam Fisika ( Perkembangan Teori Atom)


1. Konsep Atom Zaman Yunani
Salah satu konsep ilmiah yang tertua adalah bahwa setiap zat dapat
dipecahkan menjadi sekecil-kecilnya sehingga zarah terkecil yang dapat dibuat
itu masih tetap memiliki sifat-sifat zat yang dipecah-pecah tadi. Setelah mencapai
ukuran terkecil, zarah tidak dapat lagi dipecah lebih lanjut tanpa kehilangan sifat-
sifatnya yang asli. Karna itulah butir kecil itu dinamakan oleh ahli filsafat Yunani
Leucippus dan muridnya Democritus adalah atom yang asal katanya dari a yang
artinya tidak dan tomos artinya memotong, sehingga atom artinya adalah tidak
terbagi.
Konsep yang dimunculkan pada abad ke-5 SM masih tetap dikumandangkan
beberapa abad berikutnya oleh pemikir-pemikir seperti Riordano Bruno, Francis
Bacon, dan Rene Descarter. Bahkan para ilmuan utama abad ke-17 seperti
Galileo, Newton, dan Huygen mendukung konsep susunan zat yang terdiri atas
atom-atom ini.
2. Teori Atom Dalton
Baru dalam tahun 1808 ahli kimia Inggris Jhon Dalton (1776-1844) seorang
guru di sekolah, membuat perkembangan pemikiran yang baru tentang struktur
zat. Pemikirannya itu ditulis dalam bukunya A News System Of Chemical
Philosophy. Sebelumnya orang Yunani mengembangkan pengertian tentang atom
dari segi ilmu fisika saja, Dalton selaku seorang ahli kimia tidak menggunakan
petunjuk-petunjuk fisika melainkan juga pengalaman dari percobaan kimia untuk
menyusun teori atomnya. Kaidah pertama yang digunakan Dalton berdasarkan
pengalaman Antoine Lavoisier (1743-1794) dari percobaan pembakaran suatu
zat, oksigen yang terdapat dalam udara akan mengikat dirinya dengan yang

64
mengalami perubahan karena dibakar. Kalau misalnya raksa cair yang dibakar,
zat itu akan bersatu dengan oksigen dan membuat suatu bubuk berwarna merah
yang merupakan oksida mercuri. Kalau bubuk merah itu dipanaskan lagi, zat itu
terurai lagi menjadi raksa cair dan sejumlah gas oksigen yang volumenya sama
banyak dengan volume yang sebelumnya diikat oleh oksigen mercuri. Atas dasar
ini Lavoisier melontar pemikiran bahwa jumlah massa zat-zat yang ada setelah
terjadi reaksi kimia tetap sama dengan jumlah massa zat sebelum reaksi. Hal
inilah yang menimbulkan hukum kekekalan massa.
Kaidah kimia kedua yang digunakan Dalton dalam penyusunan teori atom
adalah pengalaman Joseph Proust (1754-1826). Berdasarkan percobaan suatu
senyawa kimia dari mana saja asalnya dan bagaimana saja dibuatnya selalu
mempunyai susunan yang sama, yaitu terjadi dari unsur-unsur tertentu dalam
nisbah massa yang sama. Kenyataan ini disebut Hukum Nisbah tertentu. Dengan
diterangknnya hukum tentang susunan senyawa kimia, Dalton dapat menentukan
massa atom setiap unsur.
3. Dmitri Ivanovich Mendeleev (1834 – 1907) : Tabel Periodik
Pada tahun 1859 seorang ilmuan Rusia Dmitri Ivanovich Mendeleev
menemukan sistem periodik. Berdasarkan pemikiran dari John Dalton (1805)
yang menyatakan bahwa setiap atom mempunyai massa, maka Mendeleev
membagi elemen-elemen yang dituliskan dalam kartu-kartu berdasarkan pada
ukuran berat atom dalam suatu susunan baris dan kolom, dan dalam satu
kolom dituliskan tujuh elemen. Sampai tahun 1971 telah ditemukan 63 unsur
dari 92 elemen yang kita ketahui. Termasuk Helium yang belum ditemukan.
Perkembangan berikutnya terjadi dua puluh tahun kemudian, dimana
Mendeleev menemukan eka-silikon di Jerman, yang telah diprediksinya
sebelumnya. Karena temuan-temuannya itu Mendeleev terkenal dimana-
mana.Hal yang dapat kita ambil dibalik temuan atom tersebut adalah
kaitannya dengan angka-angka. Sebagai contoh ukuran berat atom yang
merupakan suatu ukuran kompleksitas.

65
Perkembangan teori atom juga berpengaruh pada karya seni. Pada tahun
1900 pelukis-pelukis dunia seperti yang dapat dilihat pada lukisan Umberto
Boccioni dalam The Forcest of A street atau Dynamism of cyclisyt, lukisan
sinar X oleh Rontgen, Juan Gris dalam analisis struktur bentuk natural dalam
Still Life atau bentuk kemanusiaan dalam Pierrot.
4. ModelAtom Thomson
Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William
Crookers, maka J.J. Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan
dapat dipastikan bahwa sinar katode merupakan partikel, sebab dapat
memutar baling-baling yang diletakkan diantara katode dan anode. Dari hasil
percobaan ini, Thomson menyatakan
bahwasinar katodemerupakanpartikelpenyusunatom (partikel subatom) yang
bermuatan negatif dan selanjutnya disebutelektron.
Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron
bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positifuntuk
menetrallkan muatan negatif elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut,
Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom dalton dan mengemukakan
teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson. Yang menyatakan
bahwa: “Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya
tersebar muatan negatif elektron” Model atom ini dapat digambarkan sebagai
jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. biji jambu menggambarkan
elektron yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang pejal, yang pada
model atom Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal. Kelebihan
model atom Thomson adalah membuktikan adanya partikel lain yang
bermuatan negatif dalam atom. Berarti atom bukan merupakan bagian terkecil
dari suatu unsur. Kelemahan model Thomson ini tidak dapat menjelaskan
susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.
5. ModelAtom Rutherford

66
Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners
Masreden)melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ)
terhadap lempeng tipis emas. Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa,
yaitu partikel yang bermuatan positif dan bergerak lurus, berdaya tembus
besar sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas.Percobaan tersebut
sebenarnya bertujuanuntuk menguji pendapat Thomson, yakni apakah atom
itu betul-betul merupakanbolapejal yangpositifyang bila dikenai partikel
alfaakan dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan
fakta bahwa apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang
sangat tipis, maka sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan
sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden diperoleh fakta bahwa
satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan lebih.
Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesimpulan
beberapa berikut:

1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa
diteruskan
2. Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom
emas, maka didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang
bermuatan positif.
3. Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom,
berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila
perbandingan 1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka
didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran
atom keseluruhan.

Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut,


Rutherford mengusulkan model atom yang dikenal dengan Model Atom
Rutherford yang menyatakan bahwa Atom terdiri dari inti atom yang sangat

67
kecil dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif.
Rutherford menduga bahwa didalam inti atom terdapat partikel netral yang
berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling tolak
menolak.Kelebihan model ini telah membuat hipotesa bahwa atom tersusun
dari inti atom dan elektron yang mengelilingi inti. Kelemahannya tidak dapat
menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan
teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai pemancaran energi
sehingga lama – kelamaan energi elektron akan berkurang dan lintasannya
makin lama akan mendekati inti dan jatuh ke dalam inti Ambilah seutas tali
dan salah satu ujungnya Anda ikatkan sepotong kayu sedangkan ujung yang
lain Anda pegang. Putarkan tali tersebut di atas kepala Anda. Apa yang
terjadi? Benar. Lama kelamaan putarannya akan pelan dan akan mengenai
kepala Anda karena putarannya lemah dan Anda pegal memegang tali
tersebut. Karena Rutherford adalah telah dikenalkan lintasan/kedudukan
elektron yang nanti disebut dengan kulit.
6. Model Atom Bohr
Pada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki
kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom
hidrogen. Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron
dalam menempati daerah disekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom
hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori
kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai berikut:

1. Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu


elektron dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak
stasioner (menetap) elektron dan merupakan lintasan melingkar
disekeliling inti.

68
2. Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap
sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun
diserap.
3. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan
stasioner lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat,
besarnya sesuai dengan persamaan planck, ΔE = hv.
4. Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat
tertentu, terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya
momentum sudut merupakan kelipatan dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n
adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.

Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada


lintasan-lintasan tertentu yang disebutkulit elektronatau tingkat energi.
Tingkat energi paling rendah adalah kulit elektron yang terletak paling dalam,
semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat
energinya. Kelebihan atom Bohr adalah bahwa atom terdiri dari beberapa kulit
untuk tempat berpindahnya elektron. Kelemahan model atom ini adalah tidak
dapat menjelaskan efek Zeeman dan efek Strack
7. Henry Moseley (1887-1915)
Henry Moseley dalam laboratorium Rutherford melakukan eksperimen
konfirmasi terhadap model Bohr pada fenomena baru berupa garis-garis pada
spektrum sinar energi tinggi X yang tidak terlihat oleh mata tetapi yang
terbentuk dengan cara yang sama yaitu loncatan elektron dari orbit yang lebih
luar ke orbit yang lebih dalam.
8. Quark sebagai Zarah yang Lebih Kecil lagi
Pada awal abad ke-20 ini teori Dalton diguncang karena ditemukan
bahwa atom masih dapat dipecah menjadi proton, neutron, dan electron, maka
pada tahun 1964 terjadi lagi guncangan baru. Ahli fisika Amerika Serikat
Murray Gell-Mann mengemukakan bahwa proton dan neutron terdiri atas

69
zarah-zarah yang lebih kecil lagi yang dinamakan Quark. Ahli fisika Amerika
lainnya Georg Zweig juga mengemukakan suatu teori yang sama, akan tetapi
butir-butir itu dinamakan as (Nasoetion, 1999: 94-102).
Suatu proton terdiri atas dua buah atas dan sebuah bawah, dan karena
quark atas bermuatan ± ⅔, dan quark bawah bermuatan -⅓. Proton bermuatan
+1, Neutron terdiri atas satu quark atas dan dua quark bawah sehingga
muatannya 0. Suatu zarah yang terjadi dari beberapa quark dinamakan suatu
hadron sehingga proto dan netron adalah suatu hadron. Suatu hadron yang
terdiri atas tiga quark dinamakan suatu Baryon. Suatu zarah yang terdiri atas
dua quark disebut suatu meson. Kedua quark itu sebenarnya berlawanan
sehingga yang satu lagi memiliki rasa tandingan dan karena itu dapat disebut
anti quark.
Jadi quark adalah zarah terkecil yang tidak dapat dibagi lagi pada suatu
ketika yang tidak dapat dibagi-bagi lagi pada suatu ketika ada saja
kemungkinannya akan ditumbangkan lagi.

B. Matriks Pengembangan Teori dalam Pembelajaran Fisika


Berdasarkan kajian pustaka, teori adalah alur logika atau penalaran, yang
merupakan seperangkat konsep, definisi dan proposisi mengenai suatu peristiwa yang
yang disusun secara sistematis berdasarkan data empiris dari lapangan yang berhasil
dikumpulkan, dianalisis dan disintesiskan menggunakan metode ilmiah.Fisika
merupakan salah satu cabang ilmu sains yang mempelajari tentang gejala-gejala alam
melalui metode ilmiah. Dalam fisika terdapat beberapa pengembangan teori salah
satunya teori atom. Pengembangan teori atom ditunjukkan pada Tabel 4.

70
Ilmu pengetahuan tidak dapat dan tidak perlu dicegah perkembangannya, karena manusia ke depannya ingin lebih
baik, lebih nyaman, dan lebih lama dalam menikmati hidupnya khususnya pada teori atom. Apalagi kalau melihat
kenyataan bahwa manusia sekarang hidup dalam kondisi yang semakin kompleks. Khususnya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi pada masa sekarang tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan manusia, tetapi sudah sampai ketaraf memenuhi
keinginan manusia. Sehingga seolah-olah sekarang ini teknologilah yang menguasai manusia bukan sebaliknya.Penerapan
dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan etika sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh
pada proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Karena pada dasarnya, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
untuk mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia. Tabel 5
menyajikan matriks teori atom ditinjau dari tiga teori filsafat ilmu.

Tabel 4. Matriks Pengembangan Teori Atom


No Perkembangan Teori Atom Intisari Teori Metode Ilmiah
1 Democritus dan Leukippos Atom menurut Democritus a. Democritus dan Leukippos
Democritus dan gurunya, Leukippos, adalah bagaikan blok-blok kecil merumuskan masalah
berpendapat bahwa atom adalah unsur-unsur yang sangat kecil hingga tak mengenai atom karena
yang membentuk realitas. Di sini, mereka terlihat lagi, yang tidak bisa mengamati ajaran
setuju dengan ajaran pluralisme Empedokles dibagi lagi dan bersifat abadi. pluralisme
dan Anaxagoras bahwa realitas terdiri dari b. Democritus menyusun
banyak unsur, bukan satu. Akan tetapi, kerangka teori dengan
bertentangan dengan Empedokles dan mengembangkan pemikiran
Anaxagoras, Democritus menganggap bahwa Leukippos tentang ajaran
unsur-unsur tersebut tidak dapat dibagi-bagi atomisme
lagi. Karena itulah, unsur-unsur tersebut c. Merumuskan hipotesis
diberi nama atom (bahasa Yunani atomos: a apakah atom setiap benda
berarti "tidak" dan tomos berarti "terbagi"). berbeda

71
Para ahli masa kini menganggap bahwa d. Menguji hipotesis
Leukippos merumuskan garis besar ajaran- e. Menganalisis data
ajaran atomisme, lalu Democritus f. Menarik kesimpulan
mengembangkan pemikiran gurunya lebih g. Mempublikasikan bahwa
lanjut. Atom-atom tersebut merupakan unsur- "prinsip dasar alam semesta
unsur terkecil yang membentuk realitas. adalah atom-atom dan
Ukurannya begitu kecil sehingga mata kekosongan". Jika ada
manusia tidak dapat melihatnya. Selain itu, ruang kosong, maka atom-
atom juga tidak memiliki kualitas, seperti atom itu dapat bergerak.
panas atau manis. Hal itu pula yang
membedakan dengan konsep zat-zat
Empedokles dan benih-benih dari
Anaxagoras.
Atom-atom tersebut berbeda satu dengan
yang lainnya melalui tiga hal:
bentuknya(seperti huruf A berbeda dengan
huruf N), urutannya (seperti AN berbeda
dengan NA), dan posisinya (huruf A berbeda
dengan Z dalam urutan abjad). Dengan
demikian, atom memiliki kuantitas belaka,
termasuk juga massa. Jumlah atom yang
membentuk realitas ini tidak berhingga.
Selain itu, atom juga dipandang sebagai tidak
dijadikan, tidak dapat dimusnahkan, dan
tidak berubah. Yang terjadi pada atom adalah
gerak. Karena itu, Demokritus menyatakan
bahwa "prinsip dasar alam semesta adalah
atom-atom dan kekosongan". Jika ada ruang
kosong, maka atom-atom itu dapat bergerak.

72
2 Model Atom Jhon Dalton Mendasari hipotesanya a. Dalton merumuskan
Pada tahun 1808, John Dalton yang mengenai atom berdasarkan masalah mengenai atom
merupakan seorang guru di Inggris, hukum Kekekalan Massa karena mengamati teori
melakukan perenungan tentang atom. Hasil (Lavoisier) dan Hukum atom menurut Democritus
perenungan Dalton menyempurnakan teori Perbandingan Tetap (Proust). b. Menyusun kerangka teori
atom Democritus. Bayangan Dalton dan dengan merujuk pada
Democritus adalah bahwa atom berbentuk Hukum kekekalan massa
pejal. oleh Lavoiser dan Hukum
John Dalton mengungkapkan bahwa : perbandingan tetap oleh
a. Atom adalah bagian terkecil dari suatu Proust
zat. c. Merumuskan hipotesis
b. Atom berbentuk bola sederhana yang bahwa atom berupa ola
sangat kecil, tidak dapat dibelah, pejal
diciptakan ataupun dimusnahkan. d. Menguji hipotesis
c. Unsur yang sama mengandung atom- e. Menganalisis data
atom yang sama. f. Menarik kesimpulan
d. Atom sejenis memiliki sifat yang sama g. Mempublikasikan hasil
dalam segala hal, sedangkan atom
yang berbeda memiliki sifat yang
berbeda.
e. Reaksi kimia terjadi karena adanya
penggabungan dan pemisahan atom-
atom.
f. Bila atom-atom bergabung akan
membentuk molekul. Bila atom-atom
yang bergabung sama akan terbentuk

73
molekul unsur, sedangkan bila atom-
atom yang bergabung berbeda akan
terbentuk molekul senyawa.
3 Model Atom J.J Thomson Melakukan sebuah eksperimen a. Democritus dan Leukippos
Dengan adanya teori atom yang menggunakan tabung sinar merumuskan masalah
dikemukakan oleh Dalton maka banyak katoda. Hasil eksperimennya mengenai atom
sekali para ilmuwan yang ingin menyelidiki menyatakan ada partikel b. Menyusun kerangka teori
tentang atom. Mereka penasaran tentang apa bermuatan negatif dalam atom dengan mengikuti beberapa
itu atom dan apa penyusunnya? Salah yang disebut elektron. J.J aliran
satunya adalah J.J Thompson (1897), dia Thomson menemukan bahwa c. Merumuskan hipotesis
melakukan percobaan dengan menggunakan atom terkadang dapat menolak d. Menguji hipotesis dengan
tabung katoda. Dia menemukan bahwa partikel lebih kecil yang melakukan eksperimen
apabila tabung katoda di beri tegangan tinggi bermuatan negatif, yang ia sebut dengan menggunakan
maka suatu “sinar” yang dia sebut sebagai sebagai elektron. J.J Thomson tabung katoda
“sinar katoda” akan dihasilkan. mengusulkan model atom Plum e. Menganalisis data hasil
Disebabkan sinar ini muncul pada Pudding Model atau model atom eksperimen apabila tabung
elektroda negative dan sinar ini enolak kutub Roti Kismis. katoda di beri tegangan
negative dari medan listrik yang tinggi maka suatu “sinar”
diaplikasikan ke tabung katoda maka yang dia sebut sebagai
Thompson menyatakan bahwa sinar katoda “sinar katoda” akan
tersebut tak lain adalah aliran partikel dihasilkan.
bermuatan negative yang dikemudian hari f. Menarik kesimpulan bahwa
disebut sebagai electron. Dengan mengganti setiap atom pasti memiliki
katoda menggunakan berbagai macam logam electron, disebabkan atom
maka Thompson tetap menghasilkan jenis bersifat netral maka dalam
sinar yang sama. atom juga harus
Berdasarkan hal ini maka Thompson megandung sejumlah
menyatakan bahwa setiap atom pasti muatan positif
memiliki electron, disebabkan atom bersifat g. Mempublikasikan “Atom

74
netral maka dalam atom juga harus terdiri dari awan bermuatan
megandung sejumlah muatan positif. positif yang terdistribusi
Sehingga dia menyatakan bahwa: sedemikian rupa dengan
“Atom terdiri dari awan bermuatan muatan negative tersebar
positif yang terdistribusi sedemikian rupa secara random di
dengan muatan negative tersebar secara dalamnya”
random di dalamnya”
Model atom ini kemudian disebut
sebagai “plum pudding model” yang di
Indonesia lebih dikenal sebagai model roti
kismis.
4 Model Atom Rutherford Melakukan percobaan dengan a. Rutherford merumuskan
Rutherford (1911) bersama dua orang menembakkan inti helium masalah mengenai atom
muridnya (Hans Geigerdan Erners (partikel alpha) ke suatu lapisan karena mengamati model
Masreden)melakukan percobaan yang emas tipis yang tebalnya hanya atom Thomson
dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) beberapa atom. Dia menemukan b. Menyusun kerangka teori
terhadap lempeng tipis emas. Sebelumya bahwa meskipun sebagian besar c. Merumuskan hipotesis
telah ditemukan adanya partikel alfa, yaitu sinar helium tersebut diteruskan, d. Menguji hipotesis dengan
partikel yang bermuatan positif dan bergerak dan sebagian lagi di pantulkan. melakukan eksperimen
lurus, berdaya tembus besar sehingga dapat hamburan sinar alfa (λ)
menembus lembaran tipis kertas. Percobaan terhadap lempeng tipis
tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji emas
pendapat Thomson, yakni apakah atom itu e. Menganalisis data
betul-betul merupakan bola pejal yang positif f. Menarik kesimpulan bahwa
yang bila dikenai partikel alfa akan apabila partikel alfa
dipantulkan atau dibelokkan. Dari ditembakkan pada lempeng
pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa emas yang sangat tipis,
apabila partikel alfa ditembakkan pada maka sebagian besar
lempeng emas yang sangat tipis, maka partikel alfa diteruskan (ada

75
sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut
penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi kurang dari 1°), tetapi dari
dari pengamatan Marsden diperoleh fakta pengamatan Marsden
bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan diperoleh fakta bahwa satu
membelok sudut 90° bahkan lebih. diantara 20.000 partikel
Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, alfa akan membelok sudut
diperoleh beberapa kesmipulan beberapa 90° bahkan lebih.
berikut: g. Mempublikasikan bahwa
a. Atom bukan merupakan bola pejal, karena atom bukan merupakan
hampir semua partikel alfa diteruskan bola pejal
b. Jika lempeng emas tersebut dianggap
sebagai satu lapisanatom-atom emas,
maka didalam atom emas terdapat partikel
yang sangat kecil yang bermuatan positif.
c. Partikel tersebut merupakan partikelyang
menyusun suatu inti atom, berdasarkan
fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa
akan dibelokkan. Bila perbandingan
1:20.000 merupakan perbandingan
diameter, maka didapatkan ukuran inti
atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada
ukuran atom keseluruhan.
5 Model Atom Bohr Elektron-elektron mengelilingi a. Bohr merumuskan masalah
Pada tahun 1913, pakar fisika inti pada lintasan-lintasan mengenai atom atas dasar
Denmark bernama Niels Bohr memperbaiki tertentu yang disebut kulit memperbaiki kegagalan
kegagalan atom Rutherford melalui elektron atau tingkat atom Rutherford
percobaannya tentang spektrum atom energi. Tingkat energi paling b. Menyusun kerangka teori
hidrogen. Percobaannya ini berhasil rendah adalah kulit elektron c. Merumuskan hipotesis
memberikan gambaran keadaan elektron yang terletak paling dalam, d. Menguji hipotesis dengan

76
dalam menempati daerah disekitar inti atom. semakin keluar semakin besar melakukan eksperimen
Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen nomor kulitnya dan semakin tentang spektrum atom
melibatkan gabungan antara teori klasik dari tinggi tingkat energinya. hydrogen
Rutherford dan teori kuantum dari Planck, Penemuan ini kemudian menjadi e. Menganalisis data dengan
diungkapkan dengan empat postulat, sebagai awal lahirnya teori dan model gabungan antara teori
berikut: atom mekanika kuantum. klasik dari Rutherford dan
a. Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang teori kuantum dari Planck
diperbolehkan bagi satu elektron dalam f. Menarik kesimpulan
atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai gambaran keadaan elektron
keadaan gerak stasioner (menetap) dalam menempati daerah
elektron dan merupakan lintasan disekitar inti atom.
melingkar disekeliling inti. g. Mempublikasikan hasil
b. Selama elektron berada dalam lintasan
stasioner, energi elektron tetap sehingga
tidak ada energi dalam bentuk radiasi
yang dipancarkan maupun diserap.
c. Elektron hanya dapat berpindah dari satu
lintasan stasioner ke lintasan stasioner
lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi
tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan
persamaan planck, ΔE = hv.
d. Lintasan stasioner yang dibolehkan
memilki besaran dengan sifat-sifat
tertentu, terutama sifat yang
disebut momentum sudut. Besarnya
momentum sudut merupakan kelipatan
dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah
bilangan bulat dan h tetapan planck.
6 Model Atom Modern Elektron-elektron mengelilingi a. Schodinger merumuskan

77
Model atom mekanika kuantum inti pada lintasan-lintasan masalah mengenai atom
dikembangkan oleh Erwin Schrodinger tertentu yang disebut kulit b. Menyusun kerangka teori
(1926). Sebelum Erwin Schrodinger, seorang elektron atau tingkatenergi. Ting dari pernyataan De Brogli
ahli dari Jerman Werner Heisenberg kat energi paling rendah adalah c. Merumuskan hipotesis
mengembangkan teori mekanika kuantum kulit elektron yang terletak bahwa elektron bukan
yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian paling dalam, semakin keluar sebagai partikel tetapi
yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan semakin besar nomor kulitnya sebagai gelombang
kedudukan dan momentum suatu benda dan semakin tinggi tingkat d. Menguji hipotesis dengan
secara seksama pada saat bersamaan, yang energinya. memecahkanpersamaan
dapat ditentukan adalah kebolehjadian untuk mendapatkan fungsi
menemukan elektron pada jarak tertentu dari gelombang batas
inti atom”. kemungkinan
Daerah ruang di sekitar inti dengan ditemukannya elektron
kebolehjadian untuk mendapatkan elektron e. Menganalisis data
disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi matematika dari persamaan
orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger. dan menghasilkan asas
Erwin Schrodinger memecahkan suatu ketidakpastian Heisenberg
persamaan untuk mendapatkan fungsi f. Menarik kesimpulan bahwa
gelombang untuk menggambarkan batas “Tidak mungkin dapat
kemungkinan ditemukannya elektron dalam ditentukan kedudukan dan
tiga dimensi. momentum suatu benda
secara seksama pada saat
bersamaan, yang dapat
ditentukan adalah
kebolehjadian menemukan
elektron pada jarak tertentu
dari inti atom”

78
g. Mempublikasikan Elektron-
elektron mengelilingi inti
pada lintasan-lintasan
tertentu yang disebut kulit
elektron atau tingkat energi.
Dan kedudukan electron
dalam atom dijelaskan oleh
empat bilangan kuantum

Tabel 5. Teori Atom ditinjau dari Tiga Teori Filsafat Ilmu


Teori
No. Penjelasan Teori Atom Berdasarkan Teori Filsafat Ilmu
Filsafat llmu
1 Teori Hakikat Menekankan pada hakikat Teori Atom yang menyangkut keberadaan dan eksistensinya
(Ontologi) dalam khazanah keilmuan. Teori Atom lahir secara filosofis dari pemikiran para filsuf
Yunani. Pertanyaan yang mendasari lahirnya Teori Atom adalah, “Apakah yang membentuk
suatu benda?” Ini merupakan pertanyaan fundamental dalam filsafat alam. Suatu benda
terdiri atas bagian-bagian tertentu yang lebih kecil dan lebih kecil lagi. Pertanyaan
selanjutnya adalah, ”apakah ada suatu saat dimana bagian tersebut tidak dapat dibagi lagi
menjadi sesuatu yang lebih kecil?”.
2 Teori Memandang Teori Atom dari aspek Epistemologi berarti memandang Teori Atom dari cara
Pengetahuan pemerolehan pengetahuan mengenai Atom.
(Epistemologi) a. Democritus mencoba menumbuk beberapa material dengan mortar dan alu hingga
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang ia sebut sebagai atom. Semua benda
tersusun atas bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi lagi, atau atom, yang secara
kualitatif mirip antara satu dengan yang lainnya dalam hal ukuran, bentuk, posisi, dan
massanya. Democritus berpendapat bahwa atom bukan hanya sangat kecil, tetapi

79
merupakan partikel yang terkecil, bukan hanya terlalu kecil untuk dibagi secara fisis
tetapi juga tidak bisa dibagi secara logis.

b. John Dalton mendasari hipotesanya mengenai atom berdasarkan hukum Kekekalan


Massa (Lavoisier) dan Hukum Perbandingan Tetap (Proust).
c. J.J.Thomson melakukan sebuah eksperimen menggunakan tabung sinar katoda. Hasil
eksperimennya menyatakan ada partikel bermuatan negatif dalam atom yang disebut
elektron.
d. Thomson menemukan bahwa atom terkadang dapat menolak partikel lebih kecil yang
bermuatan negatif, yang ia sebut sebagai elektron. Dari hasil pecobaan inilah Thomson
mengusulkan model atom Plum Pudding Model atau model atom Roti Kismis.
e. Rutherford melakukan percobaan lain untuk menjawab kelemahan yang dimiliki model
atom Thomson. Percobaannya adalah dengan menembakkan inti Helium (partikel alpha)
ke suatu lapisan emas tipis yang tebalnya hanya beberapa atom. Dia menemukan bahwa
meskipun sebagian besar sinar helium tersebut diteruskan, dan sebagian lagi di
pantulkan.
3 Teori Nilai Aksiologi membahas teori tentang nilai, mencakup nilai berupa pengetahuan etika sebagai
(Aksiologi) dasar normatif dalam penggunaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak
dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan telah banyak memberikan manfaat bagi
kelangsungan hidup manusia. Kenyataannya, ilmu pun bisa memberikan dampak negatif bagi
kehidupan manusia. Sebagai contohnya adalah ilmu tentang nuklir, kita telah melihat
manfaatnya dalam pengembangan pembangkit listrik yang dikenal dengan sebutan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).Tanggung jawab keilmuan menyangkut kegiatan
maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologiPLTN dalam kehidupan
bermasyarakat.Ini berarti ilmuwan yang mengembangkan PLTN harus memperhatikan kodrat
dan martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada
kepentingan umum dan generasi mendatang, serta bersifat universal karena pada hakikatnya
ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh ekosistem
manusia bukan untuk menghancurkan ekosistem tersebut.

80
C. Matriks Pembelajaran Materi Atom di Sekolah
Karakteristik materi teori atom bersifat abstrak dan merupakan hal yang baru
bagi peserta didik, maka paradigma pembelajaran yang baik adalah paradigma yang
mampu melibatkan peserta didik dalam proses berpikir mengenai konsep Atom.
Salah satu paradigma pembelajaran yang dapat digunakan adalah paradigma
pembelajaran student-centered.Paradigma student-centered diturunkan dari
pandangan ahli konstruktivis terhadap pembelajaran. Pada pendekatan student-
centered, proses konstruksi pengetahuan berlangsung melalui keterlibatan peserta
didik dalam berbagai aktivitas. Paradigma ini pernah digunakan di Indonesia selama
beberapa dekade. Namun, seiring perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia
menjadi Kurikulum 2013, dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma dari teacher-
centered menuju student-centered.Pembelajaran teori atom di sekolah disajikan pada
Tabel 6.

81
Tabel 6. Pembelajaran Teori Atom di Sekolah
Problema Paradigma Pembelajaran Desain Pembelajaran
a. Problema pembelajaran materi teori atom Mengingat karakteristik materi Model pembelajaran
berawal dari aspek ontologi teori atom itu sendiri ini yang bersifat abstrak dan kooperatif tipe STAD
yang bersifat abstrak dan non-observable. merupakan hal yang baru bagi dengan menggunakan
Kenyataan ini mengakibatkan peserta didik yang peserta didik, maka paradigma macromedia flash
masih dalam tahap berpikir konkret tersebut pembelajaran yang baik adalah
kesulitan dalam memahami konsep Teori Atom paradigma yang mampu
secara menyeluruh. melibatkan peserta didik dalam
b. Teori Atom itu sendiri masih bersifat hipotesis, proses berpikir mengenai konsep
sehingga mungkin saja banyak dari peserta didik Atom. Salah satu paradigma
yang tidak benar-benar meyakini keberadaan pembelajaran yang dapat
atom. Kebanyakan peserta didik menerima digunakan adalah paradigma
pembelajaran Teori Atom seperti mereka pembelajaran student-centered.
mempelajari sejarah, atau sesuatu yang sudah
ada dan harus mereka terima sebagaimana
adanya. Peserta didik tidak dilibatkan dalam
proses berpikir bagaimana atom tersebut
ditemukan. Sehingga, bagi peserta didik materi
Teori Atom adalah materi yang mengandung
banyak konsep yang harus mereka hafalkan
untuk lulus dalam ujian atau mendapat nilai yang
bagus

82
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai suatu obyek etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh oleh
individu maupun masyarakat untuk menilai suatu tindakan yang akan dikerjakan.
Dimana etika memberikan penilaian. batasan dan arahan yang mengatur manusia
dalam kelompok sosial lainnya. Dalam proses penilaiannya etika memberikan arahan
agar ilmu pengetahuan berguna dalam memberikan arah atau pedoman dan tujuan
masing-masing orang. Ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan umat
manusia tanpa merendahkan martabat seseorang.

Dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan menurut pendapat beberapa tokoh


menyatakan bahwa ilmu pengetahuan bersifat bebas nilai artinya tuntutan terhadap
setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ilmu pengetahuan tidak terpengaruh oleh faktor eksternal seperti faktor politis,
idiologis, agama dan budaya. Tetapi dalam penerapannya ilmu pengetahuan harus
mempertimbangkan segi kemaslahatannya bagi umat manusia.

Persoalan yang mendasar dalam etika keilmuan adalah bahwa penerapan ilmu
pengetahuan selalu memerlukan pertimbangan dari segi etis yang berpengaruh pada
pengembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Sehingga dalam
pengembangannya para ilmuwan harus memperhatikan dan menjaga martabat
manusia dan kelestarian lingkungan. juga diperlukan, kedewasaan yang
sesungguhnya dari manusia untuk menentukan mana yang baik dan buruk bagi
kehidupannya.

Dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan seorang ilmuwan harus


menghasilkan pengetahuan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan secara terbuka,
kritis rasional, logis dan obyektif. Dan dalam pengembangannya diperlukan moralitas

83
dan tanggung jawab yang tinggi dari ilmuwan sehingga berdampak positif bagi
kehidupan manusia. Tanggung jawab ilmuwan meliputi tanggung jawab terhadap tata
ilmiah, manusia dan kepada Allah Swt.

B. Saran
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari
teori-teori yang mendukung yang bisa mendatangkan keuntungan ataupun kerugian
bagi manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, seiring dengan pengembangan
teori perlu juga diiringi dengan pembekalan etika yang kokoh dalam diri pembuat
teori.

84
DAFTAR PUSTAKA

Adib,Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Alwi, Hasan et a., 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Ed. III; Cet. IV). Jakarta:
Balai Pustaka.

Amelia, Rumi. 2013. Filsafat Ilmu: Teori dan Metode Pengembangan Ilmu.
http://rumii-amelia.blogspot.co.id (Diakses tanggal 28 November 2015).

Bagus, Lorens. 2006. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. 1994. Metodologi Penelitian Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius.

Drajat, Amroeni. 2006. Filsafat Islam Buat yang Pengen Tahu. Jakarta: Erlangga.

Hidayat, Ade. 2014. Modul Kuliah Filsafat Ilmu. Banten: FKIP UMB.

Mufid, Muhammad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kenana Prenada
Media Grup.

Nasution, Andi Hakim. 1999. Pengantar ke Filsafat Sains. Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa.

Saebani, Beni, Ahmad. 2009. Filsafat Ilmu: Kontemplasi Filosofis tentang Seluk
Beluk Sumber dan Tujuan Ilmu Pengetahuan. Bandung: Pustaka Setia.

Sagala, Syaiful. 2013. Etika dan Moralitas Pendidikan: peluang dan Tantangan.
Jakarta: Kencana Prenamedia Group.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,


Cet. III. Bandung: Alfabeta.

Surajiyo. 2008. Filsafat Ilmu dan perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi


Aksara.

Suriasumantri, Jujun, S. 2009. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

85
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu, Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis,
dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.
Wattimena, Cristian S. 2008. Materi Kuliah Pengantar Teknologi Grafis dan Cetak.
Surabaya: STIKOM.

86

Anda mungkin juga menyukai