Anda di halaman 1dari 21

AGAMA DAN FILSAFAT ILMU

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu
Drs. Sulaiman, M.Pd., Ph.D

Oleh
Kelompok 10
1. Muhammad Wahyu NIM. 2020111310095
2. Bawi Patriah NIM. 2020111320027
3. Yana Utami NIM. 2020111320070
4. Aminudin NIM. 2020111310049
5. Merry Marselina NIM. 2020111320002
6. Muhammad Ilham Ramadhan NIM. 2020111310030
7. Fauzan Adzima NIM. 2020111310081
8. Yoseprianto Opuntake Krowin NIM. 2020111310094
9. Muhammad Abdillah NIM. 2020111310103

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
DESEMBER 2020

i
KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena berkat dan kasih-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan

judul: “Agama dan Filsafat Ilmu”.

            Dalam penyusunan makalah ini ini, kami banyak mendapatkan bantuan

berupa masukan, arahan dan bimbingan serta kritik dan saran yang konstruktif

dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kami

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Sulaiman, M.Pd., Ph.D  sebagai dosen pengampu matakuliah

Filsafaf Ilmu

2. Teman-teman mahasiswa yang telah membantu dalam memberikan masukan

dan kritikan sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.

Banjarmasin, Desember 2020

Penulis
Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4

A. Pengertian Filsafat, Agama, Dan Ilmu............................................... 3

B. Manusia, Ilmu, dan Teologi................................................................ 6

C. Relasi Filsafat, Agama, dan Ilmu....................................................... 8

D. Agama Dan Pemikiran ....................................................................... 13

E. Ilmu Dan Agama Dalam Perselingkuhan .......................................... 14

BAB III PENUTUP......................................................................................... 16

A. Kesimpulan......................................................................................... 16

B. Saran................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi akal dan hati. Manusia dalam

kehidupanya melalui  berbagai proses kehidupan yang mesti di hadapi, dilihat,

serta dilalui dalam mencari kehidupan serta kedudukan sebagai manusia yang

berdaya. Dengan demikian manusia berusaha berpikir, belajar, mencari jalan,

mencari tahu tentang proses kehidupanya itu dengan berbagai cara atau metode

yang ia mampu hingga mendapatkan sesuatu hal atau pengetahuan akan proses

kehidupanya tersebut. Hal ini sesuai dengan menurut Suwardi (2012) menyatakan

sebagai filsuf, manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu. Sesuatu

yang ingin diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan. Pengetahuan selalu

membuat penasaran. Pengetahuan manusia penuh teka-teki. Dalam perhatian

filsuf, pengetahuan dibedakan menjadi 4 yaitu (1). Pengetahuan indra, artinya

pengetahuan hasil daya tarik indra manusia. Termasuk didalamnya hasil daya

tangkap indra keenam manusia, (2). Pengetahuan ilmiah, artinya pengetahuan

diciptakan secara sistematis, melalui proses berpikir, koheren, transparan, dan

akurat, (3). Pengetahuan filsafat, artinya pengetahuan yang didapat melalui olah

pikir, dan ke (4) pengetahuan agama, artinya pengetahuan yang diperoleh atas

dasar doktrin.

Kemudian manusia dengan pengetahuan yang ia peroleh atau yang ia

ketahui dan alami tersebut, manusia akan mulai berpikir dan akan mencari sebab-

sebab dari setiap kejadian yang disaksikannya dan dialaminya. Dia tidak pernah

menganggap bahwa sesuatu mungkin terwujud atau terjadi dengan sendirinya

1
secara kebetulan saja, tanpa sebab. Sebagai makhluk yang berakal, manusia selalu

diliputi oleh hasrat ingin tahu (Sabarti Akhadiah dkk, 2011). Manusia dengan

pengetahuan tentang akan diri dan kehidupanya, maka ia akan berjalan dan

berpikir lebih luas lagi tentang diluar dirinya. Dengan hasrat ingin tahu dan

ketertarikan yang bersifat instinktif  maka manusia akan menyelidiki, mencari

tahu bagaimana benda-benda di alam ini muncul, dan menyelidiki ketertibannya

yang mengagumkan. Manusia akan dipaksa untuk bertanya “ Apakah alam

semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang benar-benar

membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan sendirinya,

ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?” hingga ia menemukan

suatu kebenaran lewat indrawinya. Namun, suatu kebenaran tersebut ia yang

peroleh kadang berseberangan dengan pengetahuan yang diperoleh orang lain

hingga pada akhirnya menimbulkan suatu pertentangan asumsi suatu hal tentang

suatu sitem kebenaran.

Dengan berbagai fenomena yang terjadi tersebut maka dalam makalah ini

penulis berusaha mencoba menjelaskan secara sederhana mengenai agama dan

filsafat ilmu. Dimana dalam makalah ini penulis berusaha memecahkan berbagai

permasalah tentang manusia, ilmu dan teologi, bagaimana relasi antara filsafat,

agama dan ilmu, agama dan pemikiran, serta ilmu dan agama dalam

perselingkuhan.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat, agama, dan ilmu?

2. Bagaimana antara manusia, ilmu, dan teologi?

3. Bagaimana relasi filsafat, agama dan ilmu?

4. Bagaimana tentang agama dan pemikiran manusia?

5. Bagaimana tentang suatu ilmu dan agama dalam perselingkuhan?

C. Tujuan

Bertitik tolak pada latar belakang dan rumusan masalah diatas maka yang

menjadi tujuan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat, agama, dan ilmu.

2. Untuk mengetahui bagaimana antara manusia, ilmu, dan teologi.

3. Untuk mengetahui bagaimana relasi filsafat, agama dan ilmu.

4. Untuk mengetahui bagaimana tentang agama dan pemikiran manusia.

5. Untuk mengetahui bagaimana tentang suatu ilmu dan agama dalam

perselingkuhan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat, Agama, Dan Ilmu

1. Pengertian filsafat

Secara etimologi filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno yang terdiri dari

dua suku kata yaitu “philos” yang artinya cinta, dan “shopia” yang artinya

kebijaksanaan. Dari dua suku kata tersebut dapat disimpulkan bahawa filsafat

adalah orang yangt cinta akan kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat dapat

dikatakan berpikir yang sangat mendalam, sampai pada hakikat, atau berpikir

secara universal, hingga pada akar-akarnya, yang murni sampai menemukan

kebenaran yang hakiki.

Menurut Plato dalam Suhar, (2010:9), filsafat adalah ilmu pengetahuan

yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Selanjutnya filsafat adalah

pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu

metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika atau menyelidiki

sebab dan asal segala benda (Aristoeles dalam Suhar, 2010).

Dari beberpa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa filsafat

adalah berpikir secara universal hingga mencapai suatu kebenaran yang hakiki,

logika, estetika, etika, retorika, ekonomi, dan politik dengan jalan menyelidiki

segala sesuatu yang ada dan dengan metode yang ilmiah dan empiris.

2. Penegertian agama

Secara etimologi kata “agama” berasal dari bahasa sansekerta yang artinya

“tradisi”. Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah

4
system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada

Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang  berhubungan dengan pergaulan

manusia dan manusia serta lingkunganya. Menurut Emile Durkheim agama

adalah  suatub system yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik

yang berhubungan dengan hal yang suci. Selanjutnya dikemukakan oleh Sutan

Takdir agama adalah suatu system kelakukan dan perhubungan manusia yang

pokok pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan keajaiban yang

tiada terhingga luasnya, dan dengan demikian member arti kepada hidupnya dan

kepada alam semesta yang mengelilinya.

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa agama adalah siatu system

keyakinan, ibadah dan kepercayaan atau keimanan manusia terhadap

kehidupanya, hubunganya dengan Tuhanya, manusia dengan sesamanya, dan

hubunganya dengan lingkungan sekitarnya atau alamnya.

3. Pengertian ilmu

Ilmu adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu scientia  yang

berarti ilmu. Atau dalam kaidah bahasa Arab berasal dari kata ’ilm yang berarti

pengetahuan. Ilmu atau pengetahuan adalah pengkajian sejumlah pertanyaan-

pertanyaan yang terbukti dengan fakta-fakta dan ditinjau yang disusun secara

sistematis dan terbentukmenjadihukum-hukum umum. Ilmu akan melahirkan

kaidah-kaidah umum, yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, kata ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang

disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk

menerangkan gejala tertentu dibidang pengetahuan itu.

5
Selanjutnya menurut Suwardi, (2012) ilmu adalah pengetahuan yang

dirumuskan secara sistematis, dapat diterima oleh akal melalui pembuktian-

pembuktian empiris. Ilmu merupakan sebagai pelukisan fakta-fakta, pengalaman

secara lengkap dan konsisten meski dalam perwujudan istilah yang sangat

sederhana (Athur Thomson dalam Suwardi, 2012).

Dari  beberapa pengertian tentang ilmu diatas maka dapat dikatakan

bahwasanya ilmu itu merupakan suatu ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan 

berbagai fakta-fakta yang empiris, sistematis dalam menerangkan segala sesuatu

gejala tertentu dibidang pengetahuan itu sendiri.

Dari beberapa pengertian filsafat, agama, dan ilmu diatas pemahamanya

sangat saling berkaitan satu dengan yang lain dimana tujuanya untuk memperoleh

suatu yang benar sampai mencapai hakikatnya meskipun pelaksanaanya dilakukan

dengan cara yang berbeda-beda.

B. Manusia, Ilmu, dan Teologi

Manusia dalam kehidupanya yang mencari tahu, menyelidiki, menanyakan

segala sesuatu yang dialaminya, dilihatnya serta merasa penasaran terhadap alam

semesta yang mengelilinginya hingga memperoleh suatu ilmu pengetahuan yang

dianggap dapat memberikan pencerahan akan kehidupanya. Namun manusia yang

telah menguasai ilmu pengetahuan sering berseberangan dengan teologi. Sebagian

orang berpretensi, ilmu itu akan memberikan pencerahan, sedangkan teologi

memberikan jalan hidup. Manusia menguasai ilmu adalah konsumsi pikiran.

Manusia menguasai teologi, yaitu ilmu ketuhan, adalah konsumsi keyakinan.

Keyakinan, melibatkan pemikiran, rasa, dan angan-angan. Dalam konteks ini,

manusia menguasai ilmu dan agama sering berbenturan dalam nalar pikiranya.

6
Oleh karena itu ilmu dan agama memang memilikipilar yang tidak selalu sama.

Ilmun itu selalu mendasarkan akal, sedangkan agama berdasarkan keyakinan

(Suwardi, 2012).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “teologi” merupakan

pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kepada Allah

dan agama terutama berdasarkan pada kitab suci. Kemudian menurut Suwardi.

(2012) teologi adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang

seluruh kenyataan berdasarkan iman. Bahkan  ada yang berpendapat, menganut

agama tanpa ilmu di anggapkurang bagus. Agama yang hanya dilandasi iman,

tanpa ilmu, di anggap  belum lengkap. Realitas yang di hadapi manusia, iman itu

ada dalamdiri seseorang antara lain melalui pendidikan (misalnya oleh orang tua),

tetapi dapat juga melalui usaha sendiri, misalnya dengan cermat merenungkan

hidupnya di hadapan Sang pemberi hidup itu. Tentulah dalam arti terakhir itu

berteologi adalah berfilsafat juga. Rasa berdebar-debar memahami Tuhan,

melahirkan pemikiran filsafat.

Iman adalah sikap batin. Iman seseorang terwujud dalam sikap, perilaku

dan perbuatanya, terhadap sesamanya dan terhadap lingkungan hidupnya. Sebagai

ilmu, teologi merefleksikan hubungan  Allah dan manusia. Manusia berteologi

karena ingin memahami imannya dengan cara lebih baik, dan ingin

mempertanggungjawabkanya: “aku tahu kepada siapa aku percaya” (Suward,

2012). Dengan demikian teologi tiu sebuah ilmu, yang berbeda tipis dengan

filsafat ilmu Ketuhanan. Baik teologi maupun filsafat jelas sebuah ilmu

pengetahuan tentang hakikat hidup. Hakikat ilmu pengetahuan itu ada sumber asal

usulnya.

7
Dengan demikian maka ilmu pengetahuan dan teologi memilki makna

bagi kehidupan manusia, Ilmu pengetahuan membangun pola pemikiran yang

harus logis. Dengan ilmu, seharusnya agama tidak hanya dilandasi keyakinan

namun berdasarkan akal sehat. Karena dengan berpikir manusia kan mudah

memahami hakikat Ketuhan. Manusia sebagaimakhluk berpikir, memilki

kebebasan untuykmelakukan berbagai aktivitas apa saja dengannalar. Nalar

manusia akan membangun agama rasional. Teologi yang rasional, tentu akan

memudahkan manusia memahami hidup ini secara komprehensif dan proposional.

C. Relasi Filsafat, Agama, dan Ilmu

Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran yang hakiki tentunya akan

menggunakan akal pikirnya, rasa, dan keyakinan atas apa yang ingin ia cari

hingga memperolehnya atau mengetahuinya sampai mencapai suatu kebahagiaan

dirinya.sejalan dengan menurut Suwardi, (2012) bahwa filsafat itu kuncinya pada

upaya menemukan kebijaksanaan hidup. Orang yang tahu filsafat, sekaligus

menguasai agama, dan ilmu seharusnya hidupnya semakin lengkap. Fokus filsafat

juga berusaha menemukan kebenaran, jika dikaitkan dengan agama, tentu pencari

kebenaran seharusnya kearah kebenaran transcendental. Kebenaran yang sifatnya

abstrak ini, akan diraih melalui penguasaan ilmu yang mantap.

Dalam mencari, menghampiri suatu kebenaran dapat ditempuh dengan

jalan, yaitu: ilmu, filsafat, dan agama. Ketiga jalan ini mempunyai ciri-ciri

tersendiri dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran serta

mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung yang satu terhadap

yang lainya.

8
1. Ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun

dalam suatu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan

hokum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga

agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu

pengindraanya, yang kebenaranya diuji secara empiris, riset dan eksperimental

(Anshari dalam Suwardi, 2012).

2. Filsafat

Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah

yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang biasa, karena masalah-

masalah tersebut diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa (Suhar,

2010)

Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk

memahami (mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat sarwa

yang ada:

a. Hakikat Tuhan,

b. Hakikat alam semesta, dan

c. Hakikat manusia

Serta sikap manusia termasuk sebagai konsekuensi daripada faham

(pemahamannya) tersebut. (Rapar dalam Suwardi, 2012) menyatakan bahwa hal

yang menyebabkan manusia berfilsafat karena dirangsang oleh: ketakjuban,

ketidakpuasan, hasrat bertanya, dan keraguan kejadian-kejadian atau peristiwa-

peristiwa yang dialami manusia dalam kehidupanya.

9
Suwardi, (2012) mengemukakan bahwasanya untuk itulah dalam berfikir

filsafat perlu dipahami karakteristik yang menyertainya yaitu:

a. Sifat menyeluruh, artinya seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya

dari segi pandang ilmu sendiri tetapi melihat hakikat ilmu dalam konstalasi

pengetahuan yang lainya.

b. Sifat mendasar, artinya bahwa seorang yang berfikir filsafat tidak sekedar

melihat keatas, tetapi juga mampu membongkar tempat berpijak secara

fundamental.

c. Sifat spekulatif, artinya  bahwa untuk dapat mengambil suatu kebenaran kita

perlu spekulatif. Dari serangkaian spekulatif ini kita dapat memilih buah

pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan

pengetahuan (Suriasumantri dalam Suwardi, 20012)

3. Agama

Agama pada umunya dipahami sebagai:

a. Suatu system credo (tat keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu

yang mutlak diluar manusia (Suwardi, 2012)

b. Suatu sitem ritus (tata peribadatan) mannusia kepada yang dianggapnya

mutlak itu (Suhar, 2010)

c. Suatu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan

manusia dan alam lainya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata

peribadatan termasuk diatas.

Selanjutnya, (Titus dalam Suwardi, 2012) mengatakan bahwa agama harus

dirasakan dan di pikirkan. Dalam hal ini dirasakan artinya ia harus di yakini dan

dijelasakan dalam tindakan. Dipikirkan artinya menghendaki pemahaman tentang

10
ilmu penegtahuan. Ilmu pengetahuan merupakan bagian filsafat ilmu yang

menuntun kearah pencapaian kebenaran.

Jadi, dari ketiga jalan dalam mencari, mengahampiri dan menemukan

suatu kebenaran dapat di temukan titik persamaan, titik perbedaan, dan titik

singgunya, yakni:

a. Titik persamaan

Baik ilmu, filsafat, maupun agama bertujuan sekurang-kurangnya berusaha

berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran (Suwardi, 2012). Ilmu

pengetahuan dengan metodenya sendiri, mencari kebenaran tentang alam dan

termasuk didalamnyba manusia. Filsafat, dengan wataknya sendiri pula,

menghampiri kebenaran baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau

tidak dapat dijawab oleh ilmu, kerena diluar jangkauanya) ataupun tentang Tuhan.

Dan agama dengan karakteristiknya sendiri, memberikan jawaban atas segala

persoalan asasi yang dipertanyakan manusia baik tentang alam, manusia ataupun

tentang Tuhan.

b. Titik perbedaan

Suwardi, (2012) menyatakan titik perbedaannya terletak pada sumbernya,

ilmu dan filsafat bersumber pada akal, budi,, rasio, reason, nous, vede, vertand,

dan vernunft  manusia. Ilmu pengetahuan mencar kebenaran dengan jalan

menyelidiki (riset, research), pengalaman (empiri) dan percobaan (eksperimen)

sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan eksplorasi akal budi

secara radikal (mengakar); tidak meras terikata oleh ikatan apapun, kecuali ikatan

tanganya sendiri bernama logika. Dan manusia mencari dan menemukan 

11
kebenaran dengan  jalan mempertanyakan berbagai masalah asasi dari kepada kita

kitab suci. Dan kitab sici adalah keyakinan.

Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai

dengansaat ini), kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak

dapat dibuktikan secara empiri, riset dan eksperimental). Baik kebenaran ilmu

maupun kebenaran filsafat kedua-duanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran

agama bersifat mutlak (absolut) karena agama adalah Wahyu yang diturunkan

Allah.

Baik ilmu maupun filsafat dimulai dengan sikap sangsi dan tidak percaya.

Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya atau iman (Anshari dalam

Suwardi, 2012).

c. Titik singgung

Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara

positif oleh ilmu pengetahuan. Karena ilmu itu terbatas: Allah; terbatas oleh

subyeknya (sang penyelidik), oleh objeknya (baik material maupun formanya, dan

oleh metodologinya. Tidak semua masalah yang belum terjawab oleh ilmu, lantas

dengan sendirinya dapat dijawab oleh filsafat sedangkan filsafat dengan sifatnya

yang spekulatif dan alternatif; tentang suatu masalah asasi yang sama terdapat

berbagai jawaban filsafat (para filsuf) sesuai dengan sejalan dengan titik tolak

sang ahli filsafat itu. Agama member jawaban tentang berbagai soal asasi yang

sama sekali tidak terjawab oleh ilmu, yang dipertanyakan oleh filsafat.. dan juga

tidak semua persoalan manusia terdapat jawaban dalam agama

(Suhar, 2010).

12
D. Agama Dan Pemikiran

Manusia dalam kehidupanya dan ilmu pengetahuan yang ia peroleh,

terkadang melahirkan pemikiran-pemikiran yang kadang berseberangan dengan

agama. Dimana agama menyatakan bahwa manusia ada karna penciptanya,

manusia hidup karena Tuhanya. Namun dengan pengetahuan yang manusia yang

diperolehnya itu, ia mulai berfikir akan keberadaanya yang kerkadang ia berpikir

bahwasanya dia ada karena akalnya, ia merasa ada karena dibicarakan oleh orang

lain. Hal  ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh (Socrates dalam Suwardi,

2012) ia menggambarkan keberadaan manusia itu bahwasanya manusia berfikir

dengan “aku berfikir maka aku ada”.

Namun lagi-lagi hal itu tidak cukup untuk menjawab dan menyelesaikan

problematika kehidupan karnab kerapkali di jumpai teori (ilmu) yang tidak sesuai

denganrealita, pun sebaliknya, realita tidak selamanya harus dibarengi dengan

teori. Oleh karena itu manusia terus mencari solusi guna menjawab tantanga-

tantangan tersebut, yaitu dengan agama.

Agama lahir sebagai pedoman dan panduan bagi kehidupan manusia.

Agama lahir dengan tidak dengan rasio, riset, dan uji coba belaka melainkan lahir

dari proses penciptaan zat yang berada di luar jangkauan akal manusia dan

penelitian pada objek-objek tertentu. Agama menjadi titik akhir dari suatu

perjalanan jauh manusia dalam mencari kepuasan hidup yang tidak bisa

didapatkan dalam filsafat dan ilmu.

Filsafat lahir dari ketakjuban. Ketakjuban disi bukanlah hanya diam belaka

melainkan timbulnya rasa penasarana yang sangat kuat yang mendorong untuk

mencari kepuasan dari ketakjuban tersebut, namun usaha ini tidak pernah berakhir

13
selama akal manusia masih ada. Begitu juga ilmu yang lahir dari ketakjubann para

filsuf yang berusaha mencari kepuasan atas jawaban rasa penasaranya dengan

berbagai cara yang cukup sistematis.

Einstein dalam Suwardi, (2012) menyatakan bahwa ilmu tanpa bimbingan

moral (agama) adalah buta. Kebutaan moral yang disebabkan oleh ilmu dapat

menjadikan manusia dalam malapetaka yang cukup besar.

Dengan beberapa kekurangan serta kelamahan filsafat dan ilmu, kita bisa

menyempurnakanya dengan moral (agama) yangb bisa menjadi mediator gunan

menyempurnakan kedua konsep tersebut untuk bisa diaktualisasikan dalam

kehidupan duniawi yang praktis. Oleh karena itu nilai-nilai kebenaran yang

memang menjadi ending dari filsafat dan ilmu dapat direalisasikan dengan konsep

kebenaran hakiki yang dimiliki agama.

E. Ilmu Dan Agama Dalam Perselingkuhan

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh oleh

manusia terutama para ilmuwan yang mempunyai pemahaman tentang ilmu yang

ia peroleh sebagai senjata bagaia kaum ateis untuk menentang agama. Hingga

sampai menyebut agama tidak  bermakna, padahal agama dan ilmu sama-sama

menawarkan kepastian dengan metode yang berbeda-beda.

Ilmu seringkali berpura-pura jadi agama dan itulah yang

disebut scientism. Ilmu menyamar menjadi agama danmenawarkann kepastian

suatu pemahaman yang diluar bidang ilmu itu sendiri dengan menggunakan

logika-logika mereka. Sebuah paham bersembunyi dibalik teori-teori ilmiah.

Paham-paham dibalik pemikiran ilmuann bersembunyi dibalik teori-teori ilmiah.

Sebaliknya agama yang menggunakan ilmu juga berbahaya. Agama tidak

14
dipahami begitu saja, karena kitab suci dan ajaran agama memerlukan penafsiran.

Disana terdapat  berbagai penafsiran, buktinya adanya berbagai aliran-aliran

dalam agama tersebut. Ilmu bisa saja menjadi senjata yang dikuasai aliran tertentu

untuk menekankan pemahaman lain.

Perselingkuhan antara ilmu dan agama yaitu ketika ilmu berubah menjadi

semacam agama. Ilmu tidak menyadari sifatnya yang tidak abadi

dan faliable. Berusaha memaksakan diri untuk menjadi pasti akan membentur

tembok-tembok yang digambarkan oleh para filsuf ilmu. Suwardi, (2012)

menyatakan bahwa perselingkuhan ilmu dan agama akan selalu terjadi, ketika

idealism pikiran sulit diterima oleh agama sebagai wahyu.

Keberadaan  filsafat berbeda dengan ilmu, ilmu ingin mengetahui sebab

dan akibat dari sesuatu, sementara filsafat tidak terikat pada suatu ketentuan dan

tidak mau terkurung hanya pada ruang dan waktu dalam pembahasan dan

penyelidikan tentang hakikat sesuatu yang menjadi objek dan materi bahasanya.

Sedangkan agama merupakan wujud kebenaran dan keselamatan manusia untuk

hidup d dunia dan akhir. Dengan demikian Suwardi, (2012) dapat dikatakan

bahwa perbedaan antara filsafat, agama dan ilmu yaitu:

a. Filsafat adalah pengetahuan tentang non-empirik dan non-eksperimental

diperoleh manusia melalui usaha.

b. Ilmu adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu kenyataan yang tersusun

sistematis dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan,

pengamatan, dan percobaan.

c. Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai

berbagai hal kehidupan manusia dengan lingkunganya.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai filsuf, manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu.

Sesuatu yang ingin diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan. Pengetahuan

selalu membuat penasaran. Pengetahuan manusia penuh teka-teki. Dalam

perhatian filsuf, pengetahuan dibedakan menjadi 4 yaitu (1). Pengetahuan indra,

artinya pengetahuan hasil daya tarik indra manusia. Termasuk didalamnya hasil

daya tangkap indra keenam manusia, (2). Pengetahuan ilmiah, artinya

pengetahuan diciptakan secara sistematis, melalui proses berpikir, koheren,

transparan, dan akurat, (3). Pengetahuan filsafat, artinya pengetahuan yang

didapat melalui olah pikir, dan ke (4) pengetahuan agama, artinya pengetahuan

yang diperoleh atas dasar doktrin”.

Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah

yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan yang biasa, karena masalah-

masalah tersebut diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Dan ilmu

anaknya filsafat dimana lahirnya ilmu sebagai hasil usaha pemahaman manusia

yang disusun dalam suatu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian,

bagian-bagian dan hokum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam,

manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia

yang dibantu pengindraanya, yang kebenaranya diuji secara empiris, riset dan

eksperimental. Agama menjadi titik akhir dari suatu perjalanan jauh manusia

dalam mencari kepuasan hidup yang tidak bisa didapatkan dalam filsafat dan ilmu

yang akan memberikan pemahaman moral terhadap ilmu penegtahuan yang

16
dilahirkann dari filsafat untuk menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi

kehidupan mannusia.          

   

B. Saran

Dalam memperoleh ilmu pengetahuan tentunya memerlukan usaha hingga

menemukan suatu kebenaran ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan yang kita

peroleh itu tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan kita jika kita

memanfaatkan ilmu itu sesuai dengan kebenarann yang pasti oleh agama yang

merupakan pengetahuan yang mutlak atau wahyu dari Tuhan. Untuk itu kita

sebagai seorang yang berpendidikan yang telah memperoleh  berbagai ilmu

pengetahuan perlu juga mengetahuai penegtahuan akan agama sehingga suatu

kebenaran yang kita cara dapt kita temukan dengan baik. Dan pemahaman akan

filsafat, ilmu dan agama bahwasanya sama-sama memilki tujuan yang sama yaitu

mencari kebenaran.

17
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, S. dkk. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group

AM, Suhar. 2010. Filsafat Umum: Konsepsi, sejarah, dan aliran. Jakarta: Gaung
Persada Press.

Endrawara, S. 2012. Filsafat Ilmu: Konsep, sejarah, dan pengembangan metode


ilmiah.Yogyakarta: CAPS.

18

Anda mungkin juga menyukai